BLOK X
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas ridho dan karunia-Nya laporan tugas
tutorial skenario ini dapat terselesaikan dengan baik.
Laporan ini betujuan untuk memenuhi tugas tutorial yang merupakan bagian dari
sistem pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Tak lupa penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan laporan tugas tutorial ini.
Laporan ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran akan sangat
bermanfaat untuk perbaikan di kemudian hari.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................................
KATA PENGANTAR.....................................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................................
HASIL TUTORIAL DAN BELAJAR MANDIRI
I. Skenario A Blok 10.......................................................................................
II. Klarifikasi Isrilah...........................................................................................
III. Identifikasi Masalah......................................................................................
IV. Analisis Masalah...........................................................................................
V. Keterkaitan Antarmasalah.............................................................................
VI. Learning Issues..............................................................................................
VII. Sintesis...........................................................................................................
VIII. Kerangka Konsep..........................................................................................
IX. Kesimpulan....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................
I. SKENARIO A BLOK 10
Tn. Andi (30 tahun) dibawa ke IGD Rumah Sakit dengan keluhan tidak sadar
dan kejang sejak 6 jam yang lalu. Keluarga pasien mengatakan bahwa sejak 10
hari yang lalu pasien mengalami demam yang diikuti dengan perasaan menggigil
dan berkeringat. Pasien juga mengeluh lesu, nyeri kepala, nyeri pada tulang dan
sendi, rasa tidak nyaman pada perut serta diare ringan. BAK berwarna seperti
kopi. Selama sakit tidak ada keluhan bicara pelo dan tidak ada keluhan anggota
gerak yang lemah sesisi. Sebelumnya didapatkan riwayat berpergian ke Papua tiga
minggu sebeum sakit. Tidak ada riwayat transfusi darah sebelumnya.
Pemeriksaan fisik:
Pemeriksaan Laboratorium:
Hb 4.6 mg/dl, GDS 145 mg%, preparat darah tebal didapatkan delicate
ring dan gametosit berbentuk pisang, kepadatan parasit 13.800/ L. Preparat
darah tipis didapatkan hasil P. Falciparum (+). Pemeriksaan penunjang yang
lain belum dikerjakan karena tidak ada fasilitas.
Masalah 1
1. Bagaimana patofisiologi:
a. Demam?
Demam merupakan mekanisme pertahanan dasar tubuh
terhadap adanya serangan yang mengancam keadaan fisiologis tubuh.
Mekanisme demam :
Plasmodium akan melepaskan 18-24 merozoit kedalam sirkulasi
Masalah 3
Masalah 4
-Daerah endemis Tinggi (API >5 per 1000 Penduduk) yaitu Sumatra
Utara, Maluku, Maluku Utara, Papua, Papua barat,NTT
-Daerah endemis Sedang (API 1-5 per 1000 Penduduk) yaitu Aceh,
Jambi, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tenggara, Jawa Barat, Jawa tengah
-Daerah endemis Rendah (API <0-1 per 1000 Penduduk) yaitu Pulau
Jawa, Kalimantan, Sulawesi
-Daerah Non endemis (API = 0 per 1000 Penduduk) yaitu DKI Jakarta,
Bali, Kepri
Masalah 5
Masalah 6
Stadium trofozoit
Ciri-ciri :
- eritrosit : tidak membesar
- parasit bentuk cincinhalus
- tampak lebih dari satu
parasit dalam sebuah eritrosit
b. Stadium Skizon
Beberapa pedoman yang perlu diketahui mengenai sizon adalah :
1. Dalam satu siklus kehidupan parasit, sizon (jam terjadinya sporulasi)
singkat sekali.
2. Bentuk sizon baru dapat ditemukan pada SD bila pengambilan darah
dilakukan dekat pada jam sebelum atau sesudah sporulasi (mengigil).
Keadaan klinis berat pada saat sporulasi menyebabkan penderita
tidak mampu pergi ke unit kesehatan, tidak dapat dibuat SD-nya.
Sebab itu jarang ditemukan SD positif yang mengandung sizon.
3. Tidak pernah ditemukan sizon Parasit falciparum SD yang berasal
dari darah organ, kadang-kadang sizon Parasit falciparum dapat
ditemukan.
