Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN KASUS KEPERAWATAN DIABETES MELITUS

PADA Ny.K DI RUANG FLAMBOYAN BAWAH


RSUD dr. H. SOEWONDO KENDAL

Disusun Oleh :

Nama : Ella Nazhuma

NIM : 115036

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


STIKES TELOGOREJO
SEMARANG
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
TBC merupakan masalah kesehatan global yang membutuhkan perhatian karena dapat
menyebabkan kematian utama di Negara-negara maju maupun Negara berkembang. Di
Indonesia, TBC merupakan masalah utama kesehatan masyarakat. Jumlah pasien TBC di
Indonesia merupakan ke-3 terbanyak di dunia setelah India dan Cina. Diperkirakan pada
tahun 2004, setiap tahun ada 539.000 kasus baru dan kematian 101.000 orang. Hampir 10
tahun lamanya Indonesia menempati urutan ke-3 sedunia dalam hal jumlah penderita
tuberkulosis. (Apriany, 2012)

Berdasarkan Data Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2007 menyatakan jumlah
penderita tuberkulosis di Indonesia sekitar 528.000. Laporan WHO pada tahun 2009,
mencatat peringkat Indonesia menurun ke posisi lima dengan jumlah penderita TBC
sebanyak 429.000 orang. Pada Global Report WHO 2010, didapat data TBC Indonesia,
total seluruh kasus TBC tahun 2009 sebanyak 294.731 kasus, dimana 169.213 adalah
kasus TBC baru BTA positif, 108.616 adalah kasus TBC BTA negatif, 11.215 adalah
kasus TBC ekstra paru, 3.709 adalah kasus TBC kambuh, dan 1.978 adalah kasus
pengobatan ulang diluar kasus kambuh Di Indonesia dengan prevalensi TBC positif
0,22%, penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang setiap tahun mortalitasnya
cukup tinggi. (Pudiastuti, 2011)

2. Tujuan
a. Tujuan Umum
Tujuan umum dari laporan kasus keperawatan ini adalah untuk menerapkan dan
mengetahui gambaran Asuan Keperawatan Tuberculosis (TBC) pada Ny.S di ruang
Betani A 1 (Kohort) RS Mardi Rahayu Kudus
b. Tujuan Khusus
1. Memenuhi tugas
2. Mengetahui definisi,etiologi/faktor resiko dari TBC
3. Mengetahui patofisiologi dan pathway dari TBC
4. Mengetahui manifestasi klinik, diagnostik, komplikasi, dan penatalaksanaan
medis maupun non medis untuk TBC
5. Menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa TBC
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. KONSEP PENYAKIT
A. Definisi Penyakit
Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang
disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini
merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu
lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ
paru-paru dibandingkan bagian lain tubuh manusia (Mansjoer.2007.hlm :
84)
B. Etiologi
Penyakit Tuberkulosis Paru (TB Paru) disebabkan oleh kuman TBC
(Mycobacterium tuberculosis) yang sebagian kuman TBC menyerang
paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lain. Kuman ini berbentuk
batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada
pewarnaan. Oleh karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam
(BTA). Kuman TBC cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi
dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab.
Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dormant, tertidur lama selama
beberapa tahun. (Mansjoer.2007.hlm : 85)

C. Patofisiologi
Basil tuberculosa mula-mula memasuki paru atau tempat lain pada
individu yang sehat kemudian menimbulkan respon peradangan non
spesifik dengan sedikit atau sama sekali tanpa gejala.Basil yang
menyebabkan peradangan tersebut kemudian berada dalam ruang alveolus
dan dapat juga meningkatkan metabolisme tubuh sehingga akan terjadi
peningkatan kebutuhan terhadap energi. Setelah itu klien akan mengalami
gejala batuk, malaise, anokresia dan mual. Di samping basil tuberculosis
membengkitkan peradangan, basil tersebut dapat menjadi aktif dalam
bentuk droplet muda yang tersebar diudara saat klien batuk maupun
bicara.Alveoli yang terserang akan mengalami atau timbul gejala
pneumonia. Kemudian bakteri terus difagosit atau berkembang biak di
dalam sel basil menjadi infeksi lesi primer kemudian difagosit oleh
makrofag. Nekrosis bagian sentral dibawah kelenjar limfe regional. Lesi
mamberikan gambaran yang relatif padat dan seperti kayu/perkejuan.Hal
ini akan menyebabkan penumpukan sekresi dalam paru, lesi primer dan
kelenjar limfe mengalami fibrosis lalu menjadi jaringan parut dan
mengalami pengapuran. Fibrosis pada paru tersebut menjadikan
berkurangnya jumlah jaringan paru fungsional,pengembangan paru kurang
maksimal dan jumlah oksigen yang masuk berkurang.
Apabila daya tahan tubuh kuat maka komplek primer dapat sembuh
dengan sendirinya, namun bila daya tahan tubuh lemah maka akan timbul
fokus reinfeksi endogen yang menyebabkan kembalinya efektifitas lesi.
Basil dalam lesi kembalidalam lesi di fagosit oleh makrofag dibawa
kekelenjar limfe dan saluran darah menimbulkan penyebaran yang luas
yang bisa mnyebabkan tuberculosis milien
(DiGiulio, Mary, dkk.2014)

