Anda di halaman 1dari 56

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

TERHADAP KLIEN TN.SUKAMAR DENGAN DIABETES MELLITUS


DI RT 1 RW IX KELURAHAN SRONDOL KULON, KEC.
BANYUMANIKSEMARANG

Disusun untuk memenuhi syarat Tugas Mata Ajar Keperawatan Gerontik


Pada Program Studi Sarjana Terapan Keperawatan Semarang Semester VI

Disusun oleh :
1. Rizki Alfarikaini P1337420615001
2. Gyshela Anggita Citra Devi P1337420615002
3. Rizka Eka Putri P. P1337420615003
4. Iffah Hanifah P1337420615004
5. Vindy Adestya P. P1337420615005

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG


PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN SEMARANG
TAHUN AKADEMIK 2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proses penuaan pasti terjadi baik perempuan maupun laki-laki, juga pada
semuamakhluk hidup. hingga kini belum ditemukannya cara untuk mencegah
prosespenuaan. Penyebab penuaan adalah mulai berkurangnya proses
pertumbuhan,pembelahan sel, dan berkurangnya proses metabolisme tubuh. Akibatnya,
terjadigangguan terhadap kulit, selaput lendir, tulang, sistem pembuluh darah, aliran
darah,metabolisme vitamin, dan fungsi otak.Masalah kesehatan yang berhubungan
dengan gangguan sistem endokrin terjadisepanjang siklus kehidupan. Sistem endokrin
penting untuk mempertahankan danmengatur fungsi vital tubuh, misalnya stress, tumbuh
kembang, homeostasis,reproduksi, dan metabolisme energi. Salah satu penyakit yang
terdapat pada sistemendokrin yaitu diabetes militus.

Diabetes melitus (DM) merupakan keadaan yangseringkali dikaitkan dengan


meningkatnya risiko kesakitan dan kematian. Lanjut usia(lansia) yang menderita DM
seringkali juga mengalami penyakit lainnya,ketidakmampuan fisik, gangguan psikososial
dan fungsi kognisi, serta meningkatnyapelayanan kedokteran. Pada akhirnya, komplikasi
yang terjadi akan mempengaruhi kualitas hidup lansia. Prevalensi DM sebesar 15,8%
didapatkan pada kelompok usia 60-70 tahun danlansia wanita memiliki prevalensi lebih
tinggi dari lansia pria. Rata-rata skor domainkondisi lingkungan lebih tinggi pada lansia
yang tidak menderita DM dan rata-rataskor kesehatan fisik lebih tinggi pada lansia yang
menderita obesitas.

Semakin besar indeks massa tubuh maka skor domain kesehatan fisik akan
semakin meningkat secaradrastis.Ketertarikan kami mengangkat judul makalah ini
khususnya pada diabetes militusyaitu karena kebanyakan di rumah sakit ditemui orang
yang menderita DM adalahlansia dan kita sebagai perawat dapat melakukan tindakan
keperawatan dalammengatasi penyakit DM pada lansia. Dan juga mengetahui komplikasi
DM pada lansia.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan pengalaman belajar klinik diharapkan mampu
menerapkan asuhan keperawatan pada lansia (gerontik) yang mengalami
masalah kesehatan sesuai dengan tugas dan perkembangan lansia.
1.2.2 Tujuan Khusus
Setelah menyelesaikan pengalaman belajar klinik lansia diharapkan mampu:
- Mengidentifikasi data yang sesuai dengan masalah kesehatan yang
dihadapi oleh lansia khususnya penyakit Diabetes Mellitus.
- Merumuskan diagnosa keperawatan keluarga sesuai dengan masalah
kesehatan yang di hadapi oleh lansia.
- Menyusun rencana tindakan sesuai dengan diagnosa keperawatan gerontik
yang muncul.
- Melaksanakan rencana keperawatan yang telah di susun.
- Memodifikasi rencana yang telah di susun agar dapat di laksanakan oleh
lansia sesuai dengan kemampuan lansia.
- Mengevaluasi pelaksanaan asuhan keperawatan gerontik.
- Mendokumentasikan asuhan yang telah di berikan secara benar.

1.3 Rumusan Masalah


 Apa yang dimaksud dengan Diabetes Mellitus ?
 Bagaimana patofisiologi Diabetes Mellitus ?
 Apa saja faktor resiko untuk perkembangan terjadinya diabetes mellitus pada lansia ?
 Bagaimana asuhan keperawatan pada lansia dengan diabetes mellitus ?

1.4 Manfaat
 Agar dapat mengetahui tentang asuhan keperawatan gerontik.
 Agar dapat mengetahui tugas perkembangan dan masalah – masalah yang terjadi
pada gerontik (lansia).
 Agar dapat mengetahui asuhan keperawatan yang diberikan kepada lansia (gerontik).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan herediter,
dengan tanda-tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau tidak adanya
gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat dari kuranganya insulin efektif di dalam
tubuh, gangguan primer terletak pada metabolisme karbohidrat yang biasanya disertai
juga gangguan metabolism lemak dan protein ( Askandar, 2000 ).
Diabetes melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai oleh ketiadaan
absolut insulin atau insensitifitas sel terhadap insulin (Corwin, 2001).
Ulkus adalah luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lender
dan ulkusadalah kematian jaringan yang luas dan disertai invasif kuman saprofit. Adanya
kuman saprofit tersebut menyebabkan ulkus berbau, ulkus diabetikum juga merupakan
salah satu gejala klinik dan perjalanan penyakit DM dengan neuropati perifer,
(Andyagreeni, 2010).

B. KLASIFIKASI TIPE DM
Klasifikasi DM yang dianjurkan oleh PERKENI (2006) adalah sesuai dengan klasifikasi
DM oleh American Diabetes Association (ADA). Klasifikasi etiologi DM:
1. DM Tipe 1 (destruksi sel beta, biasanya menjurus ke defisiensi insulin absolut )
2. DM Tipe 2 (berawal dari resistensi insulin yang predominan dengan defisiensi
insulin relatif menuju ke defek sekresi insulin yang predominan dengan resistensi
insulin)
3. Diabetes Mellitus
C. ETIOLOGI
Pnyebab dari diabetes melitus adalah:
1. Diabetes Melitus tergantung insulin (DMTI)
a. Faktor genetic
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi suatu
presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya diabetes tipe I.
Kecenderungan genetic ini ditentukan pada individu yang memililiki tipe
antigen HLA(Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan
gen yang bertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan proses imun lainnya.
b. Faktor imunologi
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini merupakan
respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan
cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai
jaringan asing.
c. Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas, sebagai contoh
hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu
proses autuimun yang dapat menimbulkan destuksi sel β pankreas.
2. Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI)
Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, factor genetic diperkirakan
memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin. Diabetes Melitus tak
tergantung insulin (DMTTI) penyakitnya mempunyai pola familiar yang kuat.
DMTTI ditandai dengan kelainan dalam sekresi insulin maupun dalam kerja insulin.
Pada awalnya tampak terdapat resistensi dari sel-sel sasaran terhadap kerja insulin.
Insulin mula-mula mengikat dirinya kepada reseptor-reseptor permukaan sel tertentu,
kemudian terjadi reaksi intraselluler yang meningkatkan transport glukosa menembus
membran sel. Pada pasien dengan DMTTI terdapat kelainan dalam pengikatan insulin
dengan reseptor. Hal ini dapat disebabkan oleh berkurangnya jumlah tempat reseptor
yang responsif insulin pada membran sel. Akibatnya terjadi penggabungan abnormal
antara komplek reseptor insulin dengan system transport glukosa. Kadar glukosa
normal dapat dipertahankan dalam waktu yang cukup lama dan meningkatkan sekresi
insulin, tetapi pada akhirnya sekresi insulin yang beredar tidak lagi memadai untuk
mempertahankan euglikemia (Price,1995). Diabetes Melitus tipe II disebut juga
Diabetes Melitus tidak tergantung insulin (DMTTI) atau Non Insulin Dependent
Diabetes Melitus(NIDDM) yang merupakan suatu kelompok heterogen bentuk-bentuk
Diabetes yang lebih ringan, terutama dijumpai pada orang dewasa, tetapi terkadang
dapat timbul pada masa kanak-kanak. Faktor risiko yang berhubungan dengan proses
terjadinya DM tipe II, diantaranya adalah:
1) Usia ( resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun)
2) Obesitas
3) Riwayat keluarga
4) Kelompok etnik
3. Diabetes dengan Ulkus
D. ANATOMI DAN FISIOLOGI
1. Anatomi Pankreas
Pankreas merupakan sekumpulan kelenjar yang panjangnya kira-kira 15 cm, lebar 5
cm, mulai dari duodenum sampai ke limpa dan beratnya rata-rata 60-90 gram.
Terbentang pada vertebrata lumbalis 1 dan 2 di belakang lambung.
Pankreas juga merupakan kelenjar endokrin terbesar yang terdapat di dalam tubuh
baik hewan maupun manusia. Bagian depan ( kepala ) kelenjar pankreas terletak pada
lekukan yang dibentuk oleh duodenum dan bagian pilorus dari lambung. Bagian
badan yang merupakan bagian utama dari organ ini merentang ke arah limpadengan
bagian ekornya menyentuh atau terletak pada alat ini. Dari segi
perkembangan embriologis, kelenjar pankreas terbentuk dari epitel yang berasal dari
lapisan epitel yang membentuk usus (Tambayong, 2001).
2. Fungsi pankreas ada 2 yaitu :
a. Fungsi eksorin yaitu membentuk getah pankreas yang berisi enzim dan elektrolit.
b. Fungsi endokrin yaitu sekelompok kecil atau pulau langerhans, yang bersama-
sama membentuk organ endokrin yang
mensekresikan insulin. Pulau langerhansmanusia mengandung tiga jenis sel
utama,yaitu :
1) Sel-sel A ( alpha ), jumlahnya sekitar 20-40 % ;
memproduksi glukagon yang manjadi faktor hiperglikemik, suatu hormon
yang mempunyai “ anti insulin like activity “.
2) Sel-sel B ( betha ), jumlahnya sekitar 60-80 % , membuat insulin.
3) Sel-sel D (delta), jumlahnya sekitar 5-15 %, membuat somatostatin yang
menghambat pelepasan insulin dan glukagon . (Tambayong, 2001).
Anatomi Pankreas

