Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH GIZI DALAM KESEHATAN REPRODUKSI

“PRINSIP GIZI PADA KLIEN DENGAN PREMENSTRUAL SYNDROME”

  

PENGAMPU

Farida Nur K.S.Si.T.,M.Kes

DISUSUN OLEH

1. Dila Liana Majid 201801003


2. Lisa Fitriyani 201801010
3. Siti Aminatun 201801017

PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN


AKADEMI KEBIDANAN DUTA DHARMA PATI
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Alhamdhulillah, Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena telah
melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada kita semua. Sehingga kami bisa menjalani
kehidupan ini sesuai dengan ridhonya. Syukur Alhamdulilah kami dapat mengerjakan
tugas makalah ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Tugas ini berisikan
tentang “PRINSIP GIZI PADA KLIEN DENGAN PEMENSTRUAL SYNDROME”
dalam rangka memenuhi tugas kelompok mata kuliah Gizi dalam Kesehatan
Reproduksi.
Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam penulisan makalah ini
terdapat banyak kesalahan didalamnya. Karena kami menyadari bahwa dalam
penyusunannya makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna menyempurnakan
makalah kami selanjutnya. Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kami sendiri umumnya dan khususnya bagi pembaca.

Pati, 17 November 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................i

DAFTAR ISI ..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................1

A. Latar Belakang............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................1
C. Tujuan.........................................................................................................1
D. Manfaat.......................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................3
A. Definisi Premenstrual Syndrome................................................................3
B. Tanda dan Gejala Premenstrual Syndrome.................................................3
C. Penyebab Premenstrual Syndrome.............................................................4
D. Faktor yang mempengaruhi Premenstrual Syndrome.................................4
E. Tipe Premenstrual Syndrome berdasarkan gejalanya.................................5
F. Penanganan dan Pencegahan Premenstrual Syndrome...............................7
G. Hubungan Asupan Energi dan Zat Gizi dengan Sindrom Pramenstruasi....9
Bab III PENUTUP .................................................................................................10
A. Kesimpulan.................................................................................................10
B. Saran ..........................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kurangnya pemahaman kaum wanita mengenai Premenstrual Syndrome, dapat
menjadi hal yang mengakibatkan para kaum wanita merasa cemas, khawatir bahkan
ketakutan. Beberapa hal yang umum dirasakan oleh wanita saat-saat mengalami
Premenstrual Syndrome terkadang membuat sebagian besar wanita bingung untuk
mengatasi bahkan juga bingung untuk mendapatkan informasi mengenai berbagai gejala
yang mereka alami.
Sebagian besar wanita yang mengalami Pemenstrual Syndrome juga bingung
untuk mencari cara maupun metode pencegahan terhadap gejala-gejala yang di alami
saat Premenstrual Syndrome maka dari itu, berbagai materi yang dapat diinformasikan
mengenai Premenstrual Syndrome kepada kaum wanita perlu dilakukan oleh tenaga
kesehatan. Terutama bidan. Hal ini bertujuan agar kaum wanita memiliki banyak
informasi dan pengetahuan mengenai Premenstrual Syndrome, sehingga mereka mampu
mengatasi permasalahan yang dialami dan berkaitan dengan Premenstrual Syndrome
serta mampu mencegah permasalahan yang muncul akibat Premenstrual Syndrome.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi Premenstrual Syndrome?
2. Apa tanda dan gejala Premenstrual Syndrome?
3. Apa penyebab Premenstrual Syndrome?
4. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi Premenstrual Syndrome?
5. Apa saja tipe Premenstrual Syndrome berdasarkan gejalanya?
6. Bagaimana penanganan dan pencegahan Premenstrual Syndrome?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi Premenstrual Syndrome.
2. Untuk mengetahui tanda dan gejala Premenstrual Syndrome.
3. Untuk mengetahui penyebab Premenstrual Syndrome.
4. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi Premenstrual Syndrome.
5. Untuk mengetahui tipe Premenstrual Syndrome berdasarkan gejalanya.

1
6. Untuk mengetahui penanganan dan pencegahan Premenstrual Syndrome.

