Tugas Akhir
Pembimbing:
Mariana, S.K.M., M. Kes
Oleh:
Nabilla Faradilla Aryadinata, S.Ked 04054821719087
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa karena
atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang
berjudul “Analisis Spasial Sebaran Kasus Diabetes Mellitus di Wilayah Kerja
Puskesmas Sako Kampus dan Punti Kayu Palembang”, sebagai salah satu syarat
untuk kelulusan di bagian ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu kedokteran
komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada Mariana, S.K.M., M.Kes selaku dosen pembimbing yang
telah meluangkan waktu dan memberikan bimbingan, masukan, kritikan dan
perbaikan terhadap penelitian ini. Ucapan terima kasih juga penulis haturkan
kepada para sahabat, atas semua bantuan, baik berupa pikiran maupun bantuan
moral dan spiritual dalam penyusunan tugas akhir ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan baik dalam hal isi
maupun cara penulisan tugas akhir ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
saran dan kritik yang membangun sebagai masukan untuk perbaikan di masa
mendatang. Semoga tugas akhir ini dapat bermanfaaat bagi kita semua.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN DEPAN ............................................................................................ i
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii
iii
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................... 23
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Analisis Univariat .......................................................... 23
4.2 Pembahasan ............................................................................... 23
4.3 Keterbatasan Penelitian ............................................................. 24
1
2
Amerika Serikat, China, dan India yang merupakan negara penyandang diabetes
terbanyak, dengan populasi penduduk terbesar di dunia. Sementara itu, menurut
data Riset Kesehatan Dasar tahun 2008, diabetes merupakan penyebab kematian
nomor 6 dari semua kelompok umur.
Indonesia termasuk ke-10 negara dengan jumlah kasus diabetes melitus
terbanyak di dunia. Angka kejadian diabetes melitus ini terus meningkat dari
tahun 2013 sebesar 75% kemudian menjadi 10,4 % pada tahun 2014. Badan Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan prevalansi penderita
diabetes melitus diperkotaan sebesar 14,7 % dan pada daerah pedesaan sebesar
7,2 % dengan proporsi penduduk di Sumatera Selatan khususnya dengan diabetes
melitus sebesar 6,9% (RISKESDAS, 2013).
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Palembang jumlah penderita
Diabetes Melitus pada tahu 2014 sebanyak 1218 orang, laki-laki 607 orang,
perempuan 946 orasng kemudian tahun 2015 diperoleh data sebanyak 2415 orang,
laki-laki 1062 orang, perempuan sebanyak 1353 orang. Tahun 2016 mengalami
peningkatan lagi menjadi 4442 orang dengan jumlah pnederita laki-laki sebanyak
1836 orang dan perempuan 2606 orang (Dinas Kesehatan Kota Palembang, 2016).
Mengingat jumlah penderita diabetes yang terus meningkat khususnya di
Kota Palembang, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
Analisis Spasial Sebaran Kasus Diabetes Mellitus di Wilayah Kerja Puskesmas
Sako Kampus dan Punti Kayu Palembang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2 Epidemiologi
Jumlah penderita diabetes di dunia terus meningkat. Pada tahun 1990,
jumlah penderitanya mencapai angka 80 juta dan empat tahun kemudian melonjak
menjadi 110,4 juta jiwa (Arisman,2011). Menurut International Diabetic
Federation (IDF) pada tahun 2010, angka penderita diabetes menjadi 284,8 juta
jiwa dan satu tahun kemudian tercatat 366,2 juta jiwa mengalami diabetes di
dunia. Pada tahun 2013 bertambah lagi menjadi 387 juta jiwa dan tahun 2035 IDF
memperkirakan kasus diabetes akan meningkat sebesar 55% yaitu mencapai 592
juta jiwa (IDF, 2013).
Indonesia termasuk dalam salah satu dari 10 besar negara dengan jumlah
penderita diabetes terbanyak dalam beberapa tahun terakhir ini (IDF, 2013). Pada
tahun 1995, Indonesia menempati peringkat ke-7 dengan jumlah penderita
diabetes sebanyak 4,5 juta jiwa (Arisman, 2011). Tahun 2010, jumlah penderita
diabetes turun ke peringkat 9 dengan 7 juta jiwa. Satu tahun kemudian, Indonesia
menempati peringkat ke-10 dengan jumlah penderita diabetes sebanyak 7,3 juta
jiwa. Pada tahun 2013, penderita diabetes di Indonesia sebanyak 8,5 juta jiwa dan
menempati urutan ke-7 setelah China, India, Amerika Serikat, Brazil, Russia, dan
Meksiko. Pada tahun 2030 diperkirakan penderita diabetes di Indonesia terus
bertambah menjadi 11,8 juta jiwa dan menempati peringkat ke-9 (IDF, 2013).
Menurut data Riskesdas 2013, jumlah penduduk Sumatera Selatan tahun
2013 usia >14 tahun sebanyak 5.479.724 penduduk. Persentase penduduk
Sumatera Selatan yang pernah didiagnosis menderita diabetes melitus oleh dokter
5
adalah sebesar 0,9% atau sebanyak 49.318 penduduk dan yang belum pernah
didiagnosis oleh dokter tetapi dalam 1 bulan terakhir mengalami gejala-gejala
diabetes melitus seperti sering lapar, sering haus, sering buang air kecil dengan
jumlah banyak dan berat badan turun adalah sebesar 0,4% atau sebanyak 21.919
penduduk (Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, 2014)
2.1.3 Klasifikasi
Klasifikasi DMmenurut Powers tahun 2015 adalah yang sesuai dengan
anjuran klasifikasi DM American Diabetes Association (ADA) tahun 2014 seperti
pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Klasifikasi Etiologi Diabetes Melitus (ADA, 2014)
Tipe Keterangan
Diabetes Tipe 1 Tipe diabetes dengan defisiensi insulin absolut
akibat kerusakan sel-sel β pankreas. Umumnya
disebabkan oleh proses autoimun dan idiopatik.