3. Fisiologi
Kadar glukosa dalam darah sangat dipengaruhi fungi hepar, pankreas, adenohipofisis
dan adrenal. Glukosa yang berasal dari absorpsi makanan diintestin dialirkan ke hepar
melalui vena porta, sebagian glukosa akan disimpan sebagai glikogen. Pada saat ini
kadar glukosa di vena porta lebih tinggi daripada vena hepatica, setelah absorsi selesai
gliogen hepar dipecah lagi menjadi glukosa, sehingga kadar glukosa di vena hepatica
lebih tinggi dari vena porta. Jadi hepar berperan sebagai glukostat. Pada keadaan
normal glikogen di hepar cukup untuk mempertahankan kadar glukosa dalam
beberapa hari, tetapi bila fungsi hepar terganggu akan mudah terjadi hipoglikemi atau
hiperglikemi. Sedangkan peran insulin dan glucagon sangat penting pada metabolisme
karbonhidrat. Glukagon menyebabkan glikogenolisis dengan merangsang
adenilsiklase, enzim yang dibutuhkan untuk mengaktifkan fosforilase. Enzim
fosforilase penting untuk gliogenolisis. Bila cadangan glikogen hepar menurun maka
glukoneogenesis akan lebih aktif. Jumlah glukosa yang diambil dan dilepaskan oleh
hati dan yang dipergunakan oleh jaringan perifer tergantung dari
keseimbangan fisiologis beberapa hormon antara lain :
a. Hormon yang dapat merendahkan kadar gula darah yaitu insulin.
Kerja insulin yaitu merupakan hormon yang menurunkan glukosa darah dengan
cara membantu glukosa darah masuk kedalam sel.
1) Glukagon yang disekresi oleh sel alfa pulau lengerhans.
2) Epinefrin yang disekresi oleh medula adrenal dan jaringan kromafin.
3) Glukokortikoid yang disekresikan oleh korteks adrenal.
4) Growth hormone yang disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior.
b. Glukogen, epineprin, glukokortikoid, dan growth hormone membentuk suatu
mekanisme counfer-regulator yang mencegah timbulnya hipoglikemia akibat
pengaruh insulin.
E. PATOFISIOLOGI DAN PATHWAY
Menurut Smeltzer dan Bare (2001), patofisiologi dari diabetes melitus adalah :
1. Diabetes tipe I
Pada Diabetes tipe I terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-
sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemia puasa
terjadi akibat produksi glukosa yang tidak terukur oleh hati. Disamping itu, glukosa
yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada
dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia postprandial (sesudah makan). Jika
konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap kembali
semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urin
(Glukosuria). Ketika glukosa yang berlebih dieksresikan dalam urin, ekskresi ini akan
disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan
diuresis osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan cairan yang berlebihan, pasien akan
mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia).
Defisiensi insulin juga mengganggu metabolisme protein dan lemak yang
menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera
makan (polifagia) akibat menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup
kelelahan dan kelemahan.Proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut turut
menimbulkan hiperglikemia. Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang
mengakibatkan peningkatan produksi badan keton yang merupakan produk samping
pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang mengganggu keseimbangan
asam basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis diabetik yang
diakibatkannya dapat menyebabkan tandatanda dan gejala seperti nyeri abdominal,
mual, muntah, hiperventilasi, napas berbau aseton dan bila tidak ditangani akan
menimbulkan perubahan kesadaran, koma bahkan kematian.
2. Diabetes tipe II
Pada Diabetes tipe II terdapat dua masalah yang berhubungan dengan insulin, yaitu
resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan
reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan
reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa didalam
sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel
ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan
glukosa oleh jaringan. Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat dan
progresif maka awitan diabetes tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi. Jika gejalanya
dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan dan dapat mencakup kelelahan,
iritabilitas, poliuria, polidipsia, luka yang lama sembuh, infeksi vagina atau
pandangan yang kabur ( jika kadar glukosanya sangat tinggi).
Penyakit Diabetes membuat gangguan/ komplikasi melalui kerusakan pada pembuluh
darah di seluruh tubuh, disebut angiopati diabetik. Penyakit ini berjalan kronis dan
terbagi dua yaitu gangguan pada pembuluh darah besar (makrovaskular) disebut
makroangiopati, dan pada pembuluh darah halus (mikrovaskular) disebut
mikroangiopati. Ulkus Diabetikum terdiri dari kavitas sentral biasanya lebih besar
disbanding pintu masuknya, dikelilingi kalus keras dan tebal. Awalnya proses
pembentukan ulkus berhubungan dengan hiperglikemia yang berefek terhadap saraf
perifer, kolagen, keratin dan suplai vaskuler. Dengan adanya tekanan mekanik
terbentuk keratin keras pada daerah kaki yang mengalami beban terbesar. Neuropati
sensoris perifer memungkinkan terjadinya trauma berulang mengakibatkan terjadinya
kerusakan jaringan dibawah area kalus. Selanjutnya terbentuk kavitas yang membesar
dan akhirnya ruptur sampai permukaan kulit menimbulkan ulkus. Adanya iskemia dan
penyembuhan luka abnormal manghalangi resolusi. Mikroorganisme yang masuk
mengadakan kolonisasi didaerah ini. Drainase yang inadekuat menimbulkan closed
space infection. Akhirnya sebagai konsekuensi sistem imun yang abnormal, bakteria
sulit dibersihkan dan infeksi menyebar ke jaringan sekitarnya, (Anonim 2009).
Pathway Diabetes Melitus (DM)

