Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa remaja ditandai oleh perubahan fisik, emosional, intelektual,


seksual dan sosial. Perubahan tersebut mengakibatkan dampak sebagai
berikut; pencarian jati diri, mudah terpengaruh mode, konflik dengan orang
tua dan saudara, dorongan ingin tahu dan mencoba yang kuat seperti
mengunakan narkoba dengan berbagai jenis, pergaulan intens membentuk
kelompok sebaya yang menjadi acuannya (BNN, 2012).

Kebiasaan ngelem menimbulkan bahaya kesehatan terhadap anak


dan juga masa depan anak. Mereka akan tumbuh menjadi bagian dalam
masyarakat yang memiliki sumber daya manusia yang rendah, sehingga
menimbulkan kemiskinan diberbagai bidang, termasuk kemiskinan moral
yang mengakibatkan tingginya tingkat kriminalitas dalam kehidupan sosial
masyarakat (Mulyadi, 2013). Zat ini mudah menguap, penyalahgunaannya
dengan cara dihirup melalui hidung atau inhalen. Inhalen mempengaruhi
otak dan kecepatan dan kekuatan yang jauh lebih besar dari zat lain. Hal ini,
mengakibatkan kerusakan fisik dan mental yang tidak dapat disembuhkan,
mati lemas dan mati secara tiba-tiba. (Marviana, 2014).

Pada tahun 1974, WHO memberikan defenisi tentang remaja yang


lebih bersifat konseptual. Dalam defenisi tersebut dikemukakan tiga kriteria,
yaitu biologis, psikologis, dan sosial ekonomi, sehingga secara lengkap
defenisi tersebut berbunyi sebagai berikut. Remaja adalah suatu masa
dimana: 1. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan
tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan
seksual. 2. Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola
identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa. Terjadi peralihan dari
ketergantungan sosial ekonomi yang penuh ke pada keadaan yang relatif
mandiri. (Rahman, 2014) Salah satu periode dalam rentang kehidupan
individu adalah masa (fase) remaja. Istilah remaja berasal dari bahasa latin

1
“adolescene” yang berarti tumbuh menjadi dewasa atau dalam
perkembangan menjadi dewasa. Sedangkan menurut bahasa aslinya, remaja
sering dikenal dengan istilah “adolescence”. Menurut Piaget, Istilah
“adolescence” yang dipergunakan saat ini mempunyai arti yang lebih luas
mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik. Soekanto
mengemukakan dalam bukunya Sulaiman Umar yang berjudul Perilaku
Menyimpang Remaja, bahwa golongan remaja muda adalah para gadis
berusia 13 sampai 17 tahun. Inipun sangat tergantung pada kematangannya
secara seksual, sehingga penyimpangan-penyimpangan secara kasuistis pasti
ada. Bagi laki-laki yang disebut remaja muda berusia dari 14 sampai 17
tahun. (Sulaiman, 2012)

Menurut Pusat Penelitian Data Dan Informasi Badan Narkotika


Nasional (2017) dalam setahun terakhir penyalahgunaan narkotika
psikotropika dan zat adiktif lainnya terdapat 3.376.115 pengguna di seluruh
Indonesia dan Sulawesi Utara sendiri pada tahun 2017 berada pada
peringkat ke 24 dari 34 Provinsi dengan jumlah penyalahgunaan napza
sebanyak 30.646 pengguna dengan usia 10-59 tahun. Di Manado sendiri
dari tahun 2015 hingga bulan Oktober 2018 terdapat 534 penyalahgunaan
napza 85% dari total tersebut atau setara dengan 454 penyalahgunaan
tersebut adalah pelajar dan remaja dengan pengguna napza jenis lem perekat
yang berada di Kecamatan Singkil berjumlah 105 orang (BNN Kota
Manado, 2018).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang sudah dikemukakan di atas
maka penulis dapat mengemukakan rumusan masaalah pada penelitian
yaitu “ gambaran faktor penyebab penyalagunaan lem ehabon pada
remaja di di kelurahan Gogagoman RT 24 RW 9”.

2
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran faktor penyebab penyalahgunaan lem ehabon
pada remaja kelurahan gogagoman rt 24.