D. Pathway
Droplet mengandung M.tuberkulosis udara tercemar M.tuberkulosis

Terhirup melalui sal.pernafasan

masuk keparu

alveoli
Hipertermi panas
proses peradangan Produksi secret
berlebih
tuberkel secret sukar
dikeluarkan

infeksi primer pada alveoli

mengalami perkejuan

Mengganggu perfusi dan difusi O2

Suplai O2 kurang

Gangguan pertukaran gas

Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas

(DiGiulio, Mary, dkk.2014)


E. Manifestasi Klinis
 Sistemik
1. Malaise
2. Anoreksia
3. Berat badan menurun
4. Keringat malam
 Akut :
1. Demam tinggi seperti flu
2. Menggiggil
 Kronis
1. Demam akut
2. Sesak nafas
3. Sianosis
 Respiratorik
1. Batuk lebih dari 2 minggu
2. Riak mukoid / mukopurulen
3. Nyeri dada
4. Batuk darah
5. Nyeri pleuritik
6. Sesak nafas
(Soeparman, dkk.2007)

F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Laboratorium: LED
2. Microbiologis: BTA sputum, kultur resistensi sputum terhadap M.
tuberculosis

 Pada kategori 1 dan 3 : sputum BTA diulangi pada akhir bulan ke 2,4
dan 6.
 Pada kategori 2: spuntum BTA diulani pada akhir bulan ke 2.5 dan 8.
 Kultur BTA spuntum diulangi pada akhir bulan ke 2 dan akhir terapi.
3. Radiologis: foto toraks PA, lateral pada saat diagnosis awal dan akhir terapi.
4. Selama terapi: evaluasi foto setelah pengobatan 2 bulan dan 6 bulan.
5. Uji kulit dengan tuberculin (mantoux)
6. Tes PAP, ICT-TBC PCR-TB dari sputum
(Santosa, Budi.2007)

G. Komplikasi
1. Hemoptosis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat
mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya
jalan nafas.
2. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial.
3. Bronkiektasis ( pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan
jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.
4. Pneumotorak (adanya udara di dalam rongga pleura) spontan : kolaps
spontankarena kerusakan jaringan paru.
5. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, ginjal dan
sebagainya.
6. insufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency).
(Rendy, M. Clevo dan TH, Margareth.2012)

H. Penatalaksanaan
Secara garis besar penatalaksanaan TBC dibagi menjadi 2 yaitu medis dan non
medis.
 Pengobatan penderita medis
1. Kategori I
 Obat 2HRZE / 4H3R3
 Untuk kasus baru
 BTA (-)
 Hasil rontgen (+) / Extra Pulmoner
2. Kategori II
 Obat 2 HRZES / 1 HRZE / 5 H3R3E3
 Kasus kambuh BTA (+)
 Kasus gagal pengobatan
3. Kategori III
 Obat 2HRZ / 4H3R3
 Kasus BTA (-)
 Rongsen (+)  klinis
 Kasus extra pulmoner ringan
(Carpenito, Lynda.2007)
 Non medis
1. Modifikasi diet : banyak makan makanan yang bergizi (diet TKTP)
2. Mengurangi aktivitas berlebihan
3. Hindari merokok dan minum alkohol
4. Jika terjadi sesak duduk semifowler dan latihan batuk efektif
(Soeparman, dkk.2007)

