Anda di halaman 1dari 65

KESEHATAN REPRODUKSI

REMAJA
Ns. Fatiah F.I , S.Kep.,M.Kep
1
JUDUL

KESPRO REMAJA

Prakata

BAB I Pendahuluan

A. Latar belakang

B. Tujuan penulisan buku da nisi buku

C. Metode pemecahan masalah

BAB II KONSEP DASAR PERKEMBANGAN REMAJA

A. Pengertian

B. Pertumbuhan Fisik Masa Remaja

C. Ciri-Ciri Umum Maasa Remaja

D. Proses Masa Remaja

BAB II KESEHATAN REPRODUKSI

A. Kespro

B. Anatomi Alat Reproduksi Pria Dan Wanita

C. Hal- Hal Yang Mempengaruhi Kespro

BAB VI TUMBUH KEMBANG REMAJA?

A. Pengertian Remaja

2
B. Ciri-ciri Remaja

C. Tumbang Remaja

BAB V PERMASALAHAN KESEHATAN REPRODUKSI PADA

REMAJA

A. PMS

B. Kekerasan Seksual

C. Kehamilan Usia Remaja

BAB VII INFEKSI MENULAR SEKSUAL

BAB VIII HIV

Daftar pustaka

Glosarium (Daftar istilah)

Sinopsis

Tentang Penulis

3
BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA

Masa remaja merupakan masa dimana terjadi pertumbuhan dan

perkembangan yang pesat secara fisik, psikologis, maupun intektual.

Remaja juga memiliki rasa kaingin tahuan yang besar dan cenderung

ingin mengeksplorasi dunia. Seringkali hasrat untuk menjelajahi segala

hal ini tidak dibarengi dengan pertimbangan yang matang, hingga

terkadang tindakan-tindakannya berisiko tinggi baik bagi diri sendiri,

orang lain, dan lingkungan di sekitarnya. Apabila tidak diberi perhatian

dan dibiarkan tanpa pengawasan, perbuatan berisiko ini dapat

memunculkan berbagai masalah. Salah satu masalah yang bisa timbul

akibat perilaku tersebut adalah masalah kesehatan reproduksi (Romlah,

2021).

Remaja juga ketika memasuki masa akan pubertas menjadi lebih

ekspresif dalam mengeksplorasi organ dan perilaku seksualnya sehingga

terkadang remaja memiliki persepsi yang salah mengenai kesehatan

reproduksi dan seksualitas yang salah dapat ikut terbawa ke dalam

perilaku seksual mereka seperti remaja yang aktif secara seksual,

4
miskonsepsi ini dapat meningkatkan perilaku seks berisiko serta

mengakibatkan risiko terkena penyakit menular seksual dan resiko negatif

lainnya.

Pada masa pubertas, terjadi beberapa perubahan pada otak sebagai

akibat dari aktifnya hormon-hormon gonad yang mempengaruhi

pematangan pada cortex, hippocampus, dan amygdala. Ketiga bagian dari

otak tersebut bertanggung jawab terhadap proses berpikir, memori,

penerimaan sensor dari panca indra, emosi, dan motivasi. Dorongan untuk

melakukan perilaku berisiko pada remaja merupakan sesuatu yang

alamiah, karena berkaitan dengan proses perkembangan otak yang

mempengaruhi aspek kognitif dari individu. 25 Oleh sebab itu, individu

yang mengalami pubertas lebih dini relatif lebih mudah terpengaruh oleh

paparan dari media dan dorongan dari tem-temannya, bahkan dapat

terjerumus menjadi penikmat konten pornografi. Sehingga kombinasi dari

beberapa hal tersebut meningkatkan risiko praktik seks pranikah pada

remaja yang dapat menyebabkan mereka rentan terkena penyakit menular

seksual dan kehamilan yang tak diinginkan akibat kurangnya pengetahuan

mengenai pencegahan kehamilan dan proteksi dari penyakit menular

seksual (Fadila, 2018).

Kesehatan reproduksi sendiri sering disalah artikan secara sempit

hanya sebagai hubungan seksual saja, sehingga banyak orang tua yang

5
merasa bahwa topik pembicaraan ini tidak pantas untuk dibicarakan

dengan remaja. Padahal, kesehatan reproduksi merupakan keadaan

kesehatan fisik, mental, dan sosial yang sangat penting untuk dimengerti

oleh remaja, sehingga tidak melulu membahas mengenai hubungan

seksual. Keadaan ini tentu berbahaya, tidak adanya informasi yang akurat

menyebabkan remaja mencari dan mendapatkan informasi mengenai

kesehatan reproduksi dari sumber sumber yang kurang terpercaya, seperti

teman-temannya atau dari media-media porno. Akibatnya, persepsi

mereka tentang seks dan kesehatan reproduksi menjadi salah dan tidak

sehat (Romlah, 2021).

Permasalahan utama Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) di

Indonesia adalah kurangnya informasi mengenai kesehatan reproduksi,

masalah kesehatan reproduksi pada remaja yaitu masalah IMS termasuk

infeksi HIV/AIDS, tindak kekerasan seksual, kehamilan dan persalinan

usia muda yang beresiko, kehamilan yang tidak dikehendaki yang

berujung pada aborsi, kurangnya akses pelayanan kesehatan, kurangnya

informasi yang salah tanpa tapisan dan perilaku berisiko (Saputra, 2020).

6
BAB II

KONSEP DASAR PERKEMBANGAN REMAJA

A. Pengertian

Istilah remaja dikenal dengan “adolescence” yang berasal dari

kata dalam bahasa latin “adolescere” (kata bendanya adolescentia =

remaja),yang berarti tumbuh menjadi dewasa atau dalam perkembangan

menjadi dewasa. [9] Dalam berbagai buku psikologi terdapat perbedaan

pendapat tentang remaja, namun pada intinya mempunyai pengertian yang

hampir sama. Istilah yang digunakan untuk menyebutkan masa peralihan

masa kanak-kanak dengan dewasa, ada yang menggunakan istilah puberty

(Inggris), puberteit (Belanda), pubertasi (Latin), yang berarti kedewasaan

yang dilandasi sifat dan tanda-tanda kelaki-lakian dan keperempuanan.

Ada pula yang menyebutkan istilah adulescento (Latin) yaitu masa muda.

Istilah pubercense yang berasal dari kat pubis yang dimaksud pubishair

adalah mulai tumbuhnya rambu disekitar kemaluan. Istilah yang

digunakan di Indonesia para ahli psikologi juga bermacam-macam

pendapat tentang definisi remaja. Disini dapat diajukan batasan remaja

adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak dengan dewasa yang

mengalami perkembangan semua aspek/fungsi untuk memasuki masa

dewasa.nMenurut Sartilo (1991), tidak ada profile remaja di Indonesia

7
yang seragam dan berlaku secara nasional. Masalahnya adalah karena

Indonesia terdiri dari berbagi suku, adat dan tingkat sosial-ekonomi,

maupun pendidikan. Sebagai pedoman umum remaja di Indonesia dapat

digunakan batasan usia 11-24 tahun

B. Pertumbuhan Fisik Masa Remaja

Pada saat remaja, berlangsung perkembangan fisik.

Perkembangan ini ditandai dengan bertambahnya tinggi dan berat badan,

munculnya ciri-ciri kelamin primer dan sekunder. Ciri-ciri kelamin primer

berkenaan dengan perkembangan alat-alat produksi, baik pada pria

maupun wanita. Pada awal masa remaja anak wanita mulai 4 mengalami

menstruasi dan laki-laki mimpi basah, dan pengalaman ini merupakan

pertanda bahwa mereka telah memasuki masa kematangan seksual. Pada

masa ini, remaja mengalami perkembangan kematangan fisik, mental,

sosial, dan emosi. Remaja memiliki energi yang besar, emosi yang

berkobar–kobar sedangkan pengendalian diri belum sempurna. Sedangkan

mengutif pendapat (Sarwono 1995), bahwa perubahan-perubahan fisik

merupakan gejala primer dalam pertumbuhan masa remaja, yang

berdampak pada perubahan-perubahan psikologis. Tak dapat di sangkal

dan memang itu adanya. Pertumbuhan fisik ini merupakan awal dimana

remaja mempunyai peran dan tanggung jawab terhadap dirinya sendiri,

memanfaatkan apa yang dimiliki sesuai perannya masing-masing, remaja

8
dituntut untuk mampu menampilkan tingkah laku yang dianggap pantas

atau sesuai dengan usianya. Saat inilah masa remaja membutuhkan

bimbingan dari orang-orang terdekat supaya tidak terjerumus kepada hal-

hal yang tidak diharapkan. Untuk lebih mengenal sosok remaja dilihat

dari segi fisik akan diuraikan hal-hal yang berkaitan dengan masa remaja

diantaranya

C. Ciri-Ciri Umum Masa Remaja

Adanya perubahan baik di dalam maupun di luar dirinya membuat

kebutuhan remaja semakin meningkat terutama kebutuhan sosial dan

ebutuhan psikologisnya. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut remaja

memperluas jaringan sosialnya di luar lingkungan keluarga, seperti

lingkungan teman sebaya dan lingkungan masyarakat lain Secara umum

masa remaja dibagi menjadi 3 (tiga ) bagian yaitu

1. Masa Remaja Awal (12-15)

Pada masa ini individu mulai meninggalkan peran sebagai

anak-anak dan berusaha mengembangkan diri sebagai individu yang

unik dan tidak tergantung pada orang tua. Fokus dari tahap ini adalah

penerimaan terhadap bentuk dan kondisi fisik serta adanya

konformitas yang kuat dengan teman sebaya. Pada masa ini terjadi

preokupasi seksul yang meninggi, yang tidak jarang menurunkan

daya kreatif atau ketekunan.Mulai renggang dengan orang tuanya dan

9
membentuk kelompok kawan atau sahabat karib, tingkahlaku kurang

dapat dipertanggung jawabkan seperti perilaku di luar

kebiasaan,delikuen dan maniacal atau defers

2. Masa Remaja Awal (15-18)

Masa ini ditandai dengan berkembangnya kemampuan

berpikir yang baru. Teman sebaya masih memiliki peran yang

penting, namun individu sudah lebih mampu mengarahkan

mengarahkan diri sendiri (self-directed). Pada masa ini remaja mulai

mengembangkan kematangan tingkah laku, membuat keputusan-

keputusan awal yang berkaitan dengan tujuan vokasional yang ingin

dicapai. Selain ini penerimaan dari lawan jenis menjadi penting bagi

individu.Hubungan dengan kawan dari lawan jenis mulai meningkat

pentingnya, fantasi dan fanatisme terhadap berbagai aliran misalnya

mistik, musik dan lainnya menduduki tempat yang paling kuat dalam

prioritasnya, politik dan kebudayaan mulai menyita perhatiannya

sehingga kritik tidak jarang dilontarkan kepada keluarga dan

masyarakat yang dianggap salah dan tidak benar, seksualitas mulai

tampak dalam ruang atau skala identitas diri dan desploritas lebih

terarah untuk meminta bantuan.

