Anda di halaman 1dari 7

DERIVASI KEBIJAKAN MENJADI

PROGRAM KESEHATAN

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

Disusun Oleh kelompok 4 :

1. Dimas Sanjaya (19110106)


2. Sabina Senggo (19110198)
3. Ken Amaranillah (19110108)

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


S-1 KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
2019/2020
DERIVASI KEBIJAKAN MENJADI

PROGRAM KESEHATAN

1. Fakta tentang BPJS kesehatan

 Tidak sebagaimana asuransi swasta yang umumnya memiliki batasan dan syarat
beberapa jenis penyakit, BPJS kesehatan dirancang untuk menanggung segala jenis
penyakit. BPJS kesehatan akan menanggung anggota BPJS dari seluruh jenjang usia
dan semua tingkat keparahan penyakit yang diderita. Besaran premi yang dibayarkan
bukan berdasarkan usia, riwayat kesehatan, atau tingkat penyakit yang diderita,
melainkan berdasarkan fasilitas kesehatan yang dinikmati. Fasilitas ini terbagi
menjadi kelas I sampai kelas III.
 BPJS kesehatan menganut pola rujukan berjenjang, sehingga pasien tidak bisa bebas
memeriksakan diri ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan yang diinginkan. Pertama,
pasien harus berobat ke fasilitas kesehatan tingkat pertama yaitu puskesmas, klinik,
atau dokter praktik perorangan yang bekerja sama dengan BPJS. Kemudian, jika
fasilitas kesehatan tersebut tidak sanggup mengobati, maka akan dirujuk ke fasilitas
kesehatan yang lebih tinggi atau sekelas rumah sakit.
 Keterbatasan rumah sakit atau fasilitas kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS,
membuat pasien BPJS kesehatan seringkali harus mengantri untuk mendapatkan
pelayanan. Meskipun demikian, kini sudah semakin banyak dokter dan rumah sakit
yang melayani peserta BPJS kesehatan.
 Biaya pengobatan dan pemeriksaan laboratorium juga termasuk dalam layanan BPJS
kesehatan. Pasien tidak perlu membayar lagi untuk layanan tersebut, asalkan tetap
sesuai dengan prosedur atau ketentuan BPJS kesehatan yang berlaku. BPJS tidak akan
menanggung biaya pemeriksaan penunjang atas permintaan pasien sendiri tanpa
indikasi atau tidak sesuai diagnosis penyakit yang diberikan dokter.
 Penarikan biaya terhadap pasien BPJS berlaku jika peserta meminta fasilitas lebih
tinggi dari hak yang seharusnya diperoleh. Misalnya, ketika pasien meminta kelas
perawatan lebih tinggi dari hak yang dimilikinya. Untuk itu, pasien perlu
memberitahukan hal tersebut kepada pihak BPJS kesehatan dan petugas rumah sakit
jika saat dirawat hendak menggunakan kelas yang lebih tinggi dari premi yang
dibayar ke BPJS.
 BPJS kesehatan bukan badan usaha, melainkan badan hukum publik yang
diamanatkan oleh undang-undang untuk menyelenggarakan jaminan kesehatan.
Salah satu prinsip utama dalam penyelenggaraan jaminan sosial tersebut adalah
gotong royong, yang sehat membantu yang sakit, yang mampu membantu yang
kurang mampu, yang muda membantu yang tua dan sebagainya.
 Banyak masyarakat yang sangat terbantu dengan adanya program jaminan kesehatan
yang diselenggarakan oleh BPJS kesehatan.
Realisasi biaya manfaat berupa biaya pelayanan kesehatan perorangan meliputi biaya
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif, sampai dengan 31 Desember 2014
mencapai Rp.42,65 Triliun.
 BPJS kesehatan menjamin bukan hanya penyakit ringan, melainkan juga penyakit
kronis dan katastrofik.
Fakta membuktikan, bahwa BPJS kesehatan menjamin penyakit kronis dan
katastrofik, antara lain : penyakit jantung, kanker, thalasemia, hemophilia, diabetes,
hipertensi dan lain-lain.
2. DATA PESERTA BPJS DARI TAHUN KE TAHUN

Jumlah peserta tercatat meningkat sejak Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS)
kesehatan terbentuk pada 2014 lalu.