4. Bila pada pemeriksaan SD lebih dahulu ditemukan bentuk sizon
harus dicari bentuk ring, Tropozoit amuboit dan gametosit Parasit
falciparum pada lapangan berikutnya untuk menentukan speciesnya.
a. Derivat Artemisinin
Kina merupakan obat anti malaria yang sangat efektif untuk semua
jenis plasmodium dan efektif
sebagai schizontocidal maupun gametocidal. Dipilih sebagai obat utama
untuk malaria berat karena masih berefek kuat terhadap P. falciparum yang
resisten terhadap klorokuin, dapat diberikan dengan cepat dan cukup aman.
1. Dosis loading tidak dianjurkan untuk penderita yang telah mendapat kina
atau meflokuin 24 jam sebelumnya, penderita usia lanjut atau penderita
dengan pemanjangan QT interval / aritmia.
2. Kina dapat diberikan secara intramuskuler bila melalui infus tidak
memungkinkan. Dosis loading 20 mg/Kg BB diberikan i.m terbagi pada
2 tempat suntikan, kemudian diikuti dengan dosis 10 mg/Kg BB tiap 8
jam sampai penderita dapat minum per oral.
3. Pemberian kina dapat diikuti dengan terjadinya hipoglikemi karenanya
perlu diperiksa gula darah 8-12 jam.
4. Pemberian dosis diatas tidak berbahaya bagi wanita hamil.
5. Bila pemberian sudah 48 jam dan belum ada perbaikan, atau gangguan
fungsi hepar/ginjal belum membaik, dosis dapat diturunkan setengahnya
Pada penelitian di Minahasa ternyata dosis awal 500 mg/8jam per
infusmemberikan mortalitas yang lebih rendah dibandingkan dosis awal
1000mg. Di AS untuk daerah yang tidak resisten dengan klorokuin, klorokuin
masih merupakan pilihan untuk terapi malaria berat, sedangkan untuk daerah
yang resisten dapat diberikan kombinasi Atovaquane dan Proguanil,
kombinasi kinin oral dengan tetrasiklin/doksisiklin/klindamisin atau
meflokuin.
c. Kinidin
Bila kina tidak tersedia maka isomernya yaitu kinidin cukup aman
dan efektif. Dosis loading 15mg basa/kg BB dalam 250 cc cairan isotonik
diberikan dalam 4 jam, diteruskan dengan 7,5mg basa/kg BB dalam 4 jam
tiap 8 jam, dilanjutkan per oral setelah sadar, kinidin efektif bila sudah terjadi
resistensi terhadap kina, kinidin lebih toksik terhadap jantung dibandingkan
kina.
d. Klorokuin
Klorokuin masih merupakan OAM yang efektif terhadap P.
falciparum yang sensitif terhadap klorokuin. Keuntungannya tidak
menyebabkan hipoglikemi dan tidak mengganggu kehamilan. Dosis loading :
klorokuin 10 mg basa/Kg BB dalam 500 ml cairan isotonis dalam 8 jam
diulang 3 x. Bila cara per infus tidak memungkinkan dapat diberikan secara
i.m atau subkutan dengan cara 3,5mg/Kg BB klorokuin basa tiap 6 jam, dan
2,5 mg/Kg BB klorokuin tiap 4 jam.
e. Injeksi kombinasi sulfadoksin-pirimetamim (fansidar)
1) Ampul 2 ml : 200 mg S-D + 10 mg pirimetamin
2) Ampul 2,5 ml : 500 mg S-D + 25 mg pirimetamin
2. Exchange transfusion (transfusi ganti)
Tindakan exchange transfusion dapat mengurangi parasitemi dari
43% menjadi 1%. Penelitian MILLER melaporakan kegunaan terapi untuk
menurunkan parasitemia pada malaria berat. Tindakan ini berguna
mengeluarkan eritrosit yang berparasit, menurunkan toksin parasit, serta
memperbaiki anemia.
