OLEH :
NURHUDA HASYIM
NIM. 2019032319
1
LAPORAN PENDAHULUAN
TUBERCULOSIS PARU
A. DEFINISI
Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang di
sebabkan oleh bakteri mikobakterium tuberkolosa. Bakteri ini merupakan
bakteri basil yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk
mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru dibanding
bagian lain tubuh manusia.
Menurut :
Dep Kes, 2003 : TB Paru adalah penyakit menular langsung yang
disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar
kuman menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lain.
Suriadi, 2001 : TB Paru adalah penyakit infeksi pada paru yang
disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis, yaitu bakteri tahan asam.
Kuman TB berbentuk batang mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap
asam pewarnaan yang disebut pula Basil Tahan Asam (BTA).
Asih, 2004 : TB Paru adalah yang disebabkan oleh Mycobacterium
Tuberculosis, suatu basil tahan asam yang ditularkan melalui udara.
Tuberkolosis (TBC) adalah contoh lain infeksi saluran nafas bawa yang
biasanya ditularkan melalui inhalasi pericikan ludah (droplet), orang ke orang,
dan mengkolonisasi bronkiolus atau alveolus. Kuman juga dapat masuk
ketubuh melalui saluran cerna, melalui ingesti susu tercemar dipasteurisasin
TB, atau melalui lesi kulit.
B. ETIOLOGI
2
Penyebab TB paru adalah Mycobacterium Tuberculosis sejenis kuman
berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4 mm, tebal 0,3-0,6 mm sebagian
kuman terdiri dari asam lemak / lipid. Ini membuat kuman lebih tahan terhadap
asam. Sifat kuman ini adalah aerob dan tidak tahan terhadap sinar matahari.
Ada beberapa jenis kuman ini yang patogenik. TBC adalah penyakit menular
yang disebabkan oleh kuman TBC (Mycobacterium tuberculosis). TBC lebih
sering manyerang paru-paru namun juga dapat menyerang bagian tubuh lain
seperti selaput otak, kulit, tulang, kelenjar getah bening, dan bagian tubuh
lainnya.
Faktor yang menyebabkan seseorang terinfeksi oleh Mycobacterium
tuberculosis :
Herediter : resistensi seseorang terhadap infeksi, kemungkinan diturunkan
secara genetic
Jenis kelamin : pada akhir masa kanak-kanak dan remaja, angka kematian
dan kesakitan lebih banyak terjadi pada anak perempuan.
Usia : pada masa bayi kemungkinan terinfeksi sangat tinggi.
Pada masa puber dan remaja dimana masa tumbuh sangat cepat,
kemungkinan infeksi cukup tinggi karena diit yang adekuat.
Keadaan stress : situasi yang penuh stress (injuri atau penyakit, kurang
nutrisi, stress emosional, kelelahan yang kronik).
Meningkatnya sekresi steroid adrenal yang menekan reaksi inflamasi dan
memudahkan untuk penyebarluasan infeksi.
Anak yang mendapat terapi kortikosteroid kemungkinan terinfeksi lebih
mudah.
Nutrisi : status nutrisi kurang
Infeksi berulang : HIV, Measles, Pertusis.
Tidak mematuhi aturan pengobatan.
C. PATOFISIOLOGI
3
Penyebab tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau
dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara. Partikel infeksi ini
dapat menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam, tergantung pada ada
tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang buruk dan kelembaman. Dalam
suasana lembab dan gelap kuman dapat tahan berhari-hari sampai berbulan-
bulan. BCG partikel infeksi ini terhisap oleh orang sehat, maka akan
menempel pada jalan nafas atau paru-paru. Kuman akan dihadapi pertama kali
oleh neutrofil, kemudian baru oleh makrofag. Kebanyakan partikel ini akan
mati atau dibersihkan oleh makrofag kewar dari cabang trakea bronchial
bersama gerakan silia dalam sekretnya.
Bila kuman menetap di jaringan paru, maka akan berkembang biak
dalam sitoplasma makrofag. Disini kuman dapat terbawa masuk ke organ
tubuh lainnya. Bila, masuk ke arteri pulmonalis maka terjadi penjalaran ke
seluruh bagian paru menjadi TB milier.