F. MANIFESTASI KLINIS
1. Diabetes Tipe I
a. hiperglikemia berpuasa
b. glukosuria, diuresis osmotik, poliuria, polidipsia, polifagia
c. keletihan dan kelemahan
d. ketoasidosis diabetik (mual, nyeri abdomen, muntah, hiperventilasi, nafas bau
buah, ada perubahan tingkat kesadaran, koma, kematian)
2. Diabetes Tipe II
a. lambat (selama tahunan), intoleransi glukosa progresif
b. gejala seringkali ringan mencakup keletihan, mudah tersinggung, poliuria,
polidipsia, luka pada kulit yang sembuhnya lama, infeksi vaginal, penglihatan
kabur
c. komplikaasi jangka panjang (retinopati, neuropati, penyakit vaskular perifer)
3. Ulkus Diabetikum
Ulkus Diabetikum akibat mikriangiopatik disebut juga ulkus panas walaupun nekrosis,
daerah akral itu tampak merah dan terasa hangat oleh peradangan dan biasanya teraba
pulsasi arteri dibagian distal . Proses mikroangipati menyebabkan sumbatan pembuluh
darah, sedangkan secara akut emboli memberikan gejala klinis 5 P yaitu :
a. Pain (nyeri)
b. Paleness (kepucatan)
c. Paresthesia (kesemutan)
d. Pulselessness (denyut nadi hilang)
e. Paralysis (lumpuh).
Bila terjadi sumbatan kronik, akan timbul gambaran klinis menurut pola dari fontaine:
a. Stadium I : asimptomatis atau gejala tidak khas (kesemutan).
b. Stadium II : terjadi klaudikasio intermiten
c. Stadium III : timbul nyeri saat istitrahat.
d. Stadium IV : terjadinya kerusakan jaringan karena anoksia (ulkus).
Klasifikasi :
gangren kaki diabetik menjadi enam tingkatan,yaitu:
a. Derajat 0 :Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan kemungkinan
disertai kelainan bentuk kaki seperti “ claw,callus “.
b. Derajat I : Ulkus superfisial terbatas pada kulit.
c. Derajat II :Ulkus dalam menembus tendon dan tulang
d. Derajat III : Abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis.
e. Derajat IV : Gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau
tanpa selulitis.
f. Derajat V : Gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai.
DIABETES MELITUS (DM)

G. KOMPLIKASI
Komplikasi yang berkaitan dengan kedua tipe DM digolongkan sebagai akut dan kronik :
1. Komplikasi akut
Komplikasi akut terjadi sebagai akibat dari ketidakseimbangan jangka pendek dari
glukosa darah.
a. Hipoglikemia.
b. Ketoasidosis diabetic (DKA)
c. sindrom hiperglikemik hiperosmolar non ketotik (HONK).
2. Komplikasi kronik
Umumnya terjadi 10 sampai 15 tahun setelah awitan.
a. Makrovaskular (penyakit pembuluh darah besar), mengenai sirkulasi koroner,
vaskular perifer dan vaskular selebral.
b. Mikrovaskular (penyakit pembuluh darah kecil), mengenai mata (retinopati) dan
ginjal (nefropati). Kontrol kadar glukosa darah untuk memperlambat atau
menunda awitan baik komplikasi mikrovaskular maupun makrovaskular.
c. Penyakit neuropati, mengenai saraf sensorik-motorik dan autonomi serta
menunjang masalah seperti impotensi dan ulkus pada kaki.
d. Ulkus/gangren
Terdapat lima grade ulkus diabetikum antara lain:
 Grade 0 : tidak ada luka
 Grade I : kerusakan hanya sampai pada permukaan kulit
 Grade II : kerusakan kulit mencapai otot dan tulang
 Grade III : terjadi abses
 Grade IV : Gangren pada kaki bagian distal
 Grade V : Gangren pada seluruh kaki dan tungkai
3. Komplikasi jangka panjang dari diabetes

Organ/jaringan yg
Yg terjadi Komplikasi
terkena

Pembuluh darah Plak aterosklerotik terbentuk & Sirkulasi yg jelek menyebabkan


menyumbat arteri berukuran penyembuhan luka yg jelek
besar atau sedang di jantung, & bisa menyebabkan
otak, tungkai & penis. penyakit jantung, stroke,
Dinding pembuluh darah gangren kaki & tangan,
kecil mengalami kerusakan impoten & infeksi
sehingga pembuluh tidak
dapat mentransfer oksigen
secara normal & mengalami
kebocoran

Mata Terjadi kerusakan pada pembuluh Gangguan penglihatan & pada


darah kecil retina akhirnya bisa terjadi
kebutaan

Ginjal  Penebalan pembuluh darah Fungsi ginjal yg buruk


ginjal Gagal ginjal
 Protein bocor ke dalam air
kemih
 Darah tidak disaring secara
normal

Saraf Kerusakan saraf karena glukosa Kelemahan tungkai yg


tidak dimetabolisir secara terjadi secara tiba-tiba atau
normal & karena aliran darah secara perlahan
berkurang Berkurangnya rasa,
kesemutan & nyeri di tangan
& kaki
Kerusakan saraf menahun

Sistem saraf otonom Kerusakan pada saraf yg Tekanan darah yg naik-


mengendalikan tekanan turun
darah & saluran pencernaan Kesulitan menelan &
perubahan fungsi pencernaan
disertai serangan diare

Kulit Berkurangnya aliran darah ke Luka, infeksi dalam (ulkus


kulit & hilangnya rasa yg diabetikum)
menyebabkan cedera Penyembuhan luka yg jelek
berulang

Darah Gangguan fungsi sel darah putih Mudah terkena infeksi, terutama
infeksi saluran kemih & kulit

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Glukosa darah: darah arteri / kapiler 5-10% lebih tinggi daripada darah vena,
serum/plasma 10-15% daripada darah utuh, metode dengan deproteinisasi 5% lebih
tinggi daripada metode tanpa deproteinisasi
2. Glukosa urin: 95% glukosa direabsorpsi tubulus, bila glukosa darah > 160-180%
maka sekresi dalam urine akan naik secara eksponensial, uji dalam urin: + nilai
ambang ini akan naik pada orang tua. Metode yang populer: carik celup memakai
GOD.
3. Benda keton dalam urine: bahan urine segar karena asam asetoasetat cepat
didekrboksilasi menjadi aseton. Metode yang dipakai Natroprusid, 3-hidroksibutirat
tidak terdeteksi
4. Pemeriksan lain: fungsi ginjal ( Ureum, creatinin), Lemak darah: (Kholesterol, HDL,
LDL, Trigleserid), fungsi hati, antibodi anti sel insula langerhans ( islet cellantibody)

I. PENATALAKSANAAN
1. Medis
a. Obat
 Tablet OAD (Oral Antidiabetes)
 Biguanida tidak mempunyai efek pankreatik, tetapi mempunyai efek lain yang
dapat meningkatkan efektivitas insulin, yaitu:
1) Menghambat absorpsi karbohidrat
2) Menghambat glukoneogenesis di hati
3) Meningkatkan afinitas pada reseptor insulin
4) Biguanida pada tingkat reseptor : meningkatkan jumlah reseptor insulin
5) Biguanida pada tingkat pascareseptor : mempunyai efek intraseluler
b. Insulin
Indikasi penggunaan insulin
 DM tipe I
 DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat dengan OAD
 DM kehamilan
 DM dan gangguan faal hati yang berat
 DM dan infeksi akut (selulitis, gangren)
 DM dan TBC paru akut
 DM dan koma lain pada DM
 DM operasi
Insulin diperlukan pada keadaan :
 Penurunan berat badan yang cepat.
 Hiperglikemia berat yang disertai ketoasidosis.
 Ketoasidosis diabetik.
 Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat.