Indikasi Tranfusi tukar (Rekomendasi CDC) :4
1. Parasitemia >30 % tanpa komplikasi berat
2. Parasitemia > 10 % disertai komplikasi berat
3. Parasitemia >10% dengan gagal pengobatan.
Komplikasi tranfusi tukar 20
1. Overload cairan.
2. Demam, reaksi alergi
3. Kelainan metabolic (hipokalsemia)
4. Penyebaran infeksi.
Pengobatan Komplikasi
Pengobatan malaria serebral
a. Pemberian steroid pada malaria serebral, justru
memperpanjang lamanya koma dan menimbulkan banyak efek samping
seperti pneumoni dan perdarahan gastro intestinal
b. Heparin, dextran, cyclosporine, epineprine dan
hiperimunglobulin tidak terbukti berpengaruh dengan mortalitas.
c. Anti TNF, pentoxifillin, desferioxamin, prostasiklin,
asetilsistein merupakan obat-obatan yang pernah dicoba untuk malaria
serebral
d. Anti-Konvulsan (diazepam 10 mg i.v)
Penanganan anemia
Bila anemia kurang dari 5gr% atau hematokrit kurang dari 15%
diberikan transfusi darah whole blood atau packed cell
6. Bagaimana cara pencegahan dari Plasmodium falciparum?
PENCEGAHAN PRIMER
1. Tindakan terhadap manusia
a. Edukasi adalah faktor terpenting pencegahan malaria yang harus
diberikan kepada setiap pelancong atau petugas yang akan bekerja
di daerah endemis. Materi utama edukasi adalah mengajarkan
tentang cara penularan malaria, risiko terkena malaria, dan yang
terpenting pengenalan tentang gejala dan tanda malaria, pengobatan
malaria, pengetahuan tentang upaya menghilangkan tempat
perindukan.
b. Melakukan kegiatan sistem kewaspadaan dini, dengan memberikan
penyuluhan pada masyarakat tentang cara pencegahan malaria.
c. Proteksi pribadi, seseorang seharusnya menghindari dari gigtan
nyamuk dengan menggunakan pakaian lengkap, tidur menggunakan
kelambu, memakai obat penolak nyamuk, dan menghindari untuk
mengunjungi lokasi yang rawan malaria.
d. Modifikasi perilaku berupa mengurangi aktivitas di luar rumah
mulai senja sampai subuh di saat nyamuk anopheles umumnya
mengigit.
2. Kemoprofilaksis (Tindakan terhadap Plasmodium sp)
Walaupun upaya pencegahan gigitan nyamuk cukup efektif
mengurangi paparan dengan nyamuk, namun tidak dapat menghilangkan
sepenuhnya risiko terkena infeksi. Diperlukan upaya tambahan, yaitu
kemoprofilaksis untuk mengurangi risiko jatuh sakit jika telah digigit
nyamuk infeksius. Beberapa obat-obat antimalaria yang saat ini digunakan
sebagai kemoprofilaksis adalah klorokuin, meflokuin (belum tersedia di
Indonesia), doksisiklin, primakuin dan sebagainya. Dosis kumulatif
maksimal untuk pengobatan pencegahan dengan klorokuin pada orang
dewasa adalah 100 gram basa.
Untuk mencegah terjadinya infeksi malaria terhadap pendatang yang
berkunjung ke daerah malaria pemberian obat dilakukan setiap minggu;
mulai minum obat 1-2 minggu sebelum mengadakan perjalanan ke endemis
malaria dan dilanjutkan setiap minggu selama dalam perjalanan atau tinggal
di daerah endemis malaria dan selama 4 minggu setelah kembali dari daerah
tersebut.
Pengobatan pencegahan tidak diberikan dalam waktu lebih dari 12-20
minggu dengan obat yang sama. Bagi penduduk yang tinggal di daerah risiko
tinggi malaria dimana terjadi penularan malaria yang bersifat musiman maka
upaya pencegahan terhadap gigitan nyamuk perlu ditingkatkan sebagai
pertimbangan alternatif terhadap pemberian pengobatan profilaksis jangka
panjang dimana kemungkinan terjadi efek samping sangat besar.