2. KONSEP KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Aktivitas
Gejala : Kelelahan umum dan kelemahan, napas pendek,
kesulitan tidur pada mmalam atau demam malah hari, menggiggil
dan atau berkeringat, mimpi buruk.
Tanda : Takhikardia, takhipnea/dispnea pada kerja,
kelelahan otot, nyeri, dan sesak
2. Integritas ego
Tanda : Menyangkal (khususnya selama tahap dini),
ansietas
Gejala : adanya / faktor stres lama, masalah keuangan
rumah. Perasaaan tidak berdaya, tidak ada harapan, populasi /
budaya , etnik.
3. Makanan / cairan
Tanda : Turgor kulit buruk, kering / bersisik, kehilangan
otot/ hilang lemak subkutan
Gejala : Kehilangan nafsu makan, tidak dapat mencerna,
penurunan bear badan.
4. Nyeri / kenyamanan
Tanda : Berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi
dan gelisah
Gejala : Nyeri dada meningkat karena batuk
berulang
5. Pernapasan
Tanda : Peningkatan frekuensi pernafasan, pengembangan
pernapasan tidak simetris, perkusi pekak dan penurunan fremitus.
Bunyi napas : menurun/ tidak ada secara bilteral atau unilateral
(Effusi pleural/ pneumothorak). Bunyi napas tubuler dan atau
bisikan pektoral diatas lesi luas. Krekel tercatat diatas apek paru
selama inspirasi cepat setelah batuk pendek (Krekel Posttussic)
karakteristik sputum : hijau / purulen, mukoid atau bercak carah.
Deviasi trakeal (penyebaran bronkogenik), tak perhatian, mudah
terangsang yang nyata, perubahan mental.
Gejala : Batuk produktif atau tidak produktif, napas pendek,
riwayat TB / terpajan pada individu terinfeksi.
6. Keamanan
Tanda : Demam rendah atau sakit panas akut
Gejala : Adanya kondisi penekanan imun
7. Interaksi sosial
Gejala : Perasaan isolasi / penolakan karena menular,
perubahan pola biasa dalam tanggungjawab/ perubahan kapasitas
fisik untuk melaksanakan peran.
8. Penyuluhan / pembelajaran
Gejala : Riwayat keluarga TB, ketidakmampuan
umum/status kesehatan buruk, gagal untuk membaik/ kambuhnya
TB, tidak berpartisipasi dalam terapi
a. Pola Fungsi Kesehatan
1. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Pada klien dengan TB paru biasanya tinggal didaerah yang
berdesak –desakan, kurang cahaya matahari, kurang ventilasi udara
dan tinggal dirumah yang sumpek.
2. Pola nutrisi dan metabolic
Pada klien dengan TB paru biasanya mengeluh anoreksia, nafsu
makan menurun.
3. Pola eliminasi
Klien TB paru tidak mengalami perubahan atau kesulitan dalam
miksi maupun defekasi
4. Pola aktivitas dan latihan
Dengan adanya batuk, sesak napas dan nyeri dada akan
menganggu aktivitas
5. Pola tidur dan istirahat
Dengan adanya sesak napas dan nyeri dada pada penderita TB paru
mengakibatkan terganggunya kenyamanan tidur dan istirahat.
6. Pola hubungan dan peran
Klien dengan TB paru akan mengalami perasaan asolasi karena
penyakit menular.
7. Pola sensori dan kognitif
Daya panca indera (penciuman, perabaan, rasa, penglihatan, dan
pendengaran) tidak ada gangguan.
8. Pola persepsi dan konsep diri
Karena nyeri dan sesak napas biasanya akan meningkatkan emosi
dan rasa kawatir klien tentang penyakitnya.
9. Pola reproduksi dan seksual
Pada penderita TB paru pada pola reproduksi dan seksual akan
berubah karena kelemahan dan nyeri dada.
10. Pola penanggulangan stress
Dengan adanya proses pengobatan yang lama maka akan
mengakibatkan stress pada penderita yang bisa mengkibatkan
penolakan terhadap pengobatan.
11. Pola tata nilai dan kepercayaan
Karena sesak napas, nyeri dada dan batuk menyebabkan
terganggunya aktifitas ibadah klien.( Santosa, Budi.2007)