D. Manfaat
1. Dapat mengetahui definisi Premenstrual Syndrome.
2. Dapat mengetahui tanda dan gejala Premenstrual Syndrome.
3. Dapat mengetahui penyebab Premenstrual Syndrome.
4. Dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi Premenstrual Syndrome.
5. Dapat mengetahui Premenstrual Syndrome berdasarkan gejalanya.
6. Dapat mengetahui penanganan dan pencegahan Premenstrual Syndrome.

  

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Premenstrual Syndrome


Pre Menstrual Syndrome (PMS) adalah sekumpulan gejala berupa gangguan fisik &
mental, dialami 7-10 hari menjelang menstruasi dan menghilang beberapa harisetelah
menstruasi. Keluhan yang dialami bisa bervariasi dari bulan ke bulan, bisamenjadi lebih
ringan ataupun lebih berat dan berupa gangguan mental (mudahtersinggung, sensitif)
maupun gangguan fisik.
Premenstrual syndrome (PMS) adalah keluhan-keluhan yang dirasakan seperti ; rasa
cemas, depresi, suasana hati yang tidak stabil, kelelahan, pertambahan berat badan,
pembengkakan, sakit pada payudara, kejang dan nyeri punggung yang dapat timbul
sekitar 7-10 hari sebelum datangnya haid dan memuncak pada saat haid timbul
(Bardosono, 2006).
B. Tanda dan Gejala Premenstrual Syndrome
Kemudian tanda dan gejala yang paling jelas dirasakan (pada umumnya) ialah
sebagai berikut :
1. Tanda dan Gelaja Fisik
a. ·Kelemahan umum (lekas letih, pegal, linu).
b. Acne (jerawat).
c. Nyeri pada kepala, punggung, dan perut bagian bawah.
d. Nyeri pada payudara.
e. Gangguan saluran cerna misalnya rasa penuh/kembung, konstipasi, diare.
f. Perubahan nafsu makan, sering merasa lapar (food cravings).
2. Tanda dan Gejala Mental
a. Mood menjadi labil (mood swings), iritabilitas (mudah tersinggung), depresi dan
ansietas.
b. Gangguan konsentrasi.
c. Insomnia (sulit tidur).

3
C. Penyebab Premenstrual Syndrome
Penyebab Premenstrual Syndrome sampai saat ini belum dapat dipaparkan dengan
jelas, tetapi pendapat sementara penyebab Premenstrual Syndrome ini adalah sebagai
berikut:
1. Perubahan hormonal dan neurotransmitter.
2. Pola makan yang buruk dan konsumsi obat-obatan tertentu.
3. Gaya hidup yang kurang baik, misalnya kurang melakukan aktivitas fisik.
4. Kadar hormon estrogen dalam darah meningkat sehingga menimbulkan gejala
depresi.
5. Kadar hormon serotonin menurun karena adanya perubahan jumlah hormon
estrogen.
6. Adanya keterkaitan antara PMS dan status gizi seorang wanita yang akan
mengalami menstruasi seperti kurangnya asupan kebutuhan gizi yang
diperlukan.

D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Premenstrual Syndrome


Ada beberapa faktor yang mempengaruhi Premenstrual Syndrome yang diantaranya
adalah sebagai berikut :
1. Diet
Faktor kebiasaan makan seperti tinggi gula, garam, kopi, teh, coklat, minuman
bersoda, produk susu dan makanan olahan dapat memperberat gejala PMS (Rayburn,
2001).
2. Defisiensi Zat Gizi Makro dan Mikro
Defisiensi zat gizi makro (energi, protein) dan zat gizi mikro, seperti kurang
vitamin B (terutama B6), vitamin E, vitamin C, magnesium, zat besi, seng, mangan,
asam lemak linoleat (Karyadi, 2007).
3. Status Perkawinan
Status perkawinan dan status kesehatan juga mempunyai keterkaitan. Wanita
yang telah menikah pada umumnya mempunyai angka kesakitan dan kematian yang