2. Keperawatan
Usaha perawatan dan pengobatan yang ditujukan terhadap ulkus antara lain dengan
antibiotika atau kemoterapi. Perawatan luka dengan mengompreskan ulkusdengan
larutan klorida atau larutan antiseptic ringan. Misalnya rivanol dan larutan kalium
permanganate 1 : 500 mg dan penutupan ulkus dengan kassa steril. Alat-alat ortopedi
yang secaramekanik yang dapat merata tekanan tubuh terhadap kaki yang luka
amputasi mungkin diperlukan untuk kasus DM.Menurut Smeltzer dan Bare (2001:
1226), tujuan utama penatalaksanaan terapi pada Diabetes Melitus adalah
menormalkan aktifitas insulin dan kadar glukosa darah, sedangkan tujuan jangka
panjangnya adalah untuk menghindari terjadinya komplikasi. Ada beberapa
komponen dalam penatalaksanaan Ulkus Diabetik:
a. Diet
Diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar untuk memberikan semua
unsur makanan esensial, memenuhi kebutuhan energi, mencegah kadar glukosa
darah yang tinggi dan menurunkan kadar lemak.
Prinsip diet DM, adalah:
1) Jumlah sesuai kebutuhan
2) Jadwal diet ketat
3) Jenis: boleh dimakan/tidak
b. Latihan
Dengan latihan ini misalnya dengan berolahraga yang teratur akan menurunkan
kadar glukosa darah dengan meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan
memperbaiki pemakaian kadar insulin.
c. Pemantauan
Dengan melakukan pemantaunan kadar glukosa darah secara mandiri diharapkan
pada penderita diabetes dapat mengatur terapinya secara optimal.
d. Terapi (jika diperlukan)
Penyuntikan insulin sering dilakukan dua kali per hari untuk mengendalikan
kenaikan kadar glukosa darah sesudah makan dan pada malam hari.
e. Pendidikan
Tujuan dari pendidikan ini adalah supaya pasien dapat mempelajari keterampilan
dalam melakukan penatalaksanaan diabetes yang mandiri dan mampu
menghindari komplikasi dari diabetes itu sendiri.
 Pendidikan kesehatan perawatan kaki
1) Hiegene kaki:
a) Cuci kaki setiap hari, keringkan sela-sela jari dengan cara menekan,
jangan digosok
b) Setelah kering diberi lotion untuk mencegah kering, bersisik dan
gesekan yang berlebih
c) Potong kuku secara teratur dan susut kuku jangan dipotong
d) Gunakan sepatu tumit rendah, kulit lunak dan tidak sempit
e) Gunakan kaos kaki yang tipis dan hangat serta tidak sempit
f) Bila terdapat callus, hilangkan callus yang berlebihan dengan cara kaki
direndam dalam air hangat sekitar 10 menit kemudian gosok dengan
handuk atau dikikir jangan dikelupas.
2) Alas kaki yang tepat
3) Mencegah trauma kaki
4) Berhenti merokok
5) Segera bertindak jika ada masalah
6) Kontrol nutrisi dan metabolic
Faktor nutrisi merupakan salah satu faktor yang berperan dalam
penyembuhan luka. Adanya anemia dan hipoalbuminemia akan
berpengaruh dalam proses penyembuhan. Perlu memonitor Hb diatas 12
gram/dl dan pertahankan albumin diatas 3,5 gram/dl. Diet pada
penderita DM dengan selulitis atau gangren diperlukan protein tinggi yaitu
dengan komposisi protein 20%, lemak 20% dan karbohidrat 60%. Infeksi
atau inflamasi dapat mengakibatkan fluktuasi kadar gula darah yang besar.
Pembedahan dan pemberian antibiotika pada abses atau infeksi dapat
membantu mengontrol gula darah. Sebaliknya penderita dengan
hiperglikemia yang tinggi, kemampuan melawan infeksi turun sehingga
kontrol gula darah yang baik harus diupayakan sebagai perawatan pasien
secara total.
7) Stres Mekanik
Perlu meminimalkan beban berat (weight bearing) pada ulkus. Modifikasi
weight bearing meliputi bedrest, memakai crutch, kursi roda, sepatu yang
tertutup dan sepatu khusus. Semua pasien yang istirahat ditempat tidur,
tumit dan mata kaki harus dilindungi serta kedua tungkai harus diinspeksi
tiap hari. Hal ini diperlukan karena kaki pasien sudah tidak peka lagi
terhadap rasa nyeri, sehingga akan terjadi trauma berulang ditempat yang
sama menyebabkan bakteri masuk pada tempat luka.
8) Tindakan Bedah
Berdasarkan berat ringannya penyakit menurut Wagner maka tindakan
pengobatan atau pembedahan dapat ditentukan sebagai berikut:
 Derajat 0 : perawatan lokal secara khusus tidak ada.
 Derajat I - V : pengelolaan medik dan bedah minor
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK
TERHADAP KLIEN TN.S DENGAN DIABETES MELLITUS
DI RT 1 RW IX KELURAHAN SRONDOL KULON, KEC.
BANYUMANIKSEMARANG

I. PENGKAJIAN
A. Karakteristik Demografi
1. Identitas Diri Klien
Nama Lengkap : Tn. Sukamar
Umur : 91 tahun
Jenis Kelamin : Laki - laki
Status Perkawinan : Kawin
Pendidikan Terakhir : Tidak sekolah
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Golongan Darah :O
Diagnosa Medis (bila ada) : Diabetes Mellitus
TB/BB : 143 cm / 42 kg
Alamat : Srondol Kulon RT I/ RW IX
No Telpon :-
2. Keluarga atau orang lain yang penting / dekat yang dapat dihubungi
Nama :Ny. I
Alamat : Srondol Kulon RT I/ RW IX
No Telepon : 085xxxxxxxx
Hubungan dengan klien : Cucu
3. Riwayat pekerjaan dan status ekonomi
Pekerjaan saat ini :Tidak bekerja
Pekerjaan sebelumnya : Buruh di ladang
Sumber pendapatan : Pemerintah
Kecukupan pendapatan : Cukup
4. Aktifitas Rekreasi
Hobi : Menonton TV
Bepergian / wisata :kebun dan hutan
Keanggotaan organisasi :tidak mengikuti suatu organisasi
Lain – lain :-
5. Riwayat Keluarga
a. Saudara Kandung

No Nama Keadaan saat ini Keterangan


1. Ny. A Meninggal Meninggal di usia
89 tahun
2. Tn. S Hidup Usia 91 tahun,
Sakit diabetes
mellitus
3. Tn. B Hidup Usia 88 tahun
penglihatan
berkurang
4. Ny. C Meninggal Meninggal usia 72
tahun

b. Riwayat kematian dalam keluarga ( 1 tahun terakhir)


