MINI PROJECT
Disusun oleh :
dr. Dasarina Rizqi Amalia
Dokter pembimbing :
dr. Didik Sulistyanto
BAB 1 PENDAHULUAN 2
BAB 2 ANALISIS MASALAH 5
BAB 3 PEMECAHAN MASALAH 15
BAB 4 HASIL PELAKSANAAN 17
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 21
DAFTAR PUSTAKA 23
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai dengan
kadar glukosa darah (gula darah) melebihi normal yaitu kadar gula darah sewaktu sama
atau lebih dari 200 mg/dl, dan kadar gula darah puasa di atas atau sama dengan 126
mg/dl1. DM dikenal sebagai silent killer karena sering tidak disadari oleh
penyandangnya dan saat diketahui sudah terjadi komplikasi. DM dapat menyerang
hampir seluruh sistem tubuh manusia, mulai dari kulit sampai jantung yang
menimbulkan komplikasi2.
Data laporan WHO tahun 2003 menunjukkan hanya 50% pasien DM di negara
maju mematuhi pengobatan yang diberikan. Pada DM yang tidak terkendali dapat terjadi
komplikasi. Timbulnya komplikasi mempengaruhi kualitas hidup dan mempengaruhi
perekonomian1. Dampak yang dapat terjadi pada penderita DM terbagi menjadi 2 antara
lain, jangka pendek yang terdiri dari hipoglikemia, hiperglikemi, dan jangka panjang
terjadi pada mata, jantung, ginjal, otak, saraf, dan kaki3.
Penanganan perawatan diabetes pada umumnya dilakukan seperti pengaturan
diet dan pengetahuan mengenai perlunya diet ketat, latihan fisik, konsumsi obat, serta
pengetahuan mengenai komplikasi, pencegahan, maupaun perawatannya. Penderita
diabetes merupakan orang yang mempunyai masalah pada pengaturan kadar gula dalam
tubuhnya. Oleh karena itu, terapi yang dilakukan untuk mengatasi hal tersebut salah
satunya mengkonsumsi jenis karbohidrat, protein, dan lemak yang tepat, mengkonsumsi
makanan tinggi serat, dan menghindari konsumsi garam. Pada semua penderita diabetes
dianjurkan melakukan latihan fisik atau olahraga secara teratur setiap harinya kurang
lebih 30 menit. Olahraga yang di lakukan cukup berupa olahraga ringan seperti jalan
kaki, namun harus di lakukan dengan rutin. Pada penderita diabetes, penting dilakukan
penyuluhan kesehatan dan harus sering diberikan oleh dokter atau perawat kepada
penderita diabetes3. Hal ini mendorong penulis untuk menemukan solusi untuk
meningkatkan pengetahuan terhadap pola diet diabetes melitus.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Untuk Masyarakat Kepanjen
1) Menjadi informasi bagi masyarakat mengenai penyakit DM
2) Mengurangi angka kejadian penyakit DM
ANALISIS MASALAH
2.1.2 Epidemiologi
Menurut Riskesdas (2013) menunjukkan bahwa penderita diabetes di Indonesia
pada tahun 2013 mengalami peningkatan sekitar dua kali lipat dibandingkan tahun 2007.
Angka kejadian diabetes melitus di Indonesia sebesar 6,9 %, toleransi glukosa terganggu
(TGT) sebesar 29,9% dan glukosa darah puasa (GDP) terganggu sebesar 36,6%. Jumlah
penderita diabetes mellitus di pedesaan hampir sama dengan penduduk di perkotaan.
Angka kejadian diabetes mellitus meningkat dari 1,1 % (2007) menjadi 2,1 % (2013)6.
