Anda di halaman 1dari 52

Asuhan Keperawatan Pada Pasien

Tuberculosis (TBC)
Rahmad Wahyudi
FENOMENA
Tuberkulosis (TB) masih menjadi pembunuh nomor satu di infeksi
penyebab kematian

Keterlambatan diagnostik dan pengobatan yang tidak memadai


berkontribusi pada tingkat keparahan dan kematian penyakit serta risiko
penularan dan perkembangan resistensi obat

Data Di Dunia lebih dari 4000 orang masih mati karena penyakit ini setiap
tahun. ¼ populasi dunia terkena TB laten, 10 juta TB aktif, lebih dari satu
juta meninggal tiap tahunnya.

Tingginya jumlah kasus multidrug-resistant (MDR)-TB

Global Tuberculosis Report, 2019. Geneva, World Health Organization, 2019. Available from
https://apps.who.int/ iris/bitstream/handle/10665/329368/9789241565714-eng.pdf?ua=1
Merk H, Kodmon C, van der Werf MJ. Will we reach the Sustainable Development Goals target for
tuberculosis in the European Union/European Economic Area by 2030? Euro Surveill 2019; 24
The Coronavirus Disease 2019 (COVID-19)
Pandemic and TB
• Clinical : Menyerang sistem pernafasan, Memiliki gejala serupa,
Covid-19 disebabkan virus, TB disebabkan bakteri, Tingkat
keparahan bisa bervariasi, 78% pasien covid bisa sembuh secara
spontan.
• Epidemiologi: TB telah lama menjadi penyebab utama kematian
karena penyakit menular, Pandemi COVID-19 kini telah menjadi
krisis kesehatan masyarakat, dan COVID-19 telah menyalip TB
sebagai penyakit menular yang membunuh sebagian besar
orang per hari
• High Risk-Group: Beberpa kelompok beresiko tinggi, secara
khusus laki-laki lebih banyak terjadi dengan usia > 60 tahun,
pasien dengan comorbid DM, HT, Jantung, PPOk, Ca Paru lebih
beresiko meninggal dengan covid-19

Zhou, F.; Yu, T.; Du, R.; Fan, G.; Liu, Y.; Liu, Z.; Xiang, J.; Wang, Y.; Song, B.; Gu, X.; et al. Clinical course and risk factors for mortality of adult inpatients
with COVID-19 in Wuhan, China: A retrospective cohort study. Lancet 2020, 395, 1054–1062
• Transmision : penularan untuk kedua penyakit ini melalui kontak
dekat dengan orang yang terinfeksi, inkubasi periode untuk
COVID-19 adalah sekitar 5 hari, Masa inkubasi untuk TB (dari
infeksi hingga TB aktif) berkisar dari beberapa bulan hingga dua
tahun, Untuk COVID-19, sumber infeksi dapat menjadi pasien
tanpa gejala dan asimptomatik, sedangkan untuk TB sumber
infeksi adalah pasien tanpa gejala dengan batuk produktif
• Prevention deteksi kasus dini; isolasi cepat yang dikonfirmasi
pasien; pelacakan kontak dan karantina semua kontak selama
masa inkubasi; jarak sosial; dan penahanan di seluruh
masyarakat, termasuk penutupan sekolah dan fasilitas umum,
kebersihan tangan melalui pencucian rutin dan penggunaan
sanitizer, dan mengenakan pelindung diri peralatan
Impact of COVID-19 on household
transmission of TB
• Terjadi transmisi rumah tangga. Tb. Kontak berkepanjangan di
tingkat rumah tangga adalah salah satu faktor risiko yang
meningkatkan penularan TB
• Penguncian 3 bulan karena COVID-19 akan menyebabkan tambahan
1,65 juta kasus TB dan 438.000 kematian TB di India selama 5 tahun
ke depan
• Di Brasil menunjukkan bahwa intensitas paparan rumah tangga
meningkatkan risiko infeksi dan penyakit TBC di antara anggota
rumah tangga
• Penelitian sebelumnya juga telah menunjukkan bahwa prevalensi TB
di antara anak-anak dalam kontak rumah tangga dengan pasien
dewasa lebih tinggi dari populasi umum
• Risiko infeksi rumah tangga meningkat secara signifikan dengan
kontak rumah tangga berkepanjangan dengan orang dewasa positif
daputum
Acuña-Villaorduña, C.; Jones-López, E.C.; Fregona, G.; Marques-Rodrigues, P.; Gaeddert, M.; Geadas, C.; Hadad, D.J.; White, L.F.; Molina, L.P.D.; Vinhas, S.; et al. Intensity
of exposure to pulmonary tuberculosis determines risk of tuberculosis infection and disease. Eur. Respir. J. 2018, 51, 1701578