Dari sarang primer akan timbul peradangan saluran getah bening menuju
hilus dan juga diikuti pembesaran kelenjar getah bening virus. Semua proses
ini memakan waktu 3-8 minggu.
Secara umum, penyakit ini tidak di anggap menular pada anak-anak,
yang biasanya terinpeksi dari pasien orang dewasa. Masa inkubasi ( waktu
yang diperlukan untuk seseorang menjadi terinfeksi setelah tertular ) bervariasi
antara mingguan hingga tahunan, tergantung dari orang itu sendiri dan jenis
infeksinya, apakah primer, progresif, atau reaktivasi.
D. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinik TB mungkin belum muncul pada infeksi awal dan
mungkin tidak akan pernah timbul apabila tidak terjadi infeksi aktif. Apabila
timbul infeksi aktif pasien biasanya memperlihatkan:
o Gejala
- Sesak napas dan nyeri dada,
4
- Kesulitan tidur pada malam,
- Deman pada malam hari, menggigil, berkeringat meskipun tidak
melakukan kegiatan,
- Kurang nafsu makan dan berat badan menurun.
o Tanda
- Kelelahan otot, nyeri dan sesak
- Batuk dengan intensitas tinggi
- Bagi penderita yang sudah parah terdapat darah pada produksi air liur,
dan dahak
- Sering ketakutan dan mudah terangsang
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan Laboratorium
5
c. Pemeriksaan histologik atau kultur jaringan termaksud pembersihan
gaster, urin menurun, cairan serebrospinal biosy kulit (+) untuk
bacterium tubersculosis.
3. Pemeriksaan radiologi
Foto thorax : infiltrasi lesi awal pada area paru atas simpanan kalsium
lesi sembuh primer atau efusi cairan perubahan menunjukkan lebih luas
TB dapat termasuk rongga akan fibrosa.
F. PENATALAKSANAAN
Pengobatan untuk individu dengan TB aktif memerlukan waktu lama
karena basil resisten terhadap sebagian besar antibiotik dan cepat bermutasi
apabila terpajang antibiotik yang semula masih efektif. Saat ini terapi untuk
pasien dengan infeksi aktif adalah kombinasi empat obat dan berlangsung
paling kurang sembilan bulan dan biasanya lebih lama apabila pasien tidak
berespons terhadap obat-obatan tersebut, maka obat dan protokol pengobatan
lain akan di coba.
Individu yang memperlihatkan uji kulit tuberculin positif setelah
sebelumnya negatif biasanya mendapat antibiotic selama 6-9 bulan untuk
membantu respons imunnya dan meningkatkan kemungkinan eradikasi basil
total.
Pengobatan tuberculosis terjadi menjadi 2 fase yaitu :
1. Fase Intensif (2-3 bulan)
2. Fase lanjutan (4-7 bulan)
6
Paduan obat yang digunakan terdiri dari obat utama dan obat
tambahan. Jenis obat utama yang digunakan sesuai dengan rekomendasi
WHO adalah Rifampisin, INH, Pirasinamid, Streptomisin, dan Etambutol.
Sedankan jenis obat tambahan adalah Kanamisin, Kulnolon, Makvolide,
dan Amoxilin ditambah dengan asam Klavulanat, Derivat rifampisin /
INH
Biasanya dokter menganjurkan rawat inap untuk evaluasi awal dan
pengobatan TBC, terutama jika:
o penderita adalah anak kecil
o adanya reaksi obat yang parah
o adanya penyakit lain selain TB
Walaupun demikian, kebanyakan anak kecil yang menderita TBC
dapat melakukan rawat jalan dan pengobatan di rumah. Pengobatan TBC
biasanya berupa pengobatan oral. Pada beberapa kasus ada tiga atau empat
jenis obat yang di resepkan. Rangkaian pengobatan harus dijalani dengan
lengkap agar TBC dapat disembuhkan, meskipun membutuhkan waktu
beberapa bulan. Obat yang digunakan merupakan kombinasi antibiotic,
tergantung dari resistensi bakteri terhadap obat tuang yang umum
digunakan. Pengobatan ini harus dikoordinasikan dengan departemen
kesehatan setempat dan / atau ahli penyakit menular pada anak.
