Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH EPIDEMIOLOGI

PENYAKIT TUBERCULOSIS (TBC)

DISUSUN OLEH KELOMPOK 4:

ULI SHALATIYA 20190306108

DIVA AULIA PRATAMI 20190306041

NURAENI 20190306026

ROI SEHALWAN 20190306030

FEBRIAN AWI PASA 20190306085

DANIEL SEPTIAN 20190306039


1.deskripsi singkat penyakit

Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC)


adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis.
Penyakit ini paling sering menyerang paru-paru walaupun pada sepertiga kasus
menyerang organ tubuh lain dan ditularkan orang ke orang. Ini juga salah satu
penyakit tertua yang diketahui menyerang manusia. Jika diterapi dengan benar
tuberkulosis yang disebabkan oleh kompleks Mycobacterium tuberculosis, yang peka
terhadap obat, praktis dapat disembuhkan. Tanpa terapi tuberkulosa akan
mengakibatkan kematian dalam lima tahun pertama pada lebih dari setengah kasus.
Pada tahun 1992 WHO telah mencanangkan tuberkulosis sebagai Global Emergency.
Laporan WHO tahun 2004 menyatakan bahwa terdapat 8,8 juta kasus baru
tuberkulosis pada tahun 2002, sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi kuman
tuberkulosis dan menurut regional WHO jumlah terbesar kasus ini terjadi di Asia
Tenggara yaitu 33% dari seluruh kasus di dunia. Indonesia berada dalam peringkat
ketiga terburuk di dunia untuk jumlah penderita TB. Setiap tahun muncul 500 ribu
kasus baru dan lebih dari 140 ribu lainnya meninggal. Seratus tahun yang lalu, satu
dari lima kematian di Amerika Serikat disebabkan oleh tuberkulosis. Tuberkulosis
masih merupakan penyakit infeksi saluran napas yang tersering di Indonesia.
Keterlambatan dalam menegakkan diagnosa dan ketidakpatuhan dalam menjalani
pengobatan mempunyai dampak yang besar karena pasien Tuberkulosis akan
menularkan penyakitnya pada lingkungan,sehingga jumlah penderita semakin
bertambah. Pengobatan Tuberkulosis berlangsung cukup lama yaitu setidaknya 6
bulan pengobatan dan selanjutnya dievaluasi oleh dokter apakah perlu dilanjutkan
atau berhenti, karena pengobatan yang cukup lama seringkali membuat pasien putus
berobat atau menjalankan pengobatan secara tidak teratur, kedua hal ini ini fatal.

2. Penyabab penyakit

1. Host (pejamu)

host : manusia.semua umur dapat tertular TB paru

kelompok resiko tertinggi : kelompok usia produktif, penderita HIV, perilaku merokok,dan
penderita penyakit yang merusak sistem kekebalan tubuh.

2. Agent

Mycobacterium tuberculosis,bakteri yang berbentuk batang, tidak berspora dan tidak


berkapsul. Bakteri ini berukuran lebar 0,3 – 0,6 μm dan panjang 1 – 4 μm. Dinding
Mycobacterium tuberculosis sangat kompleks, terdiri dari lapisan lemak cukup tinggi (60%).

3. environment
kondisi lingkungan rumah seperti ada tidaknya sinar ultraviolet ventilasi yang buruk,
kelembaban, suhu rumah, dan kepadatan penghuni rumah.

4. Roda penyakit

Mycobacterium tuberculosis sebagai agen penyebab penyakit TBC merupakan kuman yang
bersarang di dalam droplet/percikan liur seseorang. Sehingga, penularan penyakit TBC ini
sangat mudah melalui percikan liur seseorang ketika seseorang berbicara atau berhadapan
muka dengan penderita. Orang yang tinggal serumah dengan penderita aktif TBC memiliki
risiko yang sangat besar untuk tekena penyakit TBC. Petugas kesehatan dari puskesmas atau
dinas kesehatan setempat biasanya akan melakukan uji surveillance pada sekitar lingkungan
rumah penderita untuk mengetahui apakah ada kemungkinan penderita lain yang terkena
TBC. Jika kamu merasa tinggal serumah dengan penderita aktif TBC, kamu bisa
memeriksakan diri ke pelayanan untuk dilakukan screening apakah telah terinfeksi M.
Tuberculosis atau tidak.

INTERAKSI HOST, AGENT DAN LINGKUNGAN

Dewasa ini wawasan mengenai diagnosis, gejala, pengobatan dan pencegahan TBC sebagai
suatu penyakit infeksi menular terus berkembang. Sejalan dengan itu, maka perlu dipelajari
faktor-faktor penentu yang saling berinteraksi sesuai dengan tahapan perjalanan alamiah.

1. Periode Prepatogenesis

a. ) Faktor Agent (Mycobacterium tuberculosis)

Karakteristik alami dari agen TBC hampir bersifat resisten terhadap disifektan kimia atau
antibiotika dan mampu bertahan hidup pada dahak yang kering untuk jangka waktu yang
lama.

Pada Host, daya infeksi dan kemampuan tinggal sementara Mycobacterium Tuberculosis
sangat tinggi. Patogenesis hampir rendah dan daya virulensinya tergantung dosis infeksi dan
kondisi Host. Sifat resistensinya merupakan problem serius yang sering muncul setelah
penggunaan kemoterapi moderen, sehingga menyebabkan keharusan mengembangkan obat
baru.

Umumnya sumber infeksinya berasal dari manusia dan ternak (susu) yang terinfeksi. Untuk
transmisinya bisa melalui kontak langsung dan tidak langsung, serta transmisi kongenital
yang jarang terjadi.

b.) Faktor Lingkungan


Distribusi geografis TBC mencakup seluruh dunia dengan variasi kejadian yang besar dan
prevalensi menurut tingkat perkembangannya. Penularannya pun berpola sekuler tanpa
dipengaruhi musim dan letak geografis.

Keadaan sosial-ekonomi merupakan hal penting pada kasus TBC. Pembelajaran sosiobiologis
menyebutkan adanya korelasi positif antara TBC dengan kelas sosial yang mencakup
pendapatan, perumahan, pelayanan kesehatan, lapangan pekerjaan dan tekanan ekonomi.
Terdapat pula aspek dinamis berupa kemajuan industrialisasi dan urbanisasi komunitas
perdesaan. Selain itu, gaji rendah, eksploitasi tenaga fisik, penggangguran dan tidak adanya
pengalaman sebelumnya tentang TBC dapat juga menjadi pertimbangan pencetus
peningkatan epidemi penyakit ini.

Pada lingkungan biologis dapat berwujud kontak langsung dan berulang-ulang dengan hewan
ternak yang terinfeksi adalah berbahaya.

c. ) Faktor Host

Umur merupakan faktor terpenting dari Host pada TBC. Terdapat 3 puncak kejadian dan
kematian ; (1) paling rendah pada awal anak (bayi) dengan orang tua penderita, (2) paling
luas pada masa remaja dan dewasa muda sesuai dengan pertumbuhan, perkembangan fisik-
mental dan momen kehamilan pada wanita, (3) puncak sedang pada usia lanjut. Dalam
perkembangannya, infeksi pertama semakin tertunda, walau tetap tidak berlaku pada
golongan dewasa, terutama pria dikarenakan penumpukan grup sampel usia ini atau tidak
terlindung dari resiko infeksi.

Pria lebih umum terkena, kecuali pada wanita dewasa muda yang diakibatkan tekanan
psikologis dan kehamilan yang menurunkan resistensi. Penduduk pribumi memiliki laju lebih
tinggi daripada populasi yang mengenal TBC sejak lama, yang disebabkan rendahnya kondisi
sosioekonomi. Aspek keturunan dan distribusi secara familial sulit terinterprestasikan dalam
TBC, tetapi mungkin mengacu pada kondisi keluarga secara umum dan sugesti tentang
pewarisan sifat resesif dalam keluarga. Kebiasaan sosial dan pribadi turut memainkan
peranan dalam infeksi TBC, sejak timbulnya ketidakpedulian dan kelalaian. Status gizi,
kondisi kesehatan secara umum, tekanan fisik-mental dan tingkah laku sebagai mekanisme
pertahanan umum juga berkepentingan besar. Imunitas spesifik dengan pengobatan infeksi
primer memberikan beberapa resistensi, namun sulit untuk dievaluasi.

2. Periode Pathogenesis (Interaksi Host-Agent)

Interaksi terutama terjadi akibat masuknya Agent ke dalam saluran respirasi dan pencernaan
Host. Contohnya Mycobacterium melewati barrier plasenta, kemudian berdormansi
sepanjang hidup individu, sehingga tidak selalu berarti penyakit klinis. Infeksi berikut
seluruhnya bergantung pada pengaruh interaksi dari Agent, Host dan Lingkungan.
3. RIWAYAT ALAMIAH PENYAKIT

1. TAHAP PREPATOGENESIS Pada tahap ini individu berada dalam keadaannormal/ sehat
tetapi mereka pada dasarnya peka terhadap kemungkinan terganggu oleh serangan agen
penyakit (stage of susceptibility). Walaupun demikian pada tahap ini sebenarnya telah terjadi
interaksi antara penjamu dengan bibit penyakit. Tetapi interaksi ini masih terjadi di luar
tubuh, dalam arti bibit penyakit masih ada di luar tubuh penjamu di mana para kuman
mengembangkan potensi infektifitas, siap menyerang penjamu.