Cilloni, L.; Fu, H.; Vesga, J.F.; Dowdy, D.; Pretorius, C.; Ahmedov, S.; Nair, S.A.; Mosneaga, A.; Masini, E.O.; Suvanand, S.; et al. The potential impact of the COVID-19
pandemic on tuberculosis: A modelling analysis. medRxiv 2020
Impact of COVID-19 on TB treatment and
diagnostic services
1. Pengalihan sumber daya (termasuk manusia dan keuangan) jauh dari
layanan rutin, untuk mengelola Pandemi
2. pelayanan kesehatan dan kepemimpinan politik, media dan masyarakat
yang berfokus pada pandemic manajemen dan respons dengan pengawasan
terbatas dan akuntabilitas program TB
3.kesehatanpersonel perawatan mengalami stres dan kecemasan, prediktor
utama kesalahan dan kualitas perawatan yang buruk;
4.tenaga kesehatan diwajibkan untuk melakukan karantina, atau menjadi sakit
atau meninggal, dan karenanya tidak tersedia untuk layanan rutin;
5. stigma dan ketakutan akan infeksi COVID-19 di layanan kesehatan fasilitas,
mencegah orang mengunjungi layanan TB.
Semua faktor ini akan berkontribusi pada keterlambatan diagnosis dan
dimulainya pengobatan. Karena TB paru yang tidak diobati adalah sumber
utama Infeksi TBC, diagnosis terlambat dan pengobatan TB dapat
meningkatkan risiko penularan, terutama transmisi rumah tangga TB karena
banyak orang saat ini berada di rumah. Diagnosis terlambat dan tidak pantas
pengobatan TB juga dapat meningkatkan risiko hasil pengobatan yang buruk
dan perkembangan obat-tahan
Impact of COVID-19 on late reactivation of
TB
• Dampak COVID-19 terhadap reaktivasi TB yang terlambat: Dampak COVID-19 terhadap status
kesehatan individu, termasuk pada fungsi sistem kekebalan tubuh risiko lebih tinggi terkena
penyakit TB aktif.
• Pneumonia dan gagal napas yang disebabkan oleh COVID-19 dapat menyebabkan kerusakan
jangka panjang pada sistem pernapasan, terutama paru-paru, yang dapat risiko TB
• Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa infeksi virus seperti HIV dan influenza
berperan dalam pengembangan penyakit TB aktif, baik secara langsung setelah terpapar TB atau
melalui reaktivasi infeksi TB laten
• pandemi COVID akan sangat merusak perekonomian global dan nasional. Krisis akan berdampak
tidak proporsional pada masyarakat miskin, melalui kehilangan pekerjaan, kehilangan
pengiriman uang, kenaikan harga, dan gangguan pada layanan seperti pendidikan dan
perawatan kesehatan
• Bank Dunia memperkirakan bahwa tingkat kemiskinan ekstrem global bisa naik 0,3 menjadi 0,7
poin persentase, menjadi sekitar 9 persen di 2020, dan sekitar 40 juta hingga 60 juta orang akan
jatuh ke dalam kemiskinan ekstrem pada tahun 2020 sebagai akibat dari Covid-19. Hal ini akan
berdampak jangka panjang pada beban TB
• karena kemiskinan secara luas diakui sebagai faktor risiko penting untuk terinfeksi dan
mengembangkan TB aktif
Situasi TB di Dunia

Secara global pada tahun 2016 terdapat 10,4 juta kasus insiden TBC (CI 8,8 juta – 12, juta)
yang setara dengan 120 kasus per 100.000 penduduk. Lima negara dengan insiden kasus
tertinggi yaitu India, Indonesia, China, Philipina, dan Pakistan
Negara-negara yang termasuk dalam daftar 30 negara-negara beban TBC tinggi
berdasarkan tingkat keparahan TBC

Indonesia punya masalah besar terkait TBC


420.994 kasus baru pada tahun
2017
Semakin bertambah usia, prevalensinya semakin tinggi. Kemungkinan terjadi
re-aktivasi TBC dan durasi paparan TBC lebih lama dibandingkan kelompok
umur di bawahnya.

