Anda di halaman 1dari 11

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI DESA

LOBU ATAS KECAMATAN TOULUAAN KABUPATEN MINAHASA TENGGARA

Abstrak

Oleh :
HENNY LIWAN
NIM. 120813241

Partisipasi publik dalam kebijakan pembangunan di negara-negara yang menerapkan


demokrasi termasuk di Indonesia bukanlah hal yang baru. Sebagai suatu konsep dan praktek
pembangunan, konsep partisipasi baru dibicarakan pada tahun 60-an ketika berbagai lembaga
internasional mempromosikan partisipasi dalam praktek perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
pembangunan. Di Indonesia, landasan hukum pelaksanaan partisipasi masyarakat adalah UUD 1945
yang menyebutkan bahwa partisipasi adalah hak dasar warga negara, dan partisipasi politik sebagai
prinsip dasar demokrasi. Kabupaten Minahasa Tenggara dalam menunjang kegiatan
pembangunannya, maka visi dan misi yang harus dicapai adalah peningkatan kinerja pembangunan
daerah. Oleh karena itulah, dalam menunjang visi dan misi tersebut, maka keterlibatan atau
partisipasi dari masyarakat dalam proses pembangunan mulai dari perencanaan, pelaksanaan,
sampai pada evaluasi hasil pembangunan sangat penting utamanya di tingkat desa.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk menjawab pertanyaan yang timbul
dari permasalahan yakni tentang partisipasi masyarakat dalam pembangunan infrastruktur,
penelitian ini menggunakan teoru dari Adi tentang partisipasi masyarkat dari hasil penelitian
keempat indokator ini berjalan dengan baik.

Keywords : Partisipasi, Pembangunan, Masyarakat

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam Pasal 78 ayat 1 dan 2 UU No. 6 Tahun 2014 dikatakan Pembangunan Desa bertujuan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa dan kualitas hidup manusia serta penanggulangan
kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan prasarana Desa,
pengembangan potensi ekonomi lokal, serta pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan secara
berkelanjutan. Pembangunan Desa meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan..
Partisipasi memiliki maksud dasar menjadi instrument yang memberikan peluang yang besar
bagi masyarakat untuk dapat berkembang sesuai dengan potensinya, terlibat aktif dalam
penyelenggaraan pemerintahan, sehingga pihaknya dapat menikmati mamfaat dari kebijakan, yang
dibuat pihak pemerintah.
Namun jika kita melihat ke belakang, bahwa mulai dari tahap perencanaan pembangunan
yang menggunakan pola berjenjang dari bawah ke atas (Bottom-Up) ternyata tidak banyak
menjanjikan aspirasi murni warga desa/kelurahan didengar. Begitu pun halnya dalam pelaksanaan
proyeknya yang masih menggunakan sistem tender, di mana tender yang dimaksud melibatkan para
kontraktor sebagai pihak ketiga dalam pelaksanaan pembangunan daerah yang basisnya tentu
berada di desa. Hal tersebut menunjukkan bahwa, ternyata keterlibatan masyarakat dalam proses
pembangunan hanya selesai pada tahap perencanaan yang pada tahap itu pun masih banyak
langkah-langkah yang belum terlaksana dengan baik, sehingga implementasi pola tersebut dapat
dikritisi mengandung banyak kelemahan. Misalnya, partisipasi masyarakat selaku penerima manfaat
sangat lemah, hasil dari berbagai forum koordinasi di tingkat lebih rendah (desa/ Kelurahan) kadang
tidak digubris oleh pemerintah yang lebih tinggi, mekanisme perencanaan mulai dari musrenbang
desa hanya bersifat mencatat daftar kebutuhan masyarakat ketimbang sebagai proses perencanaan
yang partisipatif. Proses tersebut akhirnya menjadi proses birokratis yang sangat panjang dan lama,
sehingga masyarakat tidak mendapat kepastian kapan kebutuhannya akan terwujud.
Bila demikian adanya, maka realita ini tentu saja dapat menghambat jalannya proses
pembangunan yang melibatkan masyarakat di dalamnya (partisipatif). Padahal, sebagaimana yang
telah dijelaskan di atas bahwa macetnya pembangunan partisipatif akan memunculkan pola-pola
pembangunan yang tidak aspiratif. Hal tersebut di atas kemudian memunculkan pertanyaan di
Kecamatan Touluaan, khususnya di Desa Lobu Atas bahwa apakah partisisipasi masyarakat di
dalam pelaksanaan pembangunan infrastruktur telah terlaksana dengan baik, di mana masyarakat
tidak lagi menjadi objek pembangunan, akan tetapi telah menjadi subyek pembangunan. Dengan
maksud bahwa partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan bukan hanya sekedar
dilihat dari antusiasme masyarakat dalam menghadiri Musrenbang, akan tetapi, bagaimana
kepentingan mereka telah direspon oleh pemerintah, serta bagaimana proses pelibatan mereka baik
dalam tahap perencanaan sampai tahap pelaksanaan proyek pembangunannya. Karena antusiasme
masyarakat kemudian lahir ketika substansi dari proses pembangunan itu telah tercipta.
Melalui penelitian awal, ditemukan bahwa partisipasi masyarakat dalam menunjang
pembangunan belum sesuai yang diharapkan, masih banyak masyarakat yang masih tidak mau
berpartisipasi baik itu dalam tahap perencanaan sampai pada tahap pelaksanaan terutama pada
program-program fisik seperti, Kantor Desa, Jalan, Drainase, Jembatan, dan lainnya, meskipun
adanya beberapa program pemberdayaan masyarakat di desa, semangat partisipasi masyarakat di
desa belum juga terlihat. Berdasar pada uraian dalam latar belakang, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian lebih lanjut untuk menemukan aspek-aspek yang terkait dengan partisipasi
masyarakat dalam judul: “Partisipasi Masyarakat Dalam Implementasi Program Pembangunan
Fisik di Desa Lobu Atas Kecamatan Touluaan Kabupaten Minahasa Tenggara”.

