Anda di halaman 1dari 29

Presentasi Kasus

TB PARU KASUS BARU BTA POSITIF


Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik di
Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUD Panembahan Senopati Bantul

Diajukan Kepada :

dr. Yuni Iswati R., Sp. P


Disusun Oleh :
Dwi Suci Irianti
20204010234
KSM ILMU PENYAKIT DALAM
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER
RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL
2021
HALAMAN PENGESAHAN
PRESENTASI KASUS
TB PARU KASUS BARU BTA POSITIF

Disusun oleh :

DWI SUCI IRIANTI


20204010234

Telah disetujui dan dipresentasikan


pada tanggal

Pembimbing

dr. Yuni Iswati R., Sp. P


BAB I
PENDAHULUAN
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh
infeksi bakteri berbentuk batang, Mycobacterium tuberculosis (M.TB) penyakit
TB sebagian besar mengenai parenkim paru (TB paru) namun bakteri ini
jugamemiliki kemampuan untuk menginfeksi organ lain (TB ekstra paru).
Tuberkulosis adalah suatu penyakit kronik menular yangdisebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis. Bakteri iniberbentuk batang dan bersifat tahan asam
sehingga sering dikenal dengan Basil Tahan Asam (BTA). Terdapat 5 bakteri yang
berkaitan erat dengan infeksi TB:Mycobacterium tuberculosis, Mycobacterium bovis,
Mycobacterium africanum, Mycobacterium microti and Mycobacterium
cannettii.M.tuberculosis (M.TB), hingga saat ini merupakan bakteri yang paling sering
ditemukan, dan menular antar manusia melalui rute udara.
Manifestasi klinis yang sering timbul pada TB paru yaitu batuk berdahak selama 2
minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur
darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan
menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih
dari satu bulan. Pada pasien dengan HIV positif, batuk sering kali bukan merupakan
gejala TBC yang khas, sehingga gejala batuk tidak harus selalu selama 2 minggu atau
lebih.

Tuberkulosis telah menjadi masalah global seiring dengan bertambahnya


jumlah pasien penderita TB setiap tahun. Infeksi TB masih merupakan hal yang
umum ditemukan dan merupakan faktor penting terhadap angka kesakitan dan
kematian, terutama pada negara yang belum dan sedang berkembang. Di seluruh
dunia, sekitar 10 juta kasus TB terjadi setiap tahunnya. 98 % kasus terjadi di
negara berkembang dan 75 % kasus terjadi pada usia 20-49 tahun (World Health
Organization, 2020).

Indonesia merupakan Negara peringkat ke-3 dengan prevalensi Tuberkulosis


tertinggi di dunia, setelah China dan India pada tahun 2018. Jumlah kasus baru TB
di indonesia sebanyak 543.874 kasus pada tahun 2019 (data per 20 Maret 2020).
Berdasarkan tipe diagnosis, jumlah kasus baru TB paru sebanyak 448.163 kasus
dan jumlah kasus baru TB ekstraparu sebanyak 55.711 kasus di tahun 2019.
Persentase jumlah kasus baru TB paru tahun 2019 di Indonesia mengalami
peningkatan seiring dengan meningkatnya jumlah kasus TB secara umum. Hal ini
terjadi kemungkinan berkaitan dengan transmisi langsung melalui pintu masuk
(port d’entree) bakteri Mycobacterium tuberculosis ke dalam tubuh manusia yaitu
lewat saluran napas (Kementrian Kesehatan RI, 2013).
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi TB

Tuberkulosis adalah suatu penyakit kronik menular yang


disebabkan oleh bakteri mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini
berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga sering dikenal
dengan Basil Tahan Asam (BTA). Sebagian besar kuman TB
sering ditemukan menginfeksi parenkim paru shingga
menyebabkan TB paru, namun bakteri ini juuga memiliki
kemampun untuk melakukan infeksi pada organ lainnya yang
dikenal sebagai TB ekstra paru seperti pleura, kelenjar limfe,
tulang, dan organ limfe ekstra paru lainnya.

B. Etiologi dan transmisi TB

TB merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri.