10
D. Proses Masa Remaja

Perubahan yang fundamental remaja bersifat universal namun

akibatnya pada individu sangat bervariasi. Sehingga dapat dikatakan

merupakan hal yang tidak mungkin untuk menggeneralisasikan tabiat

remaja tanpa mempertimbangkan lingkungan sekitar tempat mereka

tumbuh.

Masa remaja dikenal sebagai salah satu periode dalam rentang kehidupan

manusia yang memiliki keunikan tersendiri. Keunikan tersebut bersumber

dari kedudukan masa remaja sebagai periode transisi antara masa kanak-

kanak dan masa dewasa. Proses masa remaja dapat diuraikan sebagai

berikut :

1. Perubahan Fisik

Ini terjadi pada awal masa remaja atau masa pubertas, yaitu

sekitar umur 11-15 tahun pada wanita dan 12-16 tahun pada pria

(Hurlock, 1973 ;20-21).Pada masa remaja terjadi pertumbuhan fisik

yang pesat,dalam jangka 3-4 tahun anak bertumbuh hingga tingginya

hampir menyamai tinggi orang tuanya, pertumbuhan anggota badan

dan otot-otot sering tidak seimbang akibatnya, pada anak laki-laki

mulai memperlihatkan penonjolan otot pada dada, lengan, paha dan

betis. Pada anak wanita mulai menunjukkan mekar tubuh yang

membedakan dengan tubuh kanak-kanak. Dalam hal kecepatan

11
pertumbuhan, terutama nampak jelas dalam usia 12-14 tahun, remaja

putrid bertumbuh demikian cepat meninggalkan pertumbuhan remaja

putra,akibatnya dalam masa pertumbuhan ini baik remaja putrid

maupun remaja putra cenderung kearah memanjang disbanding

melebar. Kematangan kelenjar seks pada usia 11/12 tahun – 14/15

tahun biasanya pertumbuhan iti lebih cepat pada remaja putri

dibandingkan dengan remaja putra.Pertumbuhan fisik remaja, relative

berkembang dengan kata lain tidak sepesat dalam masa remaja tahun

keadaan tinggi badan mengalami pertumbuhan yang lambat.

2. Perubahan Emosionaltas

Terjadinya perubahan dalam aspek emosionalitas pada remaja

salah satunya terjadi sebagai akibat perubahan fisik dan hormonal. Ini

semua menuntut kemampuan pengendalian dan pengaturan baru atas

prilakunya. Pada masa ini remaja cenderung banyak murung dan

tidak dapat diterka, bertingkah laku kasar untuk menutupi kekurangan

dalam hal rasa percaya diri. Kemarahan biasanya terjadi dan

cenderung tidak toleran terhadap orang lain dan ingin selalu menang

sendiri, mulai mengamati orang tua dan guru-guru mereka secara

objektif. Pada remaja usia 15-18 tahun, pemberontakan remaja

merupakan ekspresi dan perubahan yang universal dari masa kanak-

kanak menuju dewasa. Banyak remaja mengalami konflik dengan

12
orang tua mereka. Sejumlah penelitian tentang emosi remaja

menunjukkan bahwa perkembangan emosi mereka bergantung pada

faktor kematangan dan faktor belajar. Kematangan dan belajar

terjalin erat satu sama lain dalam mempengaruhi perkembangan

emosi. Perkembangan intelektuan menghasilkan kemempuan untuk

memahami makna yang sebelumnya tidak dimengerti dimana dapat

menimbulkan emosi terarah pada satu objek.Kemampuan mengingat

juga mempengaruhi reaksi emosional dan menyebabkan anak-anak

menjadi reaktif terhadap rangsangan yang terjadi tidak

mempengaruhi mereka pada usia yang lebih muda.

3. Perubahan Kognitif

Perubahan kognitif yaitu perubahan dalam kemampuan

berfikir.dalam tahapan ini bermula pada umur 11 atau 12 tahun,

kemampuan-kemampuan berpikir yang baru ini memungkinkan

individu untuk berpikir secara abstrak dan hipotesis, yang pada

gilirannya kemudian memberikan peluang bagi individu untuk

mengimajinasikan kemungkinan lain untuk segala hal. Pada masa ini

remaja sudah melihat kedepan, ke hal-hal yang mungkin termasuk

mengerti keterbatasannya dalam memahami realita, remaja mampu

berfikir abstrak, kemampuan ini berdampak dan dapat diaplikasikan

dalam proses penalaran yang berfikir logis. Remaja mulai berfikir

13
lebih sering tentang berfikir itu sendiri dan biasa dikenal dengan

istilah metacognition. Pemikirannya lebih multidimensional

dibandingkan singular dan mampu melihat dari berbagai perspektif

yang lebih sensitif pada kata-kata sindiran, dan mengerti mengenai

hal-hal yang bersifat relatif

4. Implikasi Psikososial

Semua perubahan yang terjadi dalam kurun waktu yang singkat

membawa akibat bahwa fokus utama dari perhatian remaja adalah

dirinya sendiri. Menurut Erikson (1968), seorang remaja bukan

sekedar mempertanyakan siapa dirinya, tapi bagaimana dan dalam

konteks apa atau dalam kelompok apa dia bias menjadi bermakna dan

dimaknakan. Pada masa remaja terjadi perubahan yang dramatis, baik

dalam fisik maupun dalam kognitif. Perubahan-perubahan

secara fisik maupun kognitif tersebut ternyata berpengaruh terhadap

perubahan dalam perkembangan psikososial mereka. Remaja pada

masa ini mulai memiliki suatu perasaan tentang identitasnya sendiri,

suatu perasaan bahwa ia adalah manusia yang unik, ia mulai

menyadari sifat-sifat yang melekat pada dirinya, seperti kesukaran

dan ketidaksukarannya, tujuan-tujuan yang diinginkan tercapai

dimasa mendatang, kekuatan hasrat untuk mengontrol kehidupannya

14
sendiri, dihadapannya terbentang banyak peran baru dan status orang

dewasa.

5. Perkembangan Intelek Usia Remaja

Perkembangan intelektual remaja ditandai dengan kemampuan

berpikir jauh melewati kehidupannya baik dalam dimensi ruang dan

waktu, berpikir abstrak yaitu mampu berpikir tentang ide–ide.

Berpikir formal pada remaja ditandai dengan 3 hal penting yaitu (1)

Anak mulai mampu melihat kemungkinan–kemungkinan (2) telah

mampu berfikir ilmiah (3) mampu memadukan ide – ide secara logis.

15
BAB III

KESEHATAN RESPRODUKSI

A. Kespro

1. Pengertian Kespro

Kesehatan reproduksi menurut International Onference

Population and Deelopment (ICPD) adalah keadaan sehat secara

fisik, mental dan sosial secara utuh dan tidak semata-mata bebas dari

penyakit atau kecacatan yang berkaitan dengan sistem, fungsi dan

proses reproduksi (Kementrian Kesehatan RI, 2016).

Kesehatan reproduksi merupakan suatu keadaan sejahtera fisik,

mental dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit

atau kecacatan dalam semua hal yang berkaitan dengan sistim

reproduksi, serta fungsi dan prosesnya.

2. Hak-Hak Reproduksi

Hak-hak reproduksi menurut Widyastuti (2012), dalam

kesepakatan Konferensi Internasional Kependudukan dan

Pembangunan bertujuan untuk mewujudkan kesehatan bagi individu

secara utuh, baik kesehatan jasmani maupun rohani meliputi:

a. Hak mendapatkan informasi dan pendidikan kesehatan reproduksi

16
b. Hak mendapatkan pelayanan dan perlindungan kesehatan

reproduksi

c. Hak kebebasan berfikir tentang pelayanan kesehatan reproduksi

d. Hak untuk dilindungi dari kematian karena kehamilan

e. Hak untuk menentukan jumlah dan jarak kelahiran anak

f. Hak atas kebebasan dan keamanan berkaitan dengan kehidupan

reproduksinya

g. Hak untuk bebas dari penganiayaan dan perlakuan buruk termasuk

perlindungan dari pemerkosaan, kekerasan, penyiksaan dan

pelecehan seksual

h. Hak mendapatkan manfaat kemajuan ilmu pengetahuan yang

berkaitan dengan kesehatan reproduksinya

i. Hak atas pelayanan dan kehidupan reproduksinya

Hak untuk membangun dan merencanakan keluarga

3. Apa saja yang termasuk dalam kespro

B. Anatomi Alat Reproduksi Pria Dan Wanita

1. Anatomi Alat Reproduksi Pria

Secara anatomi fisiologi alat reproduksi pria terdari genetalia

eksternal dan internal Genitalia eksternal terdiri dari penis dan

skrotum, sedangkan genitalia internal terdiri dari testis dan organ-

17
organ penunjang fungsinya, yaitu epididimis, duktus deferens (vas

deferens), vesikula seminalis, duktus ejakulatorius, glandula

prostatica, dan glandula bulbouretralis (glandula cowperi. Berikut

penjelasan nya.

a. Penis

Terdiri dari jaringan yang lentur dan pembuluh darah, struktur

anatominya terdapat bagian yang disebut kapernus yang dapat

membesarkan atau menegangkan penis. Saat penis membesar

maka aliran darah ekstra akan mengalir ke penis, sehingga penis

menjadi tebal, panjang dan menegang (ereksi).

