KELAS A3 / 2015
ANGGOTA:
A. Latar Belakang
Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan
oleh bakteriMikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang
sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih
sering menginfeksi organ paru-paru dibandingkan bagian lain tubuh manusia.
Insidensi TBC dilaporkan meningkat secara drastis pada dekade terakhir ini di seluruh
dunia. Demikian pula di Indonesia, Tuberkulosis / TBC merupakan masalah
kesehatan, baik dari sisi angka kematian (mortalitas), angka kejadian penyakit
(morbiditas), maupun diagnosis dan terapinya. Dengan penduduk lebih dari 200 juta
orang, Indonesia menempati urutan ketiga setelah India dan China dalam hal jumlah
penderita di antara 22 negara dengan masalah TBC terbesar di dunia. Hasil survei
Kesehatan Rumah Tangga Depkes RI tahun 1992, menunjukkan bahwa Tuberkulosis
(TBC) merupakan penyakit kedua penyebab kematian, sedangkan pada tahun 1986
merupakan penyebab kematian keempat. Pada tahun 1999 WHO Global Surveillance
memperkirakan di Indonesia terdapat 583.000 penderita Tuberkulosis / TBC baru
pertahun dengan 262.000 BTA positif atau insidens rate kira-kira 130 per 100.000
penduduk. Kematian akibat Tuberkulosis / TBC diperkirakan menimpa 140.000
penduduk tiap tahun. Jumlah penderita TBC paru dari tahun ke tahun di Indonesia
terus meningkat. Saat ini setiap menit muncul satu penderita baru TBC paru, dan
setiap dua menit muncul satu penderita baru TBC paru yang menular. Bahkan setiap
empat menit sekali satu orang meninggal akibat TBC di Indonesia. Kenyataan
mengenai penyakit TBC di Indonesia begitu mengkhawatirkan, sehingga kita harus
waspada sejak dini & mendapatkan informasi lengkap tentang penyakit TBC .
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa definisi dari TBC.
2. Untuk mengetahui klasifikasi dari TBC.
3. Untuk mengetahui etiologi dari TBC.
4. Untuk mengetahui patofisiologi dari TBC.
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari TBC.
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari TBC.
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari TBC.
8. Untuk mengetahui komplikasi dari dari TBC.
9. Untuk mengetahui pencegahan dari TBC.
BAB II
TEORI
A. Teori Leininger
1. Pengertian
Keperawatan transkultural adalah suatu pelayanan keperawatan yang
berfokus pada analisis dan studi perbandingan tentang perbedaan budaya
(Leninger, 1978 dalam Sudiharto, 2007). Keperawatan transkultural adalah
ilmu dan kiat yang humanis, yang difokuskan pada perilaku individu atau
kelompok, serta proses untuk mempertahankan atau meningkatkan
perilaku sehat atau perilaku sakit secara fisik dan psikokultural sesuai latar
belakang budaya (Leninger, 1984 dalam Sudiharto, 2007).
2. Tujuan
Teori ini bertujuan untuk menjelaskan faktor budaya dan asuhan yang
mempengaruhi kesehatan, kesakitan dan kematian manusia sebagai upaya
untuk meningkatkan dan memajukan praktek keperawatan. Tujuan paling
utama dari teori ini adalah memberikan asuhan yang sesuai dengan
budaya, gaya hidup maupun nilai-nilai yang dipercaya oleh klien (Parker,
2001).
B. Klasifikasi
Klasifikasi menurut American Thoracic-Society (dalam buku Asuhan
Keperawatan Nanda Nic-Noc jilid 3 2015) :
1. Kategori 0 : tidak perna terpajan, dan tidak terinfeksi, riwayat kontak
negative, tes tuberculin negative.
2. Kategori 1 : terpajan tuberkolusis, tapi tidak terbukti ada infeksi.
3. Kategori 2 : terinfeksi tuberkolusis, tetapi tidak sakit. Tes tuberculin
positif, radiologis dan sputum negative.