2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah: Bagaimana Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Infrastruktur di Desa Lobu Atas
Kecamatan Touluaan Kabupaten Minahasa Tenggara?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah rumusan kalimat yang menunjukkan adanya sesuatu hal yang diperoleh
setelah penelitian selesai. Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini, yakni:
Untuk Mengetahui Tingkat Partisipasi Masyarakat Dalam Program Pembangunan Fisik di Desa
Lobu Atas Kecamatan Touluaan dari tahap perencanaan, implementasi sampai pada tahap
evaluasinya.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dan dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Secara praktis, yakni memberikan data dan informasi yang berguna bagi semua kalangan
terutama mereka yang secara serius mengamati jalannya partisipasi masyarakat, serta
memberikan masukan bagi masyarakat khususnya di tempat penelitian ini dilaksanakan agar
dapat terus meningkatkan peran aktifnya dalam membangun daerahnya.
2. Secara akademis, yakni penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi baik secara
langsung atau tidak bagi kepustakaan jurusan Ilmu pemerintahan dan bagi kalangan penulis
lainya yang tertarik untuk mengeksplorasi kembali kajian tentang model partisipasi publik dalam
proses perencanaan pembangunan di daerah lain.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Partisipasi
Partisipasi pada hakekatnya menyangkut setiap mental dan emosional atau perilaku
seseorang sebagai warga negara dan warga masyarakat, namun demikian sikap dan perilaku yang
bagaimana dapat kita artikan secara sesungguhnya. Partisipasi mempunyai lingkup dan
tingkatannya sendiri-sendiri. Itu tergantung dari sudut mana kita memandangnya dan harapan-
harapan yang ada mengenai prilaku yang dikehendaki.
Partisipasi dapat bersifat semu bila prilaku yang diperlihatkan bersifat sangat sementara dan
sangat jauh dari yang diharapkan atau tidak disertai dengan kesediaan psikologis yang
sesungguhnya, sebaliknya partisipasi dapat bersifat persial bila prilaku yang ditamapilkannya hanya
sebagian saja dari yang sesungguhnya diharapkan akan tetapi dapat juga menjadi lengkap bila
sesuai atau mendekati yang diharapkan.
Perlunya keterlibatan masyarakat ini dianggap sangat penting, karena pembangunan yang
terlalu menekankan peranan pemerintah birokrasi (bercirikan top down) mendapat kritikan tajam,
dimana kurang peka terhadap kebutuhan lokal Korten (1988:87).
B. Pengertian Partisipasi Masyarakat
Pengertian partisipasi selalu dikaitkan atau bersinonim dengan peran serta. Seorang ilmuan
yang bernama Keith Davis mengemukakan definisinya tentang partisipasi yang dikutif oleh R.A.
Santoso Sastropoetro (1988:13) sebagai berikut: “Partisipasi dapat didefinisikan sebagai
keterlibatan mental atau pikiran atau moral atau perasaan di dalam situasi kelompok yang
mendorong untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan serta
turut bertanggung jawab terhadap usaha yang bersangkutan.” Berdasarkan pendapat tersebut di atas,
maka partisipasi itu tidak berdasarkan keterlibatan secara fisik dalam pekerjaannya tetapi
menyangkut keterlibatan diri seseorang sehingga akan menimbulkan tanggung jawab dan
sumbangan yang besar terdapat kelompok.
Definisi mana yang dipakai akan sangat menetukan keberhasilan dalam mengembangkan
dan memasyarakatkan sistem pembangunan wilayah yang partisipatif. Dalam sosiologi definisi
pertama merupakan suatu bentuk lain dari mobilisasi rakyat dalam pembangunan. Terkait dengan
hal tersebut, maka partisipasi masyarakat menjadi elemen yang penting dalam pengembangan
masyarakat. Menurut Adi (2001:208), partisipasi masyarakat atau keterlibatan warga dalam
pembangunan dapat dilihat dalam 4 (empat) tahap, yaitu:
1. Tahap Assesment
Dilakukan dengan mengidentifikasi masalah dan sumberdaya yang dimiliki. Untuk ini, masyarakat
dilibatkan secara aktif melihat permasalahan yang sedang terjadi, sehingga hal tersebut merupakan
pandangan mereka sendiri.
2. Tahap Alternative Program atau Kegiatan
Dilakukan dengan melibatkan warga untuk berpikir tentang masalah yang mereka hadapi dan cara
mengatasinya dengan memikirkan beberapa alternatif program.
3. Tahap Pelaksanaan(Implementasi) Program atau Kegiatan
Dilakukan dengan melaksanakan program yang sudah direncanakan dengan baik agar tidak
melenceng dalam pelaksanaannya di lapangan.
4. Tahap Evaluasi (termasuk evaluasi input, p[roses, dan hasil)
Dilakukan dengan adanya pengawasan dari masyarakat dan petugas terhadap program yang sedang
berjalan. Dari beberapa definisi yang telah disebutkan di atas, maka dalam penelitian ini definisi
partisipasi masyarakat yang dimaksudkan oleh peneliti, yakni keikutsertaan/keterlibatan masyarakat
dalam perencanaan dengan memberikan sumbangan ide terhadap proyek pembangunan yang akan
dilaksanakan, di mana dalam hal ini masyarakat berfungsi sebagai subjek sekaligus sebagai objek