2.1.3 Klasifikasi
1. Diabetes tipe 1 (kerusakan sel beta pankreas, umumnya kearah defisiensi insulin
absolut)
a) Immune mediated
b) Idiopatik
2. Diabetes tipe 2 (beragam dari predominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin
yang relatif sampai dengan predominan gangguan sekresi dengan resistensi insulin)
Trauma/pankreatektomi
Neoplasia
Kista fibrotik
Akromegali
Sindroma Cushing
Glucagonoma
Hypertiroidisme
Vacor
Pentamidine
Asam nikotin
Glukokortikoid
Diazoxide
ß-Adrenergic agonist
Thiazides
Dilantin
f) Infeksi
Rubella kongenital
Sindroma Stiff-man
Sindroma Down
Sindroma Klineferter
Sindroma Turner
Sindroma Wolfram
4. Diabetes Mellitus Gestasional (pada wanita hamil yang didiagnosis diabetes saat usia
kehamilan trimester kedua atau ketiga)
3. Mengalami hipertensi (TD ≥ 140/90 mmHg atau sedang dalam terapi hipertensi)
4. Riwayat melahirkan bayi dengan BBL >4000 gram atau pernah didiagnosis DM
Gestasional, perempuan dengan riwayat PCOS (polycistic ovary syndrome)
Insulin berfungsi sebagai uptake glukosa pada jaringan adiposa dan otot, serta
menekan produksi glukosa pada hepar. Insulin yang berikatan pada reseptor insulin
memicu respon intraseluler yang mempengaruhi jalur metabolik hingga memfasilitasi
uptake glukosa7.
Resistensi insulin merupakan gangguan fungsi insulin dalam metabolisme
glukosa, lipid, dan protein serta fungsi endotel dan vaskuler. Faktor genetik dan
lingkungan (hiperglikemia, asam lemak bebas, mekanisme inflamasi, dll.)
mempengaruhi mekanisme molekuler dari kerja insulin. Resistensi insulin akan
menyebabkan penggunaan glukosa yang diperantarai oleh insulin di jaringan perifer
berkurang8.
Sel β-pankreas awalnya akan melakukan kompensasi untuk merespon keadaan
hiperglikemi dengan memproduksi insulin dalam jumlah banyak dan kondisi ini
menyebabkan hiperinsulinemia. Kegagalan sel β dalam merespon kadar glukosa darah
yang tinggi, akan menyebabkan abnormalitas jalur transduksi sinyal insulin pada sel β
dan terjadi resistensi insulin8.
Gangguan sekresi insulin dimulai dengan resistensi insulin yang menyebabkan
meningkatnya kompensasi dari sel β dan produksi insulin. Akibat dari kompensasi sel β
menurunkan massa sel β sebesar 20% - 50%, sehingga sel β tidak mampu mengatasi
kegagalan sekresi insulin yang distimulasi glukosa7. Gangguan sekresi insulin umumnya
progresif dan perkembangannya melibatkan toksisitas glukosa dan lipotoksisitas.
Pengaruh dari gangguan sel-β pankreas sangat mempengaruhi kontrol jangka panjang
dari glukosa darah. Tahap awal penyakit menunjukkan peningkatan glukosa darah
postprandial akibat dari peningkatan resistensi insulin dan penurunan sekresi insulin
pada tahap lanjut8.
2.1.7 Diagnosis
Diagnosis Klinis
2. Gejala Klasik DM+ Kadar glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dl. Puasa diartikan
pasien tidak mendapat kalori tambahan sedikitnya 8 jam ATAU
3. Kadar glukosa plasma 2 jam pada tes toleransi glukosa oral (TTGO)> 200 mg/dL
(11,1 mmol/L) TTGO dilakukan dengan standard WHO, menggunakan beban
glukosa anhidrus 75 gram yang dilarutkan dalam air. Apabila hasil pemeriksaan
tidak memenuhi kriteria normal atau DM, maka dapat digolongkan ke dalam
kelompok Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) atau Gula Darah Puasa Teranggu
(GDPT) tergantung dari hasil yang diperoleh
2. TGT ditegakkan bila setelah pemeriksaan TTGO kadar glukosa plasma 140–199
mg/dl pada 2 jam sesudah beban glukosa 75 gram (7,8 -11,1 mmol/L)
2.1.8 Komplikasi
Diabetes mellitus merupakan penyakit kronis dengan progresifitas penyakit yang terus
berjalan seumur hidup pasien dan menimbulkan komplikasi. Komplikasi diabetes
melitus dibagi menjadi komplikasi akut dan kronis8.