Orang yang memiliki hasil PPD positif sebaiknya membutuhkan
pengobatan, biasanya berupa isoniazid (INH) selama sembilan bulan. Jika
infeksi TBC yang di derita ternyata resisten terhadap isoniazid, maka
dibutuhkan rifampin selam enam bulan. Obat lain yang biasa digunakan
adalah pyrazinamide. Etabutol atau streptomycin dapat digunakan untuk
bakteri TBC yang resisten pada beberapa obat. Pengobatan untuk penyakit
TBC kompleks (baik meningitis maupun infeksi pada tulang atau
persedian) biasanya berlangsung selama 9-12 bulan dengan menggunakan
3 hingga 4 jenis obat.
Kebanyakan penderita TBC harus mengikuti terapi observasi
langsung (directly observed therapy, DOT), dimana pengobatan di awasi
7
oleh pekerja kesehatan, baik secara langsung maupun menggunakan
video.
Pengobatan dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap awal (intensif)
dan tahap lanjutan. Lama pengobatan 6-8 bulan, tergantung berat
ringannya penyakit.
Penderita harus minum obat secara lengkap dan teratur sesuai
jadwal berobat sampai dinyatakan sembuh. Dilakukan 3 kali pemeriksaan
ulang dahak untuk mengetahui perkembangan kemajuan pengobatan,
yaitu pada akhir pengobatan tahap awal, sebulan sebelum akhir
pengobatan dan pada akhir pengobatan.
G. KOMPLIKASI
1. Batuk darah
2. Pneumothorax
3. Luluh paru
4. Gagal nafas
5. Gagal jantung
6. Efusi pleura
H. PENCEGAHAN
Dapat dilakukan dengan cara;
1. Vaksinasi BCG pada bayi dan anak.
2. Terapi pencegahan
3. Diagnosis dan pengobatan tuberculosis pengobatan (+) untuk mencegah
penularan.
I. KONSEP KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Identitas Pasien
Yang terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, agama, dan lain-lain.
8
b. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
a) Keluhan utama
Kebanyakan kasus dijumpai klien masuk dengan keluhan
batuk yang lebih dari 3 minggu.
b) Riwayat keluhan utama
Biasanya batuk dialami lebih dari 1 minggu disertai
peningkatan suhu tubuh, penurunan nafsu makan dan
kelemahan tubuh.
2) Riwayat Penyakit Sebelumnya:
Pasien pernah sakit batuk yang lama dan tidak sembuh-sembuh.
Pernah berobat tetapi tidak sembuh. Pernah berobat tetapi tidak
teratur. Riwayat kontak dengan penderita Tuberkulosis Paru.
Daya tahan tubuh yang menurun. Riwayat vaksinasi yang tidak
teratur.
3) Riwayat Pengobatan Sebelumnya:
a) Kapan pasien mendapatkan pengobatan sehubungan dengan
sakitnya.
b) Jenis, warna, dosis obat yang diminum.
c) Berapa lama. pasien menjalani pengobatan sehubungan
dengan penyakitnya.
d) Kapan pasien mendapatkan pengobatan terakhir.
9
tentang masa depan/pekerjaan pasien, tidak bersemangat dan
putus harapan.
d. Faktor Pendukung:
1) Riwayat lingkungan.
2) Pola hidup.
3) Nutrisi, kebiasaan merokok, minum alkohol, pola istirahat dan
tidur, kebersihan diri.
4) Tingkat pengetahuan/pendidikan pasien dan keluarga tentang
penyakit, pencegahan, pengobatan dan perawatannya.
e. Pemeriksaan Diagnostik:
1) Kultur sputum: Mikobakterium Tuberkulosis positif pada tahap
akhir penyakit.
2) Tes Tuberkulin: Mantoux test reaksi positif (area indurasi 10-15
mm terjadi 48-72 jam).
3) Poto torak:
a) Infiltnasi lesi awal pada area paru atas
b) Pada tahap dini tampak gambaran bercak-bercak seperti
awan dengan batas tidak jelas
c) Pada kavitas bayangan, berupa cincin
d) Pada kalsifikasi tampak bayangan bercak-bercak padat
dengan densitas tinggi
4) Bronchografi: untuk melihat kerusakan bronkus atau kerusakan
paru karena TB paru.
5) Darah: peningkatan leukosit dan Laju Endap Darah (LED).
6) Spirometri: penurunan fuagsi paru dengan kapasitas vital
menurun.