Penis berfungsi sebagai deposit sperma dalam hubungan seksual

sehingga sperma dapat ditampung dalam liang senggama.

b. Testis

18
Disebut juga buah zakar, merupakan dua organ bulat, lunak

seperti karet berada dalam skrotum yang longgar dan

menggantung. Fungi testis untuk membentuk hormon pria dan

spermatozoa, kemudian disimpan pada saluran testis. Sedang

fungsi skrotum yang longgar untuk mengatur suhu lingkungan

testis relatif tetap.

c. Epididimis

Merupakan saluran panjang sekitar 45-50 cm, terletak dilubang

masing-masing testis, sebagai tempat tumbuh dan kembangnya

spermatozoa sehingga siap untuk melakukan pembuahan.

19
d. Vas Deverens (duktus sperma)

Saluran lentur sebagai lanjutan dari epididimis yang dapat diraba

dari luar, otot-otot dalam duktus ini memilih dinding saluran

sehingga menyempit dan dapat menekan sperma keluar.

e. Kelenjar prostat

Kelenjar berbentuk cincin tempat duktus sperma bertemu dengan

saluran kemih dan membentuk cairan yang akan bersama-sama

keluar saat ejakulasi dalam hubungan seksual dan berfungsi

membentuk cairan pendukung sperma.

20
f. Ghgfhjg

g. hggjh

2. Anatomi Alat Reproduksi Wanita

a. Alat kelamin luar: Mons veneris menonjol di bagian depan

menutup tulang kemaluan, labia mayora, labia minora, klitoris,

vestibulum, pada vestibulum terdapat muara vagina, saluran

kencing, kelenjar bartholini dan skene. Himen (selaput dara),

selaput tipis yang menutupi sebagian lubang vagina.

b. Alat Kelamin Dalam

1) Vagina adalah saluran yang menghubungkan rahim dengan

lingkungan luar. Ukuran dinding depan 9 cm dan dinding

belakang 11 cm dan tidak mempunyai kelenjar. Fungsi vagina

sebagai sarana hubungan seksual, jalan lahir dan mengalirkan

lendir atau darah menstruasi.

2) Rahim adalah suatu organ berbentuk seperti buah pir dan

ruangnya berbentuk segitiga, berat sekitar 30 gram. Otot rahim

mempunyai kemampuan untuk tumbuh kembang dalam

memelihara dan mempertahankan kehamilan serta kemampuan

mendorong janin keluar dengan jalan berkontraksi.

21
3) Saluran sel telur (tuba fallopi) berfungsi sebagai saluran

sperma dan ovum, tempat terjadinya pembuahan (fertilitas),

saluran dan tempat pertumbuhan hasil pembuahan sebelum

mampu menanamkan diri (implantasi) pada endometrium.

4) Indung telur (ovarium) terletak antara rahim dan dinding

panggul. Ovarium merupakan sumber hormonal wanita yang

utama dalam mengatur proses menstruasi. Setiap bulan ovarium

mengeluarkan sel telur (ovum) silih berganti kanan dan kiri,

sehingga wanita mengalami masa subur.

C. Hal- Hal Yang Mempengaruhi Kespro

Secara garis besar dapat dikelompokkan empat golongan faktor

yang dapat berdampak buruk bagi kesehatan reproduksi (Taufan,

2010) yaitu:

a. Faktor sosial-ekonomi dan demografi (terutama kemiskinan,

tingkat pendidikan yang rendah dan kurangnya pengetahuan

tentang perkembangan seksual dan proses reproduksi).

b. Faktor budaya dan lingkungan (misalnya, praktek tradisional yang

berdampak buruk pada kesehatan reproduksi, kepercayaan banyak

anak banyak rejeki, informasi tentang fungsi reproduksi yang

22
membingungkan anak dan remaja karena saling berlawanan satu

dengan yang lain.

23
BAB VI

TUMBUH KEMBANG REMAJA

A. Tanda-tanda perubahan yang terjadi pada remaja

1. Tanda-tanda Primer

Adanya perubahan kematangan organ-organ reproduksinya yang

ditandai dengan datangnya haid. Ovarium mulai berfungsi dengan

matang dibawah pengaruh hormone gonadotropin dan hipofisis,

folikel mulai tumbuh meski belum matang tetapi sudah dapat

mengeluarkan estrogen. Korteks kelenjar suprarenal membentuk

androgen yang berperan pada pertumbuhan badan. Selain pengaruh

hormone somatotropin diduga kecepatan pertumbuhan wanita

dipengaruhi juga oleh estrogen. Alat reproduksi perempuan bagian

luar disebut vulva yang terdiri dari sepasang bibir kemaluan yang

lembut, ada bibir luar dan bibir dalam. Selanjutnya ada klitoris

(kelentit), lubang saluran kencing dan lubang saluran vagina. Alat

reproduksi ini agak tersembunyi karena letaknya di antara paha

bagian atas. Selanjutnya alat–alat reproduksi perempuan bagian

dalam antara lain terdiri dari, liang vagina yang nantinya dapat

dipergunakan untuk bersenggama, mulut rahim semacam pintu

menuju rahim di mana nantinya bias membuka lebar

24
memungkinkan bayi untuk dilahirkan. Rahim, terdiri dari otot – otot

yang kuat dan semacam rongga yang luas. Dalam keadaan tidak

terisi, bentuk dan ukurannya kurang lebih hamper sama dengan

buah alpukat muda. Rahim ini merupakan tempat yang elastic, di

mana janin tumbuh dan berkembang sampai menjadi bayi yang siap

dilahirkan. Saluran telur, merupakan saluran yang akan dilalui telur

dalam perjalanan dari indung telur menuju rahim. Indung telur,

kedua indung telur pada kedua sisi rahim masing – masing besarnya

kurang lebih seperti ukuran buah anggur. Di dalam indung telur

inilah diproduksi telur. Ketika seorang bayi perempuan lahir, indung

telur telah berisi 1-2 juta sel telur yang kemudian akan

berkurang menjadi 300-400 ribu ketika seorang anak perempuan

memasuki remaja. Sel telur tersebut tidak akan bias dibuahi menjadi

janin ketika perempuan berusia sekitar 50 tahun (memasuki masa

menopause) karena proses degenerasi atau penuaan. Alat reproduksi

laki-laki bagian luar yang dapat dilihat adalah penis dan buah zakar.

Alat – alat ini terletak diantara pangkal paha, leih mudah dilihat

daripada alat reproduksi perempuan yang letaknya lebih

tersembunyi. Buah zakar. Buah zakar terdiri dari kantung zakar

yang terbuat dari kulit yang halus dan berkeriput dimana

didalamnya terdapat sepasang testis. Penis. Penis terbuat dari

25
jaringan spons yang lembut dan sel – sel darah (blood vessels). Air

kencing keluar dari tubuh laki – laki melalui lubang kecil yang

terletak di ujung kepala penis. Ketika bayi laki–laki lahir penis

diselubungi oleh semacam kulit luar yang longgar. Untuk

tujuan kebersihan dan kesehatan kelebihan kulit yang menutupi

penis dipotong (disunat) kira – kira 1-1,5 centimeter sehingga penis

mudah dibersihkan. Alat reproduksi laki – laki yang tidak terlihat

terdiri dari testis (buah zakar) tempat di mana diproduksi sperma.

Setiap hari diproduksi sperma. Setiap hari di produksi 100-300 juta

sperma. Secara berkala sel telur yang sudah matang akan

dikeluarkan dari indung telur. Sel telur ini akan bergerak melalui

saluran telur menuju rahim. Sementara itu rahim secara berkala

akan mengalami penebalan pada dinding – dindingnya sehingga jika

diperlukan ia akan siap menerima hasil konsepsi (pembuahan)

2. Tanda-tanda Sekunder

Rambut. Tumbuhnya rambut pada kemaluan ini terjadi setelah

pinggul dan payudara mulai berkambang. Bulu ketiak dan bulu pada

wajah mulai tampak setelah datang haid. Rambut yang mula-mula

berwarna terang berubah menjadi lebih subur, gelap, kasar, keriting.

Pinggul. Pinggul berubah menjadi lebih memebesar dan

membulat. Hal ini disebabkan karena membesranya tulang pinggul

26
dan lemak dibawah kulit. Payudara. Bersamaan dengan

membesarnya pinggul maka payudara juga membaesar dan puting

susu ikut menonjol. Disini makin membesarnya kelenjar susu maka

payudara semakin besar dan bulat. Kulit. Kulit menjadi semakin

kasar, lebih tebal dan pori-pori lebih membesar. Tetapi kulit wanita

lebih lembut daripada kulit pria. Kelenjar lemak dan kelenjar

keringat. Kelenjar lemak dan keringat menjadi lebih aktif. Pada

masa ini sering timbul masalah jerawat karena adanya sumbatan

kelenjar keringat dan baunya menusuk pada saat sebelum dan

sesudah haid. Otot. Menjelang akkhir masa puber, otot menjadi

semakin membesar dan kuat. Akibat akan terbentuk bahu, lengan

dan tungkai kaki. Suara. Suara berubah menjadi merdu.