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko tinggi penyebaran infeksi berhubungan dengan adanya infeksi
kuman tuberculosis
2. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekret kental atau
sekret darah, kelemahan, upaya batuk buruk, edema trakeal/faringeal.
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan berkurangnya keefektifan
permukaan paru, atelektasis, kerusakan membran alveolar kapiler, sekret
yang kental, edema bronchi (Herdman, T. Heather.2015)

C. INTERVENSI
Dx 1
Resiko tinggi penyebaran infeksi berhubungan dengan adanya infeksi kuman
tuberkulosis.
 Tujuan: Tidak terjadi penyebaran infeksi setelah dilakukan tindakan
keperawatan dalam waktu 3x 24 jam.
 Kriteria Hasil :
1. Klien mengidentifikasi interfensi untuk mencegah resiko
penyebaran infeksi
2. Klien menunjukkan teknik untuk melakukan perubahan pola hidup
dalam melakkan lingkungan yang nyaman.
3. TB yang diderita klien berkurang/ sembuhIntervensi
 Intervensi
 Identifikasi orang lain yang beresiko, contoh anggota rumah, sahabat
karib, dan tetangga.
R : Orang-orang yang terpajan ini perlu program terapi obat untuk
mencegah penyebaran/ terjadinya infeksi.
 Anjurkan pasien untuk batuk/ bersin dan mengeluarkan dahak pada
tisu, menghindari meludahsembarangan, kaji pembuangan tisu sekali
pakai dan teknik mencuci tangan yang tepat. Dorong untukmengulangi
demonstrasi.
R : Perilaku yang diperlukan untuk melakukan pencegahan
penyebaran infeksi.
 Kaji tindakan kontrol infeksi sementara, contoh masker/ isolasi
pernafasan.
R : Dapat membantu menurunkan rasa terisolasi pasien an
membuang stigma sosial sehubungandengan penyakit menular.
 Observasi TTV (suhu tubuh).
R : Untuk mengetahui keadaan umum klien karena reaksi demam
indikator adanya infeksi lanjut.
 Identifikasi faktor resiko individu terhadap pengaktifan berulang
tuberkolusis, contoh tahanan bawah gunakan obat penekan imun
adanya dibetes militus, kanker, kalium.
R : Pengetahuan tentang faktor ini membantu pasien untuk mengubah
pola hidup dan menghindarimenurunkan insiden eksaserbasi.
 Tekankan pentingnya tidak menghentikan terapi obat.
R : Periode singkat berakhir 2-3 hari setelah kemoterapi awal, tetapi
pada adanya rongga/ penyakitluas sedang, resiko penyebaran infeksi
dapat berlanjut sampai 3 bulan.
 Dorong memilih/ mencerna makanan seimbang, berikan sering
makanan kecil dan makanan besardalam jumlah yang tepat.
R : Adanya anoreksia dan malnutrisi sebelumnya merendahkan
tahanan terhadap proses infeksi danmengganggu penyembuhan.
 Kolaborasi dengan dokter tentang pengobatan dan terapi.
R : Untuk mempercepat penyembuhan infeksi.
Dx 2

Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekret kental atau sekret
darah, kelemahan, upaya batuk buruk, edema trakeal/faringeal, peradangan
 Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x30 menit,
diharapkan bersihan jalan napas pasien efektif dengan
 Kriteria hasil :
- pasien melaporkan sesak berkurang
- pernafasan teratur
- ekspandi dinding dada simetris
- ronchi tidak ada
- sputum berkurang atau tidak ada
- frekuensi nafas normal (16-24)x/menit
 Intervensi
 Auskultasi suara nafas, perhatikan bunyi nafas abnormal
R : Untuk mengidentifikasi kelainan pernafasan berhubungan
dengan obstruksi jalan napas
 Monitor usaha pernafasan, pengembangan dada, dan keteraturan
R :Untuk menentukan intervensi yang tepat dan
mengidentifikasi derajat kelainan pernafasan
 Pantau tanda-tanda vital terutama frekuensi pernapasan
R : Untuk mengetahui keadaan umum pasien
 Berikan posisi semifowler jika tidak ada kontraindikasi
R : Meningkatkan ekspansi paru optimal
 Ajarkan klien napas dalam dan batuk efektif jika dalam keadaan
sadar
R : Batuk efektif akan membantu dalam pengeluaran secret
sehingga jalan nafas klien kembali efektif
 Berikan klien air putih hangat sesuai kebutuhan jika tidak
ada kontraindikasi
R : Untuk meningkatkan rasa nyaman pasien dan membantu
pengeluaran sekret
 Lakukan fisioterapi dada sesuai indikasi
R :Fisioterapi dada terdiri dari postural drainase, perkusi dan
fibrasi yang dapat membantu dalam pengeluaran sekret klien
sehingga jalan nafas klien kembali efektif
 Berikan O2 sesuai indikasi
R : Memenuhi kebutuhan O2
 Berikan obat sesuai indikasi misalnya bronkodilator, mukolitik,
antibiotik, atau steroid
R : Membantu membebaskan jalan napas secara kimiawi
Dx 3
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan berkurangnya keefektifan
kerusakan membran alveolar kapiler.
 Tujuan: Setelah diberikan askep selama 2x30 menit diharapkan
pertukaran gas kembali efektif dengan
 Kriteria hasil :
 Pasien melaporkan keluhan sesak berkurang
 Pasien melaporkan tidak letih atau lemas
 Napas teratur
 Tanda vital stabil
 Hasil AGD dalam batas normal (PCO2 : 35-45 mmHg, PO2 : 95-
100 mmH
 Intervensi :
 Mengkaji frekuensi dan kedalaman pernafasan. Catat
penggunaan otot aksesori, napas bibir, ketidak mampuan
berbicara / berbincang
R : Berguna dalam evaluasi derajat distress pernapasan atau
kronisnya proses penyakit
 Mengobservasi warna kulit, membran mukosa dan kuku, serta
mencatat adanya sianosis perifer (kuku) atau sianosis pusat
(circumoral).
R : Sianosis kuku menggambarkan vasokontriksi/respon
tubuh terhadap demam. Sianosis cuping hidung, membran
mukosa, dan kulit sekitar mulut dapat mengindikasikan
adanya hipoksemia sistemik
 Mengobservasi kondisi yang memburuk. Mencatat adanya
hipotensi,pucat, cyanosis, perubahan dalam tingkat kesadaran,
serta dispnea berat dan kelemahan.
R : Mencegah kelelahan dan mengurangi komsumsi oksigen
untuk memfasilitasi resolusi infeksi..
 Berikan terapi oksigen sesuai kebutuhan, misalnya: nasal kanul
dan masker
R : Pemberian terapi oksigen untuk menjaga PaO2 diatas 60
mmHg, oksigen yang diberikan sesuai dengan toleransi dengan
pasien
 Monitor ABGs, pulse oximetry.
R : Untuk memantau perubahan proses penyakit dan
memfasilitasi perubahan (Santosa, Budi.2007)
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda. (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC


DiGiulio, Mary, dkk. (2014). Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Rapha Publishing
Herdman, T. Heather. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. Jakarta : EGC
Nurarif, Amin Huda dan Kusuma, Hardhi. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan. Yogyakarta
: Media Action
Rendy, M. Clevo dan TH, Margareth. (2012). Askep Medikal Bedah dan Penyakit Dalam.
Yogyakarta : Nuha Medika
Santosa, Budi. (2007). Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006. Jakarta : Prima
Medika
Soeparman, dkk. (2007). Ilmu Penyakit Dalam Edisi 2. Jakarta : FKUI
BAB III
RESUME

