DISUSUN OLEH :
108118011
A. MASALAH UTAMA
Waham
3. Faktor predisposisi
a. Aspek Biologi
Waham dari bagian dari manifestasi psikologi dimana
abnormalitas otak yang menyebabkan respon neurologis yang
maladaptif yang barumulai dipahami, ini termasuk hal-hal berikut :
1) Penelitian pencitraan otak sudah mulai menunjukkan keterlibatan
otak yang luas dan dalam perkermbangan skizofrenia. Lesi pada
area frontal, temporal dan limbik paling berhubungan dengan
perilaku psikotik.
2) Beberapa kimia otak dikaitkan dengan skizofrenia. Hasil
penelitian sangat menunjukkan hal-hal berikut ini :
a) Dopamin neurotransmitter yang berlebihan
b) Ketidakseimbangan antara dopamin dan neurotransmitter lain.
c) Masalah-masalah pada sistem respon dopamin
Penelitian pada keluarga yang melibatkan anak kembar dan
anak yang diadopsi telah diupayakan untuk mengidentifikasikan
penyebab genetik pada skizofrenia.
Sudah ditemukan bahwa kembar identik yang dibesarkan
secara terpisah mempunyai angka kejadian yang tinggi pada
skizofrenia dari pada pasangan saudara kandung yang tidak
identik penelitian genetik terakhir memfokuskan pada pemotongan
gen dalam keluarga dimana terdapat angka kejadian skizofrenia
yang tinggi.
b. Aspek Psikologi
Teori psikodinamika untuk terjadinya respon neurobiologik
yang maladaptif belum didukung oleh penelitian. Sayangnya teori
psikologik terdahulu menyalahkan keluarga sebagai penyebab
gangguan ini sehingga menimbulkan kurangnya rasa percaya
(keluarga terhadap tenaga kesehatan jiwa profesional).
c. Aspek Sosial budaya
Stress yang menumpuk dapat menunjang terhadap awitan
skizofrenia dan gangguan psikotik tetapi tidak diyakini sebagai
penyebab utama gangguan.Seseorang yang merasa diasingkan dan
kesepian dapat menyebabkan timbulnya waham (Direja, 2011).
4. Faktor Presipitasi
a. Biologi
Stress biologi yang berhubungan dengan respon neurologik
yang maladaptif termasuk:
1) Gangguan dalam putaran umpan balik otak yang mengatur
proses informasi
2) Abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif
menanggapi rangsangan.
b. Stres lingkungan
Stres biologi menetapkan ambang toleransi terhadap stress
yang berinteraksi dengan stressor lingkungan untuk menentukan
terjadinya gangguan perilaku.
c. Pemicu gejala
Pemicu merupakan prekursor dan stimulus yang yang sering
menunjukkan episode baru suatu penyakit. Pemicu yang biasa
terdapat pada respon neurobiologik yang maladaptif berhubungan
dengan kesehatan. Lingkungan, sikap dan perilaku individu (Direja,
2011).
d. Status Emosional
Nilai penampilan klien rapi atau tidak, amati pembicaraan
klien, aktivitas motorik klien, alam perasaan klien (sedih, takut,
khawatir), afek klien, interaksi selama wawancara, persepsi klien,
proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat konsentasi
dan berhitung, kemampuan penilaian dan daya tilik diri.
C. POHON MASALAH
Resiko perilaku Kekerasan
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan Proses Pikir : Waham
2. Harga Diri Rendah
3. Resiko Perilaku Kekerasaan
F. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Perubahan proses pikir: waham
Tujuan umum :
Klien tidak terjadi perubahan proses pikir: waham dan klien akan
meningkat harga dirinya.
Tujuan khusus :
Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan Keperawatan :
a. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalan diri,
jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat
kontrak yang jelas (waktu, tempat dan topik pembicaraan)
b. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya
c. Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
d. Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang yang berharga
dan bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri
1) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki
Tindakan :
a) Klien dapat menilai kemampuan yang dapat Diskusikan
kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
b) Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien,
utamakan memberi pujian yang realistis
2) Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
3) Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.