3. Perubahan Kejiwaan

Selain terjadi perubahan fisik, kamu juga mengalami perubahan –

perubahan emosi, pikiran, perasaan, lingkungan pergaulan dan

tanggung jawab yang dihadapi. Begitu pentingnya perubahan dari

masa anak ke masa remaja ini sehingga pada beberapa kelompok

budaya hal ini ditandai dengan adanya upacara – upacara tertentu,

misalnya pada masyarakat Jawa diadakan selamatan ketika seorang

anak perempuan mendapat menstruasi yang pertama dan pada

beberapa suku di Papua misalnya anak laki – laki di suruh berburu

27
ketika ia dinyatakan memasuki masa remaja. Datangnya menstruasi

atau mimpi basah pertama tidak sama pada setiap orang. Banyak

faktor yang menyebabkan perbedaan tersebut. Salah satunya adalah

karena masalah gizi. Saat ini ada seorang anak perempuan yang

mendapatkan menstruasi pertama di usia 9-10 tahun. Namun pada

umumnya sekitar 12 tahun. Remaja lebih peka atau sensitif sehingga

lebih mudah menangis, cemas, frustasi, bisa tertawa tanpa alasan

yang jelas. Selain itu, mudah bereaksi bahkan agresif terhadap

gangguanatau rangsangan luar yang mempengaruhinya. Pada masa

ini ada kecenderungan tidak patuh pada orang tua, lebih suka pergi

sama teman, tidak betah tinggal dirumah.

28
BAB V

PERMASALAHAN KESEHATAN REPRODUKSI PADA REMAJA

A. Definisi

Kenakalan remaja adalah suatu perbuatan yang melanggar norma,

aturan, atau hukum dalam masyarakat yang dilakukan pada usia remaja

atau transisi masa anak-anak ke dewasa. Kenakalan remaja meliputi

semua perilaku yang menyimpang dari norma-norma hukum pidana

yang dilakukan oleh remaja

B. Jenis Kenakalan Remaja

1. Rokok

Merokok merupakan kegiatan yangberbahaya bagi kesehatan tubuh

karena menurutbadankesehatandunia (WHO) rokok merupakan zat

adiktif yang memiliki kandungan kurang lebih 4000elemen, dimana

200 elemen di dalamnya berbahaya bagi kesehatan tubuh

tambahkan bahwa racunyang utama dan berbahaya pada rokok

antara lain tar, nikotin, dan karbonmonoksida.Racunitulahyang

kemudian akan membahayakan kesehatan si perokok. Dampak

rokok tidak hanya mengancam si perokok tetapi juga orang

disekitarnya atau perokok pasi

2. NAPZA

29
NAPZA adalah zat-zat kimiawi yang dimasukkan ke dalam tubuh

manusia, baik ditelan melalui mulut, dihirup melalui hidung

maupun disuntikkan melalui urat darah. Zat-zat kimia itu dapat

engubah pikiran, suasana hati atau perasaan, dan perilaku seseorang.

Pemakaian terus menerus akan mengakibatkan ketergantungan fisik

dan/atau psikologis. Risiko yang pasti terjadi adalah kerusakan pada

istem syaraf dan organ-organ penting lainnya seperti jantung, paru-

aru, dan hati. Sebetulnya NAPZA banyak dipakai untuk

kepentingan pengobatan, misalnya menenangkan pasien atau

mengurangi rasa sakit. Tetapi karena efeknya “enak” bagi pemakai,

maka NAPZA kemudian dipakai secara salah, yaitu bukan untuk

pengobatan tetapi untuk mendapat rasa nikmat. Hal yang termasauk

penyalahgunaan NAPZA adalah Pemakaian NAPZA yang bukan

ntuk tujuan pengobatan atau yang digunakan tanpa mengikuti aturan

atau pengawasan dokter. - Digunakan secara berkali-kali atau terus

menerus. - Seringkali menyebabkan ketagihan atau ketergantungan

baik secara fisik/jasmani maupun psikologis.-Menimbulkan

gangguan pada tubuh, pikiran, perasaan dan perilaku.

Penyalahgunaan NAPZA menimbulkan perasaan enak, nikmat,

enang, bahagia, tenang, dan nyaman. Tetapi perasaan enak ini hanya

berlangsung sementara, yaitu selama zat bereaksi dalam tubuh. Bila

30
pengaruhnya habis, justru pemakai merasa sakit dan tidak nyaman.

Akibatnya pemakai merasa perlu menggunakannya lagi. Ini terus

berulang sampai pemakai menjadi tergantung. Ketergantungan pada

NAPZA inilah yang mengakibatkan berbagai dampak negatif dan

berbahaya, baik secara fisik, psikologis maupun sosial. Dampak

Fisik Organ tubuh yang paling banyak dipengaruhi adalah sistem

syaraf pusat yaitu otak dan sumsum tulang belakang, dan organ lain

seperti jantung, paru-paru, hati, ginjal dan panca indera. Tetapi

sebenarnya penyalahgunaan NAPZA membahayakan seluruh tubuh.

Sudah terlalu banyak kasus kematian terjadi akibat pemakaian

NAPZA, terutama karena pemakaian berlebih (over dosis) dan

kematian karena AIDS (akibat pemakaian NAPZA melalui jarum

suntik bersama dengan orang yang sudah terinfeksi HIV). Juga

banyak remaja meninggal karena penyakit, kecelakaan dan

perkelahian akibat pengaruh NAPZA. Dampak psikologis atau

kejiwaan dan social Ketergantungan pada NAPZA menyebabkan

orang tidak lagi dapat berpikir dan berperilaku normal. Perasaan,

pikiran dan perilakunya dipengaruhi oleh zat yang dipakainya.

Berbagai gangguan psikis atau kejiwaan yang sering dialami oleh

mereka yang menyalahgunakan NAPZA antara lain rasa tertekan,

cemas, ketakutan, ingin bunuh diri, kasar, marah, agresif, dll.

31
Gangguan jiwa ini bias sementara tetapi juga bisa selamanya.

Gangguan psikologis yang paling jelas adalah pengguna tidak bias

mengendalikan diri untuk terus menerus menggunakan NAPZA

3. Peilaku Seksusal Pra nikah

Pengertian perilaku seksual secara umum adalah segala sesuatu

yang berkaitan dengan ala kelamin atau hal-hal yang berhubungan

dengan perkara hubungan intim antara perempuan dan laki-laki.

Hubungan seksual juga diartikan sebagai perilaku yang dilakukan

sepasang individu karena adanya dorongan seksual. Sedangkan

perilaku seksual pra nikah adalah kegiatan seksual yang melibatkan

dua orang yang saling menyukai dan mencintai, yang dilakukan

sebelum perkawinan.

4. Bentuk Kekerasan remaja

Kasus kekerasan dan penelantaran yang terjadi pada remaja

memiliki beberapa bentuk, antara lain:

 Kekerasan fisik

 Penelantaran anak

 Kekerasan seksual

 Kekerasan emosional

 Penelantaran anak

32
 Masalah pekerja anak, ana jalanan, perdagangan anak, child

rafficking, anak yang terlibat konflik dengan hukum.

a. Kekerasan Fisik

Kekerasan fisik adalah kekerasan terhadap tubuh yang dapat

menyebabkan cedera dan bukan akibat kecelakaan. Bentuk

ekerasan fisik antara lain memukul, mengguncang, mencekik,

menendang, meracuni, membakar, merendam dalam air. Kekerasan

fisik ini termasuk hukuman fisik yang berlebihan dalam rangka

penegakan kedisiplinan. Kekerasan fisik tidak hanya mungkin

terjadi diluar rumah oleh orang asing tetapi juga dapat terjadi

didalam oleh anggota keluarga atau orang terdekat lainnya.

b. Kekerasan Seksual

Kekerasan seksual adalah Mendapat perlakuan seksual oleh orang

dewasa: merayu untuk menyentuh / disentuh genetalianya,

hubungan kelamin. Bentuk kkerasan seksual bervariasi mulai dari

suka sama suka, perilaku seksual sadistik, produksi literatur

pornografi. Anak atau remaja yang mengalami kekerasan seksual

berpotensi terlibat prostitusi.

c. Kekerasan Emosional

Kekerasan emosional dapat berbentuk Kecaman kata-kata yang

merendahkan,

33
melalaikan, mengisolasi dari lingkungan / hubungan sosialnya,

menyalahkan anak terus menerus. Kekerasan ini umumnya diikuti

bentuk kekerasan lain. Berbeda dengan jenis kekerasan yang lain,

kekerasan emosional sulit terdeteksi.

34
BAB VI

MASALAH KESPRO REMAJA

A. PERILAKU SEKSUAL BERESIKO REMAJA

1. Definisi

Perilaku seksual adalah perilaku yg didorong oleh hasrat seksual

bisa lawan jenis/sesama jenis dan bertujuan untuk mencapai

kenikmatan secara seksual. Perilaku seksual yg dapat menyebabkan

kerusakan pada organ reproduksi, fisik, mental, social

2. Factor yang mempengaruhi remaja melakukan perilaku seksual

beresiko

a. Adanya dorongan biologis. Dorongan biologis untuk

melakukan hubungan seksual merupakan insting alamiah dan

berfungsinya system organ reproduksi serta hormone

reproduksi

b. Ketidakmampuan mengendalikan dorongan biologis.