1.3.2 Tujuan khusus

1. Karakteristik responden : usia ,jenis kelamin,dan pendidikan


2. Untuk mengetahui gambaran faktor penyebab penyalahgunaan lem
ehabon pada remaja

1.4 Manfaat Penulisan

Manfaat yang diharapkan oleh penulis dalam penyusunan


proposal ini adalah sebagai berikut :

1.4.1 Bagi Peneliti

Sebagai pengalaman dalam melakukan peneliti dijenjang


berikutnya dan memperluas wawasan ilmu pengetahuan tentang
gambaran faktor penyebab penyalahgunaan lem ehabon pada remaja.

1.4.2 Bagi Masyarakat

Memberikan masukan bagi masyarakat gogagoman RT 24 dalam


mengenali dan memperlajari tentang gambaran faktor penyebab
penyalahgunaan lem ehabon pada remaja.

1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai referensi untuk mahasiswa lain dalam pembuatan


proposal untuk penelitian berikutnya dan menambah teori-teori baru untuk
penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan pengetahuan di
masyarakat.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Teori

2.1.1 Definisi Remaja

Remaja adalah suatu masa dimana individu berkembang dari saat


pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat
ia mencapai kematangan seksual (Sarwono, 2011). Masa remaja disebut
juga sebagai masa perubahan, meliputi perubahan dalam sikap, dan
perubahan fisik (Pratiwi, 2012). Remaja pada tahap tersebut mengalami
perubahan banyak perubahan baik secara emosi, tubuh, minat, pola perilaku
dan juga penuh dengan masalah-masalah pada masa remaja (Hurlock,
2011).

2.1.2 Tahapan Perkembangan

Remaja Menurut Sarwono (2011) dan Hurlock (2011) ada tiga tahap
perkembangan remaja, yaitu :

a. Remaja Awal (early adolescence) usia 11-13 tahun Seorang remaja


pada tahap ini masih heran akan perubahan perubahan yang terjadi pada
tubuhnya. Remaja mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik
pada lawan jenis, dan mudah terangsang secara erotis.Pada tahap ini
remaja awal sulit untuk mengerti dan dimengerti oleh orang
dewasa.Remaja ingin bebas dan mulai berfikir abstrak.
b. Remaja Madya (middle adolescence) 14-16 tahun

Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan temanteman.Remaja


merasa senang jika banyak teman yang menyukainya. Ada
kecendrungan “narcistic”, yaitu mencintai diri sendiri, dengan
menyukai teman-teman yang mempunyai sifat yang sama pada dirinya.
Remaja cendrung berada dalam kondisi kebingungan karena ia tidak

4
tahu harus memilih yang mana. Pada fase remaja madya ini mulai
timbul keinginan untuk berkencan dengan lawan jenis dan berkhayal
tentang aktivitas seksual sehingga remaja mulai mencoba aktivitas-
aktivitas seksual yang mereka inginkan.

c. Remaja Akhir (late adolesence) 17-20 tahun

Tahap ini adalah masa menuju periode dewasa yang ditandai


dengan pencapaian 4 hal, yaitu:

a) Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.


b) Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orangorang dan
dalam pengalaman- pengalaman yang baru.
c) Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.
d) Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private self)
dan publik.

2.1. 3. Perubahan Fisik Remaja

Menurut Depkes (2010) Terjadi pertumbuhan fisik yang cepat


pada remaja, termasuk pertumbuhan organ-organ reproduksi (organ
seksual) untuk mencapai kematangan, sehingga mampu melangsungkan
fungsi reproduksi. Perubahan ini ditandai dengan munculnya tanda-tanda
sebagai berikut :

a. Tanda-Tanda Seks Primer:


a) Terjadinya haid pada remaja wanita (Menarche)
b) Terjadinya mimpi basah pada remaja laki-laki
b. Tanda-Tanda Seks Sekunder:
a) Pada remaja laki-laki terjadi perubahan suara, tumbuhnya jakun,
penis danbuah zakar bertambah besar, terjadinya ereksi dan
ejakulasi, dada lebih lebar, badan berotot, tumbuhnya kumis,
jambang dan rambut disekitar kemaluan dan ketiak.

5
b) Pada remaja perempuan : pinggul melebar, pertumbuhan rahim
dan vagina, payudara membesar, tumbuhnya rambut di ketiak dan
sekitar kemaluan.