4
pembangunan yang mengetahui betul kondisi di daerahnya sendiri, sehingga pembangunan yang
nantinya dilaksanakan di daerah mereka betul-betul seperti yang mereka butuhkan.
B. Konsep Pembangunan
Todaro (2000:18), menyatakan bahwa pembangunan bukan hanya fenomena semata, namun
pada akhirnya pembangunan tersebut harus melampaui sisi materi dan keuangan dari kehidupan
manusia. Todaro (2000:20), mendefinisikan pembangunan merupakan suatu proses multidimensial
yang meliputi perubahan-perubahan struktur sosial, sikap masyarakat, lembaga-lembaga nasional,
sekaligus peningkatan pertumbuhan ekonomi, pengurangan kesenjangan dan pemberantasan
kemiskinan. Menurut Todaro (2000:21), definisi di atas memberikan beberapa implikasi bahwa:
1. Pembangunan bukan hanya diarahkan untuk peningkatan income, tetapi juga pemerataan.
2. Pembangunan juga harus memperhatikan aspek kemanusiaan, seperti peningkatan:
a. Life sustenance : Kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar.
b. Self-Esteem : Kemampuan untuk menjadi orang yang utuh yang memiliki harga diri, bernilai, dan
tidak “diisap” orang lain.
c. Freedom From Survitude : Kemampuan untuk melakukan berbagai pilihan dalam hidup, yang
tentunya tidak merugikan orang lain.
Konsep dasar di atas telah melahirkan beberapa arti pembangunan yang sekarang ini
menjadi popular (Todaro, 2000:24), yaitu:
1. Capacity, hal ini menyangkut aspek kemampuan meningkatkan income atau produktifitas.
2. Equity, hal ini menyangkut pengurangan kesenjangan antara berbagai lapisan masyarakat dan
daerah.
3. Empowerment, hal ini menyangkut pemberdayaan masyarakat agar dapat menjadi aktif dalam
memperjuangkan nasibnya dan sesamanya.
4. Suistanable, hal ini menyangkut usaha untuk menjaga kelestarian pembangunan.