Terdapat 5 bakteri yang berkaitan erat dengan terjadinya infeksi
TB: Mycobacterium tuberculosis, Mycobacterium bovis,
Mycobacterium africanum, Mycobacterium microti dan
Mycobacterium cannetti. Sampai saat ini Mycobacterium
tuberculosis merupakan bakteri yang paling sering ditemukan,
dan menular antar manusia melalui rute udara.

Tuberkulosis biasanya menular dari manusia ke manusia


lain lewar udara melalui percik renik yang dapat keluar ketika
seseorang yang terinfeksi TB paru batuk,bersin, atau bicara.
Percik renik juga dapat dikeluarkan memlalui pemeriksaan medis
yang dapat menghasilkan produk aerosol seperti saat
dilakukannya induksi sputum,bronkoskopi dan juga saat
dilakukannya manipulasi terhadap lesi atau pengolahan jaringan
laboratorium. Ada 3 faktor yang menentukan transmisi M.TB :

1. Jumlah organisme yang keluar ke udara

2. Konsentrai organisme dalam udara, ditentukan oleh volume


ruang dan ventilasi

3. Lama seseorang menghirup udara terkontaminasi


Satu batuk dapat memproduksi hingga 3.000 percik renik dan

satu kali bersin dapat memproduksi hingga 1 juta percik renik.


Sedangkan,dosis yang diperlukan terjadinya suatu infeksi TB
adalah 1 sampai 10 basil.

Kasus paling infeksius adalah penularan dari pasien


dengan hasil pemeriksaan sputum positif, dengan hasil 3+
merupakan kasus paling infeksius. Kasus TB ekstra paru hampir
selalu tidak infeksius, kecuali bila penderita juga memiliki TB
paru. Penularan TB biasanya terjadi didalam rungan yang gelap,
dengan minim ventilasi dimana percik renik dapat bertahan di
udara dalam waktu yang lama. Kontak dekat dalam waktu yang
lama dengan orang terinfeksi meningkatkan risiko penularan.
Apabila terinfeksi, proses sehingga paparan tersebut berkembang
menjadi penyakit TB aktif bergantung pada kondisi imun
individu.

Pada individu dengan sistem imun yang normal, 90%


tidak akan berkembang menjadi penyakit TB, risiko paling tinggi
terdapat pada dua tahun pertama pasca-terinfeksi, dimana
setengah dari kasus terjadi. Kelompok risiko tertinggi terinfeksi
adalah anak-anak dibawah usia 5 tahun dan lanjut usia.

C. Faktor risiko TB

Terdapat beberapa kelompok orang yang memiliki resiko lebih


tinggi untuk mengalami penyakit TB :

 Orang dengan HIV positif dan penyakit


imunokompromais lain

 Orang yang mengonsumsi obat imunosupresan dalam


jangka waktu panjang

 Perokok

 Konsumsi alkohol tinggi

 Anak usia <5 tahun dan lansia

 Memiliki kontak erat dengan orang dengan penyakit TB


aktif yang infeksius

 Berada di tempat dengan risiko tinggi terinfeksi


tuberkulosis

 Petugas kesehatan

D. Patogenesis

Setelah inhalasi percik renik oleh orang sehat, percik renik akan
terbawa menuju percabangan trakea-bronkial dan dideposit di
dalam bronkiolus respiratorik atau alveolus, percik renik akan
dicerna oleh makrofag dialveolus yang kemudian akan
menimbulkan respon inflamasi. Apabila basilus dapat bertahan
melewati mekanisme pertahanan awal ini, basilus dapat bertahan
dan bermultiplikasi di dalam makrofag. Tuberkel dari bakteri
akan tumbuh secara perlahan dan membelah setiap 23-32 jam
sekali didalam makrfag. Mycobacterium tidak memiliki
endotoksin ataupun eksotoksin sehingga tidak terjadi reaksi imun
segera pada host. Bakteri akan terus tumbuh dalam waktu 2-12
minggu dan jumlahnya mencapai 1.000-10.000 yang meruakan
jumlah yang cukup untuk menimbulkan sebuah respon imun
seluler yang dapat dideteksi dalam reaksi uji tuberkulin skin test.

1. TB primer

Infeksi primer terjadi pada paparan pertama terhadap tuberkel


basili. Hal ini biasanya terjadi pada masa anak, oleh
karenanya sering diartikan sebagai TB anak. Namun, infeksi
ini dapat terjadi pada usia berapapun yang belum pernah
terpapar M.TB sebelumnya. Percik renik yang mengandung
baisli yang terhirup berada di alveolus terminal kemudian
mengalami fagositosis oleh makrofag , makrofag dan monosit
lain bereaksi terhadap kemokin yang dihasilkan dan
bermigrasi menuju fokus infeksi dan memproduksi respon
imun. Area inflamasi ini kemudia disebut sebagai Ghon focus.

Basili dan antigen kemudian bermigrasi keluar dari Ghon


focus melalui jalur limfatik menuju limfe nodus hilus dan
membentuk kompleks ghon primer respon infalmasinya
menghasilkan gamabaran tipikal nekrosis kaseosa. Didalam
nodus limfe, limfosit T akan membentuk suatu respon imun
spesifik dan mengaktivasi makrofag untuk menghambat
pertumbuhan basili yang terfagositosis. Area infalmasi
didalam fokus primer akan digantikan dengan jaringan
fibrotik dan makrofag yang mengandung basili yang akan
mati jika sistem imun host adekuat. Beberapa basili akan tetap
dorman didalam fokus primer untuk beberapa bulan dan tahun
yang dikenal sebagai “kuman laten”. Infeksi primer biasanya
bersifat asimtomatik dan akan menunjukan hasil tuberkulin
positif dalam waktu 4-6 minggu setelah infeksi. Dalam
beberapa individu respon imun tidak cukup kuat untuk
menghamabat perkembangbiakan bakteri dan basili kemudian
akan menyebar dari sistem limfatik ke aliran darah dan
menyebar ke seluruh tubuhan sehingga menyebabkan
penyakit TB aktif dalam beberapa bulan.

2. TB pasca primer

TB pasca primer merupakan pola penyakit yang terjadi pada


penderita yang sebelumnya pernah tersensitasi bakteri TB.
Periode ini terjadi setelah periode laten yang memakan waktu
bulanan hingga tahunan setelah infeksi primer terjadi, hal ini
karena reaktivasi kuman laten atau reinfeksi, kejadian ini
dapat terjadi karena mungkin lemahnya respon imun host.
Reinfeksi terjadi apabila individu yang pernah mengalami
infeksi terpapar kembali dengan orang yang terinfeksi
penyakit TB aktif. Karakteristik dari TB post primer adalah
ditemukannya kavitas pada lobus superior paru dan keuakan
paru yang luas. Pemeriksaan sputum biasanya menunjukan
hasil yang positif dan biasanya tidak ditemukan limfadenopati
torakal.

E. Gejala klinis TB paru

Gejala pada penyakit TB, menunjukan manifestasi klinis sebagi berikut :

 Batuk ≥ 2 minggu

 Batu berdahak
 Batuk berdahak bercampur darah

 Dapat disertai nyeri dada

 Sesak napas

Gejala lain yang dapat menyertai adalah :

 Malaise

 Penurunan berat badan

 Menurunnya nafsu makan

 Menggigil

 Demam

 Berkeringat di malam hari

F. Klasifikasi dan tipe pasien TB

 Terduga pasien TB : mempunyai keluhan atau gejala klinis


yang mendukung TB

 TB terkonfirmasi bakteriologis : pasien yang terbukti positif


bakteriologi pada hasil pemeriksaan, yang termasuk kedalam
kelompok ini adalah :

- Pasien TB paru BTA positif

- Pasien TB paru hasil biakan M.TB positif

- Pasien TB paru hasil tes cepat M.TB positif

- Pasien TB ekstra paru terkonfirmasi secara bakteriologis,


baik dengan BTA, biakan maupun tes cepat dari contoh
uji jaringan yang terkena

- TB anak yang terdiagnosis dengan pemeriksaan


bakteriologis

Pasien TB terdiagnosis secara klinis merupakan pasien yang


memenuhi tidak kriteria diagnosis secara bakteriologis tetapi
didiagnosis sebagai pasien TB aktif oleh dokter, dan
diputuskan untuk diberikan pengobatan TB, pasien yang
termasuk ke dalam kelompok ini adalah :

 Pasien TB paru BTA negatif dengan hasil pemeriksaan


foto rotaks mendukung TB

 Pasien TB paru BTA negatif dengan tidak ada perbaikan


klinis setelah diberikan antibiotika non OAT, dan
mempunyai faktor risiko TB

 Pasien TB ekstra paru yang terdiagnosis secara klinis


maupun laboratoris dan histopatologia tanpa konfirmasi
bakteriologis

 TB anak yang terdiagnosis dengan sistem skoring


Pasien TB yang terdiagnosis secara klinis dan kemudian
terkonfirmasi secara klinis dan kemudian terkonfirmasi bakteriologis
positif ( baik sebelum maupun setelah pengobata) harus diklasifikasi
ulang sebagai pasien TB terkonfirmasi bakteriologis.
Untuk menghindari terjadinya over diagnosis dan situasi yang
merugikan pasien, pengobatan TB berdasarkan diagnosis klinis
dianjurkan dengan pertimbangan sebagai berikut :
1. Keluhan,gejala dan kondisi klinis sangat kuat mendukung
diagnosis TB
2. Kondisi pasien perlu segera diberikan pengobatan, misal :
meningitis TB, TB milier, pasien dengan HIV positif,perikarditis
TB dan TB adrenal
G. Klasifikasi TB
Berdasarkan lokasi anatomis :
 TB paru : TB yang melibatkan parenkim paru atau trakeobronkial. TB
milier diklasifikasikan sebagai TB paru karena terdapat lesi di paru
 TB ekstra paru : TB yang melibatkan organ diluar parenkim paru
Berdasarkan riwayat pengobatan :
 Kasus baru : pasien yang belum pernah mendapat OAT sebelumnya
atau riwayat mendapatkan OAT kurang dari 1 bulan
 Kasus dengan riwayat pengobatan : pasien yang pernah mendapatkan
OAT 1 bulan atau lebih , kasus ini juga memiliki klasifikasi lebih lanjut
sebagai berikut :
- Kasus kambuh : pasien yang sebelumnya pernah mendapatkan
OAT dan dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap pada
akhir pengobatan dan saat ini ditegakkan diagnosis TB episode
kembali
- Kasus pengobatan gagal : pasien yang sebelumnya pernah
mendapatkan OAT dan dinyatakan gagal pada akhir pengobatan
- Kasus setelah loss to follow up : pasien yang pernah
mengkonsumsi OAT 1 bulan atau lebih dan tidak
meneruskannya selama lebih dari 2 bulan berturut-turut dan
dinyatakan loss to followup sebagai hasil pengobatan
- Kasus lain-lain : pasien sebelumnya pernah mendapatkan OAT
dan hasil akhir pengobatan tidak di ketahui
Berdasarkan hasil pemeriksaan uji kepekaan obat, klasifikasi TB terdiri dari :
a) Monoresisten : resisten terhadap salah satu jenis OAT lini pertama
b) Poliresisten : resistensi terhadap lebih dari satu jenis OAT lini pertama
selain isoniazid (H) dan rimfapisin (R) secara bersamaan.
c) Multidrug resistant (TB MDR) : Minimal resistan terhadap isoniazid (H)
dan rimfapisin (R) secara bersamaan
d) Extensive drug resistant (TB XDR) : TB-MDR yang juga resistan
terhadap salah satu OAT golongan fluorokuinolon dan salah satu OAT
lini kedua jenis suntikan ( kanamisin, kapreomisin dan amikasin)
e) Rimfapisin resistant (TB RR) : terbukti resistan terhadap rimfapisin baik
menggunakan metode genotip (tes cepat) atau metode fenotip
(konvensional) dengan atau tanpa OAT lain yang terdeteksi
Berdasarkan status HIV :
a) Kasus TB dengan HIV positif : kasus TB terkonfirmasi bakteriologis atau
klinis yang memiliki tes HIV positif
b) Kasus TB dengan HIV negatif : kasus TB terkonfirmasi bakteriologis
atau klinis yang memiliki tes HIV negatif
c) Kasus TB dengan status HIV tidak diketahui : kasus TB terkonfirmasi
bakteriologis atau klinis yang hasil HIV tidak diketahui
H. Diagnosis tuberkulosis
Semua pasien yang terduga TB harus menjalani pemeriksaan
bakteriologis untuk mengkonfirmasi penyakit TB. Pemeriksaan bakteriologis
merujuk menggunakan pemeriksaan biakan dan identifikasi M.tuberculosis atau
metode diagnostik cepat yang telah mendapatkan rekomendasi WHO.
Laboratorium yang terpantau mutunya kasus TB Paru BTA positif ditegakkan
berdasarkan hasil pemeriksaan BTA positif minimal dari satu spesimen dan bagi
laboratorium yang tidak terpantau TB BTA positif apabila dua spesimen dengan
BTA positif.
WHO merekomendasikan pemeriksaan biakan dan uji kepekaan minimal
terhadap rimfapisin dan isoniazid pada kelompok berikut :
1. Semua pasien dengan riwayat pengobatan OAT.
2. Semua pasien dengan HIV yang didiagnosis TB aktif.
3. Pasien dengan TB aktif yang terpajan dengan pasien TB resistan
obat
4. Semua pasien baru di daerah dengan kasus TB resisten obat
primer >3 %
5. Pasien baru atau riwayat OAT dengan sputum BTA tetap positif
pada akhir fase intensif
Pemeriksaan biakan dan uji kepekaan dilakukan menggunakan 2
metode :
1. Metode konvensional uji kepekaan obat
Pemeriksaan biakan M.TB menggunakan medium padat
Lowenstein Jensen dan media cair Mycobacterium growth
indicator tube. Pada media cair minimal waktu yang dibutuhkan
selama 2 minggu dan media pada memerlukan 28-42 hari.
2. Metode cepat uji kepekaan obat ( uji diagnostik molekular cepat)
Pemeriksaan ini dapat mendeteksi M.TB dan pengkode resisten
rimfapisin pada sputum kurang lebih dalam waktu dua jam.
Namun, konfirmasi hasil uji OAT menggunakan metode
konvensional merupakan baku emas.
Pemeriksaan tambahan pada semua pasien TB yang
terkonfirmasi bakteriologis maupun yang terdiagnosis klinis
adalah pemeriksaan HIV dan gula darah.
I. Alur diagnosis TB

J. Pengobatan tuberkulosis paru


a) Tujuan :
 Menyembuhkan dan mempertahankkan kualitas hidup poduktivitas pasien
 Mencegah kematian akibat TB aktif atau efek lanjutan
 Mencegah kekambuhan TB
 Mengurangi penularan TB kepada orang lain
 Mencegah perkembangan dan penularan resistan obat
Dalam pengobatan TB digunakan OAT dengan jenis, sifat dan dosis sebagai
berikut

b) Prinsip pengobatan TB :
Pengobatan adekuat harus meliputi prinsip :
 Pengobatan diberikan dalam bentuk panduan OAT yang tepat mengandung
minimal 4 macam obat untuk mencegah terjadinya resistensi
 Tidak direkomendasikan memberikan OAT tunggal, OAT- Kombinasi
Dosis Tetap (OAT-KDT) sangat direkomendasikan
 Diberikan dalam dosis yang tepat
 Ditelan secara teratur dan diawasi secara langsung
 Pengobatan diberikan dalam jangka waktu yang cukup yang terbagi
kedalam tahap awal serta tahap lanjutan untuk mencegah kekambuhan
c) Tahap pengobatan TB terdiri dari 2 tahap, yaitu :
 Tahap awal :
Pengobatan diberikan setiap hari. Tujuannya untuk menurunkan jumlah
kuman yang ada didalam tubuh pasien, dan meminimalisir pengaruh dari
sebagian kecil kuman yang mungkin sudah resistan sejak sebelum pasien
mendapatkan pengobatan. Pengobatan pada semua pasien baru harus
diberikan selama 2 bulan.
 Tahap lanjutan :
Tujuan pengobatan pada dtahap ini untuk membunuh sisa sisa kuman yang
masih ada di dalam tubuh, khususnya kuman presisten, tahapan ini
dilakukan selama 4 bulan. Pada fase ini obat seharusnya diberikan setiap
hari.
Dosis rekomendasi OAT lini pertama untuk dewasa
Panduan OAT yang di gunakan di Indonesia

1. Kategori 1
 Pasien baru TB paru BTA positif
 Pasien TB paru BTA negatif rontgen positif
 Pasien TB ekstra paru
2. Kategori 2
 Pasien kambuh
 Pasien gagal
3. Kategori 3
 Pasien dengan pengobatan setelah putus berobat
 Pasien baru TB paru BTA negatif dan rontgen positif sakit ringan
 Penderita TB ekstra paru ringan
BAB
II
KASU
S
A. IDENTITAS

Nama : Ny. T
Jenis Kelamin :P
Umur : 29 tahun
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Alamat : Trimulyo Jetis Bantul
Tanggal Masuk : 30-04-2021

B. ANAMNESA
Autoanamnesis ( pasien )
1. Keluhan Utama:
Keluhan pasien datang dengan keluhan lemas sejak 1 bulan ini
2. Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien perempuan berusia 29 tahun, datang ke poli penyakit dalam RSUD
Panembahan Senopati Bantul pada tanggal 30 April 2021 dengan keluhan lemas
sejak 1 bulan terakhir (+), batuk berdahak (+) selama 3 minggu , batuk berdarah
(-), muntah (-), mual (-), nyeri kepala (+), sesak (-), mudah Lelah (+), nyeri dada
(-), penurunan bb sebanyak 4kg selama 1 bulan (+). 20 hari sebelum masuk rumah
sakit pasien merasa kurang enak badan dan keringat dingin (+) terutama di malam
hari Riwayat merokok (-), kontak TB (-), Kontak COVID-19 (-), Isolasi (-),
berpergian ke luar kota (-), BAB dan BAK lancer
3. Riwayat Penyakit Dahulu:
- Riwayat HT: (-)

- Riwayat DM: (-)

- Riwayat jantung: (-)

4. Riwayat Penyakit Keluarga:


Tidak ada
5. Riwayat penyakit sosial
Pasien bekerja sebagai karyawan swasta kalbe farma sebagai sales susu dan
berkunjung ke rumah sakit untuk menawarkan produk susu. Keluarga atau orang
terdekat tidak memiliki keluhan serupa.

6. Tinjauan Sistem

 Kepala leher : tidak ada keluhan

 THT : tidak ada keluhan

 Respirasi : Batuk ngikil, terkadang terdapat


dahak.
 Integumentum : tidak ada keluhan

 Gastrointestinal : tidak ada keluha

 Kardiovaskular : tidak ada keluhan

 Perkemihan : tidak ada keluhan

 Sistem Reproduksi : tidak ada keluhan

 Kulit dan Ekstremitas : tidak ada keluhan


C. PEMERIKSAAN FISIK

1. Status Generalis

- Keadaan Umum : Lemas


- Kesadaran : E4 M5 V6 (Compos Mentis)

2. Vital Sign

TD : 110/70 mmHg

Nadi : 112 x/menit

Respirasi : 24 x/menit

Suhu : 36oC

SpO2 : 99%

a. Kepala : Simetris, Normocephal

b. Mata : Conjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-),

c. Hidung : Deviasi (-), discharge (-), pendarahan (-)

d. Telinga : Normotia, simetris kanan kiri

e. Mulut : Sianosis (-), Mukosa bibir lembab, nyeri telan (-), lidah
kotor (-)
f. Leher : JVP tidak meningkat, pembesaran KGB (-)

g. Thorax :

Paru-paru

- Inspeksi : Simetris, retraksi dada (-), deformitas (-)