Tindakan :
a) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
b) Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah
pulang ke rumah
4) Klien dapat menetapkan / merencanakan kegiatan sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki.
Tindakan :
a) Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap
hari sesuai kemampuan
b) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
c) Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan
5) Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan
Tindakan :
a) Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan
b) Beri pujian atas keberhasilan klien
c) Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
6) Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
Tindakan :
a) Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat
klien.
b) Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat.
c) Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.
d) Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.
2. Diagnosa : Resiko perilaku kekerasan
Tindakan Keperawatan pada pasien :
1) Tujuan keperawatan :
a) Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
b) Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
c) Pasien dapat menyebutkan akibat dariperilaku kekerasan yang
dilakukan
d) Pasien dapat mencegah/mengendalikan perilaku kekerasannya
2) Tindakan keperawatan :
a) Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan teknik
komunikasi terapeutik
b) Diskusikan bersama pasien penyebab perilaku kekerasan sekarang
dan yang lalu
c) Diskusikan perasaan, tanda dan gejala yang dirasakan pasien jika
terjadi penyebab perilaku kekerasan
d) Diskusikan bersama pasien tentang perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan pada saat marah
e) Diskusikan bersama pasien akibat perilaku kekerasan yang
dilakukan
f) Diskusikan dengan pasien cara mengendalikan perilaku kekerasan
Tindakan Keperawatan pada keluarga :
1) Tujuan keperawatan :
Keluarga dapat merawat pasien dirumah
2) Tindakan keperawatan :
a) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien
b) Diskusikan bersama keluarga tentang perilaku kekerasan
(penyebab, tanda dan gejala, akibat dari perilaku tersebut)
c) Diskusikan bersama keluarga tentang kondisi pasien yang perlu
segera dilaporkan kepada perawat
d) Bantu latihan keluarga dalam merawat pasien perilaku kekerasan
3. Diagnosa : Harga diri rendah
Tindakan keperawatan pada pasien :
1) Tujuan keperawatan :
a) Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki
b) Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
c) Pasien dapat memilih kegiatan sesuai dengan kemampuan
d) Pasien dapat melatih kegiatan yang dipilih sesuai dengan
kemampuan
2) Tindakan keperawatan :
a) Identifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki
pasien
b) Bantu pasien menilai kemampuan yang dapat digunakan
c) Bantu pasien memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih
d) Latih kemampuan yang dipilih pasien
e) Bantu pasien menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang
dilatih.
Tindakan keperawatan pada keluarga :
1) Tujuan :
a) Keluarga dapat membantu pasien mengidentifikasi kemampuan
yang dimiliki pasien
b) Keluarga dapat memfasilitasi pelaksanaan yang masih dimiliki
pasien
c) Keluarga dapat memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan yang
sudah dilatih
d) Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan
pasien
2) Tindakan keperawatan :
a) Diskusikan maslah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien
b) Jelaskan pada keluarga tentang harga diri rendah yang dialami
pasien
c) Diskusi dengan keluarga mengenai kemampuan yang dimiliki
pasien dan puji pasien atas kemampuannya
d) Jelaskan cara merawat pasien harga diri rendah
e) Bantu keluarga untuk menyusun rencana kegiatan pasien dirumah
G. STRATEGI PELAKSANAAN
A. STRATEGI PELAKSANAAN
Dx.1: Waham
Pasien
SP 1p:
1. Membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi kebutuhan yang tidak
terpenuhi dan cara memenuhi kebutuhan, mempraktekkan pemenuhan
kebutuhan yang tidak terpenuhi
2. Jangan membantah atau mendukung waham klien
3. Yakinkan klien dalam keadaan aman dan terlindung
4. Observasi apakah waham klien mengganggu aktivitas sehari-harinya.
Orientasi :
“Assalamu’alaikum, perkenalkan nama saya Ani, saya perawat yang dinas
pagi ini di ruang melati. Saya dinas dari pk 07.00-14.00 nanti, saya yang
akan merawat abang hari ini. Nama abang siapa, senangnya dipanggil
apa?”
“Bisa kita berbincang-bincang tentang apa yang bang B rasakan
sekarang?”