2.1.4 Teori yang Berkaitan Dengan Remaja

Teori organismik ialah teori yang menerangkan perubahan dari


segi biologi pada usia remaja. Terdapat tiga ahli psikologi terkenal yang
mempelopori teori ini. (Wahyuni, 2014 )

1. Anna Freud berpendapat tentang libido dimana mencoba menggugat


keseimbangan yang telah di capai antara ide dan ego. Oleh karena itu
ego telah menghasilkan ketahanan diri yaitu inteletualisasi dan
asetisisme.
2. Erikson mengatakan remaja perlu menyelesaikan konflik kekeliruan
identitas. Pada pembentukan identitas remaja, ego perlu menyesuaikan
kemahiran dan kehendak dengan apa yang di inginkan masyarakat.
Aspekaspek identitas ialah ciri-ciri seksual, sosial, fisik, psikis, moral,
ideologi dan kerja nyata sebagai suatu totaliti.
3. Havinghurst telah mengembangkan teori psikososial menegaskan
tentang perkembangan remaja berdasarkan tuntutan masyarakat ke
atas individu dan keperluan individu sendiri. Tuntutan yang
diperlukan ialah pengetahuan, sikap, dan kemahiran yang diperoleh
individu daripada kematangan yang dialami.

2.1.5 Pengertian Lem Aibon

Lem Aibon merupakan unsur kimia berbahaya, Lem Aibon


sebenarnya zat perekat yang di pakai untuk merekatkan berbagai benda
seperti halnya sendal, sepatu dll, namun zat tersebut sering di salah
gunakan oleh manusia.Penyebaran pengetahuan negatif tentang menghirup
Lem Aibon terhadap sesama anak dan pemuda telah menjadi momok di
dataran Tanah Papua.Asal muasal penyebarannya belum jelas tetapi
tentunya kebiasaan buruk ini datangnya dari luar Tanah Papua. Penyebaran
zat adiktif dan anak pengguna/ penghirup Lem Aibon melalui berbagai

6
kebiasaan buruk lainnya seperti, Minuman Keras (Miras), Ganja
(Marijuana), Narkoba, Penyalagunaan Obat-obatan Rumah Sakit dalam
dosis berlebihan (Dextrol, dan berbagai jenis obat Batuk dll).
Penyebaranya diimbangi oleh rasa ingin tahu atau mahu mencoba oleh
kalangan para pemuda papua sangat tinggi. Jenis zat Lem Aibon
merupakan tergolong dalam zat adiktif berbahaya lainnya,sama halnya
dengan menghirup minyak Bensin, minyak Tanah dll, di dalam zat
berbahaya diatas membuat para anak atau pemuda merasakan atau
mengalami sensasi positif seperti perasaan relaks dan kegembiraan
(euphoria) sesaat. Berbagai tindakan perilaku yang menyimpang telah
menjadi bagian dari kehidupan anak. Daerah perkotaan mempunyai ciri-
ciri heterogenitas yang tinggi, individualistik dan satu sama lain kurang
atau tidak saling mengenal.

Akibatnya menimbulkan sikap acuh tak acuh dan lemahnya kontrol


sosial. Kondisi ini menyebabkan setiap individu lebih bebas melakukan
sesuatu yang menguntungkan dirinya, walaupun sudah dewasa dan
menyimpang dari nilai-nilai di tetangga mereka. Berbagai upayah telah
dilakukan oleh Pemerintah untuk mencegah terjadinya kasus
penyalagunaan narkotika dan zat cair aditif ini, mulai dari tindakan pre-
emtif dengan melaksanakan penyuluhan di sekolahsekolah maupun
lingkugan masyarakat lainya, namun masih saja kasus penyalahgunaan
narkotika dan zat aditif tetap terjadi di masyarakat, bahkan sudah merebah
di kalangan anak-anak usia sekolah (Partodiharjo,2010)

7
2.1.6 Dampak Pengunaan Lem Aibon

Dampak atau efek yang ditimbulkan dari menghisap lem aibon


tersebut hampir sama dengan jenis narkoba yang lain yaitu menyebabkan
hanulisasi, sensasi melayang-melayang, dan tenang sesaat meskipun
efeknya 4-5 jam, lama menghisap lem aibon tergantung dari dari lem 22
aibon yang ada mulai mongering, terkadang membutuhkan waktu 3-5 jam
lamnya akan tetapi menurut obserfasi peneliti ada juga yang menghisap
lem aibon dengan melakukannya berkalikali dalam sehari ketika efeknya
mulai berkurang, seperti yang dikatakan salah satu remaja “AN” ia
mengatakan disaat menghisap Lem Aibon ia merasa “kencang” dan
apabila efeknya mulai berkurang ia akan menghisap lagi”.

