Anda di halaman 1dari 6

TUBERKULOSIS (TB)

Nomor : C-VII/161/2019
Terbit ke :1
SOP
No.Revisi : 00
DINAS KESEHATAN Tgl Dibelakukan : 20 April 2019
KABUPATEN Halaman :1/4 UPTD PUSKESMAS
HALMAHERA LELEI
SELATAN

DITETAPKAN OLEH ttd


KEPALA UPTD Fahrudin U Sabtu,SKM
PUSKESMAS LELEI NIP. 198403122010011004

1. Definisi Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang


parenkim paru.Tuberkulosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh
lainnya, termasuk meninges, ginjal, tulang, dan nodus limfe.Agens
infeksius utama, Mycobacterium tuberculosis, adalah batang aerobik tahan
asam yang tumbuh dengan lambat dan sensitif terhadap panas dan sinar
ultraviolet (Suzanne C. Smeltzer, 2001).
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis.Kuman batang aerobik dan tahan asam ini,
dapat merupakan organisme patogen maupun saprofit (Sylvia A. Price,
2005).
2. Tujuan Membantu dokter dalam menegakan diagnose medis dan
penatalaksanaannya
3. Etiolgi Tuberkulosis disebabkan oleh agens infeksius utama, Mycobacterium
tuberculosis adalah batang aerobik tahan asam yang tumbuh dengan
lambat dan sensitif terhadap panas dan sinar ultraviolet.M. bovis dan M.
avium pernah, pada kejadian yang jarang, berkaitan dengan terjadinya
infeksi tuberculosis
4. Patofisiologi Risiko untuk tertular tuberkulosis juga tergantung pada banyaknya
organisme yang terdapat di udara.Individu rentan yang menghirup
basil tuberkulosis dan menjadi terinfeksi.Bakteri dipindahkan
melalui jalan napas ke alveoli, tempat dimana mereka terkumpul
dan mulai untuk memperbanyak diri.Basil juga dipindahkan
melalui sistem limfe dan aliran darah ke bagian tubuh lainnya
(ginjal, tulang, korteks serebri), dan area paruparu lainnya (lobus
atas).
Sistem imun tubuh berespons dengan melakukan reaksi
inflamasi.Fagosit (neutrofil dan makrofag) menelan banyak bakteri;
limfosit spesifik-tuberkulosis melisis (menghancurkan) basil dan
jaringan normal.Reaksi jaringan ini mengakibatkan penumpukan
eksudat dalam alveoli, menyebabkan bronkopneumonia.Infeksi
awal biasanya terjadi 2 sampai 10 minggu setelah pemajanan.
Massa jaringan baru, yang disebut granulomas, yang merupakan
gumpalan basil yang masih hidup dan yang sudah mati, dikelilingi
oleh makrofag yang membentuk dinding protektif. Granulomas
diubah menjadi massa Jaringan fibrosa. Bagian sentral dari massa
fibrosa ini disebut tuberkel Ghbn. Bahan (bakteri dan makrofag)
menjadi nekrotik, membentuk massa seperti keju. Massa ini dapat
mengalami kalsifikasi, membentuk skar kolagenosa. Bakteri menjadi
dorman,, tanpa perkembangan penyakit aktif.
Setelah pemajanan dan infeksi awal, individu dapat mengalami
penyakit aktif karena gangguan atau respons yang inadekuat dari
respons sistem imun.Penyakit aktif dapat juga terjadi dengan.infeksi
ulang dan aktivasi bakteri dorman. Dalam kasus ini, tuberkel Ghon
memecah, melepaskan bahan seperti keju ke dalam bronki.Bakteri
kemudian menjadi tersebar di udara, mengakibatkan penyebaran
penyakit lebih jauh.Tuberkel yang memecah menyembuh,
membentuk jaringan parut.Pam yang terinfeksi menjadi lebih
membengkak, mengalcibatkan terjadinya, bronkopneumonia lebih
lanjut, pembentukan tuberkel, dan selanjutnya.