2. TAHAP PATOGENESIS

a. ) Tahap inkubasi Tahap inkubasi merupakan tenggang diwaktu antara masuknya bibit
penyakit ke dalam tubuh yang peka terhadap penyebab penyakit, sampai timbulnya gejala
penyakit. Masa inkubasi ini bervariasi antara satu penyakit dengan penyakit lainnya. Dan
pengetahuan tentang lamanya masa inkubasi ini sangat penting, tidak sekadar sebagai
pengetahuan riwayat penyakit, tetapi berguna untuk informasi diagnosis. Setiap penyakit
mempunyai masa inkubasi tersendiri, dan pengetahuan masa inkubasi dapat dipakai untuk
identifikasi jenis penyakitnya.Masa inkubasi dari penyakit TBC yaitu mulai terinfeksi samapi
menjadi sakit diperkirakan 4-12 minggu.

b.) Tahap penyakit dini Tahap ini mulai dengan munculnya gejala penyakit yang
kelihatannya ringan. Tahap ini sudah mulai menjadi masalah kesehatan karena sudah ada
gangguan patologis, walaupun penyakit masih dalam masa subklinis. Pada tahap ini,
diharapkan diagnosis dapat ditegakkan secara dini . Gejalanya seperti Demam tidak terlalu
tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai keringat malam.
Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul. Penurunan
nafsu makan dan berat badan. Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan
darah). Perasaan tidak enak (malaise), lemah.

c.) Tahap penyakit lanjut Pada tahap ini penyakit bertambah jelas dan mungkin bertambah
berat dengan segala kelainan klinik yang jelas, sehingga diagnosis sudah relatif mudah
ditegakkan. Saatnya pula, setelah diagnosis ditegakkan, diperlukan pengobatan yang tepat
untuk menghindari akibat lanjut yang kurang baik dengan Gejala. Tergantung dari organ
tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke
paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara
“mengi”, suara nafas melemah yang disertai sesak. ada cairan dirongga pleura (pembungkus
paru-paru), dapat disertai dengan keluhan sakit dada. Bila mengenai tulang, maka akan terjadi
gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara
pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah. Pada anak-anak dapat
mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai meningitis (radang selaput
otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.

d. )Tahap penyakit akhir Berakhirnya perjalanan penyakit dapat berada dalam lima pilihan
keadaan, yaitu: Sembuh sempurna, yakni bibit penyakit menghilang dan tubuh menjadi
pulih, sehat kembali. Sembuh dengan cacat, yakni bibit penyakit menghilang, penyakit sudah
tidak ada, tetapi tubuh tidak pulih sepenuhnya, meninggalkan bekas gangguan yang
permanen berupa cacat. Karier, di mana tubuh penderita pulih kembali, namun penyakit
masih tetap ada dalam tubuh tanpa memperlihatkan gangguan penyakit Penyakit tetap
berlangsung secara kronik. Berakhir dengan kematian.

3. TAHAP PASCAPATOGENESIS

Tahap pasca patogenesis/ tahap akhir yaitu berakhirnya perjalanan penyakit TBC yang
diderita oleh sesorang dimana seseorang berada dalam pilihan keadaan, yaitu sembuh
sempurna, sembuh dengan cacat, karier, penyakit berlangsung secara kronik, atau berakhir
dengan kematian setelah melalui berbagai macam tahap pencegahan dan pengobatan yang
rutin

4. UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT TBC

1. ) Primordial prevention ( pencegahan tingkat awal )

Pada tahap awal penderita mendapat obat setiap hari dan diawasi langsung untuk mencegah
terjadinya kekebalan terhadap semua OAT. Sedangkan ditahap selanjutnya penderita
mendapat jenis obat lebih sedikit namun dalam jangka waktu yang lebih lama. Tahap lanjutan
ini penting untuk membunuh kuman persistent sehingga mencegah terjadinya kekambuhan.

2. ) Primary prevention ( pencegahan tingkat pertama )

Dengan promosi kesehatan sebagai salah satu pencegahan TBC paling efektif, walaupun
hanya mengandung tujuan pengukuran umum dan mempertahankan standar kesehatan
sebelumnya yang sudah tinggi.Proteksi spesifik dengan tujuan pencegahan TBC yang
meliputi ;

(1) Imunisasi Aktif, melalui vaksinasi BCG secara nasional dan internasional pada daerah
dengan angka kejadian tinggi dan orang tua penderita atau beresiko tinggi dengan nilai
proteksi yang tidak absolut dan tergantung Host tambahan dan lingkungan,

(2) Chemoprophylaxis, obat anti TBC yang dinilai terbukti ketika kontak dijalankan dan tetap
harus dikombinasikan dengan pasteurisasi produk ternak,

(3) Pengontrolan Faktor Prediposisi, yang mengacu pada pencegahan dan pengobatan
diabetes, silicosis, malnutrisi, sakit kronis dan mental.

3. ) Secondary prevention ( pencegahan tingkat kedua )

Dengan diagnosis dan pengobatan secara dini sebagai dasar pengontrolan kasus TBC yang
timbul dengan 3 komponen utama ; Agent, Host dan Lingkungan. Kontrol pasien dengan
deteksi dini penting untuk kesuksesan aplikasi modern kemoterapi spesifik, walau terasa
berat baik dari finansial, materi maupun tenaga. Metode tidak langsung dapat dilakukan
dengan indikator anak yang terinfeksi TBC sebagai pusat, sehingga pengobatan dini dapat
diberikan. Selain itu, pengetahuan tentang resistensi obat dan gejala infeksi juga penting
untuk seleksi dari petunjuk yang paling efektif. Langkah kontrol kejadian kontak adalah
untuk memutuskan rantai infeksi TBC, dengan imunisasi TBC negatif dan Chemoprophylaxis
pada TBC positif. Kontrol lingkungan dengan membatasi penyebaran penyakit, disinfeksi dan
cermat mengungkapkan investigasi epidemiologi, sehingga ditemukan bahwa kontaminasi
lingkungan memegang peranan terhadap epidemi TBC. Melalui usaha pembatasan
ketidakmampuan untuk membatasi kasus b`aru harus dilanjutkan, dengan istirahat dan
menghindari tekanan psikis.

4.) Tertiary prevention ( pencegahan tingkat ketiga )

Rehabilitasi merupakan tingkatan terpenting pengontrolan TBC. Dimulai dengan diagnosis


kasus berupa trauma yang menyebabkan usaha penyesuaian diri secara psikis, rehabilitasi
penghibur selama fase akut dan hospitalisasi awal pasien, kemudian rehabilitasi pekerjaan
yang tergantung situasi individu. Selanjutnya, pelayanan kesehatan kembali dan penggunaan
media pendidikan untuk mengurangi cacat sosial dari TBC, serta penegasan perlunya
rehabilitasi.Selain itu, tindakan pencegahan sebaiknya juga dilakukan untuk mengurangi
perbedaan pengetahuan tentang TBC, yaitu dengan jalan sebagai berikut :

 Perkembangan media.
 Metode solusi problem keresistenan obat.

 Perkembangan obat Bakterisidal baru.

 Kesempurnaan perlindungan dan efektifitas vaksin.

 Pembuatan aturan kesehatan primer dan pengobatan TBC yang fleksibel.

 Studi lain yang intensif.

 Perencanaan yang baik dan investigasi epidemiologi TBC yang terkontrol.


DAFTAR PUSTAKA

Supayanto.2010.Riwayat Alamiah Penyakit.Jakarta.[diakses pada tanggal 13 Januari 2013 di


http://dr-suparyanto.blogspot.com/2010/06/riwayat-alamiah-penyakit.html]

Toni.2011. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah


Jakarta.[diakses pada tanggal 13 januari di

http://who.org/orgs/dissease/tuberculosis/epidemiology.html]

Bustan,M.N. 2006.Penyelidikan Epidemiologi Terhadap Penyakit TB.Jakarta: PT Rineka


Cipta.[diakses pada tanggal 13 januari 2013 di

http://eka78.wordpress.com/2010/11/12/penyelidikan-epidemiologi-terhadap-penyakit-

tb- /] Bustan,M.N. 2006.Penyelidikan Epidemiologi Terhadap Penyakit TB.Jakarta: PT


Rineka Cipta.[diakses pada tanggal 13 januari 2013 di

http://eka78.wordpress.com/2010/11/12/penyelidikan-epidemiologi-terhadap-penyakit- tb- /]

Sugeng Juwono Mardihusodo.2008.Riwayat Alamiah, Spektrum, Rantai Infeksi dan Kejadian


Epidemik Penyakit TB.Jakarta.[diakses pda tanggal 13 januari 2013 di

http://intanpuja.blogspot.com/2011/10/makalah-penyakit-tbc.html]

Wirawan Dewa Nyoman, dr. MPH. 2004. Epidemiology of Tuberculosis. Epidemiologi


Dasar. Laboratorium Epidemiologi Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana. Denpasar.[siakses pada tanggal 13 januari 2013

http://epidemiologidkn.blogspot.com]

Anda mungkin juga menyukai