Semakin rendah tingkat Pendidikan maka prevalensi semakin tinggi terpapar


TBC.
Kesakitan TBC menurut kuintil indeks kepemilikian menunjukkan tidak ada
perbedaan antara kelompok terbawah sampai dengan menengah atas.
Perbedaan hanya terjadi pada kelompok teratas. Hal ini berarti risiko TBC
dapat terjadi pada hampir semua tingkatan sosial ekonomi.
• Penyakit Infeksi menular disebabkan oleh
bakteri Mycobacterium tuberculosis paling
sering menyerang paru-paru bisa juga
menyerang organ lain apabila bakteri TB
ikut dengan aliran darah
Etiogi

 Mycobacterium tuberculosis dengan sifat


 Bakteri Basil tahan asam (karena punya
dinding sel lipoid)
 Bersifat dormant
 Panjang 1-10 mikron, L : 0,2-0,6 mikoron
 Basil TB sangat rentan terhadap sinar
matahari dan sinar UV
 Perlu 12 – 24 jam untuk mitosis perlu
pemberian obat secara intermitten (2-3
hari sekali)
 Basil TB juga akan terbunuh dalam
beberapa menit bila terkena alcohol 70%
atau lisol 5%
Sumber : Widodo, W., Irianto, A., & Pramono, H. (2017). Karakteristik
Morfologi Mycobacterium tuberculosis yang Terpapar Obat Anti TB Isoniazid
(INH) secara Morfologi. Majalah Ilmiah Biologi BIOSFERA: A Scientific
Journal, 33(3), 109-115.
Faktor Resiko bisa terkena TB ?

 Hasil penelitian menemukan kejadian TB Paru sebagian besar (70%) terjadi pada
golongan umur produktif.
 Menurut jenis kelamin, kejadian TB Paru sebagian besar (66%) terjadi pada laki-laki.
 Keberadaan interaksi antara variabel merokok dengan kepadatan penghuni rumah
menunjukkan bahwa efek rokok terhadap kejadian TB
 Rumah-rumah di kawasan yang padat penghuni merupakan media yang baik bagi
perkembangan bibit penyakit termasuk kuman TB
Patofisiologi
Patofisiologi
Mycobacterium
tuberculosis

Respon Jaringan parut


Batuk Mengandung
membentuk lesi basilus
Droplet Air bone
Masuk ke dalam (Ghon)
trakeobronkial
Mencair Terhirup dan melewati
mekanisme perthanan. Reaktivasi
paru Degenarasi jika imun
Kaseasi yg berisi basil nekrotik
tuberkel paru
INFEKSI Skunder
INFEKSI
Pentingnya pengkajian
periodik status kesehatan
penderita TB
• Kuman TB yang masuk ke saluran nafas difagositosis oleh makrofag
• Sel T efektor terangsang untuk memproduksi kemokin yang menyebabkan kaskade sitokin dan menarik
makrofag lain serta sel T menuju tempat infeksi.
• Terbentuk eksudasi plasma dan bekuan fibrin respon ini memperburuk kerusakan jaringan dengan
meningkatnya efek patologis
• pembentukan granuloma kaseosa, pengkejuan jaringan, kavitas lainnya
• TB paru akan merusak parenkim paru ventilasi dan pertukaran gas berkurang sehingga terjadi penurunan
keseluruhan dalam status fungsional paru
Upaya Pengendalian dan Pencegahan TB

• Membudayakan PHBS
• Membudayakan Prilaku Etika
Batuk
• Melakukan pemeliharaan
lingkungan perumahan
sesuai standart rumah sehat
• Peningkatan daya tahan
tubuh
• Penanganan penyakit
penyerta TBC
• Pemanfaatan Faskes
Cara menegakkan sakit TB
Kuman Mikobakteruim tuberculosis sebagian besar terdiri atas asam lemak (lipid), kemudian
peptidoglikan dan arabinomanan. Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan asam (asam alhohol)
sehingga disebut bakteri tahan asam (BTA)