4
lebih rendah dan biasanya mempunyai kesehatan fisik dan mental yang lebih baik
daripada wanita yang tidak menikah (Burman & Margolin dalam Haijiang Wang, 2005).
Sebuah penelitian pada tahun 1994 yang berjudul Biological, Social and Behavioral
Factors Associated with Premenstrual Syndrome yang melibatkan 874 wanita di
Virginia menemukan fakta bahwa mereka yang telah menikah cenderung mempunyai
resiko yang lebih kecil untuk mengalami PMS (3,7%) dari pada mereka yang tidak
menikah (12,6%) (Deuster, 1999 dalam Maulana, 2008).
4. Usia
PMS semakin mengganggu dengan semakin bertambahnya usia, terutama antara
usia 30-45 tahun. Faktor resiko yang paling berhubungan dengan PMS adalah faktor
peningkatan umur, penelitian menemukan bahwa sebagian besar wanita yang mencari
pengobatan PMS adalah mereka yang berusia lebih dari 30 tahun (Cornforth, 2000
dalam Maulana). Walaupun ada fakta yang mengungkapkan bahwa sebagian remaja
mengalami gejala-gejala yang sama dan kekuatan PMS yang sama sebagaimana yang
dialami oleh wanita yang lebih tua (Freeman, 2007 dalam Maulana, 2008).
5. Stres (Faktor Stres Memperberat Gangguan PMS)
Stres dapat berasal dari internal maupun eksternal dalam diri wanita . Stres
merupakan predisposisi pada timbulnya beberapa penyakit, sehingga diperlukan kondisi
fisik dan mental yang baik untuk menghadapi dan mengatasi serangan stres tersebut.
Stres mungkin memainkan peran penting dalam tingkat kehebatan gejala premenstrual
syndrome (PMS) (Mulyono dkk, 2001 dalam Maulana, 2008).
6. Kebiasaan merokok dan minum alkohol dapat memperberat gejala PMS.
7. Kurang berolah raga dan aktivitas fisik juga dapat memperberat gejala PMS.
E. Tipe Premenstrual Syndrome Berdasarkan Gejalanya
Tipe PMS bermacam-macam. Dr. Guy E. Abraham, ahli kandungan dan kebidanan
dari Fakultas Kedokteran UCLA, AS, membagi PMS menurut gejalanya yakni PMS
tipe A, H, C, dan D. Delapan puluh persen gangguan PMS termasuk tipe A. Penderita
tipe H sekitar 60%, PMS C 40%, dan PMS D 20%. Kadang-kadang seorang wanita
mengalami gejala gabungan, misalnya tipe A dan D secara bersamaan. Setiap tipe

5
memiliki gejalanya sendiri, berikut ini tipe Premenstrual Syndrome berdasarkan
gejalanya ialah :
1. PMS tipe A (anxiety) ditandai dengan gejala seperti rasa cemas, sensitif, saraf
tegang, perasaan labil. Bahkan beberapa wanita mengalami depresi ringan sampai
sedang saat sebelum mendapat haid. Gejala ini timbul akibat ketidakseimbangan
hormon estrogen dan progesteron: hormon estrogen terlalu tinggi dibandingkan
dengan hormon progesteron. Pemberian hormon progesteron kadang dilakukan
untuk mengurangi gejala, tetapi beberapa peneliti mengatakan, pada penderita PMS
bisa jadi kekurangan vitamin B6 dan magnesium. Penderita PMS A sebaiknya
banyak mengonsumsi makanan berserat dan mengurangi atau membatasi minum
kopi.
2. PMS tipe H (hyperhydration) memiliki gejala edema(pembengkakan), perut
kembung, nyeri pada buah dada, pembengkakan tangan dan kaki, peningkatan berat
badan sebelum haid. Gejala tipe ini dapat juga dirasakan bersamaan dengan tipe
PMS lain. Pembengkakan itu terjadi akibat berkumpulnya air pada jaringan di luar
sel (ekstrasel) karena tingginya asupan garam atau gula pada diet penderita.
Pemberian obat diuretika untuk mengurangi retensi (penimbunan) air dan natrium
pada tubuh hanya mengurangi gejala yang ada. Untuk mencegah terjadinya gejala
ini penderita dianjurkan mengurangi asupan garam dan gula pada diet makanan serta
membatasi minum sehari-hari.
3. PMS tipe C (craving) ditandai dengan rasa lapar ingin mengonsumsi makanan yang
manis-manis (biasanya coklat) dan karbohidrat sederhana (biasanya gula). Pada
umumnya sekitar 20 menit setelah menyantap gula dalam jumlah banyak, timbul
gejala hipoglikemia seperti kelelahan, jantung berdebar, pusing kepala yang kadang-
kadang sampai pingsan. Hipoglikemia timbul karena pengeluaran hormon insulin
dalam tubuh meningkat. Rasa ingin menyantap makanan manis dapat disebabkan
oleh stres, tinggi garam dalam diet makanan, tidak terpenuhinya asam lemak
esensial (omega 6), atau kurangnya magnesium.
4. PMS tipe D murni disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon progesteron dan
estrogen, di mana hormon progesteron dalam siklus haid terlalu tinggi dibandingkan

