Anda di halaman 1dari 4

Bahaya/Dampak TB, Gejala, Penularan

http://repository.um-surabaya.ac.id/4700/2/BAB_1.pdf

 Banyak data yang menunjukkan bahwa tuberkulosis paru yang diobati tidak maksimal dapat
berdampak terjadinya obstruksi saluran pernapasan dan mengalami kesusahan dalam bernapas
 Penelitian lain meyampaikan bahwa kondisi orang yang sakit tuberkulosis akan berdampak
buruk pada pada kesejahteraan psikologis, ekonomi, dan sosial pasien, atas dasar tersebut perlu
dilakukan penilaian kualitas hidup pasien tuberculosis
 Angka mortalitas dan morbiditas akibat tuberkulosis masih banyak, dilaporkan pada tahun 2017
insiden kejadian tuberkulosis sekitar 10 juta kasus dan diperkirakan 1,6 juta kematian akibat
tuberculosis
 Lima negara dengan insiden kasus tertinggi yaitu India, Indonesia, China, Philipina, dan Pakistan
(WHO, 2019). Data berdasarkan usia diperkirakan sebanyak 57% kasus paling banyak terinfeksi
TB paru yaitu pria yang berusia lebih dari 15 tahun, wanita 32% dan anak-anak yang berusia
kurang dari 15 tahun dengan persentase sebanyak 11%.
 Suspek tuberkulosis adalah seseorang yang bergejala tuberkulosis, gejala tuberkulosis yang
dimaksud adalah gejala umum tuberkulosis paru seperti batuk lebih dari 2 minggu disertai
adanya sesak napas, nyeri dada dan hemoptasis (Bahar and Amin, 2015). Gejala tidak umum
yang mengarah pada suspek tuberkulosis yaitu adanya keluhan tidak nafsu makan, berat badan
menurun dan sering berkeringat saat malam hari (Bahar and Amin, 2015).
 Penularan penyakit tuberkulosis dapat melalui partikel di udara berupa droplet nuceli yang
terhirup ketika bersin atau batuk dan masuk ke organ manusia terutama paru-paru
menyebabkan destruksi struktur paru sehingga menimbulkan gangguan pada fungsional paru
(CDC, 2013; Ramkumar et al., 2017; Pariyana et al., 2018)
 Gambaran klinis pada pasien tuberkulosis paru yaitu (Lichtenstein, 2010; Zumla et al., 2013; Atif
et al., 2014; WHO, 2018):
o Gejala pernapasan, yaitu dengan ditandai keluhan batuk berdahak selama 2 minggu
atau lebih, sesak napas, nyeri dada dan batuk darah
o Gejala sistemik, yaitu dengan ditandai demam tidak terlalu tinggi, keringat pada malah
hari, nafsu makan turun, berat badan turun dan merasa lelah.
 TB paru berdampak pada perubahan dalam beberapa aspek kualitas hidup yaitu aspek fisik,
psikologis atau mental, sosial dan lingkungan. Dampak dari lamanya pengobatan memiliki
hubungan penting terhadap persepsi pasien terhadap penyakit yang diderita. Secara fisik cukup
jelas, ditandai dengan adanya gejala klinis. Dampak pada aspek mental atau psikis yaitu pasien
merasa takut, sedih dan merasa tidak dapat sembuh, selain itu persepsi negatif dari lingkungan
terhadap dirinya dapat memperburuk kualitas hidup seorang pasien tuberkulosis. Aspek sosial
dan lingkungan juga mengalami perubahan karena sebab akibat adanya dampak dari
tuberkulosis ditambah dengan adanya perubahan aspek fisik dan psikis yang bisa membatasi
aktifitas sosial kemasyarakatan penderita. Salah satu hal yang membuat pasien membatasi
kegiatan sosial selain untuk penyembuhan adalah takut beresiko menularkan penyakit ke
lingkungannya, sehingga kebanyakan pasien mengalami stress yang berlebih akibat itu. Pasien
cenderung merubah sikap terhadap lingkungan akibat adanya penolakan dan merasa
terkucilkan. Dengan adanya stigmatisasi lingkungan terhadap seseorang terdiagnosis
tuberkulosis dapat menurunkan nilai kualitas hidup dalam aspek mental.