3. Tindakan terhadap vector
a. Pengendalian Mekanik
Dengan cara ini, sarang atau tempat berkembang biak serangga
dimusnahkan, misalnya dengan mengeringkan genangan air yang menjadi
sarang nyamuk. Termasuk dalam pengendalian ini adalah mengurangi
kontak nyamuk dengan manusia, misalnya memberi kawat nyamuk pada
jendela dan jalan angin lainnya.
a. Pengendalian secara Biologis
Pengendalian secara biologis dilakukan dengan menggunakan
makhluk hidup yang bersifat parasitik terhadap nyamuk atau penggunaan
hewan predator atau pemangsa serangga. Dengan pengendalian secara
biologis ini, penurunan populasi nyamuk terjadi secara alami tanpa
menimbulkan gangguan keseimbangan ekologi. Memelihara ikan
pemangsa jentik nyamuk, melakukan radiasi terhadap nyamuk jantan
sehingga steril dan tidak mampu membuahi nyamuk betina. Pada saat ini
sudah dapat dibiakkan dan diproduksi secara komersial berbagai
mikroorganisme yang merupakan parasit nyamuk. Bacillus thuringiensis
merupakan salah satu bakteri yang banyak digunakan, sedangkan
Heterorhabditis termasuk golongan cacing nematode yang mampu
memeberantas serangga.
Pengendalian nyamuk dewasa dapat dilakukan oleh masyarakat
yang memiliki temak lembu, kerbau, babi. Karena nyamuk An. aconitus
adalah nyamuk yang senangi menyukai darah binatang (ternak) sebagai
sumber mendapatkan darah, untuk itu ternak dapat digunakan sebagai
tameng untuk melindungi orang dari serangan An. aconitus yaitu dengan
menempatkan kandang ternak diluar rumah (bukan dibawah kolong dekat
dengan rumah).
b. Pengendalian secara Mekanik
Pengendalaian secara kimiawi adalah pengendalian serangga
mengunakan insektisida. Dengan ditemukannya berbagai jenis bahan
kimiayang bersifat sebagai pembunuh serangga yang dapat diproduksi
secara besar-besaran, maka pengendalian serangga secara kimiawi
berkembang pesa
PENCEGAHAN SEKUNDER
1. Pencarian penderita manusia
Pencarian secara aktif melalui skrining yaitu dengan penemuan dini
penderita malaria dengan dilakukan pengambilan slide darah dan
konfirmasi diagnosis mikroskopis dan /atau RDT (Rapid Diagnosis Test))
dan secara pasif dengan cara melakukan pencatatan dan pelaporan
kunjungan kasus malaria.
2. Diagnosis Dini
3. Pengobatan yang tepat dan adekuat
PENCEGAHAN TERTIER
1. Penanganan akibat lanjut dari komplikasi malaria
2. Rehabilitasi mental atau psikologis
V. KETERKAITAN ANTAR MASALAH
2. Malaria
a. Klasifikasi
Jenis-jenis Malaria digolongkan menjadi 4, yaitu:
1. Malaria tertiana, disebabkan oleh Plasmodium vivax, dimana
penderita merasakan demam muncul setiap hari ketiga. Merupakan
penyebab kira-kira 43% kasus malaria pada manusia
2. Malaria quartana, disebabkan oleh Plasmodium malariae, penderita
merasakan demam setiap hari keempat. Menyebabkan kira-kira 7%
malaria didunia.
3. Malaria tropica, disebabkan oleh Plasmodium falciparum,
merupakan malaria yang paling patogenik dan seringkali berakibat
fatal. Jenis penyakit malaria ini adalah yang terberat, karena dapat
menyebabkan berbagai komplikasi berat seperti cerebral malaria
(malaria otak), anemia berat, syok, gagal ginjal akut, perdarahan,
sesak nafas, dll. Penderita Malaria jenis ini mengalami demam tidak
teratur dengan disertai gejala terserangnya bagian otak, bahkan
memasuki fase koma dan kematian yang mendadak.
4. Malaria pernisiosa, disebabkan oleh Plasmodium ovale. Malaria jenis
ini jarang sekali dijumpai, umumnya banyak di Afrika dan Pasifik
Barat.
b. Patogenesis
Bila nyamuk anopheles betina mengandung parasit plasmodium
falcifarum dalam kelenjar liurnya menusuk hospes, sporozoit yang beraada
didalam air liurnya masuk melalui probosis yang ditusukkan kedalam
kulit. Sporozoit segera masuk kedalam peredaran darah dan setelah
sampai 1 jam masuk kedalam sel hati. Banyak yang dihancurkan oleh
fagosit, tetapi sebagian masuk dalam sel hati (hepatosit) menjadi trofozoit
hati dan berkembang biak. Proses ini disebut fase praeritrosit. Pada
plasmodium falcifarum tidak ada fase eksoeritrosit yang dapat
menimbulkan relaps. Inti parasit membelah diri berulang-ulang dan skizon
jaringan (skizon hati) berbentuk bulat atau lonjong, menjadi besar sampai
ukuran 45 mikron. Pembelahan inti disertai pembelahan sitoplasma yang
mengelilingi setiap inti sehingga terbentuk beribu-ribu merozoit.