- Palpasi : vocal fremitus meningkat (-/+), Daya kembang


dada (+/+) tidak ada ketertinggalan gerak
- Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru

- Auskultasi : Vesikuler (+/+), ronkhi basah kasar (-/-),

wheezing (-/-)
Jantung
- Inspeksi : Ictus cordis tak tampak pada SIC IV

- Palpasi : Ictus cordis teraba di SIC IV

- Perkusi : Batas jantung: sulit dinilai

- Auskultasi : S1 dan S2 tunggal, reguler, bising jantung (-)

h. Abdomen

- Inspeksi : Dinding Perut sejajar dinding dada, deformitas (-)

- Auskultasi : Bising usus (+)

- Palpasi : supel, hepar dan lien tak teraba, nyeri tekan (-)

- Perkusi : Timpani

e. Ekstremitas

- Superior : Akral hangat (+/+), edema (-/-), CRT< 2 detik

- Inferior : Akral hangat (+/+), edema (-/-), CRT< 2 detik

f. Antropometri

- TB : 158 cm

- BB : 44 kg

- BMI : 17,6 (underweight)


D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium

PEMERIKSAAN HASIL RUJUKAN SATU


HEMATOLOGI 30/04/21 04/05/2021 06/04/2021
Hemoglobin 6,9 11.8 12.7 14.0-18.0 g/d
Leukosit 5.67 4.32 9.16 4.00-11.00 10^3
Eritrosit 3.74 5.24 5.51 4.50-5.50 10^6
Trombosit 374 314 336 150-450 10^3
Hematokrit 24.9 37.9 40.0 42.0-52.0 Vol
HITUNG JENIS
Eosinofil 1 0 0 2-4 %
Basofil 1 0 0 0-1 %
Batang 0 0 0 2-5 %
Segmen 62 84 86 51-67 %
Limfosit 30 14 12 20-35 %
Monosit 6 2 2 4-8 %
FUNGSI HATI
SGOT 18 25 <31 U/L
SGPT 9 16 <31 U/
FUNGSI GINJAL
Ureum 17 17-43 Mg/
Creatinin 0.83 0.60-1.10 Mg/
DIABETES
Glukosa Darah Sewaktu 103 80-200 Mg/
ELEKTROLIT
Natrium 136.0 137.0-145.0 Mmo
Kalium 3.90 3.50-5.10 Mmo
Klorida 103.0 98.0-107.0 Mmo
(22/10/2020)

ANTI SARS COV-2 : Non- reaktif

(23/10/2020)

Gene Expert MTB/RIF

Bahan pemeriksaan Sputum

Hasil pemeriksaan MTB HIGH DETECTED

Pemeriksaan Hasil Rujukan Satuan

Mikrobiologi
PEWARNAAN GRAM -
Bahan sputum
Epitel 20 - /20 LP
Lekosit 200 - /20 LP
Bakteri
Batang
Gram (+) Positip
Gram (-) Positip
coccus

Gram (+) Positip


Gram (-) Negatip

Jamur Positip
Trichomonas -

Lain-lain -
Pencitraan

CR THORAX PA DEWASA

22/10/2020 26/10/2020

 Infiltrat, cavitas dan fibrosis di pulmo Dibanding foto sebelumnya tgl


dextra 22/10/2020:

 Infiltrat di pulmo sinistra  Infiltrat dengan cavitas di


pulmo dextra bertambah
 Sinus costofrenicus kanan tumpul
 Efusi pleura dextra juga bertambah
 Besar cor normal

Kesan : tampak lebih buruk.


Kesan : TB duplex lama – aktif, terutama
dextra

E. DIAGNOSIS

 Diagnosis Utama : TB paru BTA Positif

 Diagnosis penyerta : anemia


F. PENATALAKSANAAN

 Inf. NaCl 0,9 % 15 tpm I.V

 Inj. Cefuroxime 2x1 gr


 Inj. Ranitidin

 Inj. Ambroxol 3x1 cth

 Inj. Metilprednisolon 31,25 mg/12 Jam

 OAT 4FDC 1 X 3

 B6 1x1

 Nytex syr 3x10 cc

Anda mungkin juga menyukai