5. Gejala Klinis Batuk terus-menerus dengan dahak selama tiga minggu atau lebih.
b.      Kadang-kadang dahak yang keluar bercampur dengan darah.
c.       Sesak napas dan rasa nyeri di dada.
d.      Badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan menurun.
e.       Berkeringat malam hari walau tanpa aktivitas.
f.       Demam meriang (demam ringan) lebih dari sebulan

6. Prosedur 1. Petugas memanggil pasies sesuai nomor urut


2. Petugas melakukan anamnesa pada pasien
3. Petugas menanyakan keluhan utama pasien, apakah terdapat bising
mengi (wheezing), bunyi “ngik-ngik”, batuk produktif/berdahak terutama
malam hari dan sesak napas atau dada seperti tertekan.
4. Petugas menanyakan perjalanan penyakit, faktor-faktor yang
mencetuskan keluhan, riwayat penyakit keluarga dan riwayat alergi.
5. Petugas melakukan pemeriksaan tekanan darah
6. Petugas mengukur suhu tubuh pasien
7. Perugas mengukur nadi pasien
8. Petugas melakukan pemeriksaan fisik pasien, apakah terdapat bunyi
wheezing dengan atau tanpa menggunakan stetoskop.
9. Petugas menegakan diagnose berdasarkan hasil pemeriksaan.
10. Petugas menginstruksikan pasien untuk istirahat dan faktor-faktor
pencetus asma seperti kelelahan, udara dingin, stress serta menghindari
alergen-alergen seperti debu, asap rokok, makan sea food, dll.
11.Dokter menulis resep untuk pengobatan TB Paru:

Antibiotik yang paling sering digunakan adalah : isoniazid,


rifampisin, pirazinamid, streptomisin; dan etambutol, isoniazid,
rifampisin dan pirazinamid dapat digabungkan dalam 1 kapsul,
sehingga sehingga mengurangi jumlah pil yang harus ditelan oleh
penderita. Pemberian etambutol diawali dengan dosis yang relatif tinggi untuk
membantu mengurangi jumlah bakteri dengan segera. Setelah 2 bulan, dosisnya
dikurangi u n t u k m e n g h i n d a r i e f e k s a m p i n g y a n g b e r b a h a y a
terhadap mata.
− Streptomisin merupakan obat pertama yang efektif melawan
tuberkulosis,tetapi harus diberikan dalam bentuk suntikan. Jika diberikan dalam
dosis tinggiatau pemakaiannya berlanjut sampai lebih dari 3
bulan, streptomisin bisamenyebabkan gangguan pendengaran dan
keseimbangan.
− Panduan obat untuk orang dewasa yang dianjurkan oleh Program P2M
adalahsebagai berikut :a.Panduan obat jangka panjang terdiri dari
streptomisin, INH + B6, dan pirazinamida untuk jangka pengobatan 12
bulan.Cara pemberian : tahap intensif : pengobatan setiap hari kerja
selama 4 minggu (24 kali pengobatan) berupa : streptomisin 0,75 mg,
INH 400 mg, Vit. B6 10mg dan pirazinamida 1 gram selama 8 minggu
(48 kali pengobatan).
Tahap berselang : pengobatan dilanjutkan 2 kali seminggu selama
48minggu (96 kali pengobatan) dengan streptomisin 0,75 mg, INH
700mg, ditambah Vit. B6  10 mg. b.Panduan obat jangka pendek terdiri
dari rifampisin, etambutol, INH danVit. B6  untuk jangka pengobatan 6
– 9 bulan.Cara pemberian :
Tahap intensif : pengobatan setiap hari kerja selama 4 minggu (24
kali pengobatan) berupa: rifampisin 450 mg, etambutol 1 gram, INH
400mg ditambah Vit. B 6
 10 mg.
Tahap berselang : pengobatan dilanjutkan 2 kali seminggu selama 22
minggu (44 kali pengobatan) berupa: rifampisin 600 mg, INH 700
mgditambah Vit. B 6 10 mg.
Wanita yang dalam pengobatan jangka pendek sebaiknya
tidak menggunakan pil atau suntikan KB karena keampuhan pil dan suntikanK B
dapat berkurang sehingga dapat terjadi
kehamilan.
Penderita harus diberitahu bahwa rifampisin menyebabkan
warnamerah pada air liur, air mata, dan air seni.
Pengobatan jangka pendek ini tidak boleh diberikan pada wanita hamildan wanita
yang sedang menyusui.
− Khusus pengobatan TB pada penderita anak diperlukan kerja
sama yang baik dengan orang tua pasien karena angka
drop out  cukup tinggi.
 Selama terapi, kemajuan pengobatan dipantau dengan pemeriksaan darah
dan radiologi. Selain itu perlu dilakukan pemeriksaan fungsi hati,
mengingat efek rifampisin dan INH terhadap hati.
- Buku-buku acuan baku hanya menganjurkan pengobatan intensif
selama 6 bulan dengan dosis yang lebih kecil. Pengobatan berselang
dengan dosis besar hanya dilakukan dengan pertimbangan bahwa ada
ketidakpatuhan penderita,atau kesulitan dalam supervisi terapi. Akan tetapi,
dengan cara itu kemungkinantoksisitas lebih besar, terutama terhadap hati
masih perlu diteliti lebih lanjut.
− Panduan terapi untuk dewasa:
Rifampisin 450 – 600 mg, INH 300 mg, pirazinamid 1,2 – 2 gram
dane t a m b u t o l 2 5 m g / k g B B , s e m u a i n i d i b e r i k a n s e l a m a 2
b u l a n 4 bulan berikutnya : rifampisin 450 – 600 mg dan INH
300 mg.Panduan untuk anak: Rifampisin 10 mg/kgBB/hari, INH 10
mg/kgBB/hari, pirazinamid 15mg/kgBB/ hari selama 2 bulan pertama
Dilanjutkan dengan rifampisin dan INH dengan dosis yang sama selama4
bulan berikutnya.