PENCEGAHAN SEKUNDER
Pencarian penderita manusia
Pencarian secara aktif melalui skrining yaitu dengan penemuan
dini penderita malaria dengan dilakukan pengambilan slide darah dan
konfirmasi diagnosis mikroskopis dan /atau RDT (Rapid Diagnosis
Test)) dan secara pasif dengan cara melakukan pencatatan dan
pelaporan kunjungan kasus malaria.
Diagnosis Dini
Pengobatan yang tepat dan adekuat
PENCEGAHAN TERTIER
a. Derivat Artemisinin
OBAT DOSIS
ANTIMALARIA
c. Kinidin
Bila kina tidak tersedia maka isomernya yaitu kinidin
cukup aman dan efektif. Dosis loading 15mg basa/kg BB dalam
250 cc cairan isotonik diberikan dalam 4 jam, diteruskan
dengan 7,5mg basa/kg BB dalam 4 jam tiap 8 jam, dilanjutkan
per oral setelah sadar, kinidin efektif bila sudah terjadi
resistensi terhadap kina, kinidin lebih toksik terhadap jantung
dibandingkan kina.
d. Klorokuin
Klorokuin masih merupakan OAM yang efektif
terhadap P. falciparum yang sensitif terhadap klorokuin.
Keuntungannya tidak menyebabkan hipoglikemi dan tidak
mengganggu kehamilan. Dosis loading : klorokuin 10 mg
basa/Kg BB dalam 500 ml cairan isotonis dalam 8 jam diulang
3 x. Bila cara per infus tidak memungkinkan dapat diberikan
secara i.m atau subkutan dengan cara 3,5mg/Kg BB klorokuin
basa tiap 6 jam, dan 2,5 mg/Kg BB klorokuin tiap 4 jam.
e. Injeksi kombinasi sulfadoksin-pirimetamim (fansidar)
1) Ampul 2 ml : 200 mg S-D + 10 mg pirimetamin
2) Ampul 2,5 ml : 500 mg S-D + 25 mg pirimetamin
2. Exchange transfusion (transfusi ganti)
1, 3 = hypokondrium ka/ki
2 = ephigastrium
4, 6 = lumbal ka/ki
5 = umbilicus
8 = hypogastrium
1 2 3
PERKUSI
Cara Kerja :
1. lakukan perkusi dari kwadran kanan atas memutar searah jarum jam, catat adanya
perubahan suara perkusi :
Normalnya : tynpani, redup bila ada organ dibawahnya ( misal hati )
Abnormal :
Hypertympani terdapat udara
Pekak terdapat Cairan
2. lakukan perkusi di daerah hepar untuk menentukan batas dan tanda pembesaran hepar.
Cara :
Lakukan perkusi pada MCL kanan bawah umbilicus ke atas sampai terdengar
bunyi redup, untuk menentukan batas bawah hepar.
Lakukan perkusi daerah paru ke bawah, untuk menentukan batas atas
Lakukan perkusi di sekitar daerah 1 da 2 untuk menentukan batas-batas hepar
yang lain.
PALPASI
Cara Kerja :
1. Beritahu pasien untuk bernapas dengan mulut, lutut sedikit fleksi.
2. Lakukan palpasi perlahan dengan tekanan ringan, pada seluruh daerah perut
3. Tentukan ketegangan, adanya nyeri tekan, dan adanya masa superficial atau masa feces
yang mengeras.
4. Lanjutkan dengan pemeriksaan organ
Hati
Letakkan tangan kiri menyangga belakang penderita pada coste 11 dan 12
Tempatkan ujung jari kanan ( atas - obliq ) di daerah tempat redup hepar bawah / di
bawah kostae.
Mulailah dengan tekanan ringan untuk menentukan pembesaran hepar, tentukan
besar, konsistensi dan bentuk permukaan.
Minta pasien napas dalam, tekan segera dengan jari kanan secara perlahan, saat
pasien melepas napas, rasakan adanya masa hepar, pembesaran, konsistensi dan
bentuk permukaannya.