Apapun aktifitas, semua aktifitas yang sifatnya negatif pastilah


membuahkan dampak negatif.Dampak negatif anak di bawa umur yang
menghirup lem aibon sangat luas menyebabkan tergangunya kesehatan
tubuh, putus sekola (Droup Out), Disinteraksi sosial, pemberian cap/label
khusus, dan tindakan kekerasan oleh aparat keamanan, dll. Di mana tempat
peneliti melakukan penelitian dampak langsung yang mereka rasakan
dimana lingkugan sosial masyarakat akan mengucilkan mereka,
masyarakat di lingkugan sosial meliat mereka sebagai manusia kelas dua,
interaksi terhadap sesama cenderung tergangu karena dampak negatif yang
mereka jalani. Anakanak penghirup lem aibon juga akan mengalami suatu
sebutan atau cap khusus yang tentunya mensudutkan mereka seperti,
mereka di panggil dengan nama “anak Aibon Kurus”.

Kesimpulan dari pernyataan diatas menunjkkan bahwa remaja yang


telah menghisap lem aibon merasa fikirannya menjadi tenang dan nyaman
itulah mengapa remaja-remaja sekarang banyak menghisap lem aibon
untuk membuat fikirannya tenang dan menghilangkan stress. Berikut
wawancara dengan Bp.Amos Alfons, umur 57 tahun salah satu RT di
kelurahan Klaligi tempat peneliti melakukan penelitian: “Sikap atau
perilaku dari remaja yang menghisap lem aibon dalam pergaulan
seharihari sama seperti anak-anak yang tidak melakukan perilaku

8
menyimpang. Artinya tidak ada batasan dalam pergaulannya dengan
remaja seusianya, tetapi berbeda dengan tutur bahasanya atau sopan
santunya terhadap sesame dalam bertutur kata sedikit lebih kasar dan
sedikit lebih lantang dalam berbicara baik terhadap temanya ataupun
terhadap orang yang lebih tua darinya, khususnya orang tuanya, sedangkan
sikap dalam berperilakunya lebih berani dan mudah tersinggung, dan
membuat keributan dan kebut-kebutan dalam mengendarai sepeda motor”
Kesimpulan pernyataan diatas berdasarkan observasi penulis, remaja yang
menghisap lem aibon dalam pergaulanya sehari-hari tidak ada perbedaan
dari remaja yang tidak menghisap lem aibon yaitu bergaul dengan orang
yang ada dilingkunganya, akan tetapi berbeda dalam hal sikap atau
perilakunya, perbedaan sikap ini yaitu, sikap dalam berperilaku maupun
sikap dalam 23 bertutur kata, remaja yang menghisap lem aibon memiliki
sikap dalam bertutur kata sedikit lebih kasar dan sedikit lebih lantang
dalam berbicara, baik sesama temanya maupun berbicara dengan orang
yang lebih tua darinya, sedangkan sikap dalam berperilakunya lebih berani
dan mudah tersinggung, dan membuat keributan dan kebut-kebutan dalam
mengendarai sepeda motor(Sukma Ginawati,2011)

2.1.7 Gangguan Berhubungan dengan Penyalahgunaan Halusinogen

Dalam lem, terkandung zat Lysergic Acid Diethyilamide atau


LSD. Zat tersebut sejenis zat hirup yang sangat mudah ditemui di produk
lem perekat. Pengaruhnya sangat luar biasa bagi penggunanya karena ketika
mengisap aromanya, zat kimia tersebut dapat mempengaruhi sistem saraf
dan melumpuhkan. Zat yang dihirup dalam lem menjadikan penggunanya
merasa bahagia hingga aktivitas sang pengguna akhirnya berkurang
lantaran halusinasi yang dialami. LSD (lysergic Acid Diethylamide) adalah
satu halusinogen yang sudah ditemukan 3500 tahun yang lalu yang
tertulis dalam teks sangsekerta buku Reg Veda. Halusinogen dapat
meningkatkan dopamin dan serotonim di otak. Akibat keracunan
halusinogen akan timbul gejala gangguan tingkah laku dan perubahan
psikologis seperti timbulnya rasa cemas, depresi , ketakutan, kehilangan,