2. DATA DASAR PENGKAJIAN
a. Pola aktivitas dan istirahat
10
Aktivitas berat timbul takipnea/dispnea saat kerja
menggigil
b. Pola nutrisi
c. Respirasi
11
sesak napas
pengembangan pernapasan
tidak simetris (effusi pleura.)
d. Rasa nyaman/nyeri
prilaku distraksi
Gelisah
e. Integritas ego
mudah tersinggung.
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
12
Diagnosa keperawatan yang lazim terjadi pada klien dengan
Tuberkulosis paru adalah sebagai berikut:
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan: Sekret kental
atau sekret darah, Kelemahan, upaya batuk buruk. Edema
trakeal/faringeal.
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan: Berkurangnya
keefektifan permukaan paru, atelektasis, Kerusakan membran alveolar
kapiler, Sekret yang kental, Edema bronchial.
c. Resiko tinggi infeksi dan penyebaran infeksi berhubungan dengan:
Daya tahan tubuh menurun, fungsi silia menurun, sekret yang inenetap,
Kerusakan jaringan akibat infeksi yang menyebar, Malnutrisi,
Terkontaminasi oleh lingkungan, Kurang pengetahuan tentang infeksi
kuman.
d. Perubahan kebutuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan: Kelelahan, Batuk yang sering, adanya produksi sputum,
Dispnea, Anoreksia, Penurunan kemampuan finansial.
e. Kurang pengetahuan tentang kondisi, pengobatan, pencegahan
berhubungan dengan: Tidak ada yang menerangkan, Interpretasi yang
salah, Informasi yang didapat tidak lengkap/tidak akurat, Terbatasnya
pengetahuan/kognitif
4. INTERVENSI KEPERAWATAN
13
jalan napas sehingga otot aksesori
digunakan dan kerja pernapasan
meningkat.
2. Catat kemampuan untuk Pengeluaran sulit bila sekret tebal,
mengeluarkan secret atau batuk sputum berdarah akibat kerusakan paru
efektif, catat karakter, jumlah atau luka bronchial yang memerlukan
sputum, adanya hemoptisis. evaluasi/intervensi lanjut.
Intervensi Rasional
1. Kaji dispnea, takipnea, bunyi Tuberkulosis paru dapat
pernapasan abnormal. Peningkatan rnenyebabkan meluasnya jangkauan
upaya respirasi, keterbatasan ekspansidalam paru-pani yang berasal dari
dada dan kelemahan. bronkopneumonia yang meluas
menjadi inflamasi, nekrosis, pleural
effusion dan meluasnya fibrosis
dengan gejala-gejala respirasi
distress.
2. Evaluasi perubahan-tingkat kesadaran, Akumulasi secret dapat menggangp
catat tanda-tanda sianosis dan oksigenasi di organ vital dan
perubahan warna kulit, membran jaringan.
14
mukosa, dan warna kuku.
Intervensi Rasional
1. Review patologi penyakit fase Membantu pasien agar mau mengerti
aktif/tidak aktif, penyebaran infeksi dan menerima terapi yang diberikan
melalui bronkus pada jaringan untuk mencegah komplikasi.
sekitarnya atau aliran darah atau
sistem limfe dan resiko infeksi
melalui batuk, bersin, meludah,
tertawa., ciuman atau menyanyi.
15
dalam satu perkumpulan.
Intervensi Rasional
1. Catat status nutrisi pasien: turgor berguna dalam mendefinisikan derajat
kulit, timbang berat badan, integritas masalah dan intervensi yang tepat.
mukosa mulut, kemampuan menelan,
riwayat mual/muntah atau diare.
16
3. Monitor intake dan output secara Mengukur keefektifan nutrisi dan
periodik. cairan.
Intervensi Rasional
1. Kaji kemampuan belajar pasien Kemampuan belajar berkaitan dengan
misalnya: tingkat kecemasan, keadaan emosi dan kesiapan fisik.
perhatian, kelelahan, tingkat Keberhasilan tergantung pada
partisipasi, lingkungan belajar, kemarnpuan pasien.
tingkat pengetahuan, media, orang
dipercaya.
17
dilaporkan pada dokter misalnya: efek samping obat yang membutuhkan
nyeri dada, demam, kesulitan evaluasi secepatnya.
bernafas, kehilangan pendengaran.
18