Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH TRANSFUSI DARAH TRANPLANTASI

JANTUNG DAN ORGAN TUBUH LAINNYA


MENURUT PANDANGAN ISLAM

Disusun Oleh :
Kelompok 3

1. Holida Rachmawaty Renfaan


2. Frischa Yulia Nurain
3. Inayah Nurul Ilmi M
4. Fizriani Pandiali
5. Indah Sarnita
6. Fitri Ramadhani
7. Fitri Ramadhani
8. Gunawan Esomar

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES NANI HASANUDDIN
TAHUN AJARAN
2018/2019
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya dalam ilmu
kedokteran didorong oleh keinginan manusia untuk mempertahankan eksistensi
dan pemenuhan akan kebutuhannya. Ilmu dan teknologi kedokteran menurut
pandangan Islam mestinya dikembangkan dalam rangka mengaktualisasikan
potensi diri yang bersifat insan, kekhalifahan, kerisalahan dan pengabdian kepada
Allah dan kepada sesama manusia.
Kini, produk ilmu teknologi dan kedokteran seperti transfusi darah
menimbulkan permasalahan jika ditinjau dari hukum Islam. Memvoniskan hukum
yang bersifat hitam putih (boleh-tidak-boleh) dalam menanggulangi permasalahan
tersebut dapat menghambat perkembangan ilmu dan ternologi kedokteran itu
sendiri.
Di samping itu, secara sosiologis masyarakat lazim melakukan donor
darah untuk kepentingan pelaksanaan transfusi, baik secara sukarela maupun
dengan menjual kepada yang membutuhkannya. Keadaan itu perlu ditentukan
status hukumnya atas dasar kajian ilmiah.
B.     Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan Makalah ini adalah :
1.   Untuk mempelajari tentang transfusi darah, tranplantasi jantung, dan organ
tubuh lainnya.
2.   Untuk mengetahui hokum transfusi darah, tranplantasi jantung, dan organ
tubuh lainnya menurut islam.
3.   Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama.
C.    Manfaat
Semoga dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat terutama bagi
penulis sendiri dan bagi pembaca lainnya serta menambah wawasan dalam bidang
karya ilmiah. Kita sebagai umat beragama menjadi tahu apa saja yang dapat kita
lakukan untuk menambah keimanan kita sebagai umat beragama, kita akan lebih
memahami batasan- batasan kita. Tentang apa saja yang dapat dilakukan dan tidak
dapat dilakukan untuk mencari ridho Allah SWT.
D.    Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalahnya sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari transfusi darah, transplantasi jantung dan organ tubuh
lainnya?
2. Apa saja manfaat transfusi darah, tranplantasi jantung dan organ tubuh
lainnya?
3. Apa saja hukum transfusi darah, transplantasi jantung dan organ tubuh
lainnya menurut pandangan agama islam?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
1. Transfusi Darah
Transfusi darah adalah suatu proses pekerjaan
memindahkan darah atau pemberian darah dari orang yang sehat
kepada orang yang sakit. Ahli-ahli yang terdahulu sudah berpendapat,
bila seseorang kehilangan darah yang banyak harus diganti dengan
darah atau bila seseorang kekurangan darah harus ditambah dengan
darah, agar organ-organ tubuh berfungsi normal.
Kira-kira 100 tahun yang lalu sudah mulai dicoba
melakukan transfusi, tetapi ternyata banyak menimbulkan bahaya atau
kematian, sehingga sempat dilarang melakukan transfusi itu. Tetapi
pada tahun 1900 setelah Dr.Karl Landsteiner menemukan golongan
darah dan setelah ditemukan sel darah dapat diperpanjang hidupnya
dalam larutan gula dan juga setelah ditemukannya anticoagulant, maka
transfusi mulai berkembang dan banyak yang tertolong orang-orang
yang kehilangan darah atau orang yang kekurangan darah.