Anamnesa PEMFIS
adakah kontak dengan Tanda dan gejala
penderita tuberkulosis paru tuberculosis paru didapatkan
di lingkungan keluarga, atau pada 90% penderita dengan
tetangga dekat BTA positif

Dilakukan
Pemeriksaan

Bacteriologi RADIOLOGI
Pemeriksaan terpenting Dilakukan pada px
dengan pengcatan Ziehl suspek belum pernah di
Nelsen untuk penemuan obati dan hasil dahak
kasus dan evaluasi negatif
Cara pemeriksaan Dahak
Sewaktu

Dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang berkunjung pertama


kali. Pada saat pulang, suspek membawa sebuah pot dahak untuk
mengumpulkan dahak pagi pada hari kedua.

Pagi

Dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua, segera setelah


bangun tidur. Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di UPK..

Sewaktu

Dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua, saat menyerahkan dahak


pagi.

3 spesimen dahak yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang berurutan . penemuan BTA
melalui pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan diagnosis utama . Pemeriksaan lain seperti
foto toraks, biakan dan uji kepekaan dapat digunakan sebagai penunjang diagnosis sepanjang
sesuai dengan indikasinya. Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemeriksaan
foto toraks saja
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Penunjang
Bagaimana Pengobatan Pasien TB

PRINSIP PENGOBATAN

TB aktif biasanya dimulai dengan


setidaknya 4 atau 5 obat
Tidak boleh monoterapi
Harus tuntas minum obat
didepan PMO pastikan di telan
Diberikan dalam dosis yang tepat
sesuai advice dokter berdasarkan
pemeriksaan
Lama pengobatan relative lama
(6-8 bulan) di bagi 2 tahap
Prinsip Pengobatn TB

• Pengobatan diberikan dalam panduan OAT yg tepat


minimal mengandung 4 macam obat untuk
mencegah resistensi
• Diberikan dalam dosis yang tepat
• Ditelan secara teratur dan diawasi langsung PMO
sampai pasti masuk
• Pengobatan dibagi dalam waktu yg cukup yaitu fase
intensif dan fase lanjutan
Tahap Pengobatan TB

• Tahap awal (fase intensif): Minum obat setiap hari


secara teratur selama 2 bulan bertujuan
menurunkan jumlah kuman dan yg sudah resisten
sejak inkubasi
• Tahap ke dua (fase lanjutan) : Minum obat 3x
seminggu. Tahap yang paling penting untuk
membunuh sisa kuman yg ada dalam tubuh
khususnya persister sehingga pasien dapat sembuh
dan mencegah kekambuhan
Sediaan Obat TBC

Obat diminum tiap hari Obat diminum 3x minggu


• Panduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam
bentuk paket berupa obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT)

*) Jika seorang pasien dalam pengobatan OAT mulai mengeluh gatal-gatal,


singkirkan dulu kemungkinan penyebab lain. Berikan dulu anti-histamin, sambil
meneruskan OAT dengan pengawasan ketat. Gatal-gatal tersebut pada sebagian
pasien hilang, namun pada sebagian pasien malahan terjadi suatu kemerahan
kulit. Bila keadaan seperti ini, hentikan semua OAT. Tunggu sampai kemerahan
kulit hilang. Jika gejala efek samping ini bertambah berat, pasien perlu dirujuk.
Sumber: WHO (2008)binasi dosis tetap (OAT-KDT
Diet pada pasien TBC
• Karbohidrat salah satu nutrien utama bagi manusia. Pada penderita TB paru
karbohidrat berfungsi melindungi jaringan sel dari kerusakan, mengatur
keseimbangan asam dan basa tubuh serta mencegah timbulnya ketosis.
• Diet pasien TB paru harus cukup mengandung protein nasi dan sayur saja tidak
cukup, perlu lauk-pauk seperti ikan, daging, telur dan susu. Akibat kuman
tuberkulosis, paru-paru menjadi keropos dan terjadi proses pengapuran
(kalsifikasi).
• Peranan protein pada pengobatan TB Paru selain memenuhi kebutuhan gizi,
meningkatkan regenerasi jaringan yang rusak juga mempercepat sterilisasi dari
kuman TB Paru
• Keadaan malnutrisi atau kekurangan zat gizi makro dan mikro akan mempengaruhi
daya tahan tubuh seseorang sehingga rentan terhadap infeksi tuberculosis
• Ada hubungan antara asupan protein energi dan kepatuhan obat dengan status
gizi pasien TB paru.
Sumber : Sulistyowati, S., Yuniarti, Y., & Sulistyowati, E. (2016). Hubungan Asupan Energi Protein dan
Kepatuhan Minum Obat dengan Status Gizi Pasien TB Paru di Klinik DOTS RSUD. Dr. R. Soeprapto Cepu.
JURNAL RISET GIZI, 4(2), 66-71.
Riwayat Pengobatan TB