Kemampuan mengendalikan dorongan bilogis dipengaruhi oleh

nilai-nilai moral dan keimanan seseorang. Remaja yang

mempunyai keimanan kuat tidak akan melakukan perilaku

seksual berisiko.

35
c. kurangnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi

Kurangnya pengetahuan atau mempunyai konsep yang salah

tentang kesehatan reproduksi.

d. adanya kesempatan untuk melakukan hubungan seksual. Hal ini

dapat dipengaruhi oleh: a.) kurangnya perhatian dari orangtua,

b.) pemberian fasilitas (termasuk uang) pada remaja yang

berlebihan, c.) pergeseran nilai moral dan etika masyarakat, d.)

kemiskinan mendorong terbukanya kesempatan bagi remaja

puteri melakukan hubungan seksual pranikah

3. Dampak melakukan hubungan skesual beresiko

a. Aspek medis

i. Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD) pada usia muda

Menurut data PKBI, 37.700 wanita mengalami KTD, 30,0%

diantaranya masih berusia remaja, 27,0% belum menikah,

12,5% masih berstatus pelajar atau mahasiswa, sisanya adalah

ibu rumah tangga.

ii. Aborsi

Dengan status remaja yang belum meikah maka besar

kemungkinan kehamilan yang terjadi tidak dikehendaki dan

aborsi merupakan salah satu alternative yang kerap diambil

oleh remaja.

36
iii. Meningkatkan risiko kanker Rahim Hubungan seksual yang

dilakukan sebelum usia 17 tahun membuat risiko terkena

penyakir kanker mulut rahim menjadi empat hingga lima kali

lipat lebih tinggi.

iv. Terjangkir penyakit menular seksual (PMS). Seseorang

berisiko tinggi terkena PMS jika melakukan hubungan seksual

dengan erganti-ganti pasangan melalui vagina, oral, maupun

nal. Bila diobati dengan benar, penyakit ini dapat

menyebabkan terjadinya kemandula, kebutaan pada bayi yang

baru lahir bahkan kematian. Di Indonesia PMS yang banyak

ditemukan adalah gonore (GO), sifilis (raja singa), herpes

kelamin, clamidia, trikomoniasis vagina, kutil kelamin,

hingga HIV/AIDS

b. Aspek social-psikologi

Melakukan hubungan seksual berisiko pada usia remaja dapat

mengakibatkan remaja memiliki perasaan dan kecemasan

tertentu sehingga mempengaruhi kualitas sumber daya manusia

(SDM) remaja dimasa yang akan dating. Kualitas

SDM remaja adalah:

i. Kualitas mentalis

37
Kualitas mental remaja perempuan maupun laki-laki yang

pernah melakukan perilaku seksual cenderung rendah

bahkanmemburuk. Mereka tidak memiliki etos kerja yang

tinggi bahkan disiplin karena dibayangi masa lalu. Cepat

mnyeraj pada nasib, tidak sanggup menghadapi tantangan

dan ancaman hidup, rendah diri dan tidak sanggup

berkompetisi

ii. Kualitas kesehatan reproduksi

Hal ini erat kaitannya dengan dampak medis dan dapat

terjadi pada remaja perempuan maupun laki-laki

iii. Kualitas keberfungsian keluarga Bila remaja menikah denga

terpaksa akan berakibat pada kurang dipahaminya peran-

peran baru yang disandangnya dalam bentuk keluarga

sakinah

iv. Kualitas ekonomi keluarga

Kesiapan dalam memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga

tidak adan optimal

v. Kualitas pendidikan

Remaja yang melakukan perilaku seksual berisiko sebelum

menikah lalu melakuakn pernikahan tentunya kan terganggu

dlaam hal pendidikan formal remaja tersebut

38
vi. Kualitas partisipasi dalam pembangunan Karena kondisi

fisik, mental, dan social yang kurang baik remaja yang

melakukan perilaku seksual berisiko tidak akan tidak dapat

berpartisipasi dalam pembangunan

B. KEHAMILAN REMAJA DAN ABORSI

1. Masa Kehamilan

Masa kehamilan dimulai dari pembuahan sampai lahirnya janin.

Lamanya 280 hari (40 mgg atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari

pertama haid terakhir. Melibatkan perubahan fisik maupun

emosional dari ibu serta perubahan sosial di dalam keluarga.

Menurut BKKBN usia yang ideal 20-30 tahun, lebih atau kurang

dari usia itu adalah berisiko. Kesiapan untuk hamil dan melahirkan

ditentukan oleh kesiapan fisik, mental/emosi/psikologis, sosial

ekonomi. Usia 20 tahun secara fisik dianggap sudah siap

Kehamilan remaja atau kehamilan pada usia muda adalah kehamilan

yang terjadi pada perempuan dibawah usia 20 tahun pada waktu

kehamilannya berakhir. Penyebab tingginya angka kehamilan ada

remaja, antara lain:

39
1) Faktor sosiodemografik, seperti kemiskinan, kebiasaan, peran

wanita di masy., seksualitas aktif & penggunaan kontrasepsi,

media massa

2) Karateristik keluarga, yaitu hubungan antar anggota keluarga

3) Status perkembangan, yaitu karakteristik remaja yang kurang

pemikiran tentang masa depan, ingin mencoba-coba, kebutuhan

thd perhatian

4) NAPZA, remaja adalah pengguna dan menyalahgunakan obat-

obatan

Risiko Kehamilan pada remaja berhubungan dengan risiko medis

an psikososial, baik terhadap bayi maupun ibunya. Komplikasi yang

mungkin terjadi pada ibu dan bayi yaitu anemia, preeklamsia ,

eklamsia, abortus, partus prematurus, kematian perinatal,

perdarahan. Sebagian besar kehamilan remaja merupakan ehamilan

yang tidak diinginkan (KTD). KTD adalah suatu ehamilan yang

karena suatu sebab maka keberadaannya tdk diinginkan oleh salah

satu atau kedua orangtua bayi tersebut. KTD ini banyak disebabkan

oleh kurangnya pengetahuan yang lengkap & benar ttg proses

terjadinya kehamilan & metode pencegahannnya, akibat terjadi

tindak perkosaan, dan kegagalan alat kontrasepsi Selain berdampak

bagi remaja perempuan, kasus kehamilan remaja juga berdampak

40
pada remaja laki-laki, anaknya, dan saudara perempuannya.

Dampak bagi remaja laki-laki antara lain drop out dari sekolah

mengakibatkan tingkat pendidikannya rendah, kesulitan ekonomi,

penggangguran atau bekerja tetapi dibayar murah. Dampak

kehamilan remaja yang dapat menimpa anak adalah tinggal di

lingkungan miskin akibat kesulitan ekonomi yang dialami

orangtuanya, korban penelantaran / abuse, performa di sekolah

kurang, terlibat kiminalitas, penyalahgunaan obat dan alkohol,

problem kognitif, perilaku, dan emosi, dan anak terseut juga

memungkinkan bisa menjadi remaja yang hamil juga. Dampak yang

dapat dirasa oleh saudara perempuan dari remaja yang mengalami

kehamilan antara lain mentolelir inisiasi perilaku seks usia muda,

mentolelir pengasuhan anak usia muda, serta dapat menjadi remaja

yang hamil juga. Masalah yang sering ditemui saat ANC pada

remaaja hamil adalah terlambat memeriksakan diri dan kunjungan

yang lebih sedikit. Hal ini dapat disebabkan oleh hambatan

financial, tidak puas layanan petugas (lama, privasi), merasa malu,

mempertimbangkan aborsi, kuatir sikap petugas buruk, jam

emerikasaan di waktu sekolah. Dalam pelaksanaan PNC dan

dukungan, remaja hamil sering mengalami lingkungan social yang

sulit dan depresi postpartum. Dukungan sosial dapat menurukan

41
risiko depresi sehingga respon kurang optimal atas kebutuhan anak,

25% remaja hamil mengalami kehamilan lagi dalam 2 tahun.

42
BAB VII

INFEKSI MENULAR SEKSUAL

A. IMS

Infeksi menular seksual (IMS) merupakan masalah kesehatan di

seluruh dunia. Infeksi menular seksual adalah segolongan penyakit

infeksi yang terutama ditularkan melalui kontak seksual. Infeksi

menular seksual dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, protozoa.

atau ektoparasit. Peningkatan insidens IMS tidak terlepas kaitannya

dengan perubahan perilaku berisiko tinggi, yaitu perilaku yang

menyebabkan seseorang mempunyai risiko besar terserang IMS. Orang

yang termasuk ke dalam kelompok risiko tinggi yaitu usia 20-34 tahun

(pria), pelancong, pekerja seksual komersil (PSK), pecandu narkotika

dan homoseksual.Kegagalan dalam mendiagnosis dan terapi akan

menyebabkan komplikasi atau sekuele, misalnva infertilitas, gangguan

kehamilan berupa kecacatan pada bayi, infeksi neonatal, kanker,

bahkan kematian. Penyakit kelamin adalah penyakit yang

penularannya terjadi terutama melalui hubungan seksual. Cara

hubungan kelamin tidak hanya terbatas secara genitor-genital saja,

tetapi dapat juga secara oro-genital atau ano-genital, sehingga kelainan

ini tidak terbatas hanya pada daerah genital saja, tetapi dapat juga pada

daerah-daerah ekstra genital. Penyakit kelamin tidak berarti bahwa

43
semua harus melalui hubungan kelamin, tetapi beberapa dapat juga

ditularkan melalui kontak langsung dengan alat-alat, handuk,

thermometer, dan sebagainya. Selain itu, penyakit kelamin ini juga

dapat menular kepada bayi dalam kandungan. Pada waktu dahulu

penyakit kelamin dikenal sebagai Venereal Diseases (VD) yang berasal

dari kata venus (dewi cinta). Penyakit yang termasuk dalam Venereal

Diseases ini adalah sifilis, gonore, ulkus mole, limfogranuloma

venereum, dan granuloma inguinale (Admosuharto, 1993).