6
dengan hormon estrogennya. Kombinasi PMS tipe D dan tipe A dapat disebabkan
oleh beberapa faktor yaitu stres, kekurangan asam amino tyrosine, penyerapan dan
penyimpanan timbal di tubuh, atau kekurangan magnesium dan vitamin B (terutama
B6). Meningkatkan konsumsi makanan yang mengandung vitamin B6 dan
magnesium dapat membantu mengatasi gangguan PMS tipe D yang terjadi
bersamaan dengan PMS tipe A.
F. Penanganan dan Pencegahan Premenstrual Syndrome
1. Penanganan Premenstrual Syndrome.
Menurut Rayburn (2001), terapi PMS dibagi menjadi tiga kategori, yaitu :
a. Terapi simtomatik untuk menghilangkan gejala-gejala antara lain dengan diuretika
untuk mengobati kembung, anti depresan dan anti ansietas untuk menghilangkan
cemas dan depresi, bromokriptin untuk menghilangkan bengkak dan nyeri pada
payudara dan anti prostaglandin untuk mengatasi nyeri payudara, nyeri sendi dan
nyeri muskuloskeletal.
b. Terapi spesifik dibuat untuk mengobati etiologi yang diperkirakan sebagai
penyebab dari PMS antara lain dengan progesteron alamiah untuk mengatasi
defisiensi progesteron dan pemberian vitamin B6.
c. Terapi ablasi yang bertujuan untuk mengatasi PMS dengan cara menghentikan
haid.
2. Pencegahan Premenstrual Syndrome.
a. Edukasi dan Konseling

Tatalaksana pertama kali adalah meyakinkan seorang wanita bahwa wanita


lainnya pun ada yang memiliki keluhan yang sama ketika menstruasi. Pencatatan secara
teratur siklus menstruasi setiap bulannya dapat memberikan gambaran seorang wanita
mengenai waktu terjadinya premenstrual syndrome.
Sangat berguna bagi seorang wanita dengan premenstrual syndrome untuk
mengenali gejala yang akan terjadi sehingga dapat mengantisipasi waktu setiap
bulannya ketika ketidakstabilan emosi sedag terjadi.

7
b. Modifikasi Gaya Hidup dan Komunikasi

Wanita dengan gejala ini sebaiknya mendiskusikan masalahnya dengan orang


terdekatnya, baik pasangan, teman, maupun keluarga. Terkadang konfrontasi atau
pertengkaran dapat dihindari apabila pasangan maupun teman mengerti dan mengenali
penyebab dari kondisi tidak stabil wanita tersebut.

c. Diet (Pola Konsumsi)

Penurunan asupan garam dan karbohidrat (nasi, kentang, roti) dapat mencegah
edema (bengkak) pada beberapa wanita. Penurunan konsumsi kafein (kopi) juga dapat
menurunkan ketegangan, kecemasan dan insomnia (sulit tidur). Pola makan disarankan
lebih sering namun dalam porsi kecil karena berdasarkan bukti bahwa selama periode
premenstruasi terdapat gangguan pengambilan glukosa untuk energi. Menjaga berat
badan, karena berat badan yang berlebihan dapat meningkatkan risiko menderita
premenstrual syndrome (PMS).

d. Olahraga / Latihan Fisik

Olahraga berupa lari dikatakan dapat menurunkan keluhan premenstrual


syndrome. Berolahraga dapat menurunkan stress dengan cara memiliki waktu untuk
keluar dari rumah dan pelampiasan untuk rasa marah atau kecemasan yang terjadi.
Beberapa wanita mengatakan bahwa berolah raga ketika mereka mengalami
premenstrual syndrome dapat membantu relaksasi dan tidur di malam hari.

e. Obat-obatan

Apabila gejala premenstrual syndrome begitu hebatnya sampai mengganggu


aktivitas sehari-hari, umumnya modifikasi hidup jarang berhasil dan perlu dibantu
dengan obat-obatan.