12.Petugas menulis hasil pemeriksaan, diagnose dan terapi pada rekam


medic pasien
13. Petugas menulis hasil diagnose pada buku register.
7. Prognosis Prognosis tuberkulosis paru (TB paru) tergantung pada diagnosis dini dan
pengobatan.  Tuberkulosis extra-pulmonary membawa prognosis yang
lebih buruk
8. Referensi 1. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1, Hal 476-480.
2. Kementerian Kesehatan RI (2007). Pedoman Pengobatan Dasar Di
Puskesmas. Hal : 24-26
3. Peraturan Menteri Kesehatan No. 5 tahun 2014 tentang Pedoman
Pengobatan Dasar Bagi Dokter di Fasyankes Primer.

TUBERKULOSIS (TB) DISAHKAN OLEH


KEPALA UPTD
DAFTAR No Kode : : C-VII/161/2019 PUSKESMAS
Terbitan : 1
No. Revisi : 00
TILIK
UPTD PUSKESMAS Tgl. Mulai : 20 April 2019
LELEI Berlaku : 20 April 2019
Halaman : 2 halaman

Langkah Kegiatan Ya Tidak Tidak Berlaku


No
1 Apakah
Petugas memanggil pasies sesuai nomor urut
2 Apakah
Petugas melakukan anamnesa pada pasien
3 Apakah
Petugas menanyakan keluhan utama pasien,
apakah terdapat bising mengi (wheezing), bunyi
“ngik-ngik”, batuk produktif/berdahak terutama
malam hari dan sesak napas atau dada seperti
tertekan
4 Apakah
Petugas menanyakan perjalanan penyakit,
faktor-faktor yang mencetuskan keluhan,
riwayat penyakit keluarga dan riwayat alergi.
5 Apakah
Petugas melakukan pemeriksaan tekanan darah
6 Apakah
Perugas mengukur nadi pasien
7 Apakah
Petugas mengukur suhu tubuh pasien
8 Apakah
Petugas melakukan pemeriksaan fisik pasien,
apakah terdapat bunyi wheezing dengan atau
tanpa menggunakan stetoskop
9 Apakah
Petugas menegakan diagnose berdasarkan hasil
pemeriksaan.
10 Apakah
Petugas menginstruksikan pasien untuk istirahat
dan faktor-faktor pencetus asma seperti
kelelahan, udara dingin, stress serta menghindari
alergen-alergen seperti debu, asap rokok, makan
sea food, dll
11 Apakah Petugas menulis resep untuk pengobatan asma
ringan:
a. Bronkodilator (melebarkan penyempitan
jalan napas)
Agonis β 2 : Salbutamol : dosis dewasa 3-4
x 4 mg/hari; anak 3-4 x 1-2 mg/hari
Aminofilin : dosis dewasa 3 x 100-200
mg/hari maks 500 mg; anak
5mg/kgBB/kali.
b. Antiinflamasi (juga sebagai pencegahan)
Kortikosteroid : Dexamethasone 3 x 0,5
mg/hari
12 Apakah
Pada asma sedang dan berat petugas
menyarankan pasien untuk rawat inap dan
memberikan obat asma per-inhalasi dan injeksi
13 Apakah
Petugas menulis hasi pemeriksaan, diagnose dan
terapi pada rekam medic pasien

14 Apakah Petugas menulis hasil diagnose pada buku


register.

CR: …………………………………………%

………………………………
Pelaksana/ Auditor

(………………………………)

Anda mungkin juga menyukai