• Baru, adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah
menelan OAT kurang dari satu bulan (empat minggu).
• Kambuh (Relaps), adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah
mendapat pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau
pengobatan lengkap, didiagnosis kembali dengan BTA positif (apusan atau
kultur).
• Pengobatan setelah putus berobat (Default), adalah pasien yang telah berobat
dan putus berobat dua bulan atau lebih dengan BTA positif.
• Gagal (Failure), adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif
atau kembali menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan.
• Pindahan (Transfer In), adalah pasien yang dipindahkan dari UPK yang memiliki
register TB lain untuk melanjutkan pengobatannya.
• Lain-lain, adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan di atas. Dalam
kelompok ini termasuk kasus kronik, yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan
masih BTA positif setelah selesai pengobatan ulangan.
Asuhan
Keperawatan
Dengan Kasus TBC
Pengkajian
 Identitas Pasien  RPD
 Keluhan Utama :  Sebelumnya pernah menderita TBC ?
1. Keluhan respiratoris :  Pernah Batuk lama ?
 Batuk  Adakah penyakit yg memperberat ?
 Hemoptosis  RPK :
 Dipsnea  Adakah keluarga yg menderita TBC?
 Nyeri dada  Alergi :
2. Keluhan Sitemis :  Obat
 Febris  Makanan
 Anoreksia, Malaiase, Keringat malam,  Lingkungan
Penurunan Berat Badan  Pengkajian Psiko-Sosio-Spiritual
 RPS :  Status emosi,Kognitif, Prilaku Klien
 Awal mula munculnya keluhan ?  Ancietas
 Bisa menggunakan format PQRST  Kondisi Pemukiman ?
 Karakteristik sputum ?  Status ekonomi?
 Kemampuan mengeluarkan sputum?  Kemampuan mengeluarkan sputum
Pengkajian
Keadaan umum : Tingkat Kesadaran GCS, secara kuantitatif dan kualitatif
Vital Sign : TD, HR, RR, S : Biasanya terjadi Takikardi, Tachypnea, Hipertermi

 Pemeriksaan Fisik : Dilakukan untuk


mengetahui Normal dan Abnormal
 Inspeksi : Amati Bentuk dada, Irama nafas,
Pola Nafas, Frekuensi Nafas, Pernafasan
cuping hidung dan adanya deformitas dada,
produksi sputum, penggunaan alat bantu
nafas dan posisi
 Palpasi : Palpasi trakea dan taktil fremitus
 Perkusi : Jika pasien sehat atau non TB
didpatkan sonor /resonan
 Auskutasi : Biasanya terdapat suara
tambahan seperti ronchi,whezing
Diagnosis Keperawatan TB

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif (SDKI, Hal: 18, Kode


D.0001)
2. Gangguan pertukaran gas (SDKI, Hal: 22, Kode D.0003)
3. Defisit nutrisi (SDKI, Hal: 56, Kode D.0019)
4. Ansietas (SDKI, Hal: 182, Kode D.0080)
5. Nyeri akut (SDKI, Hal: 72, Kode D.0077)
Nyeri kronis (SDKI, Hal: 75, Kode D.0078)
6. Ketidakpatuhan (SDKI, Hal: 252, Kode D.0114)
7. Defisit pengetahuan (SDKI, Hal: 246, Kode D.111)
8. Ketidakmampuan koping keluarga (SDKI, Hal: 204, Kode
D.0093)
SD
KI

