Anda di halaman 1dari 14

i

PENDIDIKAN KESEHATAN BERUPA PENCEGAHAN PRIMER PADA


MASALAH GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN

OLEH :
KELOMPOK 3
FIKA NURFIKRIAH (NH0118019)
FRANSISKA SISILIA TANSALA (NH0118023)
HERLAN (NH0118029)
INDAH SARNITA (NH0118033)
JEANUWARITA MIRARI WATIDJAN (NH0118036)
KRISTINA YOU (NH01180)
MARIA ELFINSIANA GO’O (NH0118041)
MASDALIA (NH0118043)
MARYAM ULFAH (NH0118042)
MUHAMMAD IQBAALUL RASYID (NH0118049)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
NANI HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
i

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................i
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................
B. Analisis Situasi.........................................................................................
BAB II. TARGET DAN LUARAN
A. Target...........................................................................................................
B. Luaran..........................................................................................................
BAB III. METODE PELAKSANAAN
A. Materi.......................................................................................................
B. Metode Pelaksanaan.............................................................................
DAFTAR PUSTAKA
1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes Melitus adalah penyakit yang ditandai dengan terjadinya
hiperglikemia dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang
dihubungkan dengan kekurangan secara absolut atau relatif dari kerja dan atau
sekresi insulin. Gejala yang dikeluhkan pada penderita Diabetes Melitus yaitu
polidipsia,poliuria,polifagia,penurunan berat badan,kesemutan.
International Diabetes Federation(IDF) menyebutkan bahwa prevalensi
Diabetes Melitus di dunia adalah 1,9% dan telah menjadikan DM sebagai
penyebab kematian urutan ke tujuh di dunia sedangkan tahun 2012 angka
kejadian diabetes me litus didunia adalah sebanyak 371 juta jiwa dimana
proporsi kejadian diabetes melitus tipe 2 adalah 95% dari populasi dunia yang
menderita diabetes mellitus. Hasil Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2008,
menunjukan prevalensi DM di Indonesia membesar sampai 57%. Tingginya
prevalensi Diabetes Melitus tipe 2disebabkan oleh faktor risiko yang tidak
dapat berubah misalnya jenis kelamin, umur, dan faktor genetik yang kedua
adalah faktor risiko yang dapat diubah misalnya kebiasaan merokok tingkat
pendidikan, pekerjaan, aktivitas fisik, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol,
Indeks Masa Tubuh, lingkar pinggang dan umur.4,8Diabetes Mellitus disebut
dengan the silent killer karena penyakit ini dapat mengenai semua organ tubuh
dan menimbulkan berbagai macam keluhan. Penyakit yang akan ditimbulkan
antara lain gangguan penglihatan mata, katarak, penyakit jantung, sakit ginjal,
impotensi seksual, luka sulit sembuh dan membusuk/gangren, infeksi paru-
paru, gangguan pembuluh darah, stroke dan sebagainya. Tidak jarang,
penderita DM yang sudah parah menjalani amputasi anggota tubuh karena
terjadi pembusukan. Untuk menurunkan kejadian dan keparahan dari Diabetes
Melitus tipe 2 maka dilakukan pencegahan seperti modifikasi gaya hidup dan
pengobatan seperti obat oral hiperglikemik dan insulin .
2

B. Analisis Situasi
Diabetes Melitus adalah penyakit yang ditandai dengan terjadinya
hiperglikemia dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang
dihubungkan dengan kekurangan secara absolut atau relatif dari kerja dan atau
sekresi insulin

Desa Biringere bagian dari Provinsi Sulawesi Selatan, Kabupaten Pangkajene,


Kecamatan Bungoro. Mata pencarian sebagian masyarakat Biringere adalah
petani, buruh tani, pedagang dan PNS, sudah turun temurun sejak dulu
masyarakat desa Biringere adalah petani, luas desa Biringere dan terdapat
3.962 Penduduk. Kondisi Lingkungan
3

BAB II
TARGET DAN LUARAN
A. Sasaran
Sasaran Masyarakat di Desa Biringere ini sangat membutuhkan bantuan dalam
hal informasi kesehatan guna meningkatkan pengetahuan tentang kekurangan
insulin yang merupakan salah satu faktor yang menyebabkan Diabetes Melitus.
Karena kurangannya pengetahuan dan perilaku masyarakat terhadap pencegahan
Diabetes Melitus dan bagaimana seharusnya bersikap terhadap orang-orang yang
menderita Diabetes Melitus sehingga diperlukan sebuah informasi yang memadai
untuk mengatasi permasalahan ini. Peran penting dari penyuluhan ini yaitu untuk
meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penyakit Diabetes Melitus.
B. Luaran
a. Manfaat bagi Masyarakat
Dapat meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang
penyakit Diabetes Melitus
b. Manfaat bagi Institusi
Kalangan Akademik dapat digunakan sebagai bahan referensi dalam
melakukan penyuluhan selanjutnya terkait penyakit Diabetes Melitus.
4