2. Transplantasi Jantung
Cangkok jantung adalah tindakan bedah invasif yang
dilakukan untuk menggantikan jantung yang sakit dengan jantung
donor yang sehat untuk memperpanjang hidup pasien yang menderita
gagal jantung, yang bisa disebabkan oleh penyakit jantung koroner,
penyakit katup jantung, cacat jantung bawaan, dan kardiomiopati.
Sebelum bedah, calon potensial penerima cangkok jantung
diminta menjalani penilaian dan evaluasi menyeluruh, untuk
menentukan apakah mereka sehat secara fisik dan mental untuk
menjalani cangkok bedah Faktor-faktor seperti usia dan kondisi
kesehatan pasien secara keseluruhan akan dipertimbangkan secara
serius untuk menimbang baik dan buruknya tindakan ini. Kandidat
yang cocok akan ditempatkan pada daftar tunggu untuk donor jantung,
sementara yang tidak akan diberi pilihan pengobatan lain yang paling
sesuai kondisi masing-masing.
3. Transplantasi Organ Tubuh Lainnya
Transplantasi organ adalah suatu proses pemindahan sebagian
atau bahkan seluruh organ dari satu tubuh manusia yang sehat ke tubuh
manusia lainnya yang organnya dalam kondisi rusak atau bermasalah.
Dengan prosedur transplantasi organ inilah, nyawa seseorang yang
organnya sudah dalam kondisi serius dapat diselamatkan.
Organ-organ yang pada umumnya dapat dipindahkan melalui
prosedur transplantasi antara lain adalah organ liver, paru-paru, ginjal,
usus halus dan juga pankreas. Bahkan ada pula istilah transplantasi
double di mana ada dua organ yang dipindahkan, seperti misalnya
pankreas dan ginjal, atau paru-paru dan jantung. Organyang paling
jarang ditransplantasi adalah usus halus, sementara yang paling banyak
dilakukan adalah transplantasi ginjal

B. Manfaat
1. Transfusi Darah
Produk oksidasi tersebut akan menumpuk pada dinding arteri
dan ini sama dengan memperbesar peluang terkena serangan jantung.
Saat kita rutin mendonorkan darah maka jumlah zat besi dalam darah
bisa lebih stabil. Ini artinya menurunkan risiko penyakit jantung.
Mendapatkan kesehatan psikologis
Sebuah penelitian menemukan, orang usia lanjut yang rutin
menjadi pendonor darah akan merasakan tetap berenergi dan bugar.
Membantu penurunan berat tubuh
karena dengan memberikan sekitar 450 ml darah, akan
membantu proses pembakaran kalori kirakira 650. Itu adalah jumlah
kalori yang banyak untuk membuat pinggang kita ramping.
Meningkatkan produksi sel darah merah
Hasilnya, sebagai  pendonor kita akan mendapatkan pasokan
darah baru setiap kali kita mendonorkan darah. Oleh karena itu, donor
darah menjadi langkah yang baik untuk menstimulasi pembuatan
darah baru.
Mendeteksi penyakit serius
Setiap kali kita ingin mendonorkan darah,  prosedur standarnya
adalah darah kita akan diperiksa dari berbagai macam  penyakit
seperti HIV, hepatitis B, hepatitis C, sifilis, dan malaria. Bagi yang
menerima donor darah, ini adalah informasi penting untuk
mengantisipasi  penularan penyakit melalui transfusi darah.
Sedangkan untuk kita, ini adalah “rambu peringatan” yang baik agar
kita lebih perhatian terhadap kondisi kesehatan kita sendiri.
2. Transplantasi Jantung

3. Transplantasi Organ Tubuh


Memulihkan fungsi dari organ tertentu memulihkan sel
tertentu yang mengalami kelainan atau bahkan kerusakan agar
berfungsi normal kembali.
Memulihkan jaringan yang mengalami kelainan atau
kerusakan aga bekerja dengan normal kembali.
Menyembuhkan tubuh pasien dari satu atau lebih penyakit,
misalnya saja ginjal atau jantung yang rusak.