Komplikasi akut yang dapat terjadi pada DMT-2 adalah hiperglikemi. Hiperglikemia
berbahaya terhadap berbagai sel dan sistem organ karena pengaruhnya terhadap sistem
imun, dapat bertindak sebagai mediator inflamasi, mengakibatkan respon vaskular, dan
respon sel otak. Pada keadaan hiperglikemia mudah terjadi infeksi karena adanya
disfungsi fagosit8.
Keaadaan hiperglikemi yang berkepanjangan tidak ditangani maka akan merujuk
kegawatdaruratan komplikasi diabetes mellitus seperti; ketoasidosis diabetik, dan koma
hiperosmolar non-ketotik. Faktor resiko yang menyebabkan komplikasi diatas adalah
penyakit akut atau komorbiditas seperti penyakit kardiovaskular, infeksi, obat dan
kesalahan saat pemberian obat8.
Hipoglikemi terjadi apabila kadar gula turun sampai 60 mg/dL. Keluhan pada
hipoglikemi biasanya terjadi akibat otak tidak mendapat kalori yang cukup sehingga
mengganggu fungsi intelektual dan keluhan akibat efek samping hormon lain yang
berusaha meningkatkan kadar glukosa darah8.
Kondisi diabetes dapat disertai gangguan profil lipid yang disebabkan oleh
gangguan resistensi insulin sehingga proses lipolisis meningkat yang menyebabkan
kadar trigliserida tinggi dan HDL menjadi rendah. Asam lemak bebas yang dihasilkan
oleh proses lipolisis akan diambil oleh hepar dan dirubah menjadi peroksidasi lipid.
Selain kondisi hiperglikemia, peroksidasi lipid yang dihasilkan akan meningkatkan ROS
dan berlanjut kepembentukan benda keton sehingga terjadi ketoasidosis8.
Komplikasi kronik vaskuler dibagi menjadi mikrovaskuler (retinopati, neuropati,
dan nefropati) dan makrovaskuler (penyakit jantung koroner, penyakit vaskuler perifer,
dan penyakit serebrovaskuler)8.
2.1.9 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan diabetes mellitus, khusunya diabetes melitus tipe 2
dilaksanakan dengan tujuan menjaga kadar gula darah tetap stabil dan meminimalkan
terjadinya komplikasi10. Penatalaksanaan terbagi menjadi jangka pendek dan panjang.
Penatalaksanaan jangka pendek bertujuan menghilangkan keluhan diabetes dan
menstabilkan kadar gula darah. Sedangkan penatalaksaan jangka panjang bertujuan
menghambat progresifitas komplikasi9.
3.2.2 Metode
3.2.3 Periode
Dilakukan selama Mei 2021.
3.2.4 Sasaran
Masyarakat Desa yang hadir saat diadakan Homecare.
3.2.5 Pelaksana
Bidan desa dan perawat desa di wilayah kerja Puskesmas Kepanjen
3.2.6 Penanggung Jawab
Penanggung jawab Program Promosi Kesehatan di Puskesmas Kepanjen
3.2.7 Dana
Dana desa dari wilayah kerja Puskesmas Kepanjen, dengan alokasi dana sebagai berikut:
a. Pembuatan leaflet berukuran A4 Rp. 300 x 50 buah = Rp. 15.000
3.2.8 Indikator Capaian
Peningkatan pengetahuan terhadap pola diet diabetes melitus dalam kurun waktu 1
bulan.