BAB III
MATERI DAN METODE PELAKSANAAN
A. Materi
1. Definisi DM
Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang berlangsung
kronik, di mana penderitanya tidak dapat memproduksi insulin dalam jumlah
yang cukup atau tubuh tidak mampu menggunakan insulin secara efektif,
sehingga terjadi kelebihan glukosa dalam darah.(Kholifah, 2014)

Diabetes mellitus adalalah gangguan metabolisme yang secara genetik dan


klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi
karbohidrat, jika telah berkembang penuh secara klinis maka diabetes mellitus
ditandai dengan hiperglikemia puasa dan postprandial, aterosklerosis dan
penyakit vaskular mikroangiopati.(Fatimah, 2015)

Diabetes mellitus (DM) adalah kelainan metabolik yang ditandai hiperglikemia


kronis dan dapat mempegaruhi metabolisme karbohidrat, protein dan lemak.
Diabetes juga sering disebut dengan istilah kencing manis. Karena kadar
glukosa dalam darah meningkat dan kelebihan ini dibuang melalui urin.
(Wardani, 2015)

2. Etiologi DM
Penyebab diabetes mellitus sampai sekarang belum diketahui dengan pasti
tetapi umumnya diketahui karena kekurangan insulin adalah penyebab utama
dan faktor herediter memegang peranan penting.
Terdapat 2 Insulin, yaitu
Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) dan Non Insulin Dependent
Diabetes Mellitus (NIDDM).
1) Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM)
Sering terjadi pada usia sebelum 30 tahun. Biasanya juga disebut Juvenille
Diabetes, yang gangguan ini ditandai dengan adanya hiperglikemia
(meningkatnya kadar gula darah). Faktor genetik dan lingkungan
5

merupakan faktor pencetus IDDM. Oleh karena itu insiden lebih tinggi
atau adanya infeksi virus (dari lingkungan) misalnya coxsackievirus B dan
streptococcus sehingga pengaruh lingkungan dipercaya mempunyai
peranan dalam terjadinya DM. Virus atau mikroorganisme akan
menyerang pulau – pulau langerhans pankreas, yang membuat kehilangan
produksi insulin. Dapat pula akibat respon autoimmune, dimana antibody
sendiri akan menyerang sel bata pankreas. Faktor herediter, juga dipercaya
memainkan peran munculnya penyakit ini.
2) Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)
Virus dan kuman leukosit antigen tidak nampak memainkan peran
terjadinya NIDDM. Faktor herediter memainkan peran yang sangat besar.
Riset melaporkan bahwa obesitas salah satu faktor determinan terjadinya
NIDDM sekitar 80% klien NIDDM adalah kegemukan. Overweight
membutuhkan banyak insulin untuk metabolisme. Terjadinya
hiperglikemia disaat pankreas tidak cukup menghasilkan insulin sesuai
kebutuhan. Tubuh atau saat jumlah reseptor insulin menurun atau
mengalami gangguan. Faktor resiko dapat dijumpai pada klien dengan
riwayat keluarga menderita DM adalah resiko yang besar. Pencegahan
utama NIDDM adalah mempertahankan berat badan ideal. Pencegahan
sekunder berupa program penurunan berat badan, olah raga dan diet. Oleh
karena DM tidak selalu dapat dicegah maka sebaiknya sudah dideteksi
pada tahap awal tanda-tanda/gejala yang ditemukan adalah kegemukan,
perasaan haus yang berlebihan, lapar, diuresis dan kehilangan berat badan,
bayi lahir lebih dari berat badan normal, memiliki riwayat keluarga DM,
usia diatas 40 tahun, bila ditemukan peningkatan gula darah.
3. Patofisiologi DM
a. DM Tipe I Pada Diabetes tipe I terdapat ketidak mampuan pankreas
menghasilkan insulin karena hancurnya sel-sel beta pulau langerhans.
Dalam hal ini menimbulkan hiperglikemia puasa dan hiperglikemia post
prandial. Dengan tingginya konsentrasi glukosa dalam darah, maka akan
muncul glukosuria (glukosa dalam darah) dan ekskresi ini akan disertai
pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan (diuresis osmotic)
6

sehingga pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih (poliurra)