C. Menurut Pandangan Islam

1. Transfusi Darah

Menurut ulama fikih, kendati darah memegang peranan


penting dalam kelangsungan hidup manusia, pemindahan darah seseorang
ke tubuh orang lain tidak membawa akibat hukum apa pun dalam Islam,
baik yang berkaitan dengan masalah perkawinan maupun yang  berkaitan
dengan masalah warisan. Dalam hubungan perkawinan, yang saling
mengharamkan nikah itu hanya disebabkan adanya hubungan nasab
(keturunan), hubungan musaharah (persemendaan), dan hubungan rada’ah
(susuan).
   Pandangan ulama terdahulu
Pandangan Ulama terdahulu mengenai transfusi darah yakni
memanfaatkan anggota badan adalah haram baik dengan cara jual beli
ataupun dengan cara lainnya. Memanfaatkan anggota badan manusia
tidak diperbolehkan. Ada yang  beralasan karena:
 Najis
 Merendahkan, alasan kedua adalah alasan yang benar (Al-Fatwa
Al-Hidayah). “Tidak diperkenankan menjual rambut manusia
ataupun memanfaatkannya. Karena manusia itu terhormat bukan
hina” (Al Murghinani)
Adapun tulang dan rambut manusia tidak boleh dijual, bukan
karena najis atau suci, tetapi karena menghormatinya. Menjualnya berarti
merendahkannya” (Al Kasani).
Menjual air susu wanita (BOLEH). Karena susu itu suci dan
bermanfaat sehingga Alloh memperbolehkkan untuk meminumnya
walaupun tidak dalam keadaan terpaksa (Madzhab, Maliki, Hambali dan
Syafi’I). Menjual air susu (HARAM). Karena susu adalah bagian dari
anggota badan (Mazhab Hanafi).
Ulama terdahulu sangat berhati hati dalam hal perlakuan
terhadap anggota badan manusia (manusia merupakan mahluk terhormat
dalam pandangan Islam). Pada saat itu belum terpikirkan  perkembangan
Ilmu kedokteran yang sepesat sekarang.
Di antara dalil yang menunjukkan bolehnya adalah keumuman
hadits Nabi menganjurkan kita untuk membantu saudara kita dan meng-
hilangkan beban  penderitaan mereka. Rasulullah bersabda: “Barang
siapa di antara kalian yang mampu untuk memberikan manfaat kepada
saudaranya maka hendaknya dia melakukannya.”(HR. Muslim 4/1476).
Hadits ini berisi anjuran untuk memberikan manfaat kepada
saudara kita, sedangkan donor darah sangat bermanfaat bagi orang yang
membutuhkannya. Dengan demikian, barang siapa yang mampu untuk
donor darah tanpa mencelakai dirinya maka hal itu dianjurkan.
Syaikh Muhammad al- Buhairi berkata, “Manfaat apa yang
lebih besar dibandingkan engkau menyelamatkan saudaramu dengan
beberapa tetesan darahmu tanpa membahayakan dirimu.”
Menurut Al-Lajnah Ad-Daimah Lil Buhuts Al-Ilmiyah Wal
Ifta. Hukum asal dalam pengobatan, hendaknya dengan menggunakan
sesuatu yang diperbolehkan menurut syari’at. Namun, jika tidak ada cara
lain untuk menambahkan daya tahan dan mengobati orang sakit kecuali
dengan darah orang lain, dan ini menjadi satu-satunya usaha
menyelamatkan orang sakit atau lemah, sementara para ahli memiliki
dugaan kuat bahwa ini akan memberikan manfaat bagi pasien, maka dalam
kondisi seperti ini diperbolehkan untuk mengobati dengan darah orang
lain. Para ulama pada zaman sekarang telah ber-sepakat tentang bolehnya
donor darah dan tidak ditemukan  perselisihan dalam hal ini. Dr.
Muhammad Ali al-Barr berkata, “Ahli fatwa pada masa ini telah
bersepakat tentang bolehnya donor darah sesuai persyaratannya.”
Oleh karena lembaga-lembaga fatwa di negara-negara Islam
menfatwakan  bolehnya donor darah seperti Lajnah Daimah Saudi Arabia