Asam mefenamat (500 mg, 3 kali sehari) berdasarkan penelitian dapat mengurangi
gejala premenstrual syndrome seperti dismenorea dan menoragia (menstruasi dalam
jumlah banyak) namun tidak semua. Asam mefenamat tidak diperbolehkan pada wanita
yang sensitif dengan aspirin atau memiliki risiko ulkus peptikum.

8
Kontrasepsi oral dapat mengurangi gejala premenstrual syndrome seperti
dismenorea dan menoragia, namun tidak berpengaruh terhadap ketidakstabilan mood.
Pada wanita yang sedang mengkonsumsi pil KB namun mengalami gejala premenstrual
syndrome sebaiknya pil KB tersebut dihentikan sampai gejala berkurang.

Obat penenang seperti alparazolam atau triazolam, dapat digunakan pada wanita
yang merasakan kecemasan, ketegangan berlebihan, maupun kesulitan tidur. Obat anti
depresi hanya digunakan bagi mereka yang memiliki gejala premenstrual syndrome
yang parah.

G. Hubungan Asupan Energi dan Zat Gizi dengan Sindrom Pramenstruasi


Korelasi Spearman digunakan untuk menganalisis hubungan antara variabel-variabel,
seperti asupan energi, protein, kalsium, zat besi, dan vitamin B terhadap tingkat keluhan
sindrom pramenstruasi. Hanya variabel asupan kalsium dan vitamin B yang memiliki
hubungan terhadap sindrom pramenstruasi (p<0.05). Sedangkan variabel lainnya tidak
berhubungan
1. Asupan Energi
Berdasarkan uji korelasi Spearman, tidak ada hubungan antara asupan energi dan
sindrom pramenstruasi (p>0.05). Namun, koefisien korelasi (r) menunjukkan angka (r=-
0.111). Artinya ada hubungan negatif yang sangat lemah antara asupan energi dan
sindrom pramenstruasi. Hal ini tidak terlihat pengaruhnya pada penelititan ini karena
asupan energi energi pada subjek penelitian rata-rata sama dan masih rendah di bawah
angka kecukupan gizi, yaitu 66% (defisit tingkat berat).
2. Asupan Protein
Berdasarkan uji korelasi Spearman, tidak ada hubungan antara asupan protein dengan
sindrom pramenstruasi (p>0.05). Hal ini sesuai dengan penelitian Wurtman et al.(1989)
yang menyatakan bahwa konsumsi pangan tinggi protein tidak berpengaruh besar
terhadap sindrom pramenstruasi. Hal ini bisa dilihat dari koefisien korelasi yang
menunjukkan nilai (r=-0.136) artinya adanya pengaruh asupan protein terhadap sindrom
pramenstruasi, namun pengaruhnya sangat lemah