4. Kategori 3 : terinfeksi tuberculosis dan sakit.
D. Patofisiologi
Basil tuberkel yang mengcapai permukaan alveoli biasanya diinhalasi
sebagai suatu unit yang terdiri dari satu sampai tiga basil karena gumpalan
yang lebih besar cenderung tertahan di rongga hidung dan tidak
menyebabkan penyakit, setelah berada dalam ruang alveolus (biasanya di
bagian bawah lobus atas atau di bagian atas lobus bawah) basil
tuberculosis ini membangkitkan reaksi peradangan. Lekosit
polimorfunuklear tampak pada tempat tersebut dan mefagosit bakteri tetapi
tidak membunuh organisme tersebut. Sesudah hari – hari pertama maka
lekosit diganti oleh magrofat (Wijaya, 2013, Hal. 138).
Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala-
gejala pneumonia akut. Basil juga menyebar melalui kelenjar limfe
regional. Makrofag yang mengalami infiltrasi menjadi lebih panjang dan
sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel spiteloid yang
dikelilingi oleh limfosit. Reaksi ini biasanya berlangsung selama 10-20
hari. Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat
seperti keju, lesi nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa. Daerah yang
mengalami nekrosis kaseosa dan jaringan granulasi disekitarnya yang
terdiri dari sel epiteloid dan fibroblas menimbulkan respon berbeda.
Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa, membentuk jaringan parut yang
akhirnya membentuk suatu kapsul yang mengelingi tuberkel (Wijaya,
2013, Hal. 138).
Lesi primer paru –paru disebut focus ghon dan gabungan terserangnya
kelenjar limfe regional dan lesi primer dinamakan kompleks ghon.
Kompleks ghon yang mengalami perkapuran ini dapat dilihat pada orang
sehat yang kebetulan menjalani pemeriksaan radiogram rutin. Respon lain
yang terjadi pada daerah nekrosis adalah percairan dimana bahan cair
lepas ke dalam bronkus dan menimbulkan kavitas. Materi tubercular yang
dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk ke percabangan
trakeobronkial. Proses ini dapat terulang kembali pada bagian lain dari
paru atau basil dapat terbawa ke laring, telinga tengah atau usus. Kavitas
kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dan meninggalkan parut
fibrosa(Wijaya, 2013, Hal. 138).
Bila peradangan mereda lumen bronkus dapat menyempit dan tertutup
oleh jaringan parut yang terdapat dekat dengan perbatasan bronkus. Bahan
perkejuan dapat mengental sehingga tidak dapat mengalir melalui saluran
yang ada dan lesi mirip dengan lesi berkapsul yang tidak terlepas. Keadaan
ini dapat tidak menimbulkan gejala dalam waktu lama atau membentuk
lagi hubungan dengan bronkus dan menjadi tempat peradangan aktif.
Penyakit dapat menyebar melalui saluran limfe atau pembuluh darah
(limfohematogen). Organisme yang lolos dari kelenjar limfe akan
memcapai aliran darah dalam jumlah yang lebih kecil yang kadang-kadang
dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ lain (ekstrapulmaner).
Penyebaran hematogen merupakan suatu fenomena akut yang biasanya
menyebabkan tuberculosis milier. Ini terjadi apabila focus nekrotik
merusak pembuluh darah sehingga banyak organisme masuk ke dalam
sistem vascular dan tersebar ke dalam sistem vaskuler ke organ – organ
tubuh (Wijaya, 2013, Hal. 138).
E. Manifestasi Klinis
1. Demam 40-41° C, serta ada batuk/batuk berdarah
2. Sesak napas dan nyeri dada
3. Malaise, keringat malam
4. Suara khas pada perkusi dada, bunyi dada
5. Peningkatan sel darah putih dengan dominasi limfosit
6. Pada anak :
Berkurangnya BB 2 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas
atau gagal tumbuh.
Demam tanpa sebab jelas, terutama jika berlanjut sampai 2
minggu.