5
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian dengan
menggunakan pendekatan kualitatif, di mana penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif. Narbuko
& Achmadi (2004:44) memberikan pengertian penelitian yang berusaha untuk menuturkan
pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data, jadi ia juga menyajikan data,
menganalis dan menginterpretasi, serta juga bisa bersifat komparatif dan korelatif. Hadari Nawawi
(2007:33), mengungkapkan bahwa penelitian yang bersifat deskriptif, yaitu penelitian yang
dilakukan untuk mengetahui atau menggambarkan kenyataan dari kejadian yang diteliti atau
penelitian yang dilakukan terhadap variabel mandiri atau tunggal, yaitu tanpa membuat
perbandingan atau menghubungkan dengan variabel lain. Selain itu, penelitian deskriptif juga
terbatas pada usaha mengungkapkan suatu masalah, keadaan atau peristiwa sebagaimana adanya,
sehingga bersifat sekedar untuk mengungkapkan fakta dan memberikan gambaran secara obyektif
tentang keadaan sebenarnya dari obyek yang diteliti.
B. Fokus Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Lobu Atas. Kecamatan Touluaan ini penulis pilih sebagai
lokasi penelitian karena berdasarkan penelitian awal Desa ini merupakan salah satu desa yang
memiliki masyarakat yang mempunyai semangat gotong royong yang baik. Fokus utama penelitian
ini adalah partisipasi masyarakat dalam Pembangunan Infrastruktur Desa Menurut Adi (2001:208),
partisipasi masyarakat atau keterlibatan warga dalam pembangunan dapat dilihat dalam 4 (empat)
tahap, yaitu:
1. Tahap Assesment
2. Tahap Alternative Program atau Kegiatan
3. Tahap Pelaksanaan(Implementasi) Program atau Kegiatan
4. Tahap Evaluasi (termasuk evaluasi input, p[roses, dan hasil)
.
C. Informan
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif,
sehingga dalam penelitian ini tidak dikenal adanya sampel, melainkan informan. Hal ini dibutuhkan
untuk mendapatkan informasi yang lebih jelas mengenai masalah penelitian yang sedang dibahas.
Dalam hal ini penulis menggunakan metode puspose sampling. Purpose sampling adalah
pengambilan sampel yang disesuaikan dengan tujuan dan syarat tertentu yang ditetapkan
berdasarkan tujuan dan masalah penelitian (Nawawi,1987:157). Berdasarkan penjelasan di atas,
maka yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Kepala Desa Lobu Atas
2. 3 Tokoh masyarakat
3. 6 Masyarakat Desa Lobu Atas