dalam Fatwa mereka no. 2308, Lajnah Fatwa Mesir sebagaimana dalam
Majalah al-Azhar tahun 1368 H, dan masih banyak lagi lainnya.
  Menurut ulama sekarang
Mengenai akibat hukum adanya hubungan kemahraman antara
donor dan resipien
Menurut Ust. Subki Al-Bughury, adapun hubungan antara donor dan
resipien, adalah bahwa transfusi darah itu tidak membawa akibat hukum
adanya hubungan kemahraman antara donor dan resipien. Sebab faktor-
faktor yang dapat menyebabkan kemahraman sudah ditentukan oleh Islam
sebagaimana tersebut dalam An-Nisa:23, yaitu: Mahram karena adanya
hubungan nasab. Misalnya hubungan antara anak dengan ibunya atau
saudaranya sekandung, dsb. Karena adanya hubungan perkawinan
misalnya hubungan antara seorang dengan mertuanya atau anak tiri dan
istrinya yang telah disetubuhi dan sebagainya, dan mahram karena adanya
hubungan persusuan, misalnya hubungan antara seorang dengan wanita
yang pernah menyusuinya atau dengan orang yang sesusuan dan
sebagainya.
Serta pada (an-Nisa:24) ditegaskan bahwa selain wanita-wanita
yang tersebut pada An-Nisa:23 di atas adalah halal dinikahi. Sebab tidak
ada hubungan kemahraman. Maka jelaslah bahwa transfusi darah tidak
mengakibatkan hubungan kemahraman antara pendonor dengan resipien.
Karena itu perkawinan antara pendonor dengan resipien itu diizinkan oleh
hukum Islam.
Mengenai Hukum menerima transfusi darah dari non-muslim
Menurut ust. Ahmad sarwat pada hakikatnya tubuh orang kafir bukan
benda najis. Buktinya mereka tetap dibolehkan masuk ke dalam masjid-
masjid mana pun di dunia ini, kecuali masjid di tanah haram. Kalau tubuh
orang kafir dikatakan najis, maka tidak mungkin Abu Bakar minum dari
satu gelas bersama dengan orang kafir. Kalau kita belajar fiqih thaharah,
maka kita akan masuk ke dalam salah satu bab yang membahas hal ini,
yaitu Bab Su'ur.
Di sana disebutkan bahwa su'ur adami (ludah manusia)
hukumnya suci, termasuk su'ur orang kafir. Maka hukum darah orang kafir
yang dimasukkan ke dalam tubuh seorang muslim tentu bukan termasuk
benda najis. Ketika darah itu baru dikeluarkan dari tubuh, saat itu darah itu
memang najis. Dan kantung darah tentu tidak boleh dibawa untuk shalat,
karena kantung darah itu najis.
Namun begitu darah segar itu dimasukkan ke dalam tubuh
seseorang, maka darah itu sudah tidak najis lagi. Dan darah orang kafir
yang sudah masuk ke dalam tubuh seorang muslim juga tidak najis.
Sehingga hukumnya tetap boleh dan dibenarkan ketika seorang muslim
menerima transfusi darah dari donor yang tidak beragama Islam.
2. Transplantasi Jantung dan Transplantasi OrganTubuh Menurut
Pandangan Islam
 Para ahli hukum Islam berbeda pendapat mengenai maslah ini,
di antaranya:
Pendapat pertama mengatakan “haram”
Pendapat yang demikian ini dapat kita temukan dalam buku kumpulan
Keputusan Syuriah NU (1998:68) mengatakan: “ apabila diambil dari
orang lain yang masih hidup, maka hukumnya “haram”. Demikian juga
sebagian ulama terdahulu mengharamkan transplantasi organ tubuh dari
manusia yang masih hidup dengan alasan sederhana sekali, yaitu khawatir
bila resipien tertolong dengan organ si donor akan berbuat anormatif,
sehingga akan berakibat pada si donor”. (Syaichul Hadi Permono dalam
Jurnal IAIN Sunan Ampel, edisi VIII, 1990:90). Masyfuk Zuhdi dalam
bukunya (1989:83) jga mengharamkan transplantasi (mata, ginjal dan
jantung) dari donor yang masih hidup, dengan pertimbangan:

a. Firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat 195:

‫َوالَتُ ْلقُوا بِا َء ْي ِد ُك ْم اِلَى التَّ ْهلُ َك ِة‬


Artinya: “Dan janganlah kamu menjatuhkan dirmu sendiri ke dalam
kebinasaan”
Ayat ini mengingatkan manusia agar tidak gegabah dalam berbuat sesuatu
yang bisa berakibat fatal bagi dirinya, sekalipun mempunyai tujuan
kemanusiaan yang luhur. Sebab selain ia mengubah ciptaan Allah, ia juga
menghadapi resiko sewaktu-waktu mengalami ketidaknormalan dari
pasangan organ tubuh yang tinggal sebelah itu.
b.   Kaidah hukum Islam

b‫ح‬
ِ ِ‫صال‬ ِ ‫اس ِد ُمقَ َّد ُم َعلَى َج ْل‬
َ ‫ب ال َم‬ ِ َ‫َدرْ ُء ال َمف‬
Artinya: “Menghindari kerusakan (resiko) di dahulukan atas menarik
kemaslahatan”.

Dan kaidah: ‫اَلض ََّر ُر الَ ي َُزا ُل بِالض ََّر ِر‬


Artinya: “Bahaya tidak boleh dihilangkan dengan bahaya lainnya”.
Kita diwajibkan menjaga diri sendiri dan badan kita sendiri, sedangkan
bagian badan, tidak ada hak kita untuk memberikannya kepada orang lain.
Ia tidaklah seperti harta benda, yang memang di anjurkan sekali untuk
diberikan kepada fakir miskin. Namun demikian juga ada batasnya, yakni
jangan berlebih-lebihan. (Majlis Mudzakarah Panjimas, 1983: 370).
 Pendapat yang kedua mengatakan “boleh”, dengan syarat:
   Merupakan jalan terakhir.
Dengan adanya pencangkokan itu diduga kuat menurut team medis si
pasien dapat disembuhkan.
Adanya kerelaan si donor. (Syaichul Hadi Permono. 1990: 99).
Dmikian juga keputusan Muktamar Majlis Tarjih Muhammdiyah ke 21, 6-
11 April 1990, menetapkan keputusan yang dalam butir ke lima
mengatakan : “Homotransplantasi baik living donor maupun cadever
donor, karena darurat menurut medis hukumnya “mubah”. (Azhar Basyir,
1993: 157).
Hal ini sesuai dengan kaidah:

ِ ‫ات تُبِ ْي ُح ْال َمحْ ظُ ْو َرا‬


‫ت‬ ُ ‫ضر ُْو َر‬
َّ ‫ال‬
Artinya: “kondisi darurat itu dapat membolehkan Sesuatu yang
diharamkan”.
dan juga sesuai hadist Nabi SAW:

َ ‫ض ْع َدا ًء إِالَّ َو‬


‫ض َع لَهُ َد َوا ًء َغي َْر َدا ٍء‬ َ َ‫هللا فَإ ِ َّن هللا َلَ ْم ي‬
ِ ‫تَ َدا ُو ْوا ِعبَا َد‬
‫د ْالهَ َر ُم‬bٍ ‫اح‬
ِ ‫َو‬
Artinya: “ berobatlah wahai hamba Allah, sesungguhnya Allah tidak
menciptakansuatu penyakit melainkan diciptakan pula obat penyakit
tersebut, kecuali penyakit tua”. (HR. Ahmad, ash-Habus Sunan, al-Hakim
dan Ibnu Majah).
Banyak ayat-ayat al-Qur’an dan hadist-hadist Nabi SAW, yang sejiwa
dengan hadist tersebut di atas, atau yang berisi agar kita selalu menjaga
diri. Asy-syathibi dalam kitabnya “al-Muwafaqat” menyeimpulkan, bahwa
tujuan syariat (hukum islam) adalah untuk memelihara agama, nyawa
(diri), akal, kehormatan dan harta.
Diakui, bahwa pencangkokan anggota tubuh dari seorang
donor kepada orang lain yang menerima (resipien) merusak si donor dan
dalam keadaan normal (ketika si resipien tidak membutuhkan sekali)
hukumnya haram, tetapi jikalau si resipien kritis, sehingga jika tidak
ditolong dengan pencangkokan akan meninggal, maka hukumnya dapatah
dikiaskan dengan memakan makanan haram, seperti daging babi, bangkai
dan lain sebgainya, di saat tidak ada makanan lain untuk menyelamatkan
jiwa dan sama-sama haramnya dalam keadaan normal, seperti yang
diungkapkan oleh ayat 3 surat al-Maidah. (Majlis Mudzakarah Panjimas,
1983: 370-371).
Perlu diingat, walaupun si donor telah rela melepaskan
sebagian organ tubuhnya kepada resipien, masih memerlukan keputusan
team medis, apakah bias dilaksanakan atau tidak.
Sebelum pelaksanaan transplantasi, diperlukan adanya seleksi
yang cermat dan general check up (pemeriksaan kesehatan yang lengkap),
baik terhadap donor maupun terhadap si penerima (resipien), demi
menghindari kegagalan transplantasi yang disebabkan oleh penolakan tubuh
resiien dan sekaligus untuk mencegah resiko bagi donor. (Masfuk zuhdi,
1989: 81).

Anda mungkin juga menyukai