Nomor Kode

Label/Masalah

Definisi

Peyebab

Tanda dan Gejala

Bersihan jalan napas tidak efektif


b.d. spasme jalan napas d.d. batuk
tidak efektif, sputum berlebih,
mengi, dispnea, dan gelisah
SDKI

Contoh penulisan diagnosis aktual:

Bersihan jalan napas tidak efektif b.d. spasme jalan


napas d.d. batuk tidak efektif, sputum berlebih, dan
gelisah.

Keterangan:

Problem (P) :
Etiology (E) :
Sign & Symptom (S) :
ANALISA DATA

No Data (DS/DO) Masalah Etiologi

1 DS : Px mengatakan Batuk Bersihan Jalan Benda asing jalan


DO : nafas tidak nafas, Hipersekresi
•Batuk in efektif efektif (SDKI, jalan nafas, proses
•Dipsnea (+) Hal: 18, Kode infeksi
• Tachypnea (+) D.0001)
• RR : 29 x/menit
•Sputum berlebih
• Warna secret
• Irama nafas ireguler (……..)
• Suara nafas ronchi (+)
•Lab BTA (+,+,+)
RENCANA TINDAKAN
Diagnosa : Bersihan jalan nafas tidak efektif (D. 0001) b.d Benda asing jalan nafas, hipersekresi,
proses infeksi d.d Batuk in efektif, frekuensi nafas berubah, sputum berlebih (SDKI Hal 18)
Tanggal Tujuan dan Kriteria Hasil (SLKI) Rencana Tindakan (SIKI)

Sabtu 21-9-2019 Setelah dilakukan intervensi selama… 1. Latihan batuk efektif (SIKI 2018, Hal 142 )
x…jam maka bersihan jalan nafas a. Identifikasi kemampuan batuk (O)
(L.010001) meningkat dengan kriteria b. Monitor adanya retensi sputum (O)
hasil : c. Atur posisi semi fowler (T)
•Batuk efektif meningkat d. Anjurkan untuk latihan nafas dalam dan batuk
•Produksi sputum menurun efektif (E)
•Frekuensi nafas membaik e. Kolaborasi pemberian mukolitik atau
SLKI Hal : 18 ekspektoran ( C)
2. Manajemen jalan nafas (SIKI 2018, Hal 186-187 )
a. Monitor pola nafas (O)
b. Monitor bunyi nafas (O)
c. Lakukan fisioterapi dada (T)
3. Pemantauan Respirasi (SIKI 2018, Hal 247 )
a. Monitor frekuensi ,irama dan kedalaman nafas
(O)
b. Dokumentasi hasil pemantauan (T)
SLK
I

▪▪SLKI (Standar
SSLKLKIILuaran
((SSttanandadarr
Keperawatan Indonesia)
LuarLuaranan
adalah kumpulan
KKepereperaawwaattanan
luaran/tujuan
IIndndoonesia)nesia)
keperawatan yang disusun
adadalahalah
oleh PPNI dengan
kkumpumpulanulan
mengacu pada taksonomi
lluauarranan//tutujjuauann
ICNP atau International
kkepereperaawwaattanan
Classification for Nursing
yyanangg
Practicedisudisususunn
(SLKI, 2018; hal.8-
oolleheh
9) PPPPNINI
dendengganan
 Terdapat 5 katagori,
mengmengacuacu papadada
14
ttakaksosononomimi
sub katagori dan 137
IICNPCNP aattauau
luaran (SLKI, 2018; hal. 14-
IInntternaernationtionalal
150)
ClClassassiiffiiccatatiionon
SLK
I

Penulisan (manual) luaran keperawatan:

Setelah dilakukan intervensi selama (waktu) jam,


maka (luaran dan ekspektasi), dengan kriteria hasil:
(kriteria hasil dan skala).
Label Diagnosis