D. Teknik Pengumpulan Data


Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data
primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari lokasi penelitian melalui wawancara
dengan informan yang berkaitan dengan masalah penelitian, dan juga melalui observasi atau
pengamatan langsung terhadap objek penelitian. Sedangkan, data sekunder adalah data yang
diperoleh baik dalam bentuk angka maupun uraian. Dalam penelitian ini data-data sekunder yang
diperlukan antara lain: literatur yang relevan dengan judul penelitian, misalnya materi atau
dokumen-dokumen dari kantor Desa Lobu Atas, serta karya tulis yang relevan dengan penelitian.
Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis dalam memperoleh
data-data yang dibutuhkan, yaitu melalui beberapa teknik pengumpulan data sebagai berikut:
6
1. Wawancara
2. Observasi
3. Dokumentasi
E. Teknik Analisis Data
1. Pengumpulan informasi melalui wawancara, observasi langsung dan dokumentasi;
2. Reduksi data Proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, transformasi data
kasar yang muncul dari catatan lapangan.
3. Penyajian data Setelah data direduksi,
4. Tahap akhir adalah menarik kesimpulan (Sugiono: 2004).

7
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Infrastruktur Desa


Berdasarkan focus yang telah ditentukan peneliti membahas mengenai partisipasi masyarakat
dala pembangunan fisik di Desa Lobu Atas Kecamatan Touluaan Kabupaten Minahasa Tenggara.
Menurut Adi, partisipasi masyarakat atau keterlibatan warga dalam pembangunan dapat
dilihat dalam 4 (empat) tahap, yaitu:
1. Tahap Assesment
Dilakukan dengan mengidentifikasi masalah dan sumberdaya yang dimiliki. Untuk ini,
masyarakat dilibatkan secara aktif melihat permasalahan yang sedang terjadi, sehingga hal tersebut
merupakan pandangan mereka sendiri.
Kondisi geografis desa Lobu memiliki banyak perkebunan serta iklim yang mendukung
dalam hal pertanian, masyarakat desa lobu banyak yang berprofesi sebagai petani, kondisi ini tidak
didukung oleh pembangunan infrastruktur jalan yang belum memadai masih dalam tahap
pembangunan dan perbaikan, padahal jalan yang menghubungkan antara desa dengan perkebunan
warga sangat penting mengingat penangkutan hasil-hasil pertanian ke desa.
Keterlibatan masyarakat dalam pembangunan infrastruktur sangat penting dalam menunjang
kelancaran pembangunan, dalam teori partisipasi masyarakat dalam pembangunan, pembangunan
bukan hanya dimulai pada saat rapat perencanaan ataupun pada implementasinya tetapi dalam hal
ini masyarakat seharusnya berpartisipasi pada saat pengidentifikasian masalah. Dari hasil penelitian
melalui wawancara dengan para informan didapati hasil sebagai berikut: menurut bapak Jendri
Pelleng seorang masyarakat desa lobu yang berprofesi sebagai petani: saya sebagai masyarakat
desa lobu, sudah melihat permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat, apalagi saya sebagai
petani sangat menginginkan adanya pembangunan jalan, drainase yang baik, saya sering
berkonsultasi dengan kepala jaga bahkan hukum tua, saya sering menyampaikan keinginan saya,
namun baru beberapa waktu lalu proyek ini direalisasikan.