Nama :-
Umur :-
Penyebab Kematian :-
c. Kunjungan Keluarga :
Tn. Stinggal berdekatan dengan dua anaknya, oleh anak ke dua
biasanya dikunjungiminimal sebulan sekali.
B. Pola Kebiasaan Sehari – hari
1. Nutrisi
Klien makan 3x sehari dengan porsi sedang secara mandiri, jenis
makanan yang dikonsumsi Tn. S adalah makanan yang berkonsistensi
lunak seperti 5 sendok nasi putih dengan tambahan sayur. Klien
mengatakan menghindari makanan yang manis – manis. Selama ini, klien
tidak ada keluhan dalam mengkonsumsi makanan, klien tidak menderita
alergi terhadap makanan maupun bahan apapun. Klien mengatakan selera
makan klien sedikit menurun diusianya yang semakin bertambah. Klien
juga sudah kesulitan untuk memakan makanan dengan tekstur keras karena
banyak dari gigi gerahamnya yang sudah tanggal.
Sehari – hari minum air putih hangat sebanyak 6-7 gelas per hari
serta 1 gelas teh tawar hangat saat sore hari.
2. Eliminasi
- BAK
Klien mengatakan mempunyai pola BAK 9-10 kali dalam sehari,
dan mengeluh adanya rasa panas saat BAK selama ±2 minggu. Rasa panas
itu hanya timbul saat berkemih, terasa nyeri di sekitar vesika urinari, terasa
panas sulit untuk berkemih secara lancar, klien juga merasa anyang –
anyangan saat berkemih.
- BAB
Klien mengatakan mempunyai pola BAB rutin 1-2 x dalam sehari,
dengan konsistensi lunak, berwarna dan berbau khas. Tidak ada keluhan
yang di alami Tn S saat BAB.
3. Personal Hygiene
Klien mengatakan mandi 2 kali dalam sehari pada pagi dan sore
hari secara mandiri.
4. Istirahat dan Tidur
Klien mengatakan mempunyai kebiasaan tidur siang mulai dari
pukul 14.00 – 16.00 WIB, sedangkan untuk tidur malam klien
mengatakann mulai tidur pukul 22.00 – 04.00. Namun, klien juga
mempunyai kebiasaan bangun pada pukul 02.00 untuk melakukan sholat
tahajut.Klien mengatakan tidak memiliki gangguan pola tidur.
5. Kebiasaan mengisi waktu luang
Klien mengatakan mempunyai kebiasaan menonton tv dan
membersihkan rumah. Namun, dengan kondisi penglihatan klien yang
sudah tidak terlalu jelas saat menonton televisi, maka biasaya klien hanya
mendengarkan suara yang dikeluarkan dari televisi. Untuk aktivitasya
dalam membersihkan rumah, terkadang hanya bisa dilakukan sebisa klien
saja.
Kehidupan sosial klien masih baik di usianya, Tn. S biasa
bercengkrama dengan warga sekitar rumah atau keluarga yang tinggal di
dekat rumahnya untuk mengisi waktu luang.
6. Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan
Tn. S mengatakan memiliki kebiasaan merokok sehari minimal 5
linting, rokok yang digunakan adalah rokok buatan sendiri, selain itu juga
memiliki kebiasaan minum teh manis yang menyebabkan kondisi klien
drop sekitar 3 bulan yang lalu. Setelah dilakukan pemeriksaan ternyata
gula darah klien mencapai 400ml/dL, sehingga akhirnya klien harus
mengurangi makan makanan yang manis sejak dirinya mengetahui
memiliki penyakit diabetes mellitus.
7. Uraian Kronologis sehari – hari
Keseharian Tn. S dimulai dari bangun tidur yaitu ibadah pagi (sholat
subuh, dan berdoa) sampai matahari terbit. Selanjutnya jika kaki Tn. S
tidak terasa nyeri, maka klien akan melakukan aktivitas berupa
membersihkan halaman rumah. Namun, apabila nyeri kakinya timbul
kembali, klien hanya duduk santai sambil menonton televisi dan merokok.
C. Status Kesehatan
1. Status kesehatan saat ini
Tn. S mengatakan kakinya merasa kaku sehingga sulit digunakan untuk
berjalan. Hal ini disebabkan Tn. S pernah mengalami kecelakaan jatuh saat
Tn. S dalam perjalanan menuju masjid sekitar ±1 tahun yang lalu.Tn . S
mengatakan pernah memriksakan keadaannya tersebut ke rumah sakit. Tn.
S juga mengatakan memiliki penyakit Diabetes Melitus, Tn. S setiap hari
mengkonsumsi obat yang Metformin 500 mg dikonsumsi 2Xsehari setiap
pagi setelah makan dan malam hari sebelum tidur.
Jum’at, 18 Mei 2018 pukul 14.30 dilakukan cek gula darah sewaktu
didapatkan hasil gula darahnya sebanyak 308mg/dL. Saat dilakukan cek
GDS klien dalam keadaan berpuasa 10 jam lebih.
2. Riwayat kesehatan masa lalu
Klien Tn. S mengatakan pernah mengalami operasi katarak sekitar 10
tahun yang lalu, klien mengatakan tidak memiliki alergi terhadap makanan
maupun obat.
3. Pengkajian / pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : keadaan umum klien baik, Compos Mentis
dengan TD : 140/90 mmHg, HR: 86X/menit, RR: 24X/menit, T: 36°C.
b. BB/TB : 42 kg / 143 cm
c. Rambut : rambut tampak beruban, bersih
d. Mata : klien Tn.S menggunakan kaca mata, dan
mengatakan sudah tidak bisa melihat dengan jelas ketika malan hari
sejak kurang lebih 10 tahun yang lalu.
e. Telinga : klien tampak mengalami penurunan
kemapuan pendengaran dibuktikan dengan klien selalu meminta kata /
kalimat dieja ulang saat berbincang - bincang, telinga klien tampak
bersih.
f. Mulut : bau nafas klien berbau rokok, bibir tampak
kehitaman serta lembab, gigi tampak sudah banyak yang tanggal,
hanya tersisa 2 gigi di masing masing geraham bagian belakang
g. Dada : dada klien tampak pigion chest,
h. Abdomen : peristaltik usus terdengar 12x/ menit
i. Kulit : kulit kering, turgor kulit kembali dalam 3
detik.
j. Ekstremitas atas : dapat bergerak sesuai fungsinya (normal),
tidak ada luka maupun bengkak pada lengan maupun jari – jari tangan
klien.
k. Ekstremitas bawah :klien mengatakan kakinya sudah cukup
kesulitan menopang tubuhnya saat berdiri, ketika Tn. S berdiri tampak
gemetar, berjalan menggunakan tripod, kuku ibu jari kaki klien tampak
retak dan kotor, tidak ada luka terbuka di bagian ekstremitas bawah
klien.
D. Lingkungan tempat tinggal
Lingkungan tempat tinggal Tn. S tampak bersih namun barang-barang tidak
tertata dengna rapi. Penerangan rumah Tn. S cukup terang di siang hari karena
matahari dapat masuk ke dalam rumah dan saat malam hari penerangan cukup
terang. Sirkulasi udara di rumah klien cukup baik karena terdapat ventilasi
yang memadai danpintu serta jendela rutin dibuka. Keadaan kamar mandi di
rumah Tn.S tampak bersih dan tidak licin, limbah rumah tangga dialirkan
melalui saluran pembuangan air limbah. Sumber air minum untuk keluarga
Tn.S memanfaatkan PDAM. Keluarga Tn. S membuang samapah langsung ke
TPA. Halaman rumah Tn.S tampak rapi dan bersih serta tampak adanya
tanaman hias yang diletakan di sudut halaman.
II. ANALISA DATA

Hari/tanggal Data focus Masalah Penyebab


Senin, DS: klien mengatakan Kurangnya Tidak
14 Mei 2018 memiliki kebiasaan pengetahuan mengetahui
14.00 WIB merokok sehari minimal 5 bahaya merokok sumber –
linting sumber
DO: bibir tampak informasi
kehitaman
Nafas beraroma rokok
Senin, DS : klien mengatakan Risiko jatuh Kelemahan
14 Mei 2018 kakinya kaku sehingga sulit otot
14.00 WIB untuk berjalan ekstremitas
DO : bawah
- klien tampak menyeret
kaki untuk berjalan
- Klien tampak
menggunakan tongkat
untuk berjalan
- Kaki klien tampak
gemetar beranjak dari
duduk
Senin, DS : Kurangnya Interpretasi
14 Mei 2018 - Klien mengatakan saat pengetahuan diit informasi
14.00 WIB melakukan seimbang Diabetes yang salah
pemeriksaan 3 bualan Mellitus
yang lalu, pernah
didapati hasil cek gula
darahnya sampai 400
mg/dl
- Klien mengatakan
belum paham tentang
jenis makanan yang
boleh dikonsumsi
DO : Klien mengkonsumsi
Metformin 500 mg setiap
pagi dan malam setelah
makan,
Hasil pemeriksaan GDS :
210 mg/dl
Senin, DS : Gangguan Infeksi
14 mei 2018 - Klien mengatakan eliminasi urine saluran
14.00 WIB terasa panas di vesika kemih
urinari saat BAK sejak
2 minggu yang lalu.
- Klien mengatakan
ketika berkemih hanya
sedikit – sedikit saja
yang keluar. Namun ia
sering sekali terasa
ingin BAK
- Klien mengatakan
terasa anyang-anyangan
DO :
- Klien sering ke toilet
untuk BAK
Senin, DS : Hambatan Kelemahan
14 mei 2018 - klien mengatakan mobilitas fisik otot
14.00 WIB kakinya kaku sehingga ekstremitas
sulit untuk berjalan bawah
- klien mengatakan
kesulitan untuk berdiri
ketika beranjak dari
duduknya. Klien merasa
jika tubuhnya seberti
tidak bisa berdiri secara
tegak

