I. KONSEP TUBERKULOSIS
A. PENGERTIAN
Tuberkulosis pulmoner adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang
parenkim paru, dengan agen infeksius utama Mycobacterium tuberculosis.
(Smeltzer & Bare,2001)
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis, yang dapat menyebar melalui getah bening atau
pembuluh darah.(Price & Wilson,1994)
B. ETIOLOGI
Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, sejenis kuman
yang berbentuk batang dengan ukuran panjang 1 – 4 µm dan tebal 0,3 – 0,6 µm
dan digolongkan dalam basil tahan asam (BTA). (Suyono, et al 2001)
2. PATHWAYS
Udara tercemar dihirup individu rentan kurang informasi
Mycobacterium
tuberculosis masuk paru
Kurang pengetahuan
menempel alveoli
E. MANIFESTASI KLINIK
Gambaran klinis tuberculosis mungkin belum muncul pada infeksi awal dan
mungkin tidak akan pernah timbul bila tidak terjadi infeksi aktif.bila timbul
infeksi aktif klien biasanya memperlihatkan gejala :batuk purulen produktif
disertai nyeri dada, demam (biasanya pagi hari), malaise, keringat malam, gejala
flu, batuk darah, kelelahan, hilang nafsu makan dan penurunan berat badan.
(Corwin,2001)
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Darah : lekosit sedikit meninggi, LED meningkat
2. Sputum : BTA dilakukan untuk memperkuat diagnosa TB aktif dan
memperkirakan tingkat infeksinya, ini dilakukan selama dalam 3 hari
berturut-turut. Pada BTA positif ditemukan sekurang-kurangnya 3 batang
kuman dalam satu sediaan, dengan kata lain 5.000 kuman dalam 1 ml
sputum.
3. Tes tuberculin : tes ini dikatakan positif jika indurasi lebih dari 10 – 15 mm.
4. Rontgent : Foto thorak PA tampak gambaran bercak-bercak seperti awan
dengan batas tidak jelas; pada kavitas berupa cincin; pada kalsifikasi tampak
bercak padat dengan densitas tinggi.
5. Broncografi : pemeriksaan khusus untuk melihat kerusakan bronkus dan
paru.
6. Pemeriksaan serologi : ELISA, Mycodot, untuk mendeteksi antibody IgG
specific terhadap basil TB.
7. Pemeriksaan PA : pemeriksaan biopsy pada kelenjar getah bening superficial
leher, yang biasanya didapatkan hasil limfadenitis pada klien TB.
G. PENATALAKSANAAN
1. Pengobatan
Tujuan terpenting dari tata laksana pengobatan tuberkulosis adalah eradikasi
cepat M. tuberculosis, mencegah resistensi, dan mencegah terjadinya
komplikasi.
Jenis dan dosis OAT :
a. Isoniazid (H)
Isoniazid (dikenal dengan INH) bersifat bakterisid, efektif terhadap
kuman dalam keadaan metabolik aktif, yaitu kuman yang sedang
berkembang. Efek samping yang mungkin timbul berupa neuritis perifer,
hepatitis rash, demam Bila terjadi ikterus, pengobatan dapat dikurangi
dosisnya atau dihentikan sampai ikterus membaik. Efek samping ringan
dapat berupa kesemutan, nyeri otot, gatal-gatal. Pada keadaan ini
pemberian INH dapat diteruskan sesuai dosis.
b. Rifampisin (R)
Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman semi-dorman (persisten).
Efek samping rifampisin adalah hepatitis, mual, reaksi demam,
trombositopenia. Rifampisin dapat menyebabkan warna merah atau
jingga pada air seni dan keringat, dan itu harus diberitahukan pada
keluarga atau penderita agar tidak menjadi cemas. Warna merah tersebut
terjadi karena proses metabolisme obat dan tidak berbahaya.
c. Pirazinamid (P)
Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman yang berada dalam sel
dengan suasana asam. Efek samping pirazinamid adalah hiperurikemia,
hepatitis, atralgia.
d. Streptomisin (S)
Bersifat bakterisid, efek samping dari streptomisin adalah nefrotoksik
dan kerusakan nervus kranialis VIII yang berkaitan dengan
keseimbangan dan pendengaran.
e. Ethambutol (E)
Bersifat bakteriostatik, ethambutol dapat menyebabkan gangguan
penglihatan berupa berkurangnya ketajaman penglihatan, buta warna
merah dan hijau, maupun optic neuritis.
2. Pembedahan
3. Pencegahan
Menghindari kontak dengan orang yang terinfeksi basil tuberkulosis,
mempertahankan status kesehatan dengan asupan nutrisi adekuat, minum
susu yang telah dilakukan pasteurisasi, isolasi jika pada analisa sputum
terdapat bakteri hingga dilakukan pengobatan, pemberian imunisasi BCG
untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi oleh basil
tuberkulosis virulen.
4. Prioritas keperawatan TB
Mempertahankan oksigenasi adekuat, mencegah penyebaran infeksi,
mendukung perilaku mempertahankan kesehatan, meningkatkan strategi
koping efektif, memberi informasi tentang proses penyakit/prognosis dan
kebutuhan pengobatan.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko tinggi penyebaran infeksi pada diri sendiri maupun orang lain b.d
virulensi kuman, pertahanan primer tidak adekuat, kurang pengetahuan
untuk menghindari pemajanan pathogen.
2. Tidak efektifnya pembersihan jalan nafas b.d secret kental, upaya batuk
buruk.
