2. Epidemiologi
Diabetes terutama prevalen diantara kaum lanjut usia.diantara indifidu berusialebi
dari 65 tahun,8,6% menderita diabetes tipe 2.angka ini mencakup 15% populasi pada
panti lansia.
3. Etiologi
Beberapa ahli berpendapat bahwa dengan bertambahnya umur, inteloransi
terhadap glukosa juga meningkat
,jadi untuk golongan usia lanjut diperlukan batas glukosa darah yang lebih tinggi dari
pada orang dewasa non usia lanjut. Pada NIDDM, intoleransi glukosa pada lansia
berkaitan dengan obesitas, aktivitas fisik yang berkurang, kurangnya massa otot,
penyakit penyerta. Penggunaan obat obatan, disamping karna pada lansia terjadi
penurunan sekresi insulin dan insulin resisten. Lebi dari 50% lansia diaatas 60 tahun
yang tanpa keluhan, ditemukan hasil tes teloransi glukosa oral (TTGO) yang
apnormal.
Pada lansia cenderung terjadi peningkatan berat badan, bukan karena
mengkomsumsi kalori berlebih naun karena perubahan rasio lemak otot dan
penurunan metabolisme basal. Hal ini dapat menjadi faktor predisposisi terjadinya
diabetes mellitus. Penyebab diabetes mellitus pdada lansia secara umum dapat
digolongkan kedalam 2 besar:
a. Proses manua/kemunduran (penurunan sesitifitas indra pengecap,
penurunan fungsi pankreas dan penurunan kualitas insulin sehingga
insulin tidak berfungsi dengan baik ).
b. Gaya hidup (life stile) yang jelek (banyak makan, jarang olaraga, minum
alkohol,dll.)
Keberadaan penyakit lain sering menderita sters juga dapat menjadi penyebab
terjadinya diabetes mellitus.
Selain itu perubahan fungsi fisik yang menyebabkan keletihan dapat menutupi
tanda dan gejala diabetes dan menghalangi lansia untuk mencari bantuan medis.
Keletihan, perlu bangun pada malam hari untuk buang air kecil, dan infeksi yang
sering merupakan indikator diabetes yang mungkin tidak diperhatikan oleh lansia
dan anggota keluarganya karena mereka percaya hal tersebut adalah bagian dari
proses penuaan itu sendiri
4. Klarifikaasi
a. Diabetes melitus tipe I
Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut baik melalui
proses imunologi maupun ideopatik. Karakteristik diabetes melitus tipe I:
1) Muda terjadi ketoasi dosis
2) Pengobatan harus dengan insulin
3) Onset akut
4) Biasanya kurus
5) Biasanya terjadi pada umur yang masih muda
6) Berhubungan dengan HLA-DR3 dan DR4
7) Didapatkan anti body selinslet
8) 10%nya ada di riwayat diabetes pada keluarga
6. Potofisiologi
Dalam proses metabolisme, insulin memegang peranan penting yaitu memasukkan
glukosa kedalam sel yang digunakan sebagai bahan bakar. Insulin adalah suatu zat
atau hormon yang dihasilkan oleh sel beta di pankreas. Bila insulin tidak ada maka
glukosa tidak dapat masuk sel dengan akibat glukosa akan tetap berada dipembulu
darah yang artinya kadar glukosa di dalam darah meningkat.
Pada Diabetes Melitus tipe I terjadi kelainan sekreasi insulin oleh sel beta pankreas.
Pasien diabetes tipe ini mewarisi kerentana genetik yang merupakan predisposisi
untuk kerusakan autoimun sel beta pankreas. Respon autoimun dipacu oleh aktifitas
limposif, antibodi terhadap sel tulang langerhans dan terhadap insulin itu sendiri.
Pada Diabetes tipe II yang sering terjadi pada lansia, jumlah insulin normal tetapi
jumlah reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel yang kurang sehingga
glukosa yang masuk kedalam sel sedikit dan glukosa menjadi meningkat
7. Pathway
8. Penatalaksanaan
Tujuan pertama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktifitas insulin dan kadar
glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi komplikasi vaskuler serta neuropati.
Tujuan terapeutik pada setiap Tipe DM adalah mencapai glukosa darah normal.
Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan DM :
a. Diet
Suatu perencanaan makanan yang terdiri dari 10% lemak, 15%protein, 75%
karbohidrat kompleks derekomendasikan untuk mencega DM. Kandungan rendah
diet ini tidak hanya mencega arterosklerosis,tetapi juga meningkatkan aktivitas
reseptor insulin.
b. Latihan
Latihan juga diperlukan untuk membantu mencega diabetes . pemeriksaan
sebelum latihan sebaiknya dilakukan untuk memastikan bahwa klien lansia secara
fisik mampu mengikuti latihan kebugaran. Pengkajian pada aktivitas klien yang
terbaru dan pilihan gaya hidup dapat membantu menentukan jenis latihan yang
mungkin palinga berhasil. Berjalan atau berenang,dua aktivitas dengan dampak
renda, merupakan permulaan sangat baik untuk para pemula. Untuk lansia dengan
INDDM, olaraga dapat secara langsung meningkatkan fungsi fisiologis dengan
mengurangi kadar glukosa darah, meningkatkan stamina emosional, dan
meningkatkan sirkulasi, serta membantu menurunkan berat badan.
c. Pemantauan
Pada pasien dengan DM, kadar glukosa darah harus selalu diperiksa secara rutin.
Selain itu, perubahan berat badan lansia juga harus dipantau untuk mengetahui
terjadinya obesitas DM pada lansia.
d. Terapi jika diperlukan
Sulfoniluria adalah kelompok obat yang paling sering diresepkan dan efektif
hanya untuk penanganan NIDDM. Pemberian insulin juga dapat dilakukan untuk
mempertahankan darah dalam parameter yang telah ditentukan untuk membatasi
komplikasi penyakit yang membahayakan.
e. Pendidikan
1) Diet yang harus dikonsumsi
2) Latihan
3) Penggunaan insulin
9. Pemeriksaan Diagnostik
a. Glukosa darah sewaktu
b. Kadar glukosa darah puasa
c. Tes toleransi glukosa
Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes militus pada pemeriksaan:
a. Glukosa plasma sewaktu> 20mg/dl (11,1mmol/L)
b. Glukosa plasma puasa > 140mg/dl (7,8mmol/L)
c. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesuda
mengkonsumsi 75gr karbohidrat (2jam post prandial (pp) > 200mg/dl
10. Prognosis
Prognosis DM usia tergantung pada beberapa hal dan tidak selamanya buruk. Pasien
tua dengan tipe II (DMTTI) yang terawat dengan baik prognosisnya baik. Pada pasien
DM yang jatuh dalam koma hipoglikemia prognosisnya kurang baik.