DO :
- klien tampak menyeret
kaki untuk berjalan
- Klien tampak
menggunakan tongkat
untuk berjalan
- Kaki klien tampak
gemetar beranjak dari
duduk
- Klien kesulitan untuk
mengubah posisi dari
duduk menuju berdiri.
III. PRIORITAS MASALAH
Masalah 1 : Kurang pengetahuan bahaya merokok berhubungan dengan tidak
mengetahui sumber – sumber informasi

Kriteria SKOR Hasil Pembenaran


SIFAT MASALAH Tn. S merokok minimal 5
(bobot = 1) linting per hari
 Tidak sehat 3 3/3 x 1 = 1
 Ancaman 2
kesehatan 1
 Krisis atau
keadaan
sejahtera
KEMUNGKINAN Tn.S mnegatakan tidak bisa
MASALAH sehari pun tanpa merokok
DAPAT DIUBAH
(bobot = 2) 2 0/2 x 2 = 0
 Dengan mudah 1
 Hanya sebagian 0
 Tidak dapat
POTENSIAL Tn. S rutin kontrol sebulan
MASALAH sekali di dokter keluarga
DAPAT DICEGAH
(bobot = 1) 3 2/3 x 1 = 2/3
 Tinggi 2
1
 Cukup
 Rendah
MENONJOLKAN Keluarga klien mengatakan
MASALAH (bobot masalah kesehatan klien
= 1) 1/2 x 1 = 1/2 disebabkan oleh usianya
 Masalah berat, 2 yang sudah tua
harus segera
ditangani
 Ada masalah,
tapi tidak perlu 1
segera ditangani
 Masalah tidak 0
dirasakan
Total 3 1/6

Masalah 2 : Risiko jatuh berhubugan dengan kelemahan otot ekstremitas bawah

Kriteria SKOR Hasil Pembenaran


SIFAT MASALAH Klien tampak gemetar saat
(bobot = 1) berdiri
 Tidak sehat 3 2/3 x 1 = 2/3
 Ancaman 2
kesehatan 1
 Krisis atau
keadaan
sejahtera
KEMUNGKINAN Tn. S berhati – hati ketika
MASALAH berdiri dan menggunakan
DAPAT DIUBAH tripod saat berjalan
(bobot = 2) 2/2 x 2 = 2
 Dengan mudah 2
 Hanya sebagian 1
 Tidak dapat 0
POTENSIAL Klien berjalan dengan
MASALAH bantuan tripod
DAPAT DICEGAH
(bobot = 1) 3 2/3 x 1 = 2/3
 Tinggi 2
1
 Cukup
 Rendah
MENONJOLKAN Klien perlu berhati – hati
MASALAH (bobot dengan kondisinya saat ini,
= 1) 2/2 x 1 = 1 karena jika sampai terjatuh
 Masalah berat, 2 kemungkinan terjadi
harus segera kerusakan pada organ lain
ditangani 1 akan lebih besar
 Ada masalah,
tapi tidak perlu 0
segera ditangani
 Masalah tidak
dirasakan
Total 4 1/3

Masalah 3 : Kurangnya pengetahuan diit seimbang Diabetes Mellitus


berhubungan dengan interpretasi informasi yang salah

Kriteria SKOR Hasil Pembenaran


SIFAT MASALAH Ketika di periksa kadar gula
(bobot = 1) darah Tn. S saat puasa
 Tidak sehat 3 2/3 x 1 = 2/3 menunjukkan angka 308
 Ancaman 2 mg/dL
kesehatan 1
 Krisis atau
keadaan
sejahtera
KEMUNGKINAN Tn.S hanya mengetahui
MASALAH bahwa dirinya tidak boleh
DAPAT DIUBAH memakan apapun yang
(bobot = 2) 1/2 x 2 = 1 memiliki citarasa manis
 Dengan mudah 2
 Hanya sebagian 1
 Tidak dapat 0
POTENSIAL Klien cukup memahami
MASALAH kondisi tubuhnya yang
DAPAT DICEGAH menderita diabetes mellitus
(bobot = 1) 2/3 x 1 = 2/3
 Tinggi 3
2
 Cukup
1
 Rendah
MENONJOLKAN Klien perlu berhati – hati
MASALAH (bobot dengan kondisinya saat ini,
= 1) 2/2 x 1 = 1 karena jika sampai terjatuh
 Masalah berat, 2 kemungkinan terjadi
harus segera kerusakan pada organ lain
ditangani 1 akan lebih besar
 Ada masalah,
tapi tidak perlu 0
segera ditangani
 Masalah tidak
dirasakan
Total 3 1/3

Masalah 4 : Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan penurunan kekuatan


otot sfingter

Kriteria SKOR Hasil Pembenaran


SIFAT MASALAH Klien mengatakan ketika
(bobot = 1) berkemih terasa panas
 Tidak sehat 3 2/3 x 1 = 2/3
 Ancaman 2
kesehatan 1
 Krisis atau
keadaan
sejahtera
KEMUNGKINAN Butuh pemeriksaan enunjang
MASALAH untuk keluhan yang
DAPAT DIUBAH dirasakan Tn.S
(bobot = 2) 2 1/2 x 2 = 1
 Dengan mudah 1
 Hanya sebagian 0
 Tidak dapat
POTENSIAL Tn. S mengatakan terasa
MASALAH anyang – anyangan ketika
DAPAT DICEGAH muncul keinginan untuk
(bobot = 1) 3 1/3 x 1 = 1/3 berkemih.
 Tinggi 2
1
 Cukup
 Rendah
MENONJOLKAN Tn.S merasa tidak nyaman
MASALAH (bobot dengan gangguan dalam
= 1) 2/2 x 1 = 1 berkemih
 Masalah berat, 2
harus segera
ditangani 1
 Ada masalah,
tapi tidak perlu 0
segera ditangani
 Masalah tidak
dirasakan
Total 3

Masalah 5 : Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan otot


ekstremitas bawah

Kriteria SKOR Hasil Pembenaran


SIFAT MASALAH Klien tampak gemetar saat
(bobot = 1) berdiri
 Tidak sehat 3 2/3 x 1 = 2/3
 Ancaman 2
kesehatan 1
 Krisis atau
keadaan
sejahtera
KEMUNGKINAN Di usia klien yang sudah 90
MASALAH tahun, hambatan ini hanya
DAPAT DIUBAH sebagian bisa diubah karena
(bobot = 2) 2 1/2 x 2 = 2 kemampuan otot ekstremitas
 Dengan mudah 1 klien yang mulai melemah.
 Hanya sebagian 0
 Tidak dapat
POTENSIAL Klien berjalan dengan
MASALAH bantuan tripod
DAPAT DICEGAH
(bobot = 1) 3 1/3 x 1 = 1/3
 Tinggi 2
1
 Cukup
 Rendah
MENONJOLKAN Klien perlu berhati – hati
MASALAH (bobot dengan kondisinya saat ini,
= 1) 2/2 x 1 = 1 karena jika sampai terjatuh
 Masalah berat, 2 kemungkinan terjadi
harus segera kerusakan pada organ lain
ditangani 1 akan lebih besar
 Ada masalah,
tapi tidak perlu 0
segera ditangani
 Masalah tidak
dirasakan
Total 4
IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Risiko jatuh berhubugan dengan kelemahan otot ekstremitas bawah
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan otot ekstremitas
bawah
3. Kurangnya pengetahuan diit seimbang Diabetes Mellitus berhubungan
dengan interpretasi informasi yang salah
4. Kurang pengetahuan bahaya merokok berhubungan dengan tidak mengetahui
sumber – sumber informasi
5. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan penurunan kekuatan otot
sfingter
V. INTERVENSI KEPERAWATAN