1. Pengkajian
Ny.K umur 62 tahun sudah menikah beragama Islam dan warga negara
Indonesia dengan pendidikan terakhir SMA bekerja swasta alamat rumah
berada di Trompo, Kendal. Pasien mengatakan bahwa tanggal 05 Januari
2018 jam 17.00 WIB pasien mengeluh lemas dan muntah kemudian
langsung diperiksakan ke puskesmas Trompo,setelah mendapat
pengobatan dari pihak puskesmas menganjurkan untuk dirujuk ke RSUD
H,Soewoendo kendal. Pasien sampai di IGD pukul 20.44 WIB, kemudian
setelah dilakukan pemeriksaan oleh dokter Didapatkan TTV : TD :
150/60 mmHg, S : 360C, N : 87 x/mnt, RR : 18 x/mnt dipasang infuse RL
di punggung tangan kiri, GDS : 365 mg/dl. disarankan untuk dirawat,
pasien dirawat di ruang Flamboyan Bawah . Pasien mengatakan
sebelumnya pernah dirawat diRS dengan penyakit gula/DM. Pasien
mengeluh nyeri seluruh badan. ADL pasien dibantu oleh keluarga dan
perawat. Kondisi pasien saat berada di Flamboyan Bawah TD : 180/90
mmHg, RR : 24 x/mnt, N : 87 x/mnt, S: 36.5C, GDS : 365 mg/dl
mendapatkan terapi infuse RL 30 tetes/mnt,Cefotaxime 2 x 1 gr IV,
Ranitidin 2 x 1 gr IV, Amplodipine 1 x 10 mg, Insulin Novorapid 20 unit
SC, Diit lunak DM, Nebulizer dengan obat Ventolin diuap. konjugtiva
pasien anemis, pemeriksaan paru inspeksi dada simetris, irma
reguler,palpasi ekspansi dada tidak seimbang, perkusi terdapat suara
sonor, auskultasi terdengar suara ronkhi,pernafasan cuping
hidung,terpasang nasal kanul dengan oksigen 3 liter. pada pemeriksaan
laboratorium yang dilakukan pada tanggal 5 Januari 2018 didapatkan data
leukosit 23,2 103/uL, hemoglobin 10,0 g/dL, hematokrit 31,1 %,
trombosit 301 103/uL

2. Analisa Data
Dari data pengkajian didapatkan analisa data sebagai berikut :
1. DS :
 Pasien mengatakan nyeri pada seluruh tubuhnya
 P : Nyeri saat bergerak
 Q : Seperti diremas-remas
 R : Seluruh badan
 S : Skala 6
 T : Berlangsung selama 3 menit
DO :
 Pasien tampak meringis kesakitan
 Pasien tampak pucat
 Hasil laboratorium Hb 10,0 gr/dl
 Terpasang infus RL 20 tpm
 TD : 160/90 mmHg
 RR : 24 x/mnt
 N : 87 x/mnt
 S: 36.50C
2. DS :
 Pasien mengatakan sesak nafas
DO :
 Pasien terpasang nasal kanul oksigen 3 liter
 Pasien tampak kesulitan mengambil nafas
 Pernafasan cuping hidung
 RR :; 24 x/menit
 Terpasang infus RL 20 Tpm
 Pasien tampak lemas
3. DS :
 Pasien mengatakan selama diRS tidak bisa tidur dengan
nyenyak dan sering terbangun dimalam hari karena nyeri
diseuruh badannya
DO :

 Pasien tampak pucat dan lemas


 Pasien tampak lngkar mata menghitam
 Tidur siang 1 jam
 Hb : 10,0 gr/dl

3. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan gangguan
endokrin
3. Gangguan pola tidur berhubungan ketidaknyamanan fisik
4. Intervensi
Dx 1
 Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x30 menit,
diharapkan bersihan jalan napas pasien efektif dengan
 Kriteria hasil :
- pasien melaporkan sesak berkurang
- pernafasan teratur
- ekspandi dinding dada simetris
- ronchi tidak ada
- sputum berkurang atau tidak ada
- frekuensi nafas normal (16-24)x/menit
 Intervensi
 Auskultasi suara nafas, perhatikan bunyi nafas abnormal
R : Untuk mengidentifikasi kelainan pernafasan
berhubungan dengan obstruksi jalan napas
 Monitor usaha pernafasan, pengembangan dada, dan
keteraturan
R :Untuk menentukan intervensi yang tepat dan
mengidentifikasi derajat kelainan pernafasan
 Pantau tanda-tanda vital terutama frekuensi pernapasan
R : Untuk mengetahui keadaan umum pasien
 Berikan posisi semifowler jika tidak ada kontraindikasi
R : Meningkatkan ekspansi paru optimal
 Ajarkan klien napas dalam dan batuk efektif jika dalam
keadaan sadar
R : Batuk efektif akan membantu dalam pengeluaran
secret sehingga jalan nafas klien kembali efektif
 Kolaborasi obat sesuai indikasi misalnya bronkodilator,
mukolitik, antibiotik, atau steroid
R : Membantu membebaskan jalan napas secara
kimiawi
Dx 2
 Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24
jam diharapkan kebutuhan nutrisi pasien kembali terpenuhi
 Kriteria hasil :
 BB meningkat
 Nafsu makan meningkat
 Intervensi :
 Kaji status nutrisi pasien
R : mengeathui status nutrisi pasien
 Pastikan porsi makanan yang biasa pasien sukai
R : Agar pasien senang saat makan makanan yang
disukai dan habis 1 porsi
 Monitor TTV
R : Mengetahui keadaan umum pasien
 Ajarkan/dorong pasien untuk makan sedikit tapi sering
R : Agar perut tidak kosong sama sekali
 Kolaborasi dengan pemberian antiemetik sesuai indikasi
R : Mengurangi mual muntah
5. Implementasi
Berdasarkan diagnosa dan intervensi di atas dilakukan tindakan
keperawatan sebagai berikut :
1. Mengkaji keluhan pasien
2. Memonitor vital sign
3. Mengkaji status nutrisi pasien
4. Mengajarkan teknik relaksasi dan memposisikan pasien semi
fowler/fowler
5. Memastikan makanan yang disukai pasien
6. Mengajarkan untuk makan sedikit tapi sering
7. Memberikan obat sesuai terapi