“Berapa lama bang B mau kita berbincang-bincang, bang?”
Kerja :
“Saya mengerti bang B merasa bahwa bang B adalah seorang nabi, tapi
sulit bagi saya untuk mempercayainya karena setahu saya semu nabi
sudah tidak ada lagi, bisa kita lanjutkan pembicaraan yang tadi terputus
bang?”
“Tampaknya bang B gelisah sekali, bisa abang ceritakan apa yang bang B
rasakan?”
“O... jadi bang B merasa takut nanti diatur-atur oleh orang lain dan tidak
punya hak untuk mengatur diri abang sendiri?”
“Siapa menurut bang B yang sering mengatur-atur diri abang?”
“Jadi ibu yng terlalu mengatur-atur abang, juga kakak dan adik abang
yang lain?”
“Kalau abaang sendiri inginnya seperti apa?”
“O... bagus abang sudah punya rencana dan jadwal untuk diri sendiri.”
“Coba tuliskan rencana dan jadwal tersebut bang.”
“Wah..bagus sekali, jadi setiap harinya abang ingin ada kegiatan diluar
rumah karena bosan kalau di rumah terus ya.”
Terminasi :
“Bagaimana perasaan bang B setelah berbincang-bincang dengan saya?”
“Apa saja tadi yang sudah kita bcarakan? Bagus”
“Bagaimana kalau jadwal ini abang coba lakukan, setuju bang?”
“Kita bercakap-cakap tentang kemampuan yang pernah Abang miliki?
Mau dimana kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau di sini lagi?”
SP 2p :
1. Mengidentifikasi kemampuan positif pasien
2. Beri pujian pada penampilan klien yang dimiliki pada masa lalu dan saat
ini.
3. Tanyakan apa yang bisa dilakukan
4. Jika klien selalu bicara tentang wahamnya dengarkan sampai Wahamnya
tidak ada
Orientasi :
“Assalamu’alaikum bang B, bagaimana perasaaannya saat ini? Bagus!”
“Apakah abang B sudah mengingat-ngingat apa saja hobi dan kegemaran
abang?”
“Bagaimana kalau kita bicarakan hobi tersebut sekarang?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang hobi bang B tersebut?”
“Berapa lama bang B mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau
20 menit tentang hal tersebut?”
Kerja :
“Apa saja hobby abang? Saya catat ya Bang, terus apa lagi?”
“Wah..rupanya bang B pandai main volly ya, tidak senua orang bisa
bermain volley seperti itu lho Bang.” (atau hal yang sesuai yang
diucapkan pasien)
“Bisa bang B ceitakan kepada saya kapan pertama kali belajar main
volley, siapa yang dulu mengajarkannya kepada bang B, dimana?”
“Bisa bang B peragakan kepada saya bagaimana bermain volley yang
baik itu?”
“Wah..baik sekali permainannya.”
“Coba kita buat jadwal unuk kemampuan bang B ini ya, berapa kali
sehari/seminggu bang B mau bermain volley?”
“Apa yang bang B harapkan dari kemampuan bermain volley ini?”
“Ada tidak hobi atau kemampuan bang B yang lain selain bermain
volley?”
Terminasi :
“Bagaimana perasaan bang B setelah kita bercakap-cakap tentang hobi
dan kemampuan abang?”
“Setelah ini coba bang B lakukan volley sesuai dengan jadwal yang telah
kita buat ya ?”
“Besok kita ketemu lag, ya bang?”
“Nanti kita akan membicarakan tentang obat yang harus bang B minum,
setuju?”
SP 3p: Klien dapat mengidentifikasi kebutuhan yang belum terpenuhi.
1. Observasi kebutuhan klien sehari-hari
2. Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi
3. Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dengan timbulnya waham.
4. Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien dalam
memerlukan waktu dan tenaga.
5. Atur situasi agar klien tidak mempunyai waktu untuk menggunakan
wahamnya.
Sp 4 :
1. Klien dapat berhubungan dengan realitas
2. Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (realitas diri, orang lain,
waktu, dan tempat)
3. Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok: orientasi realitas.
4. Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan oleh Klien.