Label Luaran
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Diagnosa Masalah Tanggal/ Tindakan Paraf
Keperawatan Pukul
Bersihan jalan nafas 21 sept 2019 1. Latihan batuk efektif (SIKI 2018, Hal 142 ) Dedek
tidak efektif (D. 0001) Untuk jam a. Identifikasi kemampuan batuk (O)
b.d Benda asing jalan tindakan b. Monitor adanya retensi sputum (O)
nafas, hipersekresi, disesuaikan c. Atur posisi semi fowler (T)
proses infeksi d.d Batuk kapan d. Anjurkan untuk latihan nafas dalam dan
in efektif, frekuensi tindakan itu batuk efektif (E)
nafas berubah, sputum dilakukan e. Kolaborasi pemberian mukolitik atau
berlebih (SDKI Hal 18) ekspektoran ( C)
2. Manajemen jalan nafas (SIKI 2018, Hal 186-
187 )
a. Monitor pola nafas (O)
b. Monitor bunyi nafas (O)
c. Lakukan fisioterapi dada (T)
3. Pemantauan Respirasi (SIKI 2018, Hal 247 )
a. Monitor frekuensi ,irama dan kedalaman
nafas (O)
b. Dokumentasi hasil pemantauan (T)
SIK
I
▪ SIKI (Standar Intervensi
Keperawatan
Keperawatan Indonesia)
Indonesia)
adalah
adalah
kumpulan
kumpulan lntervensi
keperawatan
lntervensi keperawatan
yang disusun
olehyang
PPNI disusun
denganoleh
mengacu
PPNI
padadengan
taksonomi
mengacu
ICNPpada
atau
International
taksonomiClassification
ICNP atau
for International
Nursing Practice
Classification
(SIKI,
2018;
for hal.8-9)
Nursing Practice (SIKI,
2018; hal.8-9)
▪ Terdapat 5 katagori, 14
subTerdapat
katagori5dan 590 14
katagori,
intervensi keperawatan
sub katagori dan 590 (SIKI,
2018; hal.16-449)
intervensi keperawatan
(SIKI, 2018; hal.16-449)
TAUTAN SDKI & SIKI

Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif

Intervensi Utama
Latihan Batuk Efektif Manajemen Jalan Pemantauan Respirasi
Nafas
Intervensi Pendukung
Dukungan Kepatuhan Program Pengobatan Pemberian Obat Interpleura
Edukasi Fisioterapi Dada Pemberian Obat Intradermal
Edukasi Pengukuran Respirasi Pemberian Obat Nasal
… …
SIK
I

142
SIKI
Contoh penulisan intervensi
keperawatan:
1. a. Identifikasi
Latihan batukkemampuan
efektif batuk
b. Monitor adanya retensi
Atur posisi
sputum c. semi
d. Anjurkan
fowler tarik nafas dalam melalui hidung selama 4 detik, ditahan selama 2
detik, kemudian keluarkan dari mulut dengan bibir mencucu
(dibulatkan)
selama 8 detik
2. e. Kolaborasi
Manajemen pemberian mukolitik atau ekspektoran
jalan nafas
a. Monitor pola nafas
b. Monitor bunyi nafas
c. Lakukan fisioterapi dada
d. Anjurkan asupan cairan 2000ml/hari
3. Pemantauan
a.
respirasi
Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya nafas
b. Dokumentasikan hasil pemantauan
Intervensi (Bab LIma): Tindakan (Bab emPAT):
EVALUASI KEPERAWATAN

Masalah Keperawatan Tanggal / Catatan Perkembangan Paraf


Pukul
Bersihan jalan nafas 21 sept S : Pasien masih mengeluh Batuk dan keringat Dedek
tidak efektif (D. 0001) 2019 malam
b.d Benda asing jalan 14.00
nafas, hipersekresi, O: terdapat Batuk, terdapat Dahak warna hijau
proses infeksi d.d Batuk purulen, BTA positif +++, terpasang O2 nasal 3 lpm,
in efektif, frekuensi posisi semi fowlwer, RR 34 x/menit
nafas berubah, sputum
berlebih (SDKI Hal 18) A: Masalah Batuk (bersihan jalan nafas inefektif
teratasi sebagaian )

P : Rencana Tindakan 1234 dilanjutkan


Thank You!

Anda mungkin juga menyukai