2. Tahap Alternative Program atau Kegiatan
Tahap ini Dilakukan dengan melibatkan warga untuk berpikir tentang masalah yang mereka
hadapi dan cara mengatasinya dengan memikirkan beberapa alternatif program.
Dalam pelaksanaan pembangunan yang dilaksanakan di Lobu Atas Kecamatan Touluaan,
pembangunan infrastruktur yang akan dilaksanakan tidak langsung diputuskan secara sepihak saja
oleh pemerintah desa melainkan dengan melakukan penggalian gagasan yang mendalam dengan
melibatkan masyarakat secara keseluruhan agar semua kebutuhan masyarakat dapat tertampung
semua, seperti yang telah dikemukakan oleh Bapak Alfrits Tokoh mayarakat desa Lobu Atas :
“proses pengidentifikasian alternative program, digali dari setiap jaga, apakah di satu jaga itu
dilakukan hanya sekali ataukah lebih dari sekali dengan titik lokasi yang berbeda, pemerintah
sering berkunjung ke jaga-jaga ataupun memanggil kepala jaga untuk menanyakan perihal
permasalahan yang dihadapi serta program pembangunan”
3. Tahap Pelaksanaan(Implementasi) Program atau Kegiatan
Tahap ini Dilakukan dengan melaksanakan program yang sudah direncanakan dengan baik
agar tidak melenceng dalam pelaksanaannya di lapangan.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan penulis turun langsung ke tempat pengerjaan
pembangunan infrastruktur di desa Lobu, yang penulis lihat pembangunan tersebut sementara
berjalan seperti jalan ke kebun, Karena jaraknya yang cukup jauh jadi memakan waktu dan dana
yang cukup banyak, lain halnya dengan pembangunan drainase, pengerjaan proyek ini telah selesai
dan proses pengerjaanny melibatkan masyarakat setempat. Hal ini dikatakan oleh Kepala Desa
Lobu, beliau mengatakan : Pengerjaan Pembangunan Infrastruktur jalan desa sementara
dilaksanakan, yang mengerjakannya adalah masyarakat sekitar ada beberapa yang memang
memberikan partisipasi tenaga ataupun sumbangan uang, masyarakat disini cukup partisipatif
dalam hal pembangunan, hanya saja tidak semua yang betul-betuk berpartisipasi masih ada saja
8
masyarakat yang memang tidak berpartisipasi, alasannya beragam-ragam dari pekerjaan,
kesehatan ataupun karena memang malas. Untuk proyek pembanguna drainase, pembangunan ini
memang telah lama selesai proyek ini hasil dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
Mandiri Pedesaan (PNPM-MP) dan dampaknya positif, masyarakat juga turut terlibat dalam
pengerjaanya karena juga mereka dibayar.
4. Tahap Evaluasi (termasuk evaluasi input, proses, dan hasil)
Dilakukan dengan adanya pengawasan dari masyarakat dan petugas terhadap program yang
sedang berjalan.
Pada tahap ini masyarakat ikut mengawasi dari laporan kegiatan dari segi program, waktu
maupun dana yang digunakan. Di desa Lobu Atas peran masyarakat dalam tahap evauasi ini tidak
terlalu terlihat hal ini berdasarkan hasil wawancara dengan para informan yakni informan
masyarakat salah satunya bapak Romel Rondonuwu seorang masyarakat desa Lobu Atas
mengatakan: “Kalau dalam melihat hasil akhir suatu proyek di Desa ini, saya tidak terlalu
memikirkanya, yang terpenting hasil yang dikerjakan sudah selesai dan dapat dinikmati masyarkat,
karena kalaupun ada penyimpangan masyarakat dapat melihat”.