3.2.9 Cara Pengukuran
1. Evaluasi dari penanggungjawab program
2. Observasi yang dilakukan oleh bidan desa dan perawat desa
3.2.10 Waktu Evaluasi
Setiap 1 bulan sekali
BAB 4
HASIL PELAKSANAAN
4.1 Pembuatan Leaflet
Leaflet himbauan untuk menerapkan pola diet diabetes melitus
19
4.2 Pemeriksaan gula darah acak ke masyarakat pada Homecare di Desa Dilem
pada 18 Mei 2021
1 Fauzan 65 tahun 98
Jl. Sidoluhur 70 RT
2 Indah Wati 58 tahun 07/ RW 01 Dilem 187
24 Mustaji 42 tahun 90
Jl. Sidoluhur RT 07/
25 Ruri Krisnawati 34 tahun RW 01 Dilem 64
Dari 30 warga yang dilakukan pemeriksaan gula darah acak didapatkan 6 diantaranya
mengalami peningkatan gula darah acak, dan 5 orang diantaranya memiliki riwayat diabetes
melitus dan rutin mengkonsumsi obat diabetes melitus. Berdasarkan data yang diperoleh dari
observasi dan juga survei, ditemukan masih ada beberapa warga yang belum mengetahui pola
diet diabetes melitus.
4.3 Penyuluhan ke masyarakat pada Homecare di Desa Dilem pada 18 Mei 2021
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan observasi dan survei yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kepanjen
mengenai pencegahan diabetes melitus, ditemukan masih adanya gap, concern, dan
responsibility sehingga dapat dijadikan sumber permasalahan untuk program kegiatan di
Puskesmas Kepanjen selanjutnya. Berdasarkan data yang diperoleh dari observasi dan juga
survei, ditemukan masih ada beberapa warga yang belum mengetahui pola diet diabetes
melitus. Puskesmas dapat melakukan peningkatan kapasitas mitra melalui pembekalan
materi, metode dan teknik promosi kesehatan.
Melihat rangkaian permasalahan di atas, beberapa usulan strategi kegiatan pemecahan yang
penulis sajikan untuk masalah kesehatan mengenai kurangnya pengetahuan masyarakat
terhadap pola diet diabetes melitus antara lain:
1. Hestiana, DP. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan dalam pengelolaan diet
pada pasien rawat jalan diabetes mellitus tipe 2 di kota semarang. Semarang. JHE 2(2).
2017.
2. Kemenkes RI. (2014). Profil Kesehatan Indonesia 2014. Jakarta: Kemenkes RI
3. Yitno & Asep WR. Pengaruh jalan kaki ringan 30 menit terhadap penurunan kadar gula
daeah pada lansia penderita diabetes mellitus tipe 2. Tulungagung. STRADA Jurnal Ilmiah
Kesehatan. 6(2). 2017.
4. RISKESDAS. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kemenkes RI. 2013.
5. American Diabetes Association. Diagnosis and classification of diabetes mellitus.
Diabetes care. 2010 Jan 1;33(Supplement 1):S62-9.
6. Dasar RK. RISKESDAS 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Badan
Kesehatan Kementerian Republik Indonesia. 2013
7. Foster, D.W. Diabetes Mellitus. In Harrison’s Principles of Internal Medicine. Singapore:
McGraw-Hill Book Co.1994.
8. Kohei KA. Pathophysiology of type 2 diabetes and its treatment policy. JMAJ. 2010
Jan;53(1):41-6.
9. PERKENI KP. Pencegahan Diabetes Melitus Tipe II di Indonesia, Jakarta: PB
10. Depkes RI. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Diabtes Mellitus. Departemen
Kesehatan RI.2005.
11. Nathan, DM., Delahanty LM. 2010. Menaklukkan Diabetes. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer
12. Katzung, BG. 2012. Farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta: Salemba Medika. P479-489.