Dewasa ini ditemukan berbagai penyakit lain yang juga dapat timbul

akibat hubungan seksual. Oleh karena itu, istilah VD makin lama

makin ditinggalkan dan diperkenalkan istilah Sexually Transmitted

Diseases (STD) yang berarti penyakit-penyakit yang dapat ditularkan

melalui hubungan kelamin. Yang termasuk STD adalah kelima

penyakit VD ditambah berbagai penyakit lain yang tidak termasuk VD.

Istilah STD diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi Penyakit

Menular Seksual (PMS), ada pula yang menyebut Penyakit Hubungan

Seksual (PHS). Oleh karena PMS sebagian besar disebabkan oleh

infeksi, maka kemudian istilah PMS diganti menjadi Sexually

Transmitted Infection (STI) atau Infeksi Menular Seksual (IMS)

(Muninjaya, 2013).

44
Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) adalah

sindrom dengan gejala penyakit infeksi opportunistik atau kanker

tertentu akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh oleh infeksi

Human Immunodeficiency Virus (HIV). Selain itu, AIDS adalah

kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh virus HIV yang

mengakibatkan rusaknya/menurunnya sistem kekebalan tubuh terhadap

berbagai penyakit. AIDS ini bukan merupakan suatu penyakit saja,

tetapi merupakan gejala-gejala penyakit yang disebabkan oleh infeksi

berbagai jenis mikroorganisme seperti, infeksi bakteri, virus, jamur,

bahkan timbulnya keganasan akibat menurunnya daya tahan tubuh

penderita (Admosuharto, 2015)

Penularan virus ini dapat melalui hubungan seksual, transfusi

darah, perinatal dan lain-lain. Dari hasil penelitian ditemukan virus

HIV pada darah, produk darah, semen, sekret vagina, air liur dan air

mata. Apabila HIV ini masuk ke dalam peredaran darah seseorang,

maka HIV tersebut menyerap sel-sel darah putih. Sel-sel darah putih

ini adalah bagian dari system kekebalan tubuh yang berfungsi

melindungi tubuh dari serangan penyakit. HIV secara berangsur-angsur

merusak sel darah putih hingga tidak bias berfungsi dengan baik

(Admosuharto, 2015).

45
B. Jenis-jenis Infikesi Menular Seksual

Jenis-Jenis infeksi menular seksua adalah sebagai berikut

(Depkes RI, 1997): Infeksi Genital Nonspesifik Infeksi Genital

Nonspesifik (IGNS) atau Nonspecific Genital Infection (NSGI) adalah

penyakit menular seksual berupa peradangan di uretra, rectum, atau

serviks yang disebabkan oleh kuman non spesifik. Kuman nonspesifik

adalah uman yang dengan fasilitas laboratorium sederhana/biasa tidak

dapat ditemukan seketika. Kurang lebih 75% telah diselidiki penyebab

IGNS dan diduga penyebabnya adalah Chlamydia trachomatis,

Ureaplasma urealyticum dan Mycoplasma hominis, Gardnerella

vaginalis, Alergi dan Bakteri.

Gejala klinis pada pria biasanya ringan, timbul setelah 1-3

minggukontak seksual. Gejala berupa disuria ringan, perasaan tidak

enak di uretra, sering kencing, dan keluar duh tubuh seropurulen (tidak

selalu). Komplikasi dapat berupa prostatitis, vesikulitis, epididimitis,

dan striktururetra. Pada umumnya wanita tidak menunjukkan gejala

(asimtomatis). Sebagian kecil dengan keluhan keluarnya duh tubuh

vagina, disuria ringan, sering kencing, nyeri di daerah pelvis, dan

disparenia. Komplikasi dapat berupa Bartholinitis, salpingitis, dan

sistitis.

46
Gonore (Kencing nanah) Gonore merupakan penyakit yang

mempunyai insidens yang tertinggi di antara penyakit IMS yang lain.

Gonore adalah penyakit kelamin yang pada permulaan keluar nanah

(pus) dari orifisium uretra eksternum (muara uretra

eksterna) sesudah melakukan hubungan seksual. Sebutan lain penyakit

ini adalah kencing nanah. Penyakit ini menyerang organ reproduksi

dan menyerang selaput lendir, mucus, mata, anus dan beberapa organ

tubuh lainnya. Bakteri yang membawa penyakit ini adalah Neisseria

Gonorrhoeae.

Gambaran klinis dan komplikasi gonore sangat erat

hubungannya dengan susunan anatomi dan faal genilatia. Penderita

pria gejala yang didapatkan yaitu rasa nyeri dan panas pada saat

kencing, keluarnya nanah (pus) kental berwarna putih susu atau kuning

kehijauan, ujung penis agak merah dan bengkak (radang uretra).

Infeksi pertama pada wanita dapat berupa uretritis atau servisitis. Pada

wanita dapat timbul fluor albus (keputihan kental berwarna

kekuningan), rasa nyeri di rongga panggul, dan dapat pula tanpa gejala.

Komplikasi secara sistemik (diseminata) pada pria dan wanita

dapat berupa artritis (radang sendi), miokarditis (radang lapisan

miokardium jantung), endokarditis (radang lapisan endokardium

47
jantung), pericarditis (radang perkardium), meningitis (radang selaput

otak), dan dermatitis.

Sifilis Meskipun insidens sifilis kian menurun, penyakit ini

tidak dapat diabaikan karena merupakan penyakit berat. Hampir semua

alat tubuh dapat diserang. Selain itu, wanita hamil yang menderita

sifilis dapat menularkan penyakitnya ke janin sehingga menyebabkan

sifilis kongenital. Penyakit inidisebut raja singa dan ditularkan melalui

hubungan seksual atau penggunan barang-barang dari seseorang yang

tertular misalnya seperti baju, handuk dan jarum suntik. Penyebab

timbulnya penyakit ini adanya kuman Treponema pallidum, kuman ini

menyerang organ penting tubuh lainya seperti selaput lendir, anus,

bibir, lidah dan mulut.

Penularan biasanya melalui kontak seksual, tetapi ada beberapa

ontoh lain seperti kontak langsung dan kongenital sifilis (penularan

melalui ibu ke anak dalam uterus). Gejala klinis Sifilis dibagi menjadi

sifilis kongenital dan sifilis akuisita (didapat). Secara klinis, sifilis

akuisita dibagi menjadi 3 stadium, yaitu:

a. Sifilis primer. Bentuk kelainan berupa erosi yang selanjutnya

menjadi ulkus durum (ulkus keras).

b. Sifilis sekunder. Dapat berbentuk roseola, kondiloma lata, sifilis

bentuk varisela, atau bentuk plak mukosa dan alopesia.

48
c. Sifilis tersier. Bersifat destruktif, berupa guma di kulit atau alat-alat

dalam dan kardiovaskular, serta neurosifilis.

Limfogranuloma Venereum

Limfogranuloma venereum adalah penyakit kelamin yang menyerang

sistem pembuluh dan kelenjar limfe tertentu pada daerah genito-

inguinal dan genito-rektal. Penyakit ini disebut juga

limfopatiavenereum yang dilukiskan pertama kali oleh Nicolas,

Durand, dan Favre pada tahun 1913, oleh karena itu disebut penyakit

Nicolas-Favre./ Penyebab limfogranuloma venereum adalah

Chlamydia trachomatis. Gejala konstitusi timbul sebelum penyakitnya

mulai dan biasanya menetap selama sindrom inguinal. Gejala

konstitusi ini berupa malaise (lemah), nyeri kepala, artralgia (sakit

pada sendi), anoreksia (kurang nafsu makan), nausea

(mual), dan demam. Kemudian timbul pembesaran kelenjar getah

bening inguinal medial dengan tanda-tanda radang. Penyakit dapat

berlanjut memberi gejala-gejala kemerahan pada saluran kelenjar dan

fistulasi.

Ulcus Mole

Ulkus mole adalah penyakit infeksi pada alat kelamin yang akut dan

setempat berupa ulkus yang nyeri di daerah kemaluan. Penyakit ini

mempunyai nama lain yaitu chancroid dan soft chancre. Ulkus mole

49
disebabkan oleh Haemophilus ducreyi (Streptobacillus ducreyi).Gejala

klinis penyakit ini dimulai dengan papula yang berkembang menjadi

ulkus dangkal, tepi merah, dasarnya kotor, sekitar koreng, edema, dan

mudah berdarah disertai rasa sakit pada penekanan. Granuloma

Inguinale Granuloma inguinale adalah penyakit yang timbul akibat

proses granulomatosa pada daerah anogenital dan inguinal. Daya

penularan penyakit ini rendah, bersifat kronik, progresif, mengenai

genital dan kulit di sekitarnya, dn kadang-kadang sistem limfatik.

Nama lain penyakit ini adalah Sclerosing granuloma, granulomatosis,

granulo venereum, granuloma Donovani, dan donovanosis. Granuloma

inguinale disebabkan oleh Donovania granulomatis

(Calymmatobacterium granulomatosis). Perjalanan penyakit mencakup

keluhan utama dan keluhan tambahan. Mula-mula timbul lesi

berbentuk papula atau vesikel yang berwarna merah dan tidak nyeri,

perlahan-lahan mengalami ulserasi menjadi ulkus granulomatosa yang

bulat dan mudah berdarah, mengeluarkan sekret yang berbau amis.

Komplikasi Infeksi Menular Seksual

Bila IMS dapat didiagnosis secara dini dan mendapatkan terapi yang

adekuat biasanya tidak terjadi komplikasi. Komplikasi infeksi menular

seksual pada masing-masing jenis IMS dapat berupa (Depkes RI,

50
1997):

Infeksi Genital Nonspesifik

Komplikasi dan gejala sisa berupa salpingitis dengan risiko infertilitas,

kehamilan diluar kandungan atau nyeri pelvis kronis. Komplikasi dan

gejala sisa mungkin terjadi dari infeksi uretra pada pria berupa

epididimitis, infertilitas dan sindroma Reiter. Pada pria homoseksual,

hubungan seks anorektal bisa menyebabkan proktitis klamidia.

Gonore (Kencing nanah)

Komplikasi gonore sangat erat hubungannya dengan susunan anatomi

dan faal genitalia. Komplikasi lokal pada pria dapat berupa tisonitis,

parauretritis, littritis, dan cowperitis. Selain itu dapat pula terjadi

prostatitis, vesikulitis, funikulitis, epididimitis yang dapat

menimbulkan infertilitas. Sementara pada wanita dapat terjadi

servisitis gonore yang dapat menimbulkan komplikasi salpingitis

ataupun penyakit radang panggul dan radang tuba yang dapat

mengakibatkan infertilitas atau kehamilan ektopik.

Dapat pula terjadi komplikasi diseminata seperti artritis, miokarditis,

endokarditis, perikarditis, meningitis dan dermatitis. Infeksi gonore

pada matadapat menyebabkan konjungtivitis hingga kebutaan.

51
Sifilis

Sifilis stadium lanjut yang dapat menyebakan neurosifilis, sifilis

kardiovaskuler, dan sifilis benigna lanjut menyebabkan kematian bila

menyerang otak. Komplikasi IMS yang dapat mempengaruhi gangguan

transport dan produksi sperma adalah sebagai berikut (Depkes RI,

1997):

Prostatitis

Infeksi jaringan glandular prostat dapat terjadi akibat perluasan

uretritis posterior, dan vesikulitis.Pada vesikula seminalis, infiltrasi

jaringan lunak akan berkembang menjadi striktura dan dapat

mengakibatkan gangguan ejakulasi. Resolusi tidak sempurna proses

inflamasi akut dapat menyebabkan radang vesikula seminalis kronis,

dan menyebabkan skar pada vesikula seminalis yang dapat

mempengaruhi kualitas semen, atau bahkan azoospermia yang

disebabkan skar pada duktus ejakulatorius.

Epididymitis

Komplikasi yang paling sering menyebabkan infertilitas pada IMS

adalah epididymitis. Epididymitis terjadi melalui penyebaran

retrograde dari uretraposterior melalui vas deferens, biasanya unilateral

tetapi dapat juga terjadi bilateral. Bila terjadi inflamasi, epididymis

dapat mengakibatkan obstruksi yang mempengaruhi transport. Selain

52
itu dapat juga mempengaruhi kualitas semen dengan menstimulasi

produksi antilbodi antisperma, berupa sitokin dansoluble receptor.

Epididymis mensintesis sejumlah enzim antioksidan yang mempunyai

kemampuan proteksi spermatozoa dari serangan oksidatif selama

penyimpanan. Analisis semen menunjukkan bahwa pada pria fertil

memiliki kapasitas antioksidan yang lebih tinggi dibandingkan

kelompok infertil. Hal ini menunjukkan pengaruh kapasitas

antioksidan berperan dalam kelainan infertilitas. Orchitis Epididymitis

yang tidak diobati dapat menyebar ke testis yang berdekat dan

menyebabkan epididymoorchitis.

53
BAB VIII

HIV/AIDS

A. Apa itu HIV/AIDS?

HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah retrovirus golongan

RNA yang spesifik menyerang sistem imun/kekebalan tubuh

manusia. Penurunan sistem kekebalan tubuh pada orang yang

terinfeksi HIV memudahkan berbagai infeksi, sehingga dapat

menyebabkan timbulnya AIDS. AIDS (Acquired Immunodeficiency

Syndrome) adalah sekumpulan gejala/tanda klinis pada pengidap

HIV akibat infeksi tumpangan (oportunistik) karena penurunan

sistem imun. Penderita HIV mudah terinfeksi berbagai penyakit

karena imunitas tubuh yang sangat lemah, sehingga tubuh gagal

melawan kuman yang biasanya tidak menimbulkan penyakit. Infeksi

oportunistik ini dapat disebabkan oleh berbagai virus, jamur, bakteri

dan parasite serta dapat menyerang berbagai organ, antara lain kulit,

saluran cerna/usus, paru-paru dan otak. Berbagai jenis keganasan

juga mungkin timbul. Kebanyakan orang yang terinfeksi HIV akan

berlanjut menjadi AIDS bila tidak diberi pengobatan dengan

antiretrovirus (ARV). Kecepatan perubahan dari infeksi HIV menjadi

AIDS, sangat tergantung pada jenis dan virulensi virus, status gizi

54
serta cara penularan. Dengan demikian infeksi HIV dibedakan

menjadi 3 tipe, yaitu: i) rapid progressor, berlangsung 2-5 tahun; ii)

average progressor, berlangsung 7-15 tahun; dan iii) slow progressor,

lebih dari 15 tahun. Sel limfosit, CD4 dan Viral Load

Leukosit merupakan sel imun utama, di samping sel plasma,

makrofag dan sel mast. Sel limfosit adalah salah satu jenis leukosit

(sel darah putih) di dalam darah dan jaringan getah bening. Terdapat

dua jenis limfosit, yaitu limfosit B, yang diproses di bursa omentalis,

dan limfosit T, yang diproses di kelenjar thymus. Limfosit B adalah

limfosit yang berperan penting pada respons imun humoral melalui

aktivasi produksi imun humoral, yaitu antibodi berupa imunoglobulin

(Ig G, IgA, Ig M, Ig D dan Ig E). Limfosit T berperan penting pada

respons imun seluler, yaitu melalui kemampuannya mengenali kuman

patogen dan mengaktivasi imun seluler lainnya, seperti fagosit serta

limfosit B dan sel-sel pembunuh alami (fagosit, dll). Limfosit T

berfungsi menghancurkan sel yang terinfeksi kuman patogen.

Limfosit T ini memiliki kemampuan memori, evolusi, aktivasi dan

replikasi cepat, serta bersifat sitotoksik terhadap antigen guna

mempertahankan kekebalan tubuh. CD (cluster of differentiation)

adalah reseptor tempat “melekat”-nya virus pada dinding limfosit T.

Pada infeksi HIV, virus dapat melekat pada reseptor CD4 atas

55
bantuan koreseptor CCR4 dan CXCR5. Limfosit T CD4 (atau

disingkat CD4), merupakan petunjuk untuk tingkat kerusakan sistem

kekebalan tubuh karena pecah/rusaknya limfosit T pada infeksi HIV.

Nilai normal CD4 sekitar 8.000-15.000 sel/ml; bila jumlahnya

menurun drastis, berarti kekebalan tubuh sangat rendah, sehingga

memungkinkan berkembangnya infeksi oportunistik. Viral load

adalah kandungan atau jumlah virus dalam darah. Pada infeksi HIV,

viral load dapat diukur dengan alat tertentu, misalnya dengan tehnik

PCR (polymerase chain reaction). Semakin besar jumlah viral load

pada penderita HIV, semakin besar pula kemungkinan penularan HIV

kepada orang lain.

B. Mengapa HIV/AIDS perlu perhatian khusus?

HIV/AIDS perlu mendapat perhatian khusus karena metode

penularannya yang tidak hanya melalui hubungan seksual, namun

juga melalui kontak cairan tubuh seperti darah dan air mani. Selain

itu, terapi HIV/AIDS juga spesifik, karena tanpa pengobatan yang

tepat, HIV/AIDS menyebabkan orang yang terinfeksi mudah

terserang berbagai penyakit yang dapat dapat berakibat kematian.

Kasus HIV pertama kali dilaporkan di Indonesia pada tahun

1987.Sampai dengan tahun 2012, kasus HIV/AIDS telah tersebar di

345 dari 497 (69,4%) kabupaten/ kota di seluruh provinsi Indonesia.

56
Jumlah kasus HIV baru setiap tahunnya telah mencapai sekitar

20.000 kasus. Pada tahun 2012 tercatat 21.511 kasus baru, yang 57,1

% di antaranya berusia 20-39 tahun. Sumber penularan tertinggi

(58,7%) terjadi melalui hubungan seksual tidak aman pada pasangan

heteroseksual. Pada tahun 2012 tercatat kasus AIDS terbesar pada

kelompok ibu rumah tangga (18,1%) yang apabila hamil berpotensi

menularkan infeksi HIV ke bayinya. Pada tahun 2012 pula, dari

43.624 ibu hamil yang melakukan konseling dan tes HIV terdapat

1.329 (3,05%) ibu dengan infeksi HIV. Lebih dari 90% bayi

terinfeksi HIV tertular dari ibu HIV positif. Penularan tersebut dapat

terjadi pada masa kehamilan, saat persalinan dan selama menyusui.

Tanpa pengobatan yang tepat dan dini, separuh dari anak yang

terinfeksi HIV akan meninggal sebelum ulang tahun kedua.

Pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak (PPIA) atau Prevention

of Mother to Child HIV Transmission (PMTCT) merupakan

intervensi yang sangat efektif untuk mencegah penularan tersebut.

Upaya ini diintegrasikan dengan upaya eliminasi sifilis kongenital,

karena sifilis dapat mengakibatkan berbagai gangguan kesehatan

pada ibu dan juga ditularkan kepada bayi seperti halnya pada infeksi

HIV.