 Beberapa penelitian  kualitas hidup pada pasien tuberkulosis memiliki kualitas buruk atau
rendah daripada manusia sehat, aspek yang sangat terpengaruh adalah aspek fisik sementara
aspek psikis memiliki nilai tinggi dalam memengaruhi kualitas hidup tentang kesehatan seorang
pasien.

http://ojs.elearning-pintar.com/index.php/jebsis/article/download/21/18

 Negara berpenghasilan menengah ke bawah memiliki risiko kasus TB yang lebih tinggi daripada
negara berpenghasilan tinggi
 Kasus TB merupakan kasus yang cukup serius karena penyakit TB membutuhkan biaya yang
tidak sedikit dan perawatan penyembuhan yang cukup lama.
 Delapan negara yang menyumbang dua pertiga dari total kasus TB global diantaranya India
(27%), Cina (9%), Indonesia (8%), Filipina (6%), Pakistan (6%), Nigeria (4%), Bangladesh ( 4%) dan
Afrika Selatan (3%) (WHO, 2019).
 Pengeluaran pemerintah terhadap kesehatan di Nigeria berpengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi. Hal ini dikarenakan anggaran kesehatan yang cukup dapat memberikan
kesehatan yang berkualitas sehingga mampu mendorong pertumbuhan ekonomi. Jika
pemerintah mampu meningkatkan anggaran kesehatan, akan berdampak pada meningkatnya
kualitas sumber daya manusia dimana tingkat kesehatan masyarakat menjadi lebih sehat. Hal ini
dapat dicapai ketika masyarakat dapat mengakses fasilitas kesehatan dengan mudah.

https://media.neliti.com/media/publications/322411-faktor-faktor-yang-berhubungan-
dengan-ku-de3ceb62.pdf
 Semakin baik kualitas hidup seorang penderita TB, maka akan semakin baik pula kesehatan yang
akan diterima oleh penderita TB.
 Depresi dapat dihindari apabila penderita TB mendapat dukungan dan selalu optimis akan
kesehatan dalam menjalani pengobatan yang bagitu lama.
 Dukungan keluarga dapat menurunkan kecemasan dan menghindari rasa putus asa, serta
mengurangi rasa takut dari orang sekitar yang mengucilkan penderita TB. Jadi pentingnya
dukungan keluarga untuk kesembuhan pasien TB karena dengan adanya dukungan dari keluarga
akan meningkatkan kualitas hidup pasien TB, sehingga dengan menigkatnya kualitas hidup
pasien TB akan berdampak terhadap kesehatan yang akan diterima oleh penderita TB.

http://e-journal.sari-mutiara.ac.id/index.php/JAM/article/view/2215/1520

 Indonesia saat ini berada pada ranking kelima negara dengan beban TB tertinggi didunia.
 Penyakit Tuberkulosis mempunyai pengaruh terhadap kesehatan tubuh manusia
o 1. Aktifitas terganggu
o 2. Badan terasa lemah
o 3. Kehilangan napsu makan
o 4. Berat badan menurun
o 5. Batuk terus menerus sehingga sulit melakukan relasi dengan orang lain
o 6. Dihindari oleh banyak orang
 Kuman atau bakteri ini menyebar di udara melalui percikan ludah penderita, misalnya saat
berbicara, batuk, atau bersin. Meski demikian, penularan TBC membutuhkan kontak yang cukup
dekat dan cukup lama dengan penderita, tidak semudah penyebaran flu. Makin lama seseorang
berinteraksi dengan penderita TBC, semakin tinggi risiko untuk tertular. Misalnya, anggota
keluarga yang tinggal serumah dengan penderita TBC.
 Pada penderita TBC yang tidak menimbulkan gejala (TBC laten), kuman TBC tetap tinggal di
dalam tubuhnya. Kuman TBC dapat berkembang menjadi aktif jika daya tahan tubuh orang
tersebut melemah, seperti pada penderita AIDS. Namun, TBC laten ini tidak menular. S
 Kelompok rentan TB
o 1. Orang yang tinggal di pemukiman padat dan kumuh.
o 2. Petugas medis yang sering berhubungan dengan penderita TBC.
o 3. Lansia dan anak-anak.
o 4. Pengguna Napza
o 5. Orang yang kecanduan alkohol.
o 6. Perokok.
o 7. Penderita penyakit ginjal stadium lanjut.
o 8. Orang dengan kekebalan tubuh yang lemah, misalnya penderita AIDS, diabetes,
kanker, serta orang yang kekurangan gizi.

Anda mungkin juga menyukai