6. Evaluasi
Setelah tindakan keperawatan didapatkan evaluasi sebagai berikut :
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas bd proses peradangan
S : Pasien mengatakan sesak saat bernafas
O:
 TD : 120/80 mmHg, RR : 18 x/mnt, N : 66 x/mnt, S: 36.5C
 ADL pasien dibantu oleh perawat dan keluarga
 Pasien belum mampu beraktivitas secara mandiri
 Pasien tampak letih
A : masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi :
1. kaji keluhan pasien
2. Monitor vital sign
3. Tingkatkan tirah baring atau batasi aktivitas
4. Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam
5. Kolaborasi pemberian obat sesuai terapi
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh bd intake yang
tidak adekuat
S : Pasien mengatakan nafsu makan berkurang, BB turun 4 kg
O:
 Pasien tampak kurus
 Pasien tampak lemas
 Terpasang infus RL 20 Tpm
 BB : 38 KG TB : 150 : IMT : 16 (Kurus)
A : masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi :
1. Kaji keluhan pasien
2. Monitor vital sign
3. Kaji status nutrisi pasien
4. Aajarkan pasien untuk makan sedikit tapi sering
5. Pastikan porsi makanan yang pasien sukai

BAB IV
PEMBAHASAN

1. Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi yang menyerang pada saluran pernafasan yang
disebabkan oleh bakteri yaitu mycobacterium tuberculosis.

2. Cara penularan tuberkulosis paru melalui percikan dahak (droplet) sumber penularan
adalah penderita tuberkulosis paru BTA(+), pada waktu penderita tuberkulosis paru batuk
atau bersin

3. Pemeriksaan diagnostik untuk tuberkulosis adalah:


Tes kulit tuberkulin, disuntikkan sejumlah kecil protein yang berasal dari bakteri
tuberkulosis ke dalam lapisan kulit (biasanya di lengan). 2 hari kemudian dilakukan
pengamatan pada daerah suntikan, jika terjadi pembengkakand an kemerahan,
maka hasilnya adalah positif

4. Pengobatan penyakit Tuberculosis. Terdapat 5 jenis antibotik yang dapat digunakan yaitu
Antibiotik yang paling sering digunakan adalah Isoniazid (H), Rifampicin (R), Pirazinamid
(P), Streptomisin (S) dan Etambutol (E). Jika penderita benar-benar mengikuti pengobatan
dengan teratur, maka tidak perlu dilakukan pembedahan untuk mengangkat sebagian paru-
paru. Kadang pembedahan dilakukan untuk membuang nanah atau memperbaiki kelainan
bentuk tulang belakang akibat tuberkulosis.

BAB V
PENUTUP

1. Kesimpulan
Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Mikobakterium tuberkulosa. Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu
tahan terhadap asam pada pewarnaan. Oleh karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan
Asam (BTA). Kuman TBC cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat
bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab.dengan tanda gejala yang
umum Malaise, Anoreksia, Berat badan menurun, Keringat malam. Pemeriksaan
diagnostic laboratorium: LED, microbiologis: BTA sputum, kultur resistensi sputum
terhadap M. tuberculosis.

Anda mungkin juga menyukai