2014 2015 2016 2017 2018 1-10 JANUARI


2019
PBI 95,16 juta 98,99 juta 106,51 juta 112,68 juta 121,98 juta 129,81 juta
PPU 24,32 juta 37,86 juta 41,02 juta 44,89 juta 49,83 juta 50,04 juta
PBPU 9,05 juta 14,96 juta 19,33 juta 25,39 juta 31,1 juta 31,15 juta
BP 4,87 juta 4,96 juta 5,06 juta 5 juta 5,13 juta 5,14 juta juta
JUM 133,42 156,79 juta 171,93 juta 187,98 juta 208,05 juta 216,15 juta
LAH juta

 PBI = Penerima bantuan iuran


Merupakan program jaminan kesehatan fakir miskin dan orang tidak mampu yang
dibayar oleh pemerintah pusat melalui APBN dan pemerintah daerah melalui APBN
 PPU = Pekerja Penerima Upah
Setiap orang yang bekerja pada pemberi kerja dengan menerima gaji atau upah, yang
terdiri dari PPU penyelenggara negara dan PPU NON penyelenggara negara.
a. PPU penyelenggara negara terdiri dari pejabat negara, Pegawai Negeri Sipil
(PNS) pusat atau daerah, PNS yang dipekerjakan di BUMN/BUMD,
TNI/PNS, TNI, POLRI/PNS, POLRI, DPRD, dan Pegawai Pemerintah Non
Pegawai Negeri (PPNPN).
b. PPU NON penyelenggara negara terdiri dari Badan Usaha Milik Negara
(BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), dan SWASTA.
 PBPU = Pekerja Bukan Penerima Upah
Setiap orang yang bekerja atau berusaha atas resiko sendiri, yang terdiri dari :
notaris/pengacara/lembaga swadaya masyarakat (LSM), dokter/bidan praktek swasta,
pedagang/penyedia jasa, petani/peternak, nelayan, sopir, ojek, montir dan pekerja lain
yang mampu membayar iuran.
 BP = Bukan Pekerja
Setiap orang yang bukan termasuk masyarakat yang didaftarkan dan iuran nya dibayar
oleh pemerintah pusat/daerah, PPU serta PBPU, yang terdiri dari : BP penyelenggara
negara dan BP NON penyelenggara negara.
a. BP penyelenggara negara terdiri dari Penerima Pensiun (PP) pejabat negara,
PP PNS pusat/daerah, PP TNI, PP POLRI, veteran dan printis kemerdekaan
b. BP NON penyelenggara negara terdiri dari : investor, pemberi kerja dan BP
lain yang mampu membayar iuran.

3. IMPLIKASI DAN REKOMENDASI


a. Kebijakan
 Kewajiban untuk membayar iuran BPJS
 Iuran jaminan kesehatan bagi peserta pekerja penerima upah 5% dari gaji atau
upah per bulan yang terdiri atas (PNS, TNI, dan POLRI)
b. Pemberdayaan masyarakat
 Pemberian informasi kepada masyarakat dianjurkan untuk mengikuti dan
menjadi anggota BPJS kesehatan
c. Kesehatan
 Membantu masyarakat untuk mengurangi biaya rumah sakit
 Sebagai upaya mencegah dan meningkatkan status kesehatan masyarakat
KESIMPULAN

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial kesehatan memberikan jaminan kepada pesertanya


dalam bentuk pelayanan kesehatan yang bersifat menyeluruh (komprehensif) berdasarkan
kebutuhan medik sesuai dengan standar pelayanan medik. Pada BPJS kesehatan memiliki 2
jenis fasilitas kesehatan yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan
perorangan, baik promotif, proventif, kuratif, maupun rehabilitatif termasuk pelayanan obat
dan bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan medis.
REFERENSI

Humas, 2019 https://bpjs-kesehatan.go.id/bpjs/indeks.php/pages/detail/2014/11


(dilihat pada 25 februari 2020)

Dr. Kevin Adrian, 2018 https://www.alodokter.com/5-fakta-yang-harus-diketahui-


tentang-bpjs-kesehatan (diliat pada 24 februari 2020)

Advertorial,2015 https://www.beritasatu.com/nasional/314207/7-fakta-bpjs-kesehatan
(dilihat pada 24 februari 2020)

CNN Indonesia, 2019 https://www.cnnindonesia.com/nasional/20190731191435-20-


417192/52-juta-peserta-subsidi-bpjs-kesehatan-dinonaktifkan ( dilihat pada 24
februari 2020)

PS Rahmi, 2016 http://scholar.unand.ac.id/9427/2/BAB%20v.pdf (dilihat pada 24


februari 2020)

Anda mungkin juga menyukai