Normal : tidak teraba / teraba kenyal, ujung tajam.
Abnormal :
Teraba nyata ( membesar ), lunak dan ujung tumpul hepatomegali
Teraba nyata ( membesar ), keras tidak merata, ujung ireguler hepatoma
Lien
Letakkan tangan kiri menyangga punggung kanan penderita pada coste 11 dan 12
Tempatkan ujung jari kanan ( atas - obliq ) di bawah kostae kanan.
Mulailah dengan tekanan ringan untuk menentukan pembesaran limfa
Minta pasien napas dalam, tekan segera dengan jari kanan secara perlahan, saat
pasien melepas napas, rasakan adanya masa hepar, pembesaran, konsistensi dan
bentuk permukaannya.
Normal : Sulit di raba, teraba bila ada pembesaran
PEMERIKSAAN SISTEM MUSKULOSKELETAL OTOT
Hal hal yang perlu diperhatikan :
Bentuk, ukuran dan kesimetrisan otot
Adanya atropi, kontraksi dan tremor, tonus dan spasme otot
Kekuatan otot
UJi Kekuatan Otot
Cara kerja :
Tentukan otot/ektrimitas yang akan di uji
Beritahu pasien untuk mengikuti perintah, dan pegang otot dan lakukan penilaian.
Penilaian :
0 ( Plegia ) : Tidak ada kontraksi otot
1 ( parese ) : Ada kontraksi, tidak timbul gerakan
2 ( parese ) : Timbul gerakan tidak mampu melawan gravitasi
3 ( parese ) : Mampu melawan gravitasi
4 ( good ) : mampu menahan dengan tahanan ringan
5 ( Normal ): mampu menahan dengan tahanan maksimal
TULANG
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
Adanya kelainan bentuk / deformitas
Masa abnormal : besar, konsistensi, mobilitas
Tanda radang dan fraktur
Cara kerja :
Ispkesi tulang, catat adanya deformitas, tanda radang, benjolan abnormal.
Palpasi tulang, tentukan kwalitas benjolan, nyeri tekan, krepitasi
PERSENDIAN
Hal-hal Yang perlu diperhatikan :
Tanda-tanda radang sendi
Bunyi gerak sendi ( krepitasi )
Stiffnes dan pembatasan gerak sendi ( ROM )
Cara Kerja :
Ispeksi sendi terhadap tanda radang, dan palpasi adanya nyeri tekan
Palpasi dan gerakan sendi, catat : krepitasi, adanya kekakua sendi dan nyeri gerak
Tentukan ROM sendi : Rotasi, fleksi, ekstensi, pronasi/supinasi, protaksi,
inverse/eversi,
PEMERIKSAAN KHUSUS
1. Angkat Tungkai Lurus
Angkat tungkai pasien, luruskan sampai timbul nyeri, dorsofleksikan tungkai kaki
Abnormal : nyeri tajan ke rah belakang tungkai ketegangan / kompresi syaraf
2. Uji CTS ( Carpal Tunnel Syndrome )
Uji PHALENS
Fleksikan pergelangan tangan ke dua tangan dengan sudut maksimal, tahan selama 60
detik.
Abnormal : Baal / kesemutan pada jari-jari dan tangan.
Uji TINELS
Lakukan perkusi ringan di atas syaraf median pergelangan tangan
Abnormal : ada kesemutan atau kesetrum
3. Tanda BALON
Tekan kantung suprapatela dengan jari tangan, jari yang lain meraba adanya cairan.
PEMERIKSAAN SISTEM INTEGUMEN KULIT
Inspeksi
1. Warna kulit
Normal : nampak lembab, Kemerahan
Abnormal : cyanosis / pucat
2. Tekstur kulit
Normal : tegang dan elastis ( dewasa ), lembek dan kurang elastis ( orang tua )
Abnormal : menurun dehidrasi, nampak tegang odema, peradangan
3. Kelainan / lesi kulit
Normal : tidak terdapat
Abnormal : Terdapat lesi kulit, tentukan :
1. bentuk Lesi
Lesi Primer : bulla, macula, papula, plaque, nodula, pigmentasi, hypopigmentasi,
pustula
Lesi Sekunder : Tumor, crusta, fissura, erosi, vesikel, eskoriasi, lichenifikasi,
scar, ulceratif.