Hari/ Diagnosa
No. Tujuan Intervensi
tanggal keperawatan
1. Senin, Risiko jatuh Setelah dilakukan 1. Identifikasi
14 Mei berhubugan dengan asuhan keperawatan kemampuan
2018 kelemahan otot selama 3 x 24 jam, fisik klien
ekstremitas bawah risiko jatuh 2. Identifikasi
berkurang dengan karakteristik
kriteria hasil : lingkungan
1. Klien mampu rumah klien
mempertahanka 3. Dorong klien
n keseimbangan untuk selalu
tubuhnya menggunakan
2. Klien mampu alat bantu
meminimalisir jalan seperti
faktor risiko tripod
jatuh 4. Sediakan
3. Tidak ada sandaran
kejadian jatuh untuk
mempermuda
h transfer
klien
5. Lakukan
modifikasi
lingkungan
untuk
memudahkan
transfer lansia
2. Senin, Hambatan mobilitas Setelah dilakukan 1. Kaji
14 Mei fisik berhubungan asuhan keperawatan kemampuan
2018 dengan kelemahan selama 3 x 24 jam, klien dalam
otot ekstremitas hambatan mobilitas mobilisasi
bawah fisik teratasi dengan 2. Monitor vital
kriteria hasil : sign klien
1. Aktivitas fisik 3. Bantu klien
klien meningkat untuk berjalan
2. Klien dapat dengan alat
mengungkapkan bantu jalan
perasaannya (walker)
dalam 4. Kaji
meningkatkan kemampuan
kekuatan dan pasien dalam
kemampuan mobilisasi
berpindah 5. Ajarkan pada
3. Klien mampu klien dan
memperagakan keluarga
penggunaan alat mengenai
ROM aktif
yang bisa
dilakukan oleh
Tn. S
6. Latih pasien
dalam
pemenuhan
kebutuhan
ADLs secara
mandiri sesuai
kemampuan
7. Dampingi dan
Bantu pasien
saat mobilisasi
dan bantu
penuhi
kebutuhan
ADLs pasien
3. Senin, Kurangnya Setelah diberikan 1. Kaji
14 Mei pengetahuan diit asuhan keperawatan pengetahuan
2018 seimbang Diabetes selama 3 x 24 jam, Tn. S mengenai
Mellitus maka diharapkan diit seimbang
berhubungan dengan klien dapat diabetes
interpretasi informasi mengetahui diit mellitus
yang salah seimbang DM 2. Berikan
dengan kriteria hasil penjelasan
: mengenai diit
1. Klien seimbang klien
memahami dengan
tentang diit diabetes
diabetes mellitus mellitus
2. Klien mampu 3. Minta klien
menerapka diit dan/atau
diabetes keluarga untuk
mellitus. mengulang
materi yang
telah diberikan.
4. Senin, Kurang pengetahuan Setelah diberikan 1. Kaji kebiasaan
14 mei bahaya merokok asuhan keperawatan klien dalam
2018 berhubungan dengan selama 3 x 24 jam, merokok sehari
tidak mengetahui maka di harapkan – hari
sumber – sumber klien dapat 2. Kaji
informasi memahami bahaya pengetahuan
merokok dengan klien mengenai
kriteria hasil : bahaya
1. Klien mampu merokok
memahami 3. Berikan
bahaya merokok pendidikan
2. Klien mampu kesehatan
mengurangi mengenai
frekuensi bahaya
merokok merokok
terhadap diri
sendiri pada
Tn. S
4. Berikan
pendidikan
kesehatan pada
Tn. S mengenai
bahaya
merokok
terhadap
lingkungan dan
orang sekitar.
5. Senin, 1. Gangguan Setelah dilakukan 1. Kaji pola
14 Mei eliminasi tindakan eliminasi urine
2018 urine keperawatan selama klien
berhubungan 3 x 24 jam, maka di 2. Kaji jumlah
dengan harapkan gangguan output urine
Gangguan eliminasi urine klien
eliminasi berkurang dengan 3. Ajarkan klien
urine kriteria hasil : untuk kegel
berhubungan 1. Kandung exercise
dengan kemih 4. Memantau
penurunan kosong asupan dan
kekuatan otot 2. Klien bebas pengeluaran
sfingter dari ISK cairan
5. Instruksikan
cara – cara
mengatasi rasa
panas saat
berkemih.
VI. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Hari/ Diagnosa
No Implementasi Keperawatan Respon Klien Paraf
Tanggal/ Jam Keperawatan
1. Selasa, 22 Mei Risiko jatuh 1. Mengidentifikasi kemampuan S :
2018 berhubugan dengan fisik klien - Klien mengatakan
kelemahan otot 2. Mengidentifikasi karakteristik lingkungan rumah klien
14.00 WIB ekstremitas bawah lingkungan rumah klien selalu dibersihkan dan
3. Mendorong klien untuk selalu dirapikan oleh istrinya
menggunakan alat bantu jalan - Klien mengatakan lebih
seperti tripod nyaman menggunakan
tripot saat berjalan jauh
O:
- Klien berjalan dengan kaki
sedikit diseret
- - Saat beranjak dari duduk
ke berdiri, Tn. S sedikit
sempoyongan.
Rabu, 23 Mei Melakukan pendidikan kesehatan S:
2018 tentang resiko jatuh - klien mengatakan faham
1. Penyebab jatuh dengan apa yang
08.30 WIB 2. Dampak jatuh dijelaskan tentang resiko
3. Pencegahan jatuh jatuh
- Klien mengatakan akan
berusaha menerapkan
hal-hal yang telah
dijelaskan tentang resiko
jatuh dalam khdupan
sehari hari
O:
- klien tampak
mengangguk-angguk
saat dijelaskan tentang
resiko jatuh
- Klien tampak tidak
melihat penyuluh saat
dijelaskan tentang resiko
jatuh
- Klien belum dapat
menjawab pertanyaan
yang diberikan penyuluh
setelah dijelaskan
tentang resiko jatuh

Kamis, 24 Mei Melakukan modifikasi lingkungan S:


2018 untuk memudahkan transfer lansia - Klien mengatakan sering
membersihkan rumah
15.00 WIB dan kamar mandi untuk
mencegah jatuh
- Klien mengatakan
senang apabila
lingkungannya bersih
O:
- Rumah klien bersih dan
tertata rapi
- Klien tampak selalu
berhati-hati saat sedang
berjalan
- Klien memahami pa
yang disampaikan oleh
mahasiswa
2. Selasa, 22 Mei Hambatan mobilitas 1. Mengkaji kemampuan klien S :
2018 fisik berhubungan dalam mobilisasi - Klien mengatakan saat
dengan kelemahan 2. Memonitor vital sign klien bepergian jauh selalu
14.00 WIB otot ekstremitas 3. Membantu klien untuk berjalan menggunakan alat bantu
bawah dengan alat bantu jalan (walker) jalan yaitu tripot
4. Mengkaji kemampuan pasien - Klien mengatakan setiap
dalam mobilisasi pagi selalu pergi ke
kebun, terkadang
sendirian dan terkadang
bersama istrinya.
- Klien mengatakan jarak
kebun dengan rumah
klien cukup jauh dengan
medan yang miring
O:
TTV
TD : 140/90 mmHg
N : 90 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36,8ºc
Rabu, 23 Mei 1. Mengajarkan pada klien dan S:
2018 keluarga mengenai ROM aktif - Klien mengatakan lebih
yang bisa dilakukan oleh Tn. S rileks setelah dilakukan
14.30 WIB 2. Melatih pasien dalam pemenuhan ROM aktif
kebutuhan ADLs secara mandiri - Klien mengatakan selalu
sesuai kemampuan melakukan ADL secara
mandiri
O:
- Klien mampu
mendemonstrasikan
kembali latihan ROM
yang telah diajarkan

Kamis, 24 Mei Memonitor pasien saat mobilisasi S :


2018 dan mendampingi penuhi - Klien mengatakan lebih
kebutuhan ADLs pasien rileks setelah dilakukan
14.30 WIB ROM aktif
- Klien mengatakan selalu
melakukan ADL secara
mandiri
O:
- Klien mampu
mendemonstrasikan
kembali latihan ROM
yang telah diajarkan