dan rasa haus (polidipsia). Defesiensi insulin juga mengganggu
metabolisme protein dan lemak sehingga terjadi penurunan berat badan
akan muncu gejala peningkatan selera makan (polifagia). Akibat yang lain
yaitu terjadinya proses glikogenolisis (pemecahan glukosa yang disimpan)
dan glukogeonesis tanpa hambatan sehingga efeknya berupa pemecahan
lemak dan terjadi peningkatan keton yangdapat mengganggu keseimbangan
asam basa dan mangarah terjadinya ketoasidosis.
b. DM Tipe II Terdapat dua masalah utama pada DM Tipe II yaitu resistensi
insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan berkaitan
pada reseptor kurang dan meskipun kadar insulin tinggi dalam darah tetap
saja glukosa tidak dapat masuk kedalam sel sehingga sel akan kekurangan
glukosa. Mekanisme inilah yang dikatakan sebagai resistensi insulin. Untuk
mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam
darah yang berlebihan maka harus terdapat peningkatan jumlah insulin
yang disekresikan. Namun demikian jika sel-sel beta tidak mampu
mengimbanginya maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadilah DM
tipe II.
4. Manifestasi Klinik
Keluhan umum pada pasien seperti rasa haus yang berlebihan (polidipsia),
sering buang air kecil (poliuria) terutama malam hari, dan sering merasa lapar
(polifagia).
a) Poliuria
Kadar glukosa plasma puasa normal atau toleransi glukosa setelah makan
tidak dapat dipertahankan akibat defisiensi insulin. Sehingga kadar glukosa
dalam darah meningkat (hiperglikemia) dan jika melebihi ambang batas
ginjal akan menyebabkan glikosuria. Hal ini mengakibatkan diuresis
osmotik yang meningkatkan pengeluaran urin.
b) Polidipsia
Glikosuria yang mengakibatkan diuresis osmotik menyebabkan pasien
sering merasa haus dan banyak minum.
7

c) Polifagia
Glikosuria menyebabkan glukosa hilang bersama urin, sehingga pasien
mengalami keseimbangan kalori negatif dan berat badan berkurang. Akibat
kehilangan kalori mungkin menyebabkan rasa lapar dan mudah lelah serta
mengantuk pada pasien.

c. Pencegahan Primer DM
Pencegahan Primer merupakan tindakan pencegahan DM pada individu yang
berisiko melalui modifi kasi gaya hidup, di antaranya pola makan sesuai,
aktivitas fisik, dan penurunan berat badan dengan program edukasi yang
berkelanjutan.(Kholifah, 2014)

Pencegahan primer adalah upaya yang ditujukan pada orang- orang yang
termasuk kelompok risiko tinggi, yaitu mereka yang belum menderita DM,
tetapi berpotensi untuk menderita DM diantaranya :
a. Kelompok usia tua (>45tahun)
b. Kegemukan (BB(kg)>120% BB idaman atau IMT>27 (kglm2))
c. Tekanan darah tinggi (>140i90mmHg)
d. Riwayat keiuarga DM
e. Riwayat kehamilan dengan BB bayi lahir > 4000 gr.
f. Disiipidemia (HvL<35mg/dl dan atau J Trigliserida>250mg/dl).
g. Pernah TGT atau glukosa darah puasa tergangu (GDPT)
Untuk pencegahan primer harus dikenai faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap timbulnya DM dan upaya untuk menghilangkan faktor-faktor
tersebut. Oleh karena sangat penting dalam pencegahan ini. Sejak dini
hendaknya telah ditanamkan pengertian tentang pentingnya kegiatan jasmani
teratur, pola dan jenis makanan yang sehat menjaga badan agar tidak terlalu
gemuk:, dan risiko merokok bagi kesehatan.(Fatimah, 2015)
d. Penanganan pada DM
Penanganan DM Menurut (Ferawati, 2014) prilaku pengelolaan penyakit DM
8

