Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS ARTIKEL/JURNAL

“Microbacterium Tuberculosis dan Virus Ebola”

Disusun oleh :

SONYA FAJARWATI – 2313201037

Kelas 1A KESEHATAN MASYARAKAT

Dosen Pembimbing :

dr. HUSNI, Sp.PK(K)

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG

TAHUN 2023
ANALISIS ARTIKEL/JURNAL

“Microbacterium Tuberculosis dan Virus Ebola”

Disusun oleh :

ZALVA ZAHIRA – 2313201087

Kelas 1B KESEHATAN MASYARAKAT

Dosen Pembimbing :

dr. HUSNI, Sp.PK(K)

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG

TAHUN 2023
1. ANALISIS ARTIKEL/JURNAL TENTANG MYCROBACTERIUM
TUBERCULOSIS

ANALISIS URAIAN
Etiologic Mycobacterium tuberculosis (M. tb) adalah
spesies bakteri patogen dalam famili
Mycrobacteriaceae serta menjadi penyebab
dari tuberkulosis (TBC). Pertama kali ditemukan pada
1882 oleh Robert Koc, M. tuberculosis memiliki
permukaan sel berlilin yang tak biasa yang disebabkan
adanya asam mikolat. Pelapisan ini
mempengaruhi pewarnaan Gram, sehingga M.
tuberculosis dikategorikan Gram positif
lemah. Uji ketahanan asam seperti pewarnaan Ziehl–
Neelsen, atau pewarnaan fluoresensi menggunakan
auramin dapat digunakan untuk mengidentifikasi M.
tuberculosis di bawah mikroskop. Fisiologi M.
tuberculosis bersifat aerob dan memerlukan banyak
oksigen. Sebagai patogen sistem pernapasan mamalia,
bakteri ini menyerang paru-paru. Metode diagnostik
yang cukup umum adalah uji tuberkulin, ketahanan
asam, kultur mikrobiologi, serta PCR. Genom M.
tuberculosis berhasil diurutkan tahun 1998.

Faktor risiko Faktor risiko terduga TBC paru adalah orang yang
menetap satu atap rumah dengan penderita TBC paru
BTA positif, pendidikan, merokok, lingkungan fisik
rumah, daya tahan tubuh, perilaku penderita TBC paru
BTA positif yaitu kebiasaan membuang dahak
sembarangan dan tidak menutup mulut ketika batuk
atau bersin, kepadatan hunian yaitu perbandingan antara
luas rumah dengan jumlah anggota keluarga.

1
Patologi Tuberkulosis paru yang sering dikenal dengan TBC
paru disebabkan bakteri Mycobacterium tuberculosis
(M. tuberculosis) dan termasuk penyakit menula. TBC
paru mudah menginfeksi pengidap HIV AID, orang
dengan status gizi buruk dan dipengaruhi oleh daya
tahan tubuh seseoran. Penularan TBC paru terjadi
ketika penderita TBC paru BTA positif bicara, bersin
atau batuk dan secara tidak langsung penderita
mengeluarkan percikan dahak di udara dan terdapat
±3000 percikan dahak yang mengandung kuman.

Patofisiologi Tanda dan gejala pada penderita tuberkulosis (TB)


antara lain, pertama, batuk berdahak selama 2 minggu
atau lebih. Dahak bercampur darah, batuk darah dan
sesak napas. Selanjutnya badan lemas, nafsu makan
menurun dan berat badan menurun. Biasanya keringat
malam tanpa aktivitas fisik dan demam lebih dari 1
bulan Pada pasien HIV-positif, gejala TB seringkali
tidak spesifik dan batuk tidak harus berlangsung selama
2 minggu atau lebih. Hepatitis fulminan dapat
menunjukkan gejala penyakit kuning, kejang, dan
bahkan tidak sadarkan diri. seperti kontak dekat dengan
penderita TB, tinggal di daerah padat penduduk, daerah
kumuh, daerah pengungsian, dan lain-lain.

Siklus hidup TBC paru termasuk penyakit yang paling banyak


menyerang usia produktif (15-49 tahun). Penderita TBC
BTA positif dapat menularkan TBC pada segala
kelompok usia. Tahun 2017 di kota Semarang terdapat
penderita TBC semua tipe, pada kelompok usia bayi dan
anak 24%, pada kelompok usia 15-44 tahun adalah 40%
dan pada kelompok usia lebih dari 55 tahun adalah
22%. Presentase TBC paru semua tipe pada orang
berjenis kelamin laki-laki lebih besar daripada orang
berjenis kelamin perempuan dikarenakan laki-laki
kurang memperhatikan pemeliharaan kesehatan diri
sendiri serta laki-laki sering kontak dengan faktor risiko
dibandingkan dengan perempuan.

2
Cara penularan Penularan TBC paru berhubungan dengan kondisi
rumah dengan kategori padat dan terdapat penderita
TBC paru BTA positif, karena sumber penularan TBC
paru adalah penderita TBC paru BTA positif. Sehingga
tidak semua rumah yang memiliki kategori padat hunian
selalu berisiko terkena TBC paru apabila di dalam
rumah tersebut tidak terdapat penderita TBC paru BTA
positif. Kemungkinan dapat juga terjadi penularan TBC
paru pada keluarga yang tidak padat hunian ataupun
padat hunian jika di dalam rumah tersebut terdapat
penderita TBC paru BTA positif.
Semakin sering kontak dengan penderita TBC paru
BTA positif semakin besar peluang terpapar M.
tuberkulosis karena kuman TBC mudah menyebar
melalui udara pada orang yang berada di sekitar
penderita terutama pada anak-anak dan kontak
penderita BTA positif kemungkinan lebih efektif
daripada kontak penderita BTA negatif

Penyakit yang Mycobacterium tuberculosis (M. tuberculosis) adalah


ditimbulkan penyebab penyakit Tuberkulosis paru atau TBC paru.

Promkes untuk Penerapan higiene yang baik (termasuk menutup mulut


penyakit yang dan hidung ketika batuk atau bersin), penjagaan
ditimbulkan ventilasi dan pencahayaan matahari yang baik, dan
penggunaan vaksin BCG. DOTS (direct observed
therapy) yang dicanangkan oleh WHO cukup efektif
dalam meningkatkan kepatuhan berobat pasien TB paru.
Selain itu, upaya pencegahan yang dapat dilakukan
pemerintah adalah skrining pada kelompok pasien
berisiko tinggi dan individu yang berkontak dengan
pasien tuberkulosis paru. Pasien berisiko tinggi dan
pasien TB laten dapat diberikan terapi profilaksis TB.
Upaya pencegahan lainnya adalah pengobatan pada
semua pasien TB resisten obat dan peningkatan
kolaborasi layanan dengan unit lain, seperti unit TB-
HIV atau unit TB dan diabetes mellitus. Pasien HIV
sebaiknya menjalani skrining TB.

3
2. ANALISIS ARTIKEL/JURNAL TENTANG EBOLA VYRUS

ANALISIS URAIAN
Etiologi EBOV merupakan patogen agresif yang menyebabkan
gejala demam dengan perdarahan yang letal pada
manusia dan hewan. Virus Ebola menyebabkan tingkat
keparahan mencapai 30-90%, bergantung pada spesies
virus itu sendiri.

Faktor risiko Transmisi virus Ebola masuk ke dalam tubuh manusia


melalui kontak langsung dari darah, sekret tubuh, organ
atau cairan tubuh lainnya dari individu yang terinfeksi.
Di Afrika, pada upacara kremasi dari penderita yang
terinfeksi virus Ebola yang kemudian terkontak dengan
individu yang sehat bisa menyebabkan terjadinya
penularan virus ini. Transmisi virus dari hewan ke
manusia juga dapat terjadi saat manusia berkontak
dengan jaringan dan cairan tubuh dari hewan yang
terinfeksi. Proteksi terhadap tenaga kesehatan yang
menangani penderita Ebola juga sangat penting.
Walaupun virus Ebola tidak ditularkan melalui udara,
penularan lewat droplet bisa terjadi di laboratorium.

Patologi Hasil akhir infeksi virus Ebola berat ialah syok yang
disebabkan oleh beberapa proses yang saling
memengaruhi: replikasi virus sistemik, supresi sistem
imun, peningkatan permeabilitas vaskular, dan
koagulopati. Infeksi primer dari sel target seperti
monosit/makrofag dan sel dendritik menghasilkan
penyebaran sistemik dari virus dan aktivasi diferensiasi
sel. Monosit/makrofag diaktifkan untuk memroduksi
sitokin proinflamasi dan tissue factors, sedangkan sel
dendritik teraktivasi yang rusak memperburuk respon
imun protektif. Sel endotel kemudian diaktivasi oleh
sitokin proinflamasi dan partikel virus yang
menyebabkan peningkatan permeabilitas. Pelepasan
tissue factors dalam monosit/makrofag merangsang
koagulopati, yang juga mengakibatkan peningkatan
inflamasi

4
Patofisiologi Fase A: Influenza like syndrome. Terjadi gejala atau
tanda nonspesifik seperti panas tinggi, sakit kepala,
artralgia, mialgia, nyeri tenggorokan, lemah badan, dan
malaise. Fase B: Bersifat akut (hari ke 1-6). Terjadi
demam persisten yang tidak berespon terhadap obat anti
malaria atau antibiotik, sakit kepala, lemah badan yang
terus menerus, dan diikuti oleh diare, nyeri perut,
anoreksia, dan muntah. Fase C: Pseudo-remisi (hari ke
7-8). Selama periode ini penderita merasa sehat dengan
konsumsi makanan yang baik. Sebagian penderita dapat
sembuh dalam periode ini dan selamat dari penyakit.
Fase D: Terjadi agregasi (hari ke 9). Pada beberapa
kasus terjadi penurunan kondisi kesehatan yang drastis
diikuti oleh gangguan respirasi; dapat terjadi gangguan
hemostasis berupa perdarah- an pada kulit (petekia)
serta gangguan neuropsikiatrik seperti delirium, koma,
gangguan kardiovaskular, dan syok hipovolemik.
Siklus hidup Adanya penyakit ini pertama kali ditemukan di dekat
sungai Ebola dengan wabah di Zaire pada tahun 1976.
Outbreak sudah terjadi di Afrika selama 27 tahun
dengan mortalitas berkisar antara 50-90%.2 Penyebaran
virus Ebola tidak hanya terjadi di Afrika. Jenis virus
yang baru Reston ebolavirus (REBOV) ditemukan pada
kera- kera yang diimpor dari Manila (Filipina) ke
Amerika pada tahun 1989.
Cara penularan Efek akhir dari infeksi virus Ebola ialah syok yang
disebabkan oleh beberapa proses yang memengaruhi
satu sama lainnya, yaitu: replikasi virus sistemik,
supresi sistem imun, peningkatan permeabilitas
pembuluh darah, dan koagulopati. Infeksi pada sel
target utama seperti monosit/makrofag dan sel dendritik
menghasilkan penyebaran sistemik dari virus dan
aktivasi diferensiasi sel. Monosit/makrofag yang
teraktivasi akan menghasilkan sitokin proinflamasi dan
tissue factors, sedangkan aktivasi sel dendritik yang
terganggu menyebabkan rendahnya perlindungan
respon imun.

5
Penyakit yang Adanya wabah dari penyakit menular yang ditandai
ditimbulkan adanya demam, diare berat, dan muntah dengan tingkat
keparahan yang tinggi di Guinea.
Promkes untuk Mengurangi penyebaran penyakit dari kera dan babi
penyakit yang yang terinfeksi ke manusia. Hal ini dapat dilakukan
ditimbulkan dengan memeriksa hewan tersebut terhadap
kemungkinan infeksi, serta membunuh dan membakar
hewan dengan benar jika ditemukan menderita penyakit
tersebut. Memasak daging dengan benar dan
mengenakan pakaian pelindung ketika mengolah daging
juga mungkin berguna, begitu juga dengan mengenakan
pakaian pelindung dan mencuci tangan ketika berada di
sekitar orang yang menderita penyakit tersebut. Sampel
cairan dan jaringan tubuh dari penderita penyakit harus
ditanganidengan sangat hati-hati

Anda mungkin juga menyukai