2. distribusi dan konfigurasinya.
General, Unilateral, Soliter, Bergerombol
Palpasi
1. Tekstur dan konsistensi
Normal : halus dan elastis
Abnormal : kasar, elastisitas menurun, elastisitas meningkat ( tegang )
2. Suhu
Normal : hangat
Abnormal : dingin ( kekurangan oksigen/sirkulasi ), suhu meningkat ( infeksi )
3. Turgor kulit
Normal : baik
Abnormal : menurun / jelek orang tua, dehidrasi
4. Adanya hyponestesia/anestesia
5. Adanya nyeri
Pemeriksaan Khusus
AKRAL
Ispeksi dan palpasi jari-jari tangan, catat warna dan suhu .
Normal : tidak pucat, hangat
Abnormal : pucat, dingin kekurangan oksigen
CR ( capilari Refiil )
Tekan Ujung jari berarapa detik, kemudian lepas, catat perubahan warna
Normal : warna berubah merah lagi < 3 detik
Abnormal : > 3 detik gangguan sirkulasi.
ODEM
Tekan beberapa saat kulit tungkai, perut, dahi amati adanya lekukan ( pitting )
Normal : tidak ada pitting
Abnormal : terdapat pitting ( non pitting pada beri-beri )
KUKU
Observasi warna kuku, bentuk kuku, elastisitas kuku, lesi, tanda radang
Abnormal :
Jari tabuh ( clumbing Finger ) penykait jantung kronik
Puti tebal jamur
RAMBUT TUBUH
Ispeksi distribusi, warna dan pertumbuhan rambut
PEMERIKSAAN SISTEM PERSAYARAFAN
PEMERIKSAAN FUNGSI SENSORIK
1. Sensasi Taktil
Siapkan alat kuas halus, kapas, ujung jari ( bila terpaksa )
Penderita dapat berbaring atau duduk rileks, mata di pejamkan
Lakukan sentuhan ringan ( jangan sampai menekan ), minta pasien ya bila
merasakan dan tidak bila tidak merasakan
Lakukan mulai dari ujung distal ke proksimal ( azas Ekstrem ), dan bandingkan
kanan dan kiri ( azas Simetris ).
Cari tempat yang tidak berbulu, beri sentuhan beberapa tempat, minta pasien untuk
membandingkan.
Lakukan sentuhan, membentuk huruf, minta pasien menebak.
Kelainan :
Anestesia, hipestesia, hiperestesia.
Trikoanestesia kehilangan senasi gerak rambut
Gravanestesia tidak mampu mengenal angka/huruf.
2. Sensasi Nyeri superficial
Gunakan jarum salah satu runcing dan tumpul
Mata pasien dipejamkan
Coba dulu, untuk menentukan tekanan maksimal
Beri rangsangan dengan jarum runcing, minta pasien merasakan nyeri atau tidak
Lakukan azas ekstri, dan simetris.
Lakukan rangsangan dengan ujung tumpul dan runcing, minta pasien untuk
menebaknya.
Kelainan :
Analgesia, Hypalgesia, hiperalgesia.
3. Pemeriksaan sensasi suhu
Siapkan alat Panas ( 40-45 derajat ), dingin ( 5-10 )
Posisi pasien berbaring dan memejamkan mata.
Tempelkan alat, dan minta pasien menebak panas atau dingin
Lakukan azas simetris dan ekstrim
Kelainan :
Termastesia, termhipestesia, termhiperestesia, isotermognosia
4. Sensasi Gerak dan posisi
Pasien memejamkan mata
Bagian tubuh ( jari-jari ) digerakkan pasif oleh pemeriksa
Minta pasien menjelaskan posisi dan keadaan jari
PEMERIKSAAN FUNGSI MOTORIK
Posisi Tubuh
postur hemiplegia, decorticate, deserebrate.
Gerakan involunter
tremor, tiks, chorea ..
Tonus otot
Spastis, kekakuan, flasid
Koordinasi
Tunjuk hidung jari : perintahkan pasien menyentuk hidung dan jari bergantian dan
berulang-ulang, catat adanya kegagalan.
Setiyohadi, Bambang. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid III edisi V. Jakarta
Pusat: Interna Publishing