Batuk kronik ≥ 3 minggu, dengan atau tanpa wheeze.
Riwayat kontak dengan pasien TB paru dewasa.
F. Pemeriksaan Penunjang
(Menurut Mansjoer, dkk dalam buku Asuhan Keperawatan Nanda Nic-
Noc jilid 3 2015) pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada klien
dengan tuberculosis paru, yaitu :
1. Laboratorium darah rutin : LED normal/meningkat, limfositosis
2. Pemeriksaan sputum BTA : untuk memastikan diagnostik TB paru,
namun pemeriksaan ini tidak spesifik karena hanya 30-70 % pasien
yang dapat didiagnosis berdasarkan pemeriksaan ini
3. Tes PAP (Perosidase Anti Peroksidase)
Merupakan uji serologi imunoperoksidase memakai alat histogen
staning untuk menentukan adanya IgG spesifik terhadap basil TB
4. Tes Mantoux /Tuberkulin
Merupakan uji serologi imunoperosidase memakai alat histogen
staning untuk menentukan adanya IgG spesifik terhadap basil TB
5. Teknik Polymerase Chain Reaction
Deteksi DNA kuman secara spesifik melalui amplifikasi dalam
meskipun hanya satu mikroorganisme dalam spesime juga dapat
mendeteksi adanya resistensi
6. Bacton Dickinson diagnostik instrumen Sistem (BACTEC)
Deteksi growth indeks berdasarkan CO2 yang dihasilkan dari
metabolisme asam lemak mikobacterium tubercolosis
7. MYCODOT
Deteksi antibody memakai antigen liporabinomannan yang direkatkan
pada suatu alat berbentuk seperti sisir plastik, kemudian dicelupkan
dalam jumlah memadai memakai warna sisir akan berubah
8. Pemeriksaan radiology : Rontgen thorax dan lateral
G. Penatalaksanaan
Menurut Ardiansyah (2012. Hal: 309) Penatalaksanaan dari TB dibagi
menjadi 3 bagian, yaitu pencegahan, pengobatan dan penemuan penderita :
H. Komplikasi
Corwin (2009. Hal 547) mengatakan Komplikasi yang serius dan
meluas Tuberkulosis Paru saat ini adalah berkembangnya basil
tuberculosis yang resisten terhadap berbagai kombinasi obat. Resistensi
terjadi jika individu tidak menyelesaikan program pengobatannya hingga
tuntas, dan mutasi basil mengakibatkan basil tidak lagi responsive terhadap
antibiotic yang digunakan dalam waktu jangka pendek. Basil tuberculosis
bermutasi dengan cepat dan sering. Tuberculosis yang resisten terhadap
obat obatan juga dapat terjadi jika individu tidak dapat menghasilkan
respons imun yang efektif sebagai contoh, yang terlihat pada pasien AIDS
atau gizi buruk. Pada kasus ini, terapi antibiotik hanya efektif sebagian.
Tenaga kesehatan atau pekerja lain yang terpajan dengan galur basil ini,
juga dapat menderita tuberculosis resistens multi obat, yang dalam
beberapa tahun dapat mengakibatkan morbiditas dan sering bahkan
kematian. Mereka yang mengidap tubrkulosis resisten multiobat
memerlukan terapi yang lebih toksit dan mahal dengan kecendrungan
mengalami kegagalan.
I. Pencegahan
Adapan tujuan dari pencegahan TBC, yaitu;
1. Menyembuhkan penderita.
2. Mencegah kematian.
3. Mencegah kekambuhan.
4. Menurunkan tingkat penularan.
Saat batuk seharusnya menutupi mulutnya, dan apabila batuk lebih dari 3
minggu, merasa sakit di dada dan kesukaran bernafas segera dibawa
kepuskesmas atau ke rumah sakit.
a. Saat batuk memalingkan muka agar tidak mengenai orang lain.
b. Membuang ludah di tempat yang tertutup, dan apabila ludahnya
bercampur darah segera dibawa kepuