Anda di halaman 1dari 13

GAMBARAN STIGMA MASYARAKAT PADA PASIEN TB

(TUBERCULOSIS) PARU DI PUSKESMAS WAIBHU

Ratih Dwi Yulian1, Nurhidayah Amir2, Viertianingsih Patungo3

ABSTRAK

Latar Belakang: Stigma sangat berpengaruh pada program pengobatan TB paru, dimana
masalah utama dalam pengobatan TB paru adalah keterlambatan dalam pengobatan dan
putusnya pengobatan. Penyebab dari masalah ini adalah munculnya stigma yang membuat
pasien TB paru menghindar untuk berobat ,Berdasarkan pengambilan data awal di Puskesmas
Waibhu pada bulan Maret 2022, pada tahun 2021 dari bulan Januari – Desember terdapat 61
pasien TB paru yang menyebar diberbagai wilayah kerja Puskesmas Waibhu. 33 diantaranya
berjenis kelamin laki-laki dan 28 pasien berjenis kelamin perempuan. Tujuan Penelitian:
untuk mengetahui gambaran stigma masyarakat pada pasien TB (Tuberculosis) Paru di
Puskesmas Waibhu. Metode Penelitian metode deskriptif kuantitatif. pada bulan Juli 2022.
Sampel penelitian sebanyak 30 orang dengan menggunakan tehnik accidental sampling.
kuesioner ini diambil dari Daniels., et al (2022) dengan hasil ujivaliditas menggunakan
Spearman Correlation Coefficient. Hasil: Berdasarkan usia, jenis kelamin, keterpaparan
informasi, persepsi dan stigma, menunjukkan bahwa sebagian besar usia dari responden
berusia 36-45 tahun sebanyak 11 responden (36,7%). Berdasarkan jenis perempuan sebagian
besar dariresponden laki-laki sebanyak 17 responden (56,7%). Berdasarkan apakah memiliki
keluarga penderita TB responden mengatakan Tidak sebanyak 30 responden (100%).
Berdasarkan apakah Mendapat informasi tentang TB responden mengatakan Tidak sebanyak
27 responden (90%). Berdasarkan Stigma sebagian besar dari responden memiliki stigma
tinggi sebanyak 30 responden (100%). Kesimpulan: Berdasarkan Stigma sebagian besar dari
responden memiliki stigma tinggi sebanyak 30 responden (100%)..

Kata Kunci: Stigma, Masyarakat, Tuberculosis


Referensi : 2016- 2022

¹Mahasiswa S1 Keperawatan Stikes Jayapura


²Pembimbing Pertama
³Pembimbing Kedua
DESCRIPTION OF COMMUNITY STIGMA IN LUNG TB
(TUBERCULOSIS) PATIENTS AT WAIBHU PUSKESMAS
Ratih Dwi Yulian1, Nurhidayah Amir2, Viertianingsih Patungo3

ABSTRACT

Background: Stigma is very influential on the pulmonary TB treatment program, where the
main problems in the treatment of pulmonary TB are delays in treatment and discontinuation
of treatment. The cause of this problem is the emergence of a stigma that makes pulmonary
TB patients avoid treatment. Based on initial data collection at the Waibhu Health Center in
March 2022, in 2021 from January - December there were 61 pulmonary TB patients who
spread in various working areas of the Waibhu Health Center. 33 of them were male and 28
were female. Research objective: to find out the description of community stigma in patients
with pulmonary TB (Tuberculosis) at the Waibhu Health Center. Research Methods: This
study used a quantitative descriptive method. in July 2022. The research sample was 30
people using accidental sampling technique. This questionnaire was taken from Daniels., et al
(2022) with the results of the validity test using the Spearman Correlation Coefficient.
Results: Based on age, gender, information exposure, perception and stigma, it showed that
most of the respondents were aged 36-45 years as many as 11 respondents (36.7%). Based on
the type of women, most of the respondents are male as many as 17 respondents (56.7%).
Based on whether they have a family of TB sufferers, the respondents said No, as many as 30
respondents (100%). Based on whether they received information about TB respondents said
No as many as 27 respondents (90%). Based on Stigma, most of the respondents have high
stigma as many as 30 respondents (100%). Conclusion: Based on Stigma, most of the
respondents have high stigma as many as 30 respondents (100%)..

Keywords: Stigma, Society, Tuberculosis


Reference : 2016-2022

Stikes Jayapura Nursing Undergraduate Student


²First Mentor
Second Counselor
PENDAHULUAN (KemenkesRI, 2022). Data dari Badan Pusat
TB (Tuberculosis) adalah penyakit Statistik Provisi Papua pada tahun (2022)
menular yang disebabkan oleh kuman diketahui bahwa terdapat 3.392 jiwa yang
(Mycobacterium tuberculosis), setiap orang terkena penyakit TB dengan kasus tertinggi
bisa tertular penyakit TB bila ada sumber terjadi di Kota Jayapura sebanyak 636 jiwa,
penularan di lingkungannya, cara penularan Mimika 443 jiwa Merauke 380 Jiwa, Mappi
penyakit TB yang paling umum adalah 378, dan Kabupaten Jayapura sebanyak 313
melalui transmisi udara dimana orang yang Jiwa.
sakit TB akan mengeluarkan kuman TB ke Pengetahuan masyarakat tentang
udara ketika batuk atau bersin, namun tidak penyakit TB, kebiasaan hidup sehat untuk
otomatis akan tertular karena penularan dapat meningkatkan imunitas tubuh dan
tergantung pada beberapa faktor seperti: pengetahuan pengobatan TB menjadi hal
daya tahan tubuh, kondisi sirkulasi udara, penting yang sebaiknya terus-menerus
ventilasi dan frekuensi kontak dengan orang disampaikan kepada masyarakat luas dengan
sakit TB (Kemenkes RI, 2020). kesadarannya sendiri mau pencegahan
Terdapat 1,5 juta orang meninggal penularan infeksi TB dan ikut berperan
karena TB pada tahun 2020 (termasuk dalam keberhasilan pengobatan penyakit TB
214.000 orang dengan HIV), tercatat di (Damayanti, 2020).
seluruh dunia bahwa TB menjadi penyebab Tuberculosis memberikan dampak
kematian ke-13 dan menjadi pembunuh dalam kehidupan sosial, memunculkan
menular ke dua setelah Covid-19. TB terjadi stigma hingga dapat mengakibatkan
pada 5,6 juta pria, 3,3 juta wanita dan 1,1 individu mengalami isolasi sosial.
juta anak-anak, terdapat delapan negara Kedudukan keluarga serta warga timbul
dengan TB terbanyak yaitu India, China, sebagai dorongan sosial yang positif, tidak
Indonesia, Filipina, Pakistan, Nigeria, menutup kemungkinan bisa memunculkan
Bangladesh dan Afrika Selatan (WHO, stigma terhadap penyakit dan penderita TB.
2021). Dari penelian-penelitian yang dilakukan,
Di Indonesia, jumlah kasus baru dikatakan jika stigma yang terdapat pada
TB sebanyak 824.000 kasus (data per 04 penderita TB dapat berakibat negatif
Oktober 2021), dengan jabaran kasus: terhadap kelangsungan proses pemulihan
393.323 ternotifikasi kasus TB, 48% sehingga menimbulkan keterlambatan dalam
mendapatkan pengobatan, TB-HIV 8.000 penyembuhan pada penderita TB
kasus dan 83% sukses dalam pengobatan (Hasudungan et al., 2020).
serta 13.110 kematian akibat TB
Stigma melatar belakangi penyembuhan pada penderita TB
memperparah penyakit TB paru, stigma (Hasudungan et al., 2020).
pada penyakit TB paru menyebabkan Stigma melatar belakangi
keterlambatan pengobatan dan berdampak memperparah penyakit TB paru, stigma
negatif terhadap kelangsungan berobat pada penyakit TB paru menyebabkan
penderita TB paru. Kebiasaan yang tidak keterlambatan pengobatan dan berdampak
sesuai dapat menyebabkan individu lain negatif terhadap kelangsungan berobat
rentan terhadap paparan kuman TB paru. penderita TB paru. Kebiasaan yang tidak
Berbagai faktor internal dan eksternal sesuai dapat menyebabkan individu lain
menjadi faktor risiko yang mampu memicu rentan terhadap paparan kuman TB paru.
timbulnya transmisi kejadian TB paru Berbagai faktor internal dan eksternal
(Aryani et al., 2021). menjadi faktor risiko yang mampu memicu
Stigma kerap kali melekat pada timbulnya transmisi kejadian TB paru
masalah-masalah kesehatan, khususnya TB (Aryani et al., 2021).
yang menjadi alasan mengapa bisa muncul Stigma kerap kali melekat pada
stigma pada TB adalah karena masalah-masalah kesehatan, khususnya TB
penularannya, pengetahuan yang kurang yang menjadi alasan mengapa bisa muncul
tepat akan penyebabnya, perawatannya atau stigma pada TB adalah karena
berhubungan dengan kelompok-kelompok penularannya, pengetahuan yang kurang
tertentu seperti tingkat ekonomi, ras tepat akan penyebabnya, perawatannya atau
minoritas, pekerja seks, berhubungan dengan kelompok-kelompok
Tuberculosis memberikan dampak tertentu seperti tingkat ekonomi, ras
dalam kehidupan sosial, memunculkan minoritas, pekerja seks, tahanan penjara, dan
stigma hingga dapat mengakibatkan orang yang terinfeksi HIV/AIDS
individu mengalami isolasi sosial. (Hasudungan et al., 2020).
Kedudukan keluarga serta warga timbul Menurut penelitian Silalahi., dkk
sebagai dorongan sosial yang positif, tidak (2022) pendidikan dan pencegahan penyakit
menutup kemungkinan bisa memunculkan TB dapat meningkatkan pengetahuan dan
stigma terhadap penyakit dan penderita TB. mengurangi tingkat stigma. Dukungan dari
Dari penelian-penelitian yang dilakukan, dinas kesehatan dan tenaga kesehatan
dikatakan jika stigma yang terdapat pada diperlukan untuk mengurangi stigma
penderita TB dapat berakibat negatif dengan memberikan dukungan kepada
terhadap kelangsungan proses pemulihan pasien tuberculosis.
sehingga menimbulkan keterlambatan dalam
Stigma sangat berpengaruh pada dua orang mengatakan hanya mengetahui
program pengobatan TB paru, dimana jika penyakit TB itu berupa batuk-batuk saja
masalah utama dalam pengobatan TB paru dan tidak takut berdekatan dengan penderita
adalah keterlambatan dalam pengobatan dan TB.
putusnya pengobatan. Penyebab dari Peneliti tertarik untuk melakukan
masalah ini adalah munculnya stigma yang penelitian karena peneliti lahir besar di
membuat pasien TB paru menghindar untuk Papua sehingga merasa bahwa kasus TB ini
berobat (Hasudungan et al., 2020). tidak kunjung berakhir, dan ketakutan
Berdasarkan pengambilan data pasien akan pengobatan yang lama, serta
awal di Puskesmas Waibhu pada bulan belum adanya judul serupa di perpustakaan
Maret 2022, pada tahun 2021 dari bulan STIKES Jayapura Prodi Keperawatan,
Januari – Desember terdapat 61 pasien TB walau demikian terdapat beberapa judul
paru yang menyebar diberbagai wilayah dengan penyakit yang sama yaitu TB.
kerja Puskesmas Waibhu, 33 diantaranya Berdasarkan uraian latar belakang
berjenis kelamin laki-laki dan 28 berjenis diatas peneliti tertarik untuk melakukan
kelamin perempuan. Tipe TB terbagi atas 31 penelitian mengenai gambaran stigma
pasien dengan bakteriologis dan 30 pasien masyarakat pada pasien TB (Tuberculosis)
terdiagnosis klinis, serta terdata 61 pasien paru di Puskesmas Waibhu.
TB paru masih menjalankan pengobatan.
Sedangkan jumlah masyarakat yang METODE PENELITIAN
berkunjung selama tiga bulan, dari Metode yang digunakan dalam penelitian ini
September-November 2021 sebanyak 3.257 adalah metode deskriptif kuantitatif yaitu
orang, dengan perkiraan perbulan sebanyak suatu metode penelitian yang dilakukan
1.085 orang. untuk membuat gambaran atau deskripsi
Sedangkan, dari hasil wawancara tentang suatu keadaan secara objektif
pada 7 masyarakat yang datang berkunjung (Notoatmodjo, 2012). Populasi merupakan
ke Puskesmas Waibhu, diketahui sebanyak objek penelitian atau objek yang diteliti
tiga diantaranya mengetahui tentang (Notoatmodjo, 2012). Populasi dalam
penyakit TB, tidak merasa “jijik” pada penelitian ini berjumlah 3.257 masyarakat
pasien TB, namun menjaga jarak dengan yang berkunjung selama 3 bulan
mereka. Dua diantaranya mengatakan berdasarkan data terbaru kunjungan di
memiliki keluarga yang mengalami TB, Puskesmas Waibhu. Penelitian ini
memisahkan alat makan dengan pasien TB, dilaksanakan pada bulan Agustus 2022.
dan memantau pengobatannya. Sedangkan Instrumen penelitian ini menggunakan
kuesioner yang terdiri dari kuesioner A Jenis
N Persentase
berisi karakteristik responden yang terdiri Kela Frekuensi
(%)
min
dari: usia, jenis kelamin, pendidikan, yang
1 Laki-laki 13 43,3
menderita TB. Kuesioner B berisi tentang
2 Perempuan 17 56,7
pernyataan stigma pada pasien TB, terdiri Total 30 100
dari 11 item
Hasil Penelitian
Berdasarkan tabel 4.2 menunjukan
a. Umur
bahwa jenis kelamin responden pada
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi
kelompok laki-laki sebanyak 13 orang
responden berdasarkan umur pada
(43,3%) dan kelompok perempuan
pasien TB (Tuberculosis) paru di
sebanyak 17 orang (56,7%).
Puskesmas Waibhu Tahun 2022.
c. Pendidikan
No Umur(Tahun) Frekuensi Persentase (%)
1 17-25 7 23,3 Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi
2 26-35 9 30,0 responden berdasarkan Pendidikan
3 36-45 11 36,7 pada pasien TB (Tuberculosis) paru di
4 46-55 2 6,7
Puskesmas Waibhu Tahun 2022
5 56-65 1 3,3
Total 30 100 N
Pendidikan Frekuensi Persentase (%)

Berdasarkan tabel 4.1 menunjukan 1 SD 1 3,3


2 SMP 8 26,7
bahwa umur responden terbanyak
3 SMA 21 70,0
pada kelompok 36-45 sebanyak 11
Total 30 100
orang (36,7%), pada 26-35 sebanyak 9
orang (35,1%), dan terendah pada
Lansia Beresiko sebanyak 7 orang Berdasarkan tabel 4.3 menunjukan

(18,9%). menunjukan bahwa responden pada


kelompok SD sebanyak 1 orang
b. Jenis Kelamin
(3,3%), pada kelompok SMA
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi
sebanyak 21 orang (70%), pada
responden berdasarkan Jenis Kelamin
kelompok SMP sebanyak 8 orang
pada pasien TB (Tuberculosis) paru di
(26,7%).
Puskesmas Waibhu Tahun 2022.
d. Memiliki Keluarga Penderita TB
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi f. Stigma TB
responden berdasarkan Memiliki Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi
keluarga penderita TB pada pasien TB responden berdasarkan Stigma TB
(Tuberculosis) paru di Puskesmas pada pasien TB (Tuberculosis) paru di
Waibhu Tahun 2022 Puskesmas Waibhu Tahun 2022.

Persentase N Frekuens Presentase


N Memiliki Keluarga Frekue Stigma TB
(% i (%)
penderita TB
) 1 Tinggi 30 100
1 Tidak 30 100   Total 30 100
Total 30 100 Berdasarkan tabel 4.5 menunjukan
bahwa Stigma TB pada pasien TB
(Tuberculosis) terbanyak pada
Berdasarkan tabel 4.4 menunjukan
kategori Tinggi sebanyak 30 orang
bahwa Memiliki keluarga penderita
(100%),
TB pada pasien TB (Tuberculosis)
paru kelompok tidak sebanyak 30 Pembahasan
orang (100%).
1. Umur
e. Riwayat informasi Tentang TB Faktor usia juga
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi mempengaruhi pengetahuan
responden berdasarkan Riwayat seseorang. Semakin bertambah
Informasi tentang TB pada pasien TB usia, tingkat kematangan dan
(Tuberculosis) paru di Puskesmas kekuatan seseorang akan lebih
Waibhu Tahun 2022. matang dalam berfikir dan bekerja
serta memandang stigma itu
Riwayat
N Informasi Frekuens Presentase sendiri. Berdasarkan hasil
Tentang i (%)
TB penelitian paling banyak responden
1 Ya 3 10
berada pada usia 36-45 tahun yaitu
2 Tidak 27 90
11 orang (36,7%), dan paling
  Total 30 100
Berdasarkan tabel 4.5 menunjukan sedikit responden berada pada usia

bahwa Riwayat Informasi tentang TB 56-65 tahun yaitu 1 orang (3,3%).

pada pasien TB (Tuberculosis) paru Menurut Nurfadila (2015)

terbanyak pada kategori tidak peningkatan usia mempengaruhi

sebanyak 27 orang (90%), pada daya tangkap dan pola pikir

kategori Ya sebanyak 3 orang (10%), seseorang sehingga pengetahuan


yang diperoleh semakin baik. rentan terpapar dengan agen
Dewasa muda memiliki penyebab TB Paru.
pengetahuan lebih tinggi Selain itu laki-laki mencari
dibandingkan dewasa tua dengan nafkah di luar sehingga banyak
alasan bahwa dewasa muda apabila melakukan kegiatan aktivitas dan
diberikan informasi dari petugas melakukan kontak dengan orang
kesehatan lebih muda lain yang tidak diketahui apakah
memahaminya dibandingkan orang tersebut positif TB Paru atau
dewasa tua. Pengetahuan yang tidak. Perempuan lebih waspada
cukup mengenai tuberkulosis akan terhadap penyakit yang dideritanya
membuat masyarakat mencoba karena tahu akan menularkan
untuk mempunyai perilaku hidup kepada keluarganya sehingga
bersih dan sehat. Pengetahuan mereka akan berusaha mencari
yang kurang dapat terjadi karena pengobatan agar tidak menularkan
kurangnya informasi formal dan penyakitnya tersebut (Rojali &
non formal yang didapatkan oleh Noviatuzzahrah, 2018).
responden serta tidak adekuatnya 3. Pendidikan
informasi yang didapatkan dan Pendidikan terakhir responden
diterima responden. Pengetahuan yakni Sekolah Menengah Atas
yang baik diharapkan akan (SMA) sebanyak 21 (70%). Salah
membuat masyarakat mempunyai satu faktor penyebab terjadinya
sikap baik sehingga dapat peningkatan TB Paru salah satunya
mencegah masalah tuberkulosis pendidikan. Semakin tinggi
(Notoatmodjo 2012) pendidikan seseorang maka
2. Jenis kelamin semakin tinggi ilmu pengetahuan
Perempuan lebih banyak tentang kesehatan yang dimiliki
dibandingkan dengan laki-laki sehingga menimbulkan kesadaran
yakni untuk  berperilaku  hidup  lebih  se
sebanyak 16 (56.7%). Hal ini hat.
berbanding terbalik sebab Laki- Pendidikan pasien
laki lebih banyak merokok dan berpengaruh terhadap kepatuhan
minum alkohol dimana dapat pengobatan apabila seseorang
menurunkan sistem kekebalan dan terpapar penyakit salah satunya TB
pertahanan tubuh sehingga lebih Paru, dapat mempengaruhi
kepatuhan minum obat sehingga Beberapa pasien
menjadikan keberhasilan tuberkulosis sering melaporkan
pengobatan dan sembuh dari adanya diskriminasi
penyakit TB Paru (As & Keliat, dari masyarakat. Hal ini karena
2020) masyarakat merasa takut tertular
4. Stigma penyakit tersebut. Pasien menilai
Penelitian ini bertujuan apakah orang lain akan
untuk mengetahui Stigma menghindar terhadap dirinya atau
mayarakat TBC terhadap stigma mungkin beberapa pasien akan
masyarakat pada klien TBC di menghidar dengan jarang bergaul
Wilayah Puskesmas waibu. Hasil di masyarakat. Stigma rendah
penelitian menunjukan hampir mengindikasikan adanya harapan
seluruh responden (100%) yang tinggi akan proses perawatan
memiliki stigma Tinggi terhadap dan menunjukan bahwa program
penyakit tuberkulosis. Stigma pengurangan stigma
adalah proses sosial atau seharusnya bertujuan untuk
pengalaman pribadi yang ditandai mengubah stigma menjadi
dengan pengucilan, penolakan, dukungan bagi mereka (Soma et al,
celaan, atau devaluasi karena 2014). Stigma merupakan
adanya anggapan sosial yang interakasi sosial antara yang
merugikan tentang individu distigma dengan orang yang
maupun kelompok dikarenakan menstigma. Stigma muncul karena
masalah kesehatan tertentu (Kipp pengalaman diskriminasi dari
et al, 2011). orang lain dan juga perasaan
Menurut penelitian yang maluyang muncul dari internal
dilakukan Courtwright and Turner individu tersebut. Dukungan
(2010) mengemukakan bahwa terhadap pasien sangatlah penting
meskipun ada variasi dalam untuk mereduksi stigma dan
budaya dan faktor sosio dampaknya
demografik yang turut menentukan Pada kenyataan sehari-hari,
stigma tetapi yang menjadi stigma adalah tindakan
penyebab utama adalah memberikan label sosial yang
kekhawatiran terhadap penularan bertujuan untuk memisahkan atau
penyakit. mendiskreditkan seseorang atau
sekelompok orang dengan cap atau responden mengatakan Tidak
pandangan buruk. Dalam sebanyak 27 responden (90%).
praktiknya, stigma mengakibatkan Berdasarkan hasil penelitian
tindakan diskriminasi yaitu disimpulkan bahwa sebagian besar
tindakan tidak mengakui atau tidak responden memiliki stigma yang tinggi
mengupayakan pemenuhan hak pada pasien TB (100%).
hak dasar indvidu atau kelompok DARTAR PUSTAKA
sebagaimana layaknya manusia
yang bermartabat Aryani, L., M., Manglapy, Y.,
(Kemenkes RI, 2016). Nurmandhani, R., Studi Kesehatan
Hasil penelitian ini sejalan Lingkungan, P., Dian Nuswantoro,
dengan penelitian yang dilakukan U., & Studi Kesehatan Masyarakat,
oleh Oktariana (2014) P. (2021). Implikasi Faktor Individu
yangmenyatakan bahwa Terhadap Stigma Sosial
lingkungan dan juga orang Tuberkulosis Di Kelurahan Tanjung
disekitar penderita TB yang takut Mas Semarang Implication
tertular akan penyakit tersebut Individual Factor Toward
akan menjauhi seseorang yang Tuberculosis Social Stigms.
menderita TB Paru sehingga Jurnal.Stikes-Yrsds.Ac.Id.
menyebabkan stigma yang tinggi https://jurnal.stikes.
pula pada seseorang dengan
penderita TB Paru. Badan Pusat Statistik Provisi Papua. (2022).
Kesimpulan Jumlah Kasus Penyakit Menurut
Berdasarkan usia, jenis kelamin, Kabupaten/Kota dan Jenis Penyakit
keterpaparan informasi, di Provinsi Papua (Jiwa), 2017
persepsi dan stigma, menunjukkan
bahwa sabagian besar usia dari Budiartani, N. L. P. Y. (2020). Gambaran
responden berusia 36-45 tahun Asuhan Keperawatan Pada Pasien
sebanyak 11 responden (36,7%). Tuberkulosis Paru Dalam
Bedasarkan jenis kelamin sebagian Pemenuhan Defisit Pengetahuan Di
besar dari responden berjenis kelamin Wilayah Kerja Upt Puskesmas I
laki-laki sebanyak 17 responden Abiansemal Tahun 2020 (Doctoral
(56,7%). Berdasarkan apakah dissertation, Poltekkes Denpasar
Mendapat informasi tentang TB Jurusan Keperawatan).
Penyakitnya di Wilayah Kerja
Damayanti, N., Erza, E., Cendekia, R. J.-I. Puskesmas Parongpong Kecamatan
A., & 2020, U. (2020). Edukasi TBC Parongpong Kabupaten Bandung
pada Masyarakat dan Kelompok Barat. Cyber-Chmk.Net, 4(1).
Lansia Di Masa Covid-19 di http://cyber-chmk.net/ojs/index.php/
Kelurahan Sumur Batu, Jakarta. ners/article/view/761.
Iac.Yarsi.Ac.Id.
https://iac.yarsi.ac.id/index.php/iac/a Indriani, & Damalita, A. F. (2015). Study
rticle/view/31 about Characteristics People Living with
HIV (PLHIV) and Stigma by Health
Daniels, N. P. C., Arias, A. C., & Pupo, J. Workers of PLHIV in Yogyakarta. Jurnal
C. P. (2022) Assessment of validity Kesehatan Karya Husada. 3(1), 47–71.
and reliability of the tuberculosis https://doi.org/https://doi.org/10.36577/jkkh.
related stigma scale in Colombian v3i1.49
patients. Current Medical Research
and Kemenkes RI. (2014). Pedoman Nasional
Opinion, DOI: 10.1080/03007995. Pengendalian Tuberkulosis. Jakarta:
2022.2065144. Kementerian Kesehatan RI.

Evans-Lacko, S., Gronholm, P. C., Hankir, Kemenkes RI. (2020). Petunjuk Teknis
A., Pingani, L., & Corrigan, P. Pendampingan Pasien TBC Resistan
(2016). Practical strategies to fight Obat Oleh Komunitas. Kementerian
stigma in mental health. In Kesehatan.
Psychiatry in Practice (pp. 237–256). https://tbindonesia.or.id/wp-
https://doi.org/10.1093/med/9780198 content/uploads/2021/06/TBRO_Bu
723646.003.0019 ku-Juknis-Pendampingan-Pasien-
RO-Final.pdf
Fiorillo, A., Volpe, U., & Bhugra, D.
(2016). Psychiatry In Practice. Italy: Kemenkes RI. (2022). Dashboard TB,
Oxford University Press. Situasi TB di Indonesia. Data 04
Oktober 2021. Dashboard TB - TBC
Hasudungan, A., Sri, I., & Wulandari, M. Indonesia (tbindonesia.or.id)
(2020). Hubungan Pengetahuan
Penderita TBC Terhadap Stigma
Kementerian Kesehatan RI (2015).
Tuberkulosis: Temukan, Obati Saebani, B. A. (2012). Pengantar
Sampai Sembuh. Jakarta: Antropologi. Bandung: CV Pustaka
Kementerian Kesehatan RI. Setia.

Maharani, F. (2017). Faktor -Faktor Yang Septiawan, L. F., Mulyani, S., & Susanti, D.
Berhubungan Dengan Stigma A. (2018). Stigma patient leader in
Terhadap Orang Dengan Hiv Dan sumberarum village district dander
Aids (Odha). Jurnal Endurance, 2(2), district bojonegoro year 2017. 8(2),
158. 27– 32.
https://doi.org/10.22216/jen.v2i2.130
0 Setiawati, L., Sariti, I., & Livana, P. (2020).
Stigma dan perilaku masyarakat
Narwoko, J. D., & Suyanto, B. (2006). pada pasien positif covid-19. Jurnal
Sosiologi Teks Pengantar dan Gawat Darurat, 2(2), 95–100.
Terapan. Jakarta: Kencana.
Silalahi, B., Lestari, A. V., & Nila, S.
Nasrullah. (2014). Etika dan Hukum (2022). Stigma Masyarakat Terhadap
Keperawatan untuk Mahasiswa dan Gejala dan Faktor Penyebab
Praktisi Keperawatan. Jakarta: Trans Penderita Tuberklosis Serta Solusi
Info Media. Pencegahan Nya di Puskesmas
Pamatang Sidamanik Kabupaten
Notoatmodjo, S. (2012). Promosi kesehatan Simalungun. JOURNAL
dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: SCIENTIFIC OF MANDALIKA
Rineka cipta. (JSM) e-ISSN 2745-5955, 3(5), 357-
361.
Price, S.A., dan Wilson. (2014).
Patofisiologi Konsep Klinis Proses- Sugiyono. (2016). Metode Penelitian
Proses Penyakit. Jakarta : EGC Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung: PT Alfabet.
Rahman, A. (2013). Psikologi Sosial
Integrasi Pengetahuan Wahyu dan WHO, UNICEF, & IFRC. (2020). Stigma
Pengetahuan Empirik . Jakarta: PT Sosial Terkait dengan COVID-19.
Radja Grafindo Persada. Retrieved from https://www.who.int/
WHO. (2021). Tuberculosis. World Health
Organization.
https://www.who.int/news-room/fact
-sheets/detail/tuberculosis

Widoyono. (2022). Penyakit Tropis :


Epidemiologi, Penularan, Pencegahan, dan
Pemberantasannya. Jakarta: Erlangga.

Zainita, A. P., & Ekwantini, R. D. (2019).


Penerapan Batuk Efektif Dalam
Mengeluarkan Sekret Pada Pasien
Tuberkulosis Dalam Pemenuhan
Kebutuhan Oksigenasi di Keluarga.
Poltekkes Kemenkes: Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai