Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA TN. “Sy” DENGAN DIAGNOSA MEDIK TUBERCULOSIS


DI RUANG PERAWATAN 1 DI UPT PUSKESMAS WATAMPONE
KAMAR REFLESIA

OLEH :
NURHUDA HASYIM
NIM. 2019032319

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS JENJANG PROFESI


STIKES MUHAMMADIYAH SIDRAP
TA. 2019/2020

1
LAPORAN PENDAHULUAN
TUBERCULOSIS PARU

A. DEFINISI
Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang di
sebabkan oleh bakteri mikobakterium tuberkolosa. Bakteri ini merupakan
bakteri basil yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk
mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru dibanding
bagian lain tubuh manusia.
Menurut :
 Dep Kes, 2003 : TB Paru adalah penyakit menular langsung yang
disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar
kuman menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lain.
 Suriadi, 2001 : TB Paru adalah penyakit infeksi pada paru yang
disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis, yaitu bakteri tahan asam.
Kuman TB berbentuk batang mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap
asam pewarnaan yang disebut pula Basil Tahan Asam (BTA).
 Asih, 2004 : TB Paru adalah yang disebabkan oleh Mycobacterium
Tuberculosis, suatu basil tahan asam yang ditularkan melalui udara.

Tuberkolosis (TBC) adalah contoh lain infeksi saluran nafas bawa yang
biasanya ditularkan melalui inhalasi pericikan ludah (droplet), orang ke orang,
dan mengkolonisasi bronkiolus atau alveolus. Kuman juga dapat masuk
ketubuh melalui saluran cerna, melalui ingesti susu tercemar dipasteurisasin
TB, atau melalui lesi kulit.

B. ETIOLOGI

2
Penyebab TB paru adalah Mycobacterium Tuberculosis sejenis kuman
berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4 mm, tebal 0,3-0,6 mm sebagian
kuman terdiri dari asam lemak / lipid. Ini membuat kuman lebih tahan terhadap
asam. Sifat kuman ini adalah aerob dan tidak tahan terhadap sinar matahari.
Ada beberapa jenis kuman ini yang patogenik. TBC adalah penyakit menular
yang disebabkan oleh kuman TBC (Mycobacterium tuberculosis). TBC lebih
sering manyerang paru-paru namun juga dapat menyerang bagian tubuh lain
seperti selaput otak, kulit, tulang, kelenjar getah bening, dan bagian tubuh
lainnya.
Faktor yang menyebabkan seseorang terinfeksi oleh Mycobacterium
tuberculosis :
 Herediter : resistensi seseorang terhadap infeksi, kemungkinan diturunkan
secara genetic
 Jenis kelamin : pada akhir masa kanak-kanak dan remaja, angka kematian
dan kesakitan lebih banyak terjadi pada anak perempuan.
 Usia : pada masa bayi kemungkinan terinfeksi sangat tinggi.
 Pada masa puber dan remaja dimana masa tumbuh sangat cepat,
kemungkinan infeksi cukup tinggi karena diit yang adekuat.
 Keadaan stress : situasi yang penuh stress (injuri atau penyakit, kurang
nutrisi, stress emosional, kelelahan yang kronik).
 Meningkatnya sekresi steroid adrenal yang menekan reaksi inflamasi dan
memudahkan untuk penyebarluasan infeksi.
 Anak yang mendapat terapi kortikosteroid kemungkinan terinfeksi lebih
mudah.
 Nutrisi : status nutrisi kurang
 Infeksi berulang : HIV, Measles, Pertusis.
 Tidak mematuhi aturan pengobatan.

C. PATOFISIOLOGI

3
Penyebab tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau
dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara. Partikel infeksi ini
dapat menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam, tergantung pada ada
tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang buruk dan kelembaman. Dalam
suasana lembab dan gelap kuman dapat tahan berhari-hari sampai berbulan-
bulan. BCG partikel infeksi ini terhisap oleh orang sehat, maka akan
menempel pada jalan nafas atau paru-paru. Kuman akan dihadapi pertama kali
oleh neutrofil, kemudian baru oleh makrofag. Kebanyakan partikel ini akan
mati atau dibersihkan oleh makrofag kewar dari cabang trakea bronchial
bersama gerakan silia dalam sekretnya.
Bila kuman menetap di jaringan paru, maka akan berkembang biak
dalam sitoplasma makrofag. Disini kuman dapat terbawa masuk ke organ
tubuh lainnya. Bila, masuk ke arteri pulmonalis maka terjadi penjalaran ke
seluruh bagian paru menjadi TB milier.
Dari sarang primer akan timbul peradangan saluran getah bening menuju
hilus dan juga diikuti pembesaran kelenjar getah bening virus. Semua proses
ini memakan waktu 3-8 minggu.
Secara umum, penyakit ini tidak di anggap menular pada anak-anak,
yang biasanya terinpeksi dari pasien orang dewasa. Masa inkubasi ( waktu
yang diperlukan untuk seseorang menjadi terinfeksi setelah tertular ) bervariasi
antara mingguan hingga tahunan, tergantung dari orang itu sendiri dan jenis
infeksinya, apakah primer, progresif, atau reaktivasi.

D. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinik TB mungkin belum muncul pada infeksi awal dan
mungkin tidak akan pernah timbul apabila tidak terjadi infeksi aktif. Apabila
timbul infeksi aktif pasien biasanya memperlihatkan:

o Gejala
- Sesak napas dan nyeri dada,

4
- Kesulitan tidur pada malam,
- Deman pada malam hari, menggigil, berkeringat meskipun tidak
melakukan kegiatan,
- Kurang nafsu makan dan berat badan menurun.
o Tanda
- Kelelahan otot, nyeri dan sesak
- Batuk dengan intensitas tinggi
- Bagi penderita yang sudah parah terdapat darah pada produksi air liur,
dan dahak
- Sering ketakutan dan mudah terangsang

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan Laboratorium

a. Anemia bila penyakit berjalan menahun

b. Lekukosit ringan dengan predominasi limfosit

c. LED meningkat terutama pada fase umumnya nilai tersebut kembali


normal pada tahap penyembuhan

d. GDA = normal tergantung lokasi

2. Pemeriksaan Bakteriologik (sputum)


a. Kultur Sputum = positif mikrobakterium tuberculosis pada tahap aktif
penyakit.
b. Test mantox reaksi intradermal antigen menunjukan infeksi masa lalu
ban adanya antibody tetapi tidak secara klinik sakit berarti
menunjukan penyakit aktif. Reaksi bermakna pada pasien yang secara
klinik sakit berarti TB aktif tidak dapat di tularkan/di sebabkan
mikrobakterium

5
c. Pemeriksaan histologik atau kultur jaringan termaksud pembersihan
gaster, urin menurun, cairan serebrospinal biosy kulit (+) untuk
bacterium tubersculosis.

3. Pemeriksaan radiologi
Foto thorax : infiltrasi lesi awal pada area paru atas simpanan kalsium
lesi sembuh primer atau efusi cairan perubahan menunjukkan lebih luas
TB dapat termasuk rongga akan fibrosa.

4. Pemeriksaan fungsi paru : penurunan kualitas vital, peningkatan ruang


mati, peningkatan rasio udara residu : kapasitas paru total dan penurunan
saturasi oksigen sekunder terhadap infiltrasi parenkim / fibrosis,
kehilangan jaringan paru dan penyakit pleural.

F. PENATALAKSANAAN
Pengobatan untuk individu dengan TB aktif memerlukan waktu lama
karena basil resisten terhadap sebagian besar antibiotik dan cepat bermutasi
apabila terpajang antibiotik yang semula masih efektif. Saat ini terapi untuk
pasien dengan infeksi aktif adalah kombinasi empat obat dan berlangsung
paling kurang sembilan bulan dan biasanya lebih lama apabila pasien tidak
berespons terhadap obat-obatan tersebut, maka obat dan protokol pengobatan
lain akan di coba.
Individu yang memperlihatkan uji kulit tuberculin positif setelah
sebelumnya negatif biasanya mendapat antibiotic selama 6-9 bulan untuk
membantu respons imunnya dan meningkatkan kemungkinan eradikasi basil
total.
Pengobatan tuberculosis terjadi menjadi 2 fase yaitu :
1. Fase Intensif (2-3 bulan)
2. Fase lanjutan (4-7 bulan)

6
Paduan obat yang digunakan terdiri dari obat utama dan obat
tambahan. Jenis obat utama yang digunakan sesuai dengan rekomendasi
WHO adalah Rifampisin, INH, Pirasinamid, Streptomisin, dan Etambutol.
Sedankan jenis obat tambahan adalah Kanamisin, Kulnolon, Makvolide,
dan Amoxilin ditambah dengan asam Klavulanat, Derivat rifampisin /
INH
Biasanya dokter menganjurkan rawat inap untuk evaluasi awal dan
pengobatan TBC, terutama jika:
o penderita adalah anak kecil
o adanya reaksi obat yang parah
o adanya penyakit lain selain TB
Walaupun demikian, kebanyakan anak kecil yang menderita TBC
dapat melakukan rawat jalan dan pengobatan di rumah. Pengobatan TBC
biasanya berupa pengobatan oral. Pada beberapa kasus ada tiga atau empat
jenis obat yang di resepkan. Rangkaian pengobatan harus dijalani dengan
lengkap agar TBC dapat disembuhkan, meskipun membutuhkan waktu
beberapa bulan. Obat yang digunakan merupakan kombinasi antibiotic,
tergantung dari resistensi bakteri terhadap obat tuang yang umum
digunakan. Pengobatan ini harus dikoordinasikan dengan departemen
kesehatan setempat dan / atau ahli penyakit menular pada anak.
Orang yang memiliki hasil PPD positif sebaiknya membutuhkan
pengobatan, biasanya berupa isoniazid (INH) selama sembilan bulan. Jika
infeksi TBC yang di derita ternyata resisten terhadap isoniazid, maka
dibutuhkan rifampin selam enam bulan. Obat lain yang biasa digunakan
adalah pyrazinamide. Etabutol atau streptomycin dapat digunakan untuk
bakteri TBC yang resisten pada beberapa obat. Pengobatan untuk penyakit
TBC kompleks (baik meningitis maupun infeksi pada tulang atau
persedian) biasanya berlangsung selama 9-12 bulan dengan menggunakan
3 hingga 4 jenis obat.
Kebanyakan penderita TBC harus mengikuti terapi observasi
langsung (directly observed therapy, DOT), dimana pengobatan di awasi

7
oleh pekerja kesehatan, baik secara langsung maupun menggunakan
video.
Pengobatan dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap awal (intensif)
dan tahap lanjutan. Lama pengobatan 6-8 bulan, tergantung berat
ringannya penyakit.
Penderita harus minum obat secara lengkap dan teratur sesuai
jadwal berobat sampai dinyatakan sembuh. Dilakukan 3 kali pemeriksaan
ulang dahak untuk mengetahui perkembangan kemajuan pengobatan,
yaitu pada akhir pengobatan tahap awal, sebulan sebelum akhir
pengobatan dan pada akhir pengobatan.

G. KOMPLIKASI
1. Batuk darah
2. Pneumothorax
3. Luluh paru
4. Gagal nafas
5. Gagal jantung
6. Efusi pleura

H. PENCEGAHAN
Dapat dilakukan dengan cara;
1. Vaksinasi BCG pada bayi dan anak.
2. Terapi pencegahan
3. Diagnosis dan pengobatan tuberculosis pengobatan (+) untuk mencegah
penularan.

I. KONSEP KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Identitas Pasien
Yang terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, agama, dan lain-lain.

8
b. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
a) Keluhan utama
Kebanyakan kasus dijumpai klien masuk dengan keluhan
batuk yang lebih dari 3 minggu.
b) Riwayat keluhan utama
Biasanya batuk dialami lebih dari 1 minggu disertai
peningkatan suhu tubuh, penurunan nafsu makan dan
kelemahan tubuh.
2) Riwayat Penyakit Sebelumnya:
Pasien pernah sakit batuk yang lama dan tidak sembuh-sembuh.
Pernah berobat tetapi tidak sembuh. Pernah berobat tetapi tidak
teratur. Riwayat kontak dengan penderita Tuberkulosis Paru.
Daya tahan tubuh yang menurun. Riwayat vaksinasi yang tidak
teratur.
3) Riwayat Pengobatan Sebelumnya:
a) Kapan pasien mendapatkan pengobatan sehubungan dengan
sakitnya.
b) Jenis, warna, dosis obat yang diminum.
c) Berapa lama. pasien menjalani pengobatan sehubungan
dengan penyakitnya.
d) Kapan pasien mendapatkan pengobatan terakhir.

c. Riwayat Sosial Ekonomi:


1) Riwayat pekerjaan. Jenis pekerjaan, waktu dan tempat bekerja,
jumlah penghasilan.
2) Aspek psikososial. Merasa dikucilkan, tidak dapat berkomunikisi
dengan bebas, menarik diri, biasanya pada keluarga yang kurang
marnpu, masalah berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk
sembuh perlu waktu yang lama dan biaya yang banyak, masalah

9
tentang masa depan/pekerjaan pasien, tidak bersemangat dan
putus harapan.
d. Faktor Pendukung:
1) Riwayat lingkungan.
2) Pola hidup.
3) Nutrisi, kebiasaan merokok, minum alkohol, pola istirahat dan
tidur, kebersihan diri.
4) Tingkat pengetahuan/pendidikan pasien dan keluarga tentang
penyakit, pencegahan, pengobatan dan perawatannya.
e. Pemeriksaan Diagnostik:
1) Kultur sputum: Mikobakterium Tuberkulosis positif pada tahap
akhir penyakit.
2) Tes Tuberkulin: Mantoux test reaksi positif (area indurasi 10-15
mm terjadi 48-72 jam).
3) Poto torak:
a) Infiltnasi lesi awal pada area paru atas
b) Pada tahap dini tampak gambaran bercak-bercak seperti
awan dengan batas tidak jelas
c) Pada kavitas bayangan, berupa cincin
d) Pada kalsifikasi tampak bayangan bercak-bercak padat
dengan densitas tinggi
4) Bronchografi: untuk melihat kerusakan bronkus atau kerusakan
paru karena TB paru.
5) Darah: peningkatan leukosit dan Laju Endap Darah (LED).
6) Spirometri: penurunan fuagsi paru dengan kapasitas vital
menurun.
2. DATA DASAR PENGKAJIAN
a. Pola aktivitas dan istirahat

Data subjektif Data objektif


 Rasa lemah cepat lelah  Takikardia

10
 Aktivitas berat timbul  takipnea/dispnea saat kerja

 sesak (nafas pendek)  sesak (tahap, lanjut; infiltrasi


radang sampai setengah paru)
 sulit tidur
 demam subfebris (40 -410C)
 demam hilang timbul.

 menggigil

 berkeringat pada malam hari.

b. Pola nutrisi

Data subjektif Data objektif


 Anoreksia  Turgor kulit jelek

 Mual  kulit kering/bersisik

 tidak enak diperut  kehilangan lemak sub kutan.

 penurunan berat badan.

c. Respirasi

Data subjektif Data objektif


 Batuk produktif/non produktif  Mulai batuk kering sampai
sesak napas batuk dengan sputum
hijau/purulent
 sakit dada.
 mukoid kuning atau bercak
darah

 pembengkakan kelenjar limfe

 terdengar bunyi ronkhi basah

 kasar di daerah apeks paru

11
 sesak napas

 pengembangan pernapasan
tidak simetris (effusi pleura.)

 perkusi pekak dan penurunan


fremitus (cairan pleural)

d. Rasa nyaman/nyeri

Data subjektif Data objektif


 Nyeri dada meningkat karena  Berhati-hati pada area yang
batuk berulang sakit

 prilaku distraksi

 Gelisah

 nyeri bisa timbul bila infiltrasi


radang sampai ke pleura
sehingga timbul pleuritis.

e. Integritas ego

Data subjektif Data objektif


 Faktor stress lama  Menyangkal (selama tahap
dini)
 masalah keuangan
 Ansietas
 perasaan tak berdaya/tak ada
harapan.  Ketakutan

 mudah tersinggung.

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN

12
Diagnosa keperawatan yang lazim terjadi pada klien dengan
Tuberkulosis paru adalah sebagai berikut:
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan: Sekret kental
atau sekret darah, Kelemahan, upaya batuk buruk. Edema
trakeal/faringeal.
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan: Berkurangnya
keefektifan permukaan paru, atelektasis, Kerusakan membran alveolar
kapiler, Sekret yang kental, Edema bronchial.
c. Resiko tinggi infeksi dan penyebaran infeksi berhubungan dengan:
Daya tahan tubuh menurun, fungsi silia menurun, sekret yang inenetap,
Kerusakan jaringan akibat infeksi yang menyebar, Malnutrisi,
Terkontaminasi oleh lingkungan, Kurang pengetahuan tentang infeksi
kuman.
d. Perubahan kebutuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan: Kelelahan, Batuk yang sering, adanya produksi sputum,
Dispnea, Anoreksia, Penurunan kemampuan finansial.
e. Kurang pengetahuan tentang kondisi, pengobatan, pencegahan
berhubungan dengan: Tidak ada yang menerangkan, Interpretasi yang
salah, Informasi yang didapat tidak lengkap/tidak akurat, Terbatasnya
pengetahuan/kognitif
4. INTERVENSI KEPERAWATAN

a. Bersihan jalan napas tidak efektif


Tujuan:
 Mempertahankan jalan napas pasien
 Mengeluarkan sekret tanpa bantuan
 Menunjukkan prilaku untuk memperbaiki bersihan jalan napas
 Berpartisipasi dalam program pengobatan sesuai kondisi
Intervensi Rasional
1. Kaji fungsi pernapasan: bunyi napas, Penurunan bunyi napas indikasi
kecepatan, imma, kedalaman dan atelektasis, ronki indikasi akumulasi
penggunaan otot aksesori secret/ketidakmampuan membersihkan

13
jalan napas sehingga otot aksesori
digunakan dan kerja pernapasan
meningkat.
2. Catat kemampuan untuk Pengeluaran sulit bila sekret tebal,
mengeluarkan secret atau batuk sputum berdarah akibat kerusakan paru
efektif, catat karakter, jumlah atau luka bronchial yang memerlukan
sputum, adanya hemoptisis. evaluasi/intervensi lanjut.

3. Berikan pasien posisi semi atau Meningkatkan ekspansi paru, ventilasi


Fowler, Bantu/ajarkan batuk efektif maksimal membuka area atelektasis
dan latihan napas dalam. dan peningkatan gerakan sekret agar
mudah dikeluarkan
4. Bersihkan sekret dari mulut dan Mencegah obstruksi/aspirasi. Suction
trakea, suction bila perlu. dilakukan bila pasien tidak mampu
mengeluarkan sekret.
5. Pertahankan intake cairan minimal Membantu mengencerkan secret
2500 ml/hari kecuali kontraindikasi. sehingga mudah dikeluarkan

6. Lembabkan udara/oksigen inspirasi. Mencegah pengeringan membran


mukosa

b. Gangguan pertukaran gas


Tujuan:
 Melaporkan tidak terjadi dispnea.
 Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan
adekuat dengan GDA dalam rentang normal.
 Bebas dari gejala distress pernapasan.

Intervensi Rasional
1. Kaji dispnea, takipnea, bunyi Tuberkulosis paru dapat
pernapasan abnormal. Peningkatan rnenyebabkan meluasnya jangkauan
upaya respirasi, keterbatasan ekspansidalam paru-pani yang berasal dari
dada dan kelemahan. bronkopneumonia yang meluas
menjadi inflamasi, nekrosis, pleural
effusion dan meluasnya fibrosis
dengan gejala-gejala respirasi
distress.
2. Evaluasi perubahan-tingkat kesadaran, Akumulasi secret dapat menggangp
catat tanda-tanda sianosis dan oksigenasi di organ vital dan
perubahan warna kulit, membran jaringan.

14
mukosa, dan warna kuku.

3. Demonstrasikan/anjurkan untuk Meningkatnya resistensi aliran udara


mengeluarkan napas dengan bibir untuk mencegah kolapsnya jalan
disiutkan, terutama pada pasien napas.
dengan fibrosis atau kerusakan
parenkim.

4. Anjurkan untuk bedrest, batasi dan Mengurangi konsumsi oksigen pada


bantu aktivitas sesuai kebutuhan. periode respirasi.

5. Monitor GDA. Menurunnya saturasi oksigen (PaO2)


atau meningkatnya PaC02
menunjukkan perlunya penanganan
yang lebih. adekuat atau perubahan
terapi.
6. Berikan oksigen sesuai indikasi. Membantu mengoreksi hipoksemia
yang terjadi sekunder hipoventilasi
dan penurunan permukaan alveolar
paru.

c. Resiko tinggi infeksi dan penyebaran infeksi


Tujuan:
 Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan resiko
penyebaran infeksi. Menunjukkan/melakukan perubahan pola
hidup untuk meningkatkan lingkungan yang. aman.

Intervensi Rasional
1. Review patologi penyakit fase Membantu pasien agar mau mengerti
aktif/tidak aktif, penyebaran infeksi dan menerima terapi yang diberikan
melalui bronkus pada jaringan untuk mencegah komplikasi.
sekitarnya atau aliran darah atau
sistem limfe dan resiko infeksi
melalui batuk, bersin, meludah,
tertawa., ciuman atau menyanyi.

2. Identifikasi orang-orang yang Orang-orang yang beresiko perlu


beresiko terkena infeksi seperti program terapi obat untuk mencegah
anggota keluarga, teman, orang penyebaran infeksi.

15
dalam satu perkumpulan.

3. Anjurkan pasien menutup mulut dan Kebiasaan ini untuk mencegah


membuang dahak di tempat terjadinya penularan infeksi.
penampungan yang tertutup jika
batuk.