C. Siapa saja yang berisiko tertular HIV/AIDS?

57
Sesuai dengan metode penularannya, maka kelompok berikut adalah

yang paling berisiko terinfeksi HIV:

1. Pasien yang menerima transfusi produk darah atau transplantasi

organ/ jaringan tubuh

2. Pelaku hubungan seks atau perilaku seksual lainnya yang tidak

aman, yang memungkinkan kontak antara cairan sperma atau

cairan vagina dengan mukosa kemaluan tanpa penghalang

(kondom)

3. Pengguna narkotika suntik, terutama yang alat suntiknya

digunakan bergantian satu sama lain

4. Mereka yang menggunakan alat tajam/suntik secara bergantian,

misalnyajarum tato, jarum tindik, peralatan pencet jerawat yang

tidak isterilkan atausekali pakai.

5. Bayi yang dikandung dan dilahirkan oleh ibu yang terinfeksi HIV

6. Bayi yang disusui oleh ibu yang terinfeksi HIV

7. Petugas medis yang sering terpapar alat suntik terkontaminasi

HIV tidak ditularkan lewat kontak kasual, seperti berjabat tangan,

berpelukan, menggunakan toilet yang sama, bersin, batuk, gigitan

serangga, ataupun minum dari gelas yang sama. Virus HIV tidak

bertahan lama di luar tubuh, terutama di tempat yang kering.

Risiko Penularan HIV dari Ibu ke Anak Risiko penularan HIV dari

58
ibu ke anak tanpa upaya pencegahan atau intervensi berkisar

antara 20-50% (Tabel 1). Dengan pelayanan pencegahan

penularan HIV dari ibu ke anak yang baik, risiko penularan dapat

diturunkan menjadi kurang dari 2%. Pada masa kehamilan,

plasenta melindungi janin dari infeksi HIV; namun bila terjadi

peradangan, infeksi atau kerusakan barier plasenta, HIV bias

menembus plasenta, sehingga terjadi penularan dari ibu ke anak.

Penularan HIV dari ibu ke anak lebih sering terjadi pada saat

persalinan dan masa menyusui.

Ada tiga faktor risiko penularan HIV dari ibu ke anak, yaitu

sebagai berikut.

1. Faktor ibu.

a. Kadar HIV dalam darah ibu (viral load): merupakan faktor

yang paling utama terjadinya penularan HIV dari ibu ke

59
anak: semakin tinggi kadarnya, semakin besar

kemungkinan penularannya, khususnya pada

saat/menjelang persalinan dan masa menyusui bayi.

b. Kadar CD4: ibu dengan kadar CD4 yang rendah,

khususnya bila jumlah sel CD4 di bawah 350 sel/mm3 ,

menunjukkan daya tahan tubuh yang rendah karena

banyak sel limfosit yang pecah/rusak. Kadar CD4 tidak

selalu berbanding terbalik dengan viral load. Pada fase

awal keduanya bisa tinggi, sedangkan pada fase lanjut

keduanya bisa rendah kalau penderitanya mendapat terapi

anti-retrovirus (ARV).

c. Status gizi selama kehamilan: berat badan yang rendah

serta kekurangan zat gizi terutama protein, vitamin dan

mineral selama kehamilan meningkatkan risiko ibu untuk

mengalami penyakit infeksi yang dapat meningkatkan

kadar HIV dalam darah ibu, sehingga menambah risiko

penularan ke bayi.

d. Penyakit infeksi selama kehamilan: IMS, misalnya sifilis;

infeksi organ reproduksi, malaria dan tuberkulosis berisiko

meningkatkan kadar HIV pada darah ibu, sehingga risiko

penularan HIV kepada bayi semakin besar.

60
e. Masalah pada payudara: misalnya puting lecet, mastitis

dan abses pada payudara akan meningkatkan risiko

penularan HIV melalui pemberian ASI.

2. Faktor bayi.

a. Usia kehamilan dan berat badan bayi saat lahir: bayi

prematur atau bayi dengan berat lahir rendah lebih rentan

tertular HIV karena sistem organ dan kekebalan tubuh

belum berkembang baik.

b. Periode pemberian ASI: risiko penularan melalui

pemberian ASI bila tanpa pengobatan berkisar antara 5-

20%.

c. Adanya luka di mulut bayi: risiko penularan lebih besar

ketika bayi diberi ASI.

3. Faktor tindakan obstetrik.

Risiko terbesar penularan HIV dari ibu ke anak terjadi pada

saat persalinan, karena tekanan pada plasenta meningkat

sehingga bias menyebabkan terjadinya hubungan antara darah

ibu dan darah bayi. Selain itu, bayi terpapar darah dan lendir

ibu di jalan lahir. Faktor-faktor yang dapat meningkatkan

risiko penularan HIV dari ibu ke anak selama persalinan

adalah sebagai berikut.

61
a. Jenis persalinan: risiko penularan pada persalinan per

vaginam lebih besar daripada persalinan seksio sesaria;

namun, seksio sesaria memberikan banyak risiko lainnya

untuk ibu.

b. Lama persalinan: semakin lama proses persalinan, risiko

penularan HIV dari ibu ke anak juga semakin tinggi,

karena kontak antara bayi dengan darah/ lendir ibu

semakin lama.

c. Ketuban pecah lebih dari empat jam sebelum persalinan

meningkatkan risiko penularan hingga dua kali

dibandingkan jika ketuban pecah kurang dari empat jam.

d. Tindakan episiotomi, ekstraksi vakum dan

forsepmeningkatkan risiko penularan HIV

62
D. Bagaimana Perjalanan Infeksi HIV?

Terdapat tiga fase perjalanan alamiah infeksi HIV (Bagan 1) sebagai

berikut.1. Fase I: masa jendela (window period) – tubuh sudah

terinfeksi HIV, namun pada pemeriksaan darahnya masih belum

ditemukan antibodi anti-HIV. Pada masa jendela yang biasanya

berlangsung sekitar dua minggu sampai tiga bulan sejak infeksi awal

ini, penderita sangat mudah menularkan HIV kepada orang lain.

Sekitar 30-50% orang mengalami gejala infeksi akut

berupa demam, nyeri tenggorokan, pembesaran kelenjar getah

bening, ruam kulit, nyeri sendi, sakit kepala, bisa disertai batuk

seperti gejala flu pada umumnya yang akan mereda dan sembuh

dengan atau tanpa pengobatan. Fase “flu-like syndrome” ini terjadi

akibat serokonversi dalam darah, saat eplikasi virus terjadi sangat

hebat pada infeksi primer HIV. 2. Fase II: masa laten yang bisa tanpa

gejala/tanda (asimtomatik) hingga gejala ringan. Tes darah terhadap

HIV menunjukkan hasil yang positif, walaupun gejala penyakit

belum timbul. Penderita pada fase ini penderita tetap dapat

menularkan HIV kepada orang lain. Masa tanpa gejala rata-rata

berlangsung selama 2-3 tahun; sedangkan masa dengan gejala ringan

dapat berlangsung selama 5-8 tahun, ditandai oleh berbagai radang

kulit seperti ketombe, folikulitis yang hilangtimbul walaupun diobati.

63
3. Fase III: masa AIDS merupakan fase terminal infeksi HIV dengan

kekebalan tubuh yang telah menurun drastis sehingga mengakibatkan

timbulnya erbagai infeksi oportunistik, berupa peradangan berbagai

mukosa, misalnya infeksi jamur di mulut, kerongkongan dan paru-

paru. Infeksi TB banyak ditemukan di paru-paru dan organ lain di

luar paru-paru. Sering ditemukan diare kronis dan penurunan berat

badan sampai lebih dari 10% dari berat awal. Bagan 1 menunjukkan:

i) Fase I, viral load (HIV dalam darah) sangat tinggi sehingga

penderita sangat infeksius, limfosit T CD4 menurun tajam saat

viral load mencapai puncak; ii) Fase II dengan viral load menurun

dan relative stabil, namun limfosit T CD4 berangsur-angsur menurun;

dan iii) Fase III dengan viral load makin tinggi dan limfosit T CD4

mendekati nol sehingga terjadi gejala berkurangnya daya tahan tubuh

yang progresif dikuti dengan timbulnya penyakit, misalnya

tuberkulosis (TB), herpes zoster (HSV), oral hairy cell leukoplakia

(OHL), oral candidiasis (OC), Pneumocystic carinii pneumonia

(PCP), cytomegalovirus (CMV), popular pruritic eruption (PPE) dan

Mycobacterium avium (MAC)

64
DAFTAR PUSTAKA

Darvilll, Wendy & Powell Kelsey (2002). The Puberty Book, Panduan

Untuk Remaja. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utma, Jakarta

Moeliono, Laurike (2001). Pemahaman Masalah Seksualitas Remaja,

Kesehatan Reproduksi Remaja Dan Kaitannya Dengan Penularan

HIV. Materi Diskusi Di Perguruan Al-Izhar 12 November 2001

Irianto, Koes. Kesehatan Reproduksi Teori dan Praktikum. 2015. Bandung:

Alfabeta

Santrock, J.W. 2014. Adolescence. Fifteenth Edition. New York: McGraw-

Hill Education

Soetjiningsih. 2004. Perkembangan remaja dan permasalahannya. Jakarta:

Sagung Seto

Kemenkes RI. Pedoman Pelaksanaan Pencegahan Penularan HIV dann

Sifilis dari Ibu ke Anak Bagi Tenaga Kesehatan. Jakarta, 2015

Kemenkes RI. Program Pengendalian HIV AIDS dan PIMS di Fasilitas

Kesehatan Tingkat Pertama. Jakarta, 2016

BKKBN. Buku Suplemen Bimbingan Teknis Kesehatan Reproduksi Infeksi

Menular Seksual dan HIV/AIDS. Jakarta, 201

65

Anda mungkin juga menyukai