Disusun Oleh :
RISKA ENDAH UTAMI
108118011
TAHUN 2020
STIKES AL IRSYAD AL ISLAMIYYAH CILACAP
KEPERAWATAN ANAK
L
A
TB paru adalah penyakit infeksi menahun yang di sebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium
Tuberculosis). kuman itu biasanya masuk ke tubuh manusia melalui udara (pernafasan) ke dalam pru-
paru, kemudian menyebar dari paru-paru ke organ tubuh yang lain melalui peredaran darah, yaitu
kelenjar limfe, saluran pernafasan atau menyerang ke organ tubuh lainnya (Depkes RI,2011)
Jenis kuman berbentuk batang, ukuran panjang 1–4/um dan tebal 0,3 – 0,6/um.
Sebagian besar kuman berupa lemak/lipid sehingga kuman tahan asam dan lebih tahan
terhadap kimia, fisik. Sifat lain dari kuman ini adalah aerob yang menyukai daerah
yang banyak oksigen, dalam hal ini lebih menyenangi daerah yang tinggi kandungan
oksigennya yaitu daerah apikal paru, daerah ini yang menjadi prediklesi pada penyakit
tuberkulosis.
1. Mycobakterium bovis
3. Jenis kelamin : pada akhir masa kanak – kanak dan remaja, angka kematian
dan kesakitan lebih banyak terjadi pada anak perempuan.
6. Keadaan stress : situasi yang penuh stress( penyakit, kurang nutrisi, stress
emosional, kelelahan yang kronik)
B. Patofisiologi
Masuknya kuman tuberculosis didalam tubuh tidak selalu menimbulkan penyakit.
Infeksi dipengaruhi oleh virulensi dan banyaknya basil tuberculosis serta daya tahan
tubuh manusia.
Segera setelah menghirup basil tuberculosis hidup kedalam paru – paru, maka terjadi
eksudasi dan konsolidasi yang terbatas disebut focus primer. Basil tuberculosis akan
menyebar, histosit mulai mengangkut organisme tersebut kekelenjar limfe regional
melalui saluran getah bening menuju kelenjar regional sehingga terbentuk komplek
primer dan mengadakan reaksi eksudasi terjadi sekitar 2-10 minggu(6-8 minggu) pasca
infeksi.
Bersamaan denga terbentuknya kompleks primer terjadi pula hypersensitivitas
terhadap tuberkuloprotein yang dapat diketahui melalui uji tuberculin. Masa terjadinya
infeksi sampai terbentuknya kompleks primer disebut masa inkubasi.
Pada anak yang mengalami lesi, dalam paru dapat terjadi dimanapun terutama di
perifer dekat pleura,tetapi lebih banyak terjadi di lapangan bawah paru dibanding
dengan lapangan atas. Juga terdapat pembesaran kelenjar regional serta
penyembuhannya mengarah ke klasifikasi dan penyebarannya lebih banyak terjadi
melalui hematogen.
Pada reaksi radang dimana leukosit polimorfonuklear tampak pada alveoli dan
memfagosit bakteri namun tidak membunuhnya. Kemudian basil menyebar ke limfe
dan sirkulasi. Dalam beberapa minggu limfosit T menjadi sensitive terhadap
organisme TBC dan membebaskan limfokin yang merubah makrofag atau
mengaktiifkan makrofag. Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan
timbul gejala pneumonia akut. Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya,
sehingga tidak ada sisa nekrosis yang tertinggal, atau proses dapat berjalan terus dan
bakteri terus difagosit atau berkembang biak dalam sel. Makrofag yang mengadakan
infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel
epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit. Nekrosis pada bagian sentral memberikan
gambaran yang relatifpadat pada keju, yang disebut nekrosis kaseosa.
Terdapat 3 macam penyebaran secara patogen pada tuberculosis anak; penyebaran
hematogen tersembunyi yang kemudian mungkin menimbulkan gejala atau tanpa
gejala klinis, penyebaran milier, biasanya terjadi sekaligus dan menimbulkan gejala
akut, kadang – kadang kronis, penyebaran hematogen berulang.
C. Manifestasi Klinis
1. Demam, malaise, anoreksia, berat badan menurun, kadang-kadang batuk (batuk
tidak selalu ada, menurun sejalan dengan lamanya penyakit), nyeri dada,
hemoptysis.
2. Gejala lanjut, (jaringan paru – paru sudah banyak rusak) : pucat, anemia lemah dan
berat badan menurun.
3. Pemulaan tuberculosis primer biasanya sukar diketahui karena mulainya penyakit
secra perlahan. Kadang tuberculosis ditemukan pada anak tanpa gejala atau
keluhan.
4. Hasil test tuberculin/mantoex positif untuk uji tuberculin dilakukan dengan cara
mantoex ( penyuntikan intracutan)
5. Hasil foto rontgen dada menunjukan gambaran yang mendukung adanya infeksi
TBC
D. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan penunjang TBC antara lain :
1. Reaksi terhadap test tuberculin : reaksi test positif ( diameter = 5mm) menunjukkan
adanya infeksi primer
4. Patologi anatomi dilakukan pada kelenjar getah bening, hepar, pleura, peritoneum,
kulit ditemukan tuberkal, dan basiltahan asam
5. Uji BCG: reaksi positif jika setelah mendapatkan suntikan BCG langsung terdapat
reaksi local yang besar dalam waktu kurang dari 7 hari set penyuntikan.
Pernah sakit batuk yang lama dan benjolan bisul pada leher serta tempat
kelenjar yang lainnya dan sudah diberi pengobatan antibiotik tidak
sembuh-sembuh?
Pernah berobat tapi tidak sembuh?
Pernah berobat tapi tidak teratur?
Riwayat kontak dengan penderita TBC.
Daya tahan yang menurun.
Riwayat imunisasi/vaksinasi.
Riwayat pengobatan.
6) Riwayat sosial ekonomi dan lingkungan.
Riwayat keluarga.
Biasanya keluarga ada yang mempunyai penyakit yang sama.
Aspek psikososial.
Merasa dikucilkan.
Tidak dapat berkomunikasi dengan bebas, menarik diri.
Biasanya pada keluarga yang kurang mampu.
Masalah berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk sembuh perlu
waktu yang lama dan biaya yang banyak.
Tidak bersemangat dan putus harapan.
7) Lingkungan:
Lingkungan kurang sehat (polusi, limbah), pemukiman yang padat,
ventilasi rumah yang kurang, jumlah anggota keluarga yang banyak.
8) Pola fungsi kesehatan.
Pola persepsi sehat dan penatalaksanaan kesehatan.
Kadang terdapat nyeri tekan pada nodul limfa, nyeri tulang umum,
takut, masalah finansial, umumnya dari keluarga tidak mampu.
Pola persepsi diri
b. Pemeriksaan fisik
c. Diagnosa keperawatan
- Tingkat pernafasan
- Frekuensi pernafasan
- Irama pernafasan
- Akumulasi spuntum
- Asupan gizi
- Asupan makanan
- Asupan cairan
(10 kg kedua ) × 50 ml
(10 kg sisanya) × 20 ml
Atau :