9
Hasil uji hubungan antar variabel asupan dengan tingkat keluhan sindrom
pramenstruasi, namun pengaruhnya sangat lemah karena rata-rata asupan protein subjek
yang rendah, yaitu 66.7% dari kecukupan yang seharusnya.
3. Asupan Kalsium
Asupan kalsium memiliki hubungan negatif, artinya semakin tinggi asupan kalsium
maka semakin menurun keluhan sindrom pramenstruasi (r= -0.259). Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian Anggraeni (2010) dan Bertone-Johnson et al. (2005). Salah satu
fungsi kalsium, yaitu berperan dalam kontraksi otot. Ketika otot berkontraksi, kalsium
berperan dalam interaksi protein di dalam otot, yaitu aktin dan myosin. Bila kadar
kalsium dalam tubuh kurang dari normal, maka otot tidak akan bisa mengendur setelah
berkontraksi dan tubuh akan mengalami kejang (kram) (Almatsier 2004). Hal ini diduga
asupan kalsium yang tinggi dapat menurunkan rasa kram di bawah perut. Menurut
Forum Kesehatan Perempuan (2002) rasa kram di bawah perut sebagai akibat dari
kontraksi alamiah pada saat pelepasan lapisan dalam dinding rahim yang menempel
pada dinding rahim. Selain itu, aliran darah yang kurang memadai untuk membantu
melepaskan lapisan dalam dinding rahim juga akan mengakibatkan rasa sakit.
4. Asupan Zat Besi
Asupan zat besi tidak berhubungan dengan sindrom pramenstruasi (p>0.05). Salah
satu fungsi zat besi sebagai pengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan
tubuh termasuk otak (Almasier 2001). Jika otak kekurangan oksigen, maka akan
berpengaruh terhadap konsentrasi dalam berpikir, sakit kepala/pusing, dan lemas yang
merupakan beberapa gejala yang dialami ketika seseorang mengalami sindrom
pramenstruasi. Namun, dalam penelitian ini zat besi tidak berpengaruh karena asupan
zat besi subjek rata-rata sama, yaitu mengalami kekurangan zat besi sebanyak 57 orang
(96.6%) (Tabel 25).
5. Asupan Vitamin B
Asupan vitamin B juga memiliki hubungan negatif, artinya sematin tinggi asupan
vitamin B maka semakin menurun keluhan sindrom pramenstruasi (r= -0.355). Hal ini
sesuai dengan penelitian Chocano-Bedoya et al.(2011). Terjadinya sindrom
pramenstruasi erat kaitannya dengan neurotransmitter otak, yaitu serotonin

10
(Bäckströmet al.2003). Vitamin B berperan dalam metabolisme neurotransmitter
tersebut dengan mekanisme yang berbeda-beda, riboflavin dibutuhkan untuk
mengaktifkan vitamin B6, dimana vitamin ini merupakan cofactor dalam mensintesis
serotonin (Ismail & O‟Brien 2006). Serotonin berfungsi dalam menurunkan depresi,
rasa cemas, dan mengatur mood(Gonda&Bagdy 2004). Hal ini diduga bahwa vitamin B
bisa menurunkan keluhan sindrom pramenstruasi terutama untuk mengurangi tingkat
emosi.

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Premenstrual syndrome merupakan keluhan-keluhan yang biasanya mulai satu
minggu sampai beberapa hari sebelum datangnya haid, dan menghilang sesudah haid
datang, walaupun kadang-kadang berlangsung terus sampai haid berhenti
(Wiknjosastro, 2005).
Premenstrual syndrome adalah keluhan-keluhan yang dirasakan seperti ; rasa
cemas, depresi, suasana hati yang tidak stabil, kelelahan, pertambahan berat badan,
pembengkakan, sakit pada payudara, kejang dan nyeri punggung yang dapat timbul
sekitar 7-10 hari sebelum datangnya haid dan memuncak pada saat haid timbul
(Bardosono, 2006).
Premenstrual syndrome adalah kombinasi gejala yang terjadi sebelum haid dan
menghilang setelah haid keluar (Paath, 2004).
B. Saran
Diharapkan wanita terutama yang beresiko tinggi terkena Premenstrual syndrome
tersebut memahami dan mengerti mengenai penyakit Premenstrual syndrome tersebut
sehingga bisa dilakukan penanganan lebih awal dan menghindari terjadinya kegawatan.
Wanita yang tidak beresiko juga menghindari terjangkitnya infeksi penyakit ini.
Perawat atau bidan harus memberikan asuhan keperawatan atau kebidanan yang
berkualitas untuk menghindari angka kesakitan.

12
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Karyadi,E.2007. Menangkal Rasa Sakit Menjelang Haid. Http://www.Indomedia. com.


Diakses pada tanggal 29 April 2009 : 16.00 WIB.

Maulana, R. 2008. Hubungan Karakteristik Wanita Usia Reproduktif dengan


Premenstrual Syndrome (PMS) di Poli Obstetri dan Gynekologi BPK RSUD. Dr
Zainoel Abidin Banda Aceh tahun 2008. Http://razimaulana.files.wordpress.
com/2008/12/pms.doc. Diakses pada tanggal 19 Mei 2009 : 10.00 WIB

https://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/66291/1/I13dut.pdf

http://digilib.unisayogya.ac.id/3235/1/JURNAL%20KALIS.pdf

13
14

Anda mungkin juga menyukai