yang tidak baik meliputi prilaku diet, prilaku olahraga/ aktivitas fisik, prilaku
pengobatan, prilaku dalam mengontrol gula darah, serta prilaku pencegahan
komplikasi oleh pasien dan keluarga serta tenaga kesehatan.(Wardani, 2015)
a. Terapi gizi mencakup modifikasi diet Memberikan penjelasan kepada
pasien dan keluarga tentang pengetahuan diet bagi pasien diabetes.
Regimen diet bergantung pada kebutuhan pertumbuhan, penurunan berat
badan yang diinginkan (biasanya untuk penderita diabetes tipe 2) dan
tingkat aktivitas. Pembagian kalori biasanya 50-60% dari karbohidrat
kompleks, 20% dari protein, dan 30% dari lemak, serta kebutuhan akan
vitamin dan mineral. Untuk membatasi diet makan makanan yang dapat
memperburuk penyakit pasien serta perubahan gaya hidup pasien.
b. Aktivitas fisik
Program olahraga yang digabung dengan penurunan berat badan
menunjukkan peningkatan sensitivitas insulin dan menurunkan kebutuhan
terhadap intervensi farmakologik. Untuk kedua tipe diabetes, olahraga
terbukti dapat meningkatkan pemakaian glukosa oleh sel sehingga kadar
glukosa darah turun. Namun bagi penderita diabetes tipe 1 harus mennjadi
perhatian sewaktu berolahraga karena dapat terjadi penurunan glukosa
darah yang mencetuskan hipoglikemia. Terutama terjadi apabila pemberian
insulin tidak disesuaikan dengan program olahraga.
c. Perawatan kaki digunakan untuk melakukan pencegahan untuk terjadinya
luka-luka di kaki. Setiap hari kaki pasien diabetes harus diperiksa dengan
seksama minimal satu kali untuk menemukan luka-luka secara dini atau
perubahan warna kulit seperti kemerah-merahan yang disebabkan oleh
sepatu yang sempit tepat pada waktunya
9

B. Metode Pelaksanaan

SATUAN ACARA PENYULUHAN


Pokok Bahasan : Penyakit Gangguan Sistem Endokrin
Sub Pokok Bahasan : Pencegahan Primer pada Gangguan Sistem Endokrin
“ Diabetes Melitus”
Sasaran : Warga
Hari/Tanggal : Selasa, 15 Oktober 2019
Waktu : 60 Menit
Tempat : Kantor Desa Biringere

I. Tujuan Intruksional Umum


Memberikan Pengetahuan dan Pemahaman pada Masyarakat tentang
Pencegahan Primer pada Gangguan Sistem Endokrin “Diabetes Melitus”
agar Masyarakat mampu Memahami tentang pencegahan penyakit Diabetes
Melitus.
II. Tujuan Intruksional Khusus
a. Menjelaskan Definisi Diabetes Melitus
b. Patofisiologi Diabetes Melitus
c. Etiologi Diabetes Melitus
d. Manefestasi Klinik Diabetes Melitus
e. Pencegahan Primes pada Penyakit Diabetes Melitus
f. Pengobatan Diabetes Melitus
III. Materi
Pencegahan Primer pada Gangguan Sistem Endokrin Terkhususnya
Penyakit “Diabetes Melitus”
IV. Metode
 Ceramah
 Tanya Jawab
10

V. Media
 Leaflet
 Power Point

VI. Strategi Pelaksanaan


Berisi urut-urutan/langkah yang di lakukan dalam kegiatan penyuluhan

No Tahap Kegiatan Waktu Kegiatan Peserta

1 Pembukaan  Perkenalan 5 menit Mendengarkan


 Menjelaskan
Tujuan
 Kontrak waktu

2 Penyampaian  Menjelaskan 20 Menit Mendengarkan dan


Materi Definisi DM Memperhatikan
 Menjelaskan
Patofisiologi DM
 Menjelaskan
Etiologi DM
 Menjelaskan
Manefestasi Klinis
DM
 Menjelaskan
Tentang
Pencegahan
Primer pada
Gangguan Sistem
Endokrin Penyakit
“DM”
 Menjelaskan
Pengobatan DM
3 Tanya Jawab 15 Menit Memberikan
11

Pertanyaan
5 Penutup  Menyimpulkan Mendengarkan
Materi
 Mengakhiri
pertemuan dengan
mengucapkan
salam

VII Evaluasi
Jenis evaluasi : Tanya Jawab
Waktu : Akhir kegiatan
Kriteria evaluasi :
1. Peserta dapat menyebutkan pengertian Diabetes Melitus
2. Peserta dapat menyebutkan patofisiologi Diabetes Melitus
3. Peserta dapat menyebutkan etiologi Diabetes Melitus
4. Peserta dapat menyebutkan manifestasi klinis Diabetes Melitus
5. Peserta dapat menyebutkan pencegahan Primer pada penyakit Diabetes
Melitus

DAFTAR PUSTAKA
12

Fatimah, R. N. (2015). DIABETES MELITUS TIPE 2. 4, 93–101.

Kholifah, S. N. (2014). Self management intervention Sebagai Upaya Peningkatan


Pada Penderita DM. Jurnal Ners, 9.
Wardani, S. R. (2015). KELUARGA PASIEN DM DI WILAYAH KERJA.

Anda mungkin juga menyukai