3. Resiko kerusakan pertukaran gas b.d kerusakan membrane alveolar kapiler,
penurunan permukaan efektif paru.
4. Perubahan nurisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia.
5. Hiperthermia b.d proses peradangan.
6. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan tindakan dan pencegahan
penyakit b.d kurang/tidak lengkap informasi yang ada.
C. INTERVENSI
1. Resiko tinggi penyebaran infeksi pada diri sendiri maupun orang lain b.d
virulensi kuman, pertahanan primer tidak adekuat, kurang pengetahuan
untuk menghindari pemajanan pathogen.
Tujuan : klien dapat mengidentifikasi tindakan untuk mencegah/menurunkan
resiko infeksi.
Kriteria hasil : klien menunjukkan perubahan pola hidup untuk
meningkatkan lingkungan yang aman.
Intervensi :
a. Kaji patologi penyakit dan potensial penyebaran infekasi melalui droplet
b. Identifikasi orag lain yang beresiko (anggota keluarga/teman)
c. Anjurkan klien untuk batuk / bersin pada tisu dan menghindari meludah
d. Lakukan tindakan isolasi sebagai pencegahan
e. Pertahankan teknik aseptic saat melakukan tindakan perawatan
f. Kaji adanya tanda-tanda klinis proses infeksi
g. Identifikasi adanya factor resiko terjadinya infeksi ulang
h. Beritahu klien dan keluarga tentang pentingnya pengobatan yang tuntas
i. Kolaborasi pemberian obat anti tuberculosis
2. Tidak efektifnya pembersihan jalan nafas b.d secret kental, upaya batuk
buruk.
Tujuan : mempertahankan jalan nafas adekuat
Kriteria hasil : klien dapat mengeluarkan secret tanpa bantuan, menunjukkan
perilaku memperbaiki bersihan jalan nafas
Intervensi :
a. Kaji fungsi pernafasan, bunyi nafas, kecepatan irama, kedalaman,
penggunaan otot aksesori
b. Kaji kemempuan klien untuk mengeluarkan sputum/batuk efektif
c. Berikan posissi semi atau fowler tinggi
d. Bantu klien untuk latihan nafas dalam dan batuk efektif
e. Bersihkan secret dari mulut/trachea, lakukan penghisapan jika perlu
f. Pertahankan asupan cairan 2500 ml per hari
g. Kolaborasi pemberian obat agen mukolitik, bronkodilator
3. Resiko kerusakan pertukaran gas b.d kerusakan membrane alveolar kapiler,
penurunan permukaan efektif paru.
Tujuan : klien tidak menunjukkan gejala distress pernafasan
Kriteria hasil : rentang AGD dalam batas normal, tidak ada dispnea
Intervensi :
a. Kaji dispnea, takipnea, peningkatan upaya bernafas, terbatasnya ekspansi
dada dan kelemahan
b. Evaluasi perubahan tingkat kesadaran, catat sianosis, perubahan warna
kulit
c. Tingkatkan tirah baring/batasi aktifitas, bantu ADL
d. Kolaborasi pemberian oksigen dan pengawasan AGD
4. Perubahan nurisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia.
Tujuan : klien bebas dari tanda malnutrisi
Kriteria hasil : BB naik,
Intervensi :
a. Kaji status nutrisi, turgor kulit, integritas mukosa oral, berat badan dan
kekurangan BB, kemampuan menelan, riwayat mual, muntah, diare
b. Pastikan pola diet yang disukai atau tidak disukai klien
c. Berikan diit tinggi protein dan karbohidrat dalam porsi kecil tetapi sering
d. Awasi masukan/pengeluaran dan perubahan BB secara periodik
e. Berikan perawatan mulut setiap hari
f. Dorong orang terdekat untuk membawa makanan kesukaan klien,
kecuali kontraindikasi
g. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan komposisi diet
5. Hiperthermia b.d proses peradangan.
Tujuan : mempertahankan suhu tubuh normal
Intervensi :
a. Pantau suhu tubuh klien, perhatikan menggigil/diaforesis
b. Pantau suhu lingkungan dan ventilasi
c. Batasi penggunan pakaian atau linen tebal
d. Berikan kompres hangat, hindari penggunaan alcohol
e. Anjurkan untuk mempertahankan masukan cairan adekuat untuk
mencegah dehidrasi
f. Kolaborasi pemberian antipiretik
6. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan tindakan dan pencegahan
penyakit b.d kurang/tidak lengkap informasi yang ada.
Tujuan : klien memahami proses penyakit dan kebutuhan pengobatan
Kriteria hasil : klien melakukan perubahan pola hidup untuk memperbaiki
kesehatan
Intervensi :
a. Kaji kemampuan klien untuk belajar, tingkat partisipasi
b. Identifikasi gejala yang harus dilaporkan klien ke perawat (hemoptisis,
nyeri dada, demam, sulit bernafas)
c. Berikan instruksi dan informasi tertulis khusus untuk klien (jadwal obat)
d. Jelaskan dosis obat, frekuensi pemberian, efek samping dan alasan
pengobatan lama
e. Anjurkan klien untuk tidak merokok dan minum alcohol
f. Berikan inforamasi mengenai proses penyakit, prognosis, cara
pencegahan dan penularan
DAFTAR PUSTAKA
Saran Pembimbing :
- Baik
- Cukup
- Dilengkapi
LAPORAN KASUS KELOLAAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Ny S.H.
DENGAN TUBERCULOSIS PARU