9
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dipaparkan pada Bab sebelumnya, dapat disimpulkan:
1. Pada tahap assessment atau dalam pengidentifikasian masalaha dilapangan, terlihat
Partisipasi masyarakat dapat dikatakan baik yakni masyarakat telah peka terhadap fenomena
serta realita yang sedang terjadi disekitar mereka, bahkan telah memberikan masukan
kepada pihak pemerintah akan hal tersebut.
2. Dalam tahap Alternative Program atau Kegiatan pembangunan yang dilaksanakan di Lobu
Atas Kecamatan Touluaan, yakni pembangunan infrastruktur tidak langsung diputuskan
secara sepihak saja oleh pemerintah desa melainkan dengan melakukan penggalian gagasan
yang mendalam dengan melibatkan masyarakat secara keseluruhan agar semua kebutuhan
masyarakat dapat tertampung semua
3. Dalam tahap implementasi pembangunan infrastruktur, masyarakat terkadang berpartisipasi
hanya karena ada pendapatan atau upah yang didapat, hal ini terlihat wajar namun juga
sekaligus memprihatinkan, disisi lain pemerintah dianggap gagal dalam meningkatkan
partisipasi masyarakat.
4. Tingkat pengawasan atau evaluasi masyarakat terhadap pemerintah dalam pelaksanaan
pembangunan masih rendah, masih banyak masyarakat yang bermasa bodoh atau tidak ingin
mengetahui laporan dari pemerintah, mereka hanya tahu adalah hasil dari pembangunan itu
sendiri.
B. Saran
1. Disarankan kepada pihak pemerintah agar lebih meningkatkan sosialiasi kepada masyarakat
mengenai pembangunan yang sedang dan telah dilakukan pemerintah agar masyarakat bisa
lebih mengetahui dan lebih banyak memberikan masukan kepada pemerintah.
2. Sebaiknya pembangunan infrastruktur di Desa Lobu Atas, terfokus dahulu kepada satu
proyek pengerjaan agar supaya masyarakat lebih focus terlibat kepada satu proyek
pembangunan, karena apabila beberapa proyek dijalankan sekaligus akan menimbulkan
kebingungan.
3. Pemerintah harus mencari waktu yang tepat untuk melaksanakan kegiatan pembangunan
karena masyarakat terkadang banyak yang bekerja, ataupun kalau mereka ikut melaksanakan
pembangunan harus ada bayaran.
4. Pemerintah harus proaktif dalam memberikan pengarahan kepada masyarakat akan
pentingnya pengawasan dan evaluasi agar masyarakat dapat lebih berperan dalam
mengawasi dan bersama-sama mengevaluasi setiap kegiatan, agar mengurangi tingkat
kesalahan dalam suatu pengerjaan proyek pembangunan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Abe, Alexander. 2005. Perencanaan Daerah Partisipatif. Yogyakarta: Pustaka Jogja Mandiri.
Adi, Isbandia Rukminto. 2001. Pemberdayaa, Pengembangan Masyarakat, dan Intervensi
Komunitas (Pengantar pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis). Jakarta: Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Arif, Syaiful. 2006. Reformasi Birokrasi dan Demokratisasi Kebijaka. Malang: Averroes Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 1993. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Arsyad, Lincoln. 2002. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah. Yogyakarta:
BPFE.
Conyers, Diana. 1991. “An Introduction to Social Planning in The Third World”. By Jhon Wiley &
Sons Ltd. 1994. Terjemahan
Drs. Susetiawan. SU: “Perencanaan Sosial di Dunia Ketiga: Suatu Pengantar”. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Danim, Sudarwan. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung: Pustaka Setia. Hadari, Nawawi.
2007. Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Hasan, Iqbal M. 2002. Metode Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Kartasasmita, Ginanjar. 1997. Pembangunan Untuk Rakyat (Memadukan Pertumbuhan dan
Pemerataan). Jakarta: CIDEAS.
Khairuddin. 1992. Pembangunan Masyarakat. Tinjauan Aspek: Sosiologi, Ekonomi, dan
Perencanaan. Yogyakarta: Liberty.
Ndraha, Talizuduhu. 1987. Pembangunan Masyarakat, Mempersiapkan Masyarakat Tinggal
Landas. Jakarta: PT. Bina Aksara.
Nugroho, Riant. 2003. Reinventing Pembangunan. Jakarta: Gramedia. Putra, Fadillah. 2003,
Paradigma Kritis Dalann Studi Kebakan Publik, Yogyakarta. Sastropoetro, Santoso R.A.
1988. Partisipasi, Komunilasi, Persuasi, dan Disiplin Dalam Pembangunan Nasional.
Bandung: Alumni.
Supriatna, Tjahya. 2000. Strategi Pembangunan dan Kemiskinan. Jakarta: Rineka Cipta.
Sugiono. 2004. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Suryono, Agus. 2001. Teori dan Isu Pembangunan. Malang: Universitas Malang Press.
Tarigan, Robinson. 2005. Perencanaan Pembangunan Wilayah.
Tjokromidjojo, Bintoro. 1976. Pengantar Administrasi Pembangunan. Jakarta: LP3ES.
Todaro, Michael P. 2000. Pembangunan Ekonomi Dunia Ketiga. Jakarta: Erlangga
Wahab, Solichin, A. 1990, Analisa Kebijaksanaan Dar' Formulasi Ke Implementasi Kebijaksanaan
Negara, Malang: Bumi Aksara.
Wibawa, Samudera, dkk. 1994, Evaluasi Kebijakan Publik, Jakarta: Raja Grafindo.
Wrihatnolo, Randy R, dan Nugroho, Riant. 2006. Manajemen Pembangunan Indonesia: Sebuah
Pengantar Panduan. Jakarta: Elekx Media Komputindo.

11

Anda mungkin juga menyukai