3. Selasa, 22 Mei Kurangnya - Mengkaji pengetahuan Tn. S S:


2018 pengetahuan diit mengenai pola hidup sehat terkait Klien mengatakan sudah tau
seimbang Diabetes dengan diit seimbang diabetes untuk tidak mengkonsumsi gula,
14.30 WIB Mellitus mellitus namun makanan yang lain serta
berhubungan dengan pola hidup sehat yang perlu
interpretasi diterapkan, Tn. S belum faham.
informasi yang salah
O:
Klien tampak koopertif saat
ditanya oleh mahasiswa
Rabu, 23 Mei Melakukan pendidikan kesehatan S:
2018 tentang gizi pada penderita diaetes Tn. S mengatakan sudah
mellitus mengetahui ttg syarat pola hidup
08.30 WIB sehat,
O:
- pandangan mata tidak
fokus pada lawan bicara
- klien dapat menjawab
50% pertanyaan yg
diajukan oleh mahasiswa
- aktif dalam berdiskusi
- memberikan respon
"mengangguk jika klien
paham/mau menerapkan
pola hidup sehat, dan
mau bertanya jika ada
yang masih belum jelas
dengan materi yang
disampaikan
- masih yakin akan
penyakit dm yang
dialami disebabkan
karna pernah terbentur
dan jatuh

Kamis, 24 Mei Meminta klien dan/atau keluarga S:


2018 untuk mengulang materi yang telah Klien mengatakan memahami
diberikan. apa yang telah disampaika oleh
15.00 WIB mahasiswa dan akan
menerapkannya dalam kehidupn
sehari-hari
O:
Klien mampu mengulang materi
yang telah disampaikan
Selasa, 22 Mei Kurang pengetahuan 1. Mengkaji kebiasaan klien S :
4.
2018 bahaya merokok dalam merokok sehari – hari - Klien mengatakan dalam
berhubungan dengan 2. Mengkaji pengetahuan klien sehari bisa merokok minimal
14.30 WIB tidak mengetahui mengenai bahaya merokok lima linting,
sumber – sumber - Klien mengatakan
informasi mengetahui tentang bahaya
merokok, tapi klien tidak
bisa jika tidak merokok
- Klien mengatakan selama ini
tidak ada keluhan akibat dari
merokok
O:
- Bibir klien hitam
- Klien sudah mengetahui
mengenai bahaya merokok,
namun tidak diterapkan
Rabu, 23 Mei S:
Memberikan pendidikan kesehatan
2018 - Klien mengatakan tidak
mengenai bahaya merokok terhadap
bisa mengurangi
diri sendiri pada Tn. S dan orang
14.30 WIB rokoknya karena sudah
sekitar.
kecanduan
O:
Klien tampak memahami apa
yang disampaikan oleh
mahasiswa
Kamis, 24 Mei Mengulang materi yang telah S :
2018 disampaikan pada hari sebelumnya Klien mengatakan lupa
mengenai apa yang disampaikan
14.30 WIB oleh mahasiswa
O:
Klien tidak mampu menjawab
pertanyaan dari mahasiswa
Selasa, 22 Mei Gangguan eliminasi 1. Mengkaji pola eliminasi urine S :
2018 urine berhubungan klien - Klien mengatakan sering
dengan Gangguan 2. Mengkaji jumlah output urine BAK, bahkan dalam satu
15.00 WIB eliminasi urine klien hari bisa sampai lebih
5.
berhubungan dengan dari 10 kali. Saat malam
penurunan kekuatan hari, saat sedang tidur,
otot sfingter klien bisa terbangun
untuk pipis hingga lebih
dari tiga kali.
- Klien mengatakan
merasa panas saat BAK
O:
- Klien sering ke kamar
mandi

Rabu, 23 Mei 1. Mendiskusikan tentang berbagai S :


2018 cara untuk mengatasi - Klien mengatakan akan
inkontinensia urine menerapkan senam kegel
09.00 WIB 2. Melatih Tn. S untuk melakukan dalam kehidupan sehari-
senam kegel hari
O:
- Klien bisa
mendemonstrasikan
kembali senam kegel
yang telah diajarkan oleh
mahasiswa
Kamis, 24 Mei Mengulang senam kegel yang telah S :
2018 diajarkan sebelumnya - Klien mengatakan akan
menerapkan senam kegel
14.30 WIB dalam kehidupan sehari-
hari
O:
- Klien bisa
mendemonstrasikan
kembali senam kegel
yang telah diajarkan oleh
mahasiswa

VII. EVALUASI
VIII. EVALUASI
IX.
No Hari/Tanggal Diagnosa Evaluasi TTD
1. Kamis, 24 Risiko jatuh berhubugan dengan S :
Mei 2018 kelemahan otot ekstremitas bawah - klien mengatakan faham dengan apa yang
dijelaskan tentang resiko jatuh
16.00 - Klien mengatakan akan berusaha menerapkan hal-
hal yang telah dijelaskan tentang resiko jatuh
dalam kehidupan sehari hari
- Klien mengatakan sering membersihkan rumah
dan kamar mandi untuk mencegah jatuh
- Klien mengatakan senang apabila lingkungannya
bersih

O:

- klien tampak mengangguk-angguk saat dijelaskan


tentang resiko jatuh
- Klien tampak tidak melihat penyuluh saat
dijelaskan tentang resiko jatuh
- Klien belum dapat menjawab pertanyaan yang
diberikan penyuluh setelah dijelaskan tentang
resiko jatuh
- Rumah klien bersih dan tertata rapi
- Klien tampak selalu berhati-hati saat sedang
berjalan

A : Masalah teratasi sebagian

P:

- Ulangi intervensi
- Kolaborasi dengan keluarga dalam meminimalan
resiko jatuh pada klien

2. Kamis, 24 Hambatan mobilitas fisik berhubungan S :


Mei 2018 dengan kelemahan otot ekstremitas - Klien mengatakan lebih rileks setelah dilakukan
bawah ROM aktif
16.00 - Klien mengatakan selalu melakukan ADL secara
mandiri

O:

- Klien mampu mendemonstrasikan kembali latihan


ROM yang telah diajarkan
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
3. Kamis, 24 Kurangnya pengetahuan diit seimbang S: Tn. S mengatakan sudah mengetahui ttg syarat pola
Mei 2018 Diabetes Mellitus berhubungan dengan hidup sehat,
interpretasi informasi yang salah
O:
16.00
- Pandangan mata tidak fokus pada lawan bicara
- Klien dapat menjawab 50% pertanyaan yg
diajukan oleh mahasiswa
- Aktif dalam berdiskusi
- Memberikan respon "mengangguk jika klien
paham/mau menerapkan pola hidup sehat, dan
mau bertanya jika ada yang masih belum jelas
dengan materi yang disampaikan
- Masih yakin akan penyakit dm yang dialami
disebabkan karna pernah terbentuk dan jatuh

A : masalah teratasi sebagian

P : Lanjutkan Intervensi Memberikan Penyuluhan


Kesehatan Lebih Lanjut Tentang
Penatalaksanaan/Manajemen Dalam Mengatasi Penyakit
diabetes mellitus

4. Kamis, 24 Kurang pengetahuan bahaya merokok S :


Mei 2018 berhubungan dengan tidak mengetahui - Klien mengatakan dalam sehari bisa merokok minimal
sumber – sumber informasi lima linting,
16.00 - Klien mengatakan mengetahui tentang bahaya
merokok, tapi klien tidak bisa jika tidak merokok
- Klien mengatakan selama ini tidak ada keluhan akibat
dari merokok

O:

- Bibir klien hitam


- Klien sudah mengetahui mengenai bahaya merokok,
namun tidak diterapkan

A : Masalah tidak teratasi

P : Lanjutkan intervensi mengenai pendidikan kesehatan


tentang bahaya merokok
5. Kamis, 24 Gangguan eliminasi urine berhubungan S :
Mei 2018 dengan Gangguan eliminasi urine - Klien mengatakan akan menerapkan senam kegel
berhubungan dengan penurunan dalam kehidupan sehari-hari
16.00 kekuatan otot sfingter O:

- Klien bisa mendemonstrasikan kembali senam


kegel yang telah diajarkan oleh mahasiswa

A : Masalah teratasi sebagian

P : Lanjutkan intervensi

- Monitor senam kegel yang dilakukan klien


- Dampingi klien dalam melakukan senam kegel

Anda mungkin juga menyukai