Diabetes Tipe 2 Mulai dari yang dominan resistensi insulin dengan
defisiensi insulin relatif sampai yang dominan
defek sekresi insulin dengan resistensi insulin.
Diabetes Tipe Lain 1. Defek genetik fungsi sel β
2. Defek genetik kerja insulin
3. Penyakit eksokrin pankreas
4. Infeksi
5. Sebab imunologi yang jarang: antibodi insulin
6. Endokrinopati
7. Karena obat atau zat kimia
8. Sindroma genetik lain yang berkaitan dengan
DM (Klinefelter, Turner Syndrome)
Diabetes Gestasional Diabetes selama kehamilan.
(DMG)
6
2.1.4 Patofisiologi
DM tipe 1 merupakan hasil interaksi antara faktor genetik, lingkungan,
dan imunologi, yang menyebabkan kerusakan sel β pankreas dan defisiensi insulin.
Kerusakan sel β terbanyak disebabkan oleh reaksi autoimun. Proses autoimun ini
diduga dirangsang oleh infeksi atau lingkungan dan didukung oleh molekul
spesifik sel β. Pada mayoritas kasus, penanda imunologi muncul setelah ada
stimulus sebelum gejala klinis DM terlihat. Massa sel β kemudian mulai menurun,
dan sekresi insulin mengalami gangguan, meskipun toleransi glukosa normal
masih bisa dipertahankan. Gejala-gejala diabetes melitus tidak terlihat dengan
jelas sampai sekitar 80% bagian sel β pakreas rusak (Powers, 2015).
dengan pemeriksaan glukosa darah dua kali abnormal, atau dari hasil tes toleransi
glukosa oral (TTGO) abnormal. Diagnosis DM dapat ditegakkan melalui tiga cara
seperti pada Tabel 2.2 (Purnamasari, 2009).
Tabel2.3 Kadar Glukosa Darah Sewaktu dan Puasa sebagai Patokan Penyaring
dan Diagnosis DM (mg/dL) (PERKENI, 2011)
Bukan Belum Pasti DM
DM DM
Kadar glukosa darah sewaktu
Plasma vena <110 110–199 ≥200
Darah kapiler <90 90–199 ≥200
Kadar glukosa darah puasa
Plasma vena <110 110–125 ≥126
Darah kapiler <90 90–109 ≥110
Catatan: Untuk kelompok risiko tinggi yang tidakmenunjukkan kelainan hasil,
dilakukan ulangan tiap tahun. Bagi mereka yang berusia >45 tahun tanpa faktor
risiko lain, pemeriksaan penyaring dapat dilakukan setiap 3 tahun.
2.1.7 Tatalaksana
Pengelolaan DM dimulai dengan pengaturan makan dan latihan jasmani
selama beberapa waktu (2-4 minggu). Apabila kadar glukosa darah belum
mencapai sasaran, dilakukan intervensi farmakologis dengan obat hipoglikemik
oral (OHO) dan atau suntikan insulin. Pada keadaan tertentu, OHO dapat segera
diberikan secara tunggal atau langsung kombinasi, sesuai indikasi. Insulin dapat
diberikan pada keadaan dekompensasi metabolik berat, seperti ketoasidosis, stres
berat, berat badan yang menurun dengan cepat, dan adanya ketonuria (PERKENI,
2011).
2.1.7.1 Edukasi
Diabetes tipe 2 umumnya terjadi pada saat pola gaya hidup dan
perilaku telah terbentuk dengan mapan. Pemberdayaan penyandang
diabetes memerlukan partisipasi aktif pasien, keluarga, dan masyarakat.
Tim kesehatan mendampingi pasien dalam menuju perubahan perilaku
sehat. Untuk mencapai keberhasilan perubahan perilaku, dibutuhkan
edukasi yang komprehensif dan upaya peningkatan motivasi (PERKENI,
2011).
13
2.1.8 Komplikasi
Diabetes yang tidak terkontrol dengan baik akan menimbulkan komplikasi
akut dan kronis. Menurut PERKENI tahun 2011, komplikasi DM dapat dibagi
menjadi dua kategori, yaitu:
2.1.8.1 Komplikasi akut
Hipoglikemia, adalah kadar glukosa darah seseorang di bawah nilai
normal (<50 mg/dl). Hipoglikemia lebih sering terjadi pada penderita DM
tipe 1 yang dapat dialami 1-2 kali per minggu. Kadar gula darah yang
terlalu rendah menyebabkan sel-sel otak tidak mendapat pasokan energi
sehingga tidak berfungsi bahkan dapat mengalami kerusakan.
Hiperglikemia, adalah apabila kadar gula darah meningkat secara
tiba-tiba, dapat berkembang menjadi keadaan metabolisme yang
berbahaya, antara lain ketoasidosis diabetik, koma hiperosmolar
nonketotik (KHNK) dan koma laktoasidosis.
2. Populasi Terjangkau
Populasi terjangkau dari penelitian ini adalah seluruh pasien
Diabetes Melitus yang datang berobat ke Puskesmas Sako, Kampus,
dan Punti Kayu Palembang.
19
20
23
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
24
DAFTAR PUSTAKA
25