4. Gunakan masker setiap melakukan Mengurangi risiko penyebaran infeksi


tindakan.

5. Identifikasi individu yang berisiko Pengetahuan tentang faktor-faktor ini


tinggi untuk terinfeksi ulang membantu pasien untuk mengubah
Tuberkulosis paru, seperti: gaya hidup dan
alkoholisme, malnutrisi, operasi menghindari/mengurangi keadaan yang
bypass intestinal, menggunakan lebih buruk.
obat penekan imun/ kortikosteroid,
adanya diabetes melitus, kanker.

6. Tekankan untuk tidak menghentikan Periode menular dapat terjadi hanya 2-


terapi yang dijalani. 3 hari setelah permulaan kemoterapi
jika sudah terjadi kavitas, resiko,
penyebaran infeksi dapat berlanjut
sampai 3 bulan.
d. Perubahan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
Tujuan:
 Menunjukkan berat badan meningkat mencapai tujuan dengan nilai
laboratoriurn normal dan bebas tanda malnutrisi.
 Melakukan perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan
mempertahankan berat badan yang tepat.

Intervensi Rasional
1. Catat status nutrisi pasien: turgor berguna dalam mendefinisikan derajat
kulit, timbang berat badan, integritas masalah dan intervensi yang tepat.
mukosa mulut, kemampuan menelan,
riwayat mual/muntah atau diare.

2. Kaji pola diet pasien yang Membantu intervensi kebutuhan yang


disukai/tidak disukai. spesifik, meningkatkan intake diet
pasien.

16
3. Monitor intake dan output secara Mengukur keefektifan nutrisi dan
periodik. cairan.

4. Catat adanya anoreksia, mual, Dapat menentukan jenis diet dan


muntah, dan tetapkan jika ada mengidentifikasi pemecahan masalah
hubungannya dengan medikasi. untuk meningkatkan intake nutrisi.
Awasi frekuensi, volume, konsistensi
Buang Air Besar.

5. Anjurkan bedrest. Membantu menghemat energi khusus


saat demam terjadi peningkatan
metabolik.
6. Anjurkan makan sedikit dan sering Memaksimalkan intake nutrisi dan
dengan makanan tinggi protein dan menurunkan iritasi gaster.
karbohidrat.

7. Rujuk ke ahli gizi untuk menentukan Memberikan bantuan dalarn


komposisi diet. perencaaan diet dengan nutrisi adekuat
unruk kebutuhan metabolik dan diet.
8. Konsul dengan tim medis untuk Membantu menurunkan insiden mual
jadwal pengobatan 1-2 jam dan muntah karena efek samping obat.
sebelum/setelah makan.

e. Kurang pengetahuan tentang kondisi, pengobatan, pencegahan.


Tujuan:
 Menyatakan pemahaman proses penyakit/prognosis dan kebutuhan
pengobatan.
 Melakukan perubahan prilaku dan pola hidup unruk memperbaiki
kesehatan umurn dan menurunkan resiko pengaktifan ulang
luberkulosis paru.

Intervensi Rasional
1. Kaji kemampuan belajar pasien Kemampuan belajar berkaitan dengan
misalnya: tingkat kecemasan, keadaan emosi dan kesiapan fisik.
perhatian, kelelahan, tingkat Keberhasilan tergantung pada
partisipasi, lingkungan belajar, kemarnpuan pasien.
tingkat pengetahuan, media, orang
dipercaya.

2. Identifikasi tanda-tanda yang dapat Indikasi perkembangan penyakit atau

17
dilaporkan pada dokter misalnya: efek samping obat yang membutuhkan
nyeri dada, demam, kesulitan evaluasi secepatnya.
bernafas, kehilangan pendengaran.

3. Berikan Informasi yang spesifik Informasi tertulis dapat membantu


dalam bentuk tulisan misalnya: mengingatkan pasien.
jadwal minum obat.

4. Dorong pasien dan keluarga untuk Menurunkan kecemasan.


mengungkapkan kecemasan. Jangan Penyangkalan dapat memperburuk
menyangkal. mekanisme koping.

5. Berikan gambaran tentang pekerjaan Debu silikon beresiko keracunan


yang berisiko terhadap penyakitnya silikon yang mengganggu fungsi
misalnya: bekerja di pengecoran paru/bronkus.
logam, pertambangan, pengecatan.

6. Anjurkan untuk berhenti merokok. Merokok tidak menstimulasi


kambuhnya Tuberkulosis; tapi
gangguan pernapasan/ bronchitis

18

Anda mungkin juga menyukai