9
ide paranoid, gangguaan fungsi sosial, dan pekerjaan. (Soetjiningsih,
2010 : 170).

Pengaruh halusinogen pada fisiologi, dan tingkah laku. Pupil


melebar, takikardia, hipertensi, hipertemia, mual, gelisah, mengamuk,
perasaan curiga. Padadosis rendah dapat terjadi perasaan, sehat/bahagia,
euforia, percaya diri.

Kriteria diagnosis untuk keracunan halusinogen:

a. Gangguan tingkah laku, perubahan psikologis seperti timbulnya rasa


cemas, depresi, ideas of reference. Ketakutan kehilangan, ide
paranoid, gangguan dalam fungsi sosial dan pekerjaaan.
b. Perubahan dalam persepsi selalu berjaga-jaga, depersonalisasi,
derealisasi, ilusi, halusinasi, segera setelah memakai halusinogen.
Universitas Sumatera Utara.
c. Dua atau lebih gejala tersebut: Pupil melebar, berkeringat banyak,
pandangan kabur, gangguan kordinasi, gejala tersebut bukan
disebabkan kondisi medis umum.
Terapi untuk gangguan untuk penggunaan halusinogen adalah
obat anti psikotik haloperidol per oral, juga dapat dikombinasikan
dengan pemberian diazepam Oral atau injeksi. Lem terkandung zat
Lysergic Acid Diethyilamide atau LSD. Zat tersebut sejenis zat hirup
yang sangat mudah ditemui di produk lem perekat. Pengaruhnya sangat
luar biasa bagi penggunanya karena ketika mengisap aromanya, zat
kimia tersebut dapat mempengaruhi sistem saraf dan melumpuhkan. Zat
yang dihirup dalam lem menjadikan penggunanya merasa bahagia
hingga aktivitas sang pengguna akhirnya berkurang lantaran halusinasi
yang dialami (Soetjiningsih, 2010 : 170).

10
2.1.8 Faktor-Faktor Penyebab Menghisap Lem Aibon

Sebagaian dari anak-anak dibawa umur yang menyalagunakan lem


aibon tidak mengetahui bahaya dari menghisap lem aibon, factor
ketidaktahuan bahaya dari menghisap lem aibon inilah salah satu juga
menjadi penyebab anak-anak di bawah umur menghisap lem aibon.
Berdasarkan wawancara peneliti sebagian besar mereka tidak mengetahui
apa akibatnya atau 25 efek bagi kesehatan mereka, tetapi mereka menyadari
apa yang diperbuat tidak baik untuk kesehatan meraka.

a. Teman Bergaul

Semua remaja yang menghisap lem aibon di atas semuanya


dikarenakan oleh pengaruh teman sebaya atau teman bergaul.Hal ini
dikarenakan remaja merasa ingin diperhatikan di luar rumah.Seperti
mencari keluarga baru dan ingin mengekpresikan dirinya sesame teman
sepergaulannya (Sukma Ginawati,2011)

b. Ingin Mencoba

Pengaruh teman bergaul menimbulkan keingintahuan yang kuat


dan ingin mencoba.Faktor adanya rasa ingin tahu yang kuat, remaja
akhirnya terdorong untuk menghisap lem aibon yang awalnya coba-
coba sehingga menimbulkan ketergantugan terhadap aroma lem.

11
2.2 Kerangka Teori

REMAJA

LEM AIBON

DAMPAK PENGGUNAAN
LEM AIBON

GANGGUAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB


BERHUBUNGAN DENGAN MENGHISAP LEM AIBON
PENYALAHGUNAAN
HALUSINOGEN

Gambar 2.2 Kerangka Teori

12

Anda mungkin juga menyukai