Sp 5:
1. Klien dapat dukungan dari keluarga
2. Diskusikan dengan keluarga tentang
a. Gejala waham
b. Cara merawatnya
c. Lingkungan keluarga
d. Follow up dan obat
3. Anjurkan keluarga melaksanakannya dengan bantuan perawat.
Sp 6 : Cara Minum Obat yang Benar
1. Klien dapat menggunakan obat dengan benar
2. Diskusikan denga klien dan keluarga tentang obat, dosis, efek samping dan
akibat penghentian
3. Diskusikan perasaan klien setelah minum obat
4. Berikan obat dengan prinsip 5 benar dan observasi setelah minum obat.
Orientasi :
“Assalamu’alaikum, bang B.”
“Bagaimana bang sudah coba dilakukan latihan volley nya? Bagus
sekali.”
“Sesuai dengan janji kita 2 hari yang lalu bagaimana kalau sekarang kita
membicarakan tentang obat yang bang B minum?”
“Dimana kita mau berbicara? Dikamar makan?”
“Berapa lama bang B mau kita berbicara? 20 atau 30 menit?”
“Bang, besok kita ketemu lagi untuk melihat jadwal kegiatan yang telah
dilakukan. Bagaimana mau seperti biasa, jam 10 dan di tempat yang
sama?” “Sampai besok bang.”
Kerja :
“Bang B berapa macam obat yang diminum atau jam berapa saja obat
diminum?”
“Bang B perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang, tidurnya juga
jadi tenang.”
“Obatnya ada 3 macam bang, yang warnanya oranye namanya CPZ,
gunanya agar tenang, yang putih namanya THP gunanya membuat rileks,
dan yang merah jambu namanya HLP gunanya agar pikiran jadi teratur.
Semuanya diminum 3x sehari pada jam 7 pagi, jam 1 siang dan jam 7
malam.”
“Bila nanti setelah minum obat mulut bang B terasa kering, untuk
membantu mengatasinya abang bisa banyak minum dan menghisap-isap es
batu.”
“Sebelum minum obat ini bang B dan ibu mengecek dulu label di kotak
obat apakah benar nama B tertulis disitu, berapa dosis atau butir yang
harus diminum, jam berapa saja harus diminum. Baca juga apakah nama
obatnya sudah benar.”
“Obat-obat ini karena diminum secara teratur dan kemungkinan besar
harus dimnum dalam waktu yang lama. Agar tidak kambuh lagi sebaiknya
Bang B tidak menghentikan sendiri obat yang harus diminum sebelum
berkonsultasi dengan dokter.”
Terminasi :
“Bagaimana perasaan abang setelah kita bercakap-cakap tentang obat
yang Bang B minum? Apa saja nama obatnya? Jam berapa minum obat?”
“Mari kita masukkan pada jadwal kgiatan abang. Jangan lupa minum
obatnya dan nanti saat makan minta sendiri obatnya pada suster ya.”
“Jadwal yang telah kita buat kemarin dilanjutkan ya bang!”
“Bang, besok kita ketemu lagi untuk melihat jadwal kegiatan yang
dilaksanakan, bagaimana kalau seperti biasa, jam 10 dan ditempat
sama?””Sampai besok.”
Carpenito Moyet, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Alih
bahasa oleh Yasmin Asih. Jakarta: EGC.
Keliat, B.A. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Edisi 2. Jakarta: EGC.
Keliat, Budi Anna. 2009.Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta:
EGC.
NANDA. (2012). Nursing Diagnoses: Definitions & Classification 2012-
2014. Philadelphia: NANDA International.
Stuart, G.W. & Sundeen, S.J. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Videbeck, Sheila L. 2008.Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Wilkinson, J.M., & Ahern N.R..2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan
DiagnosaNANDA Intervensi NIC Kriteria Hasil NOC Edisi kesembilan.
Jakarta: EGC
file:///D:/MATAKULIAH%20SEMESTER%206/askep%20JIWA/jtptunimus-gdl-
aidatuzzuy-6728-2-babii.pdf
https://asuhankeperawatankesehatan.blogspot.co.id/2017/01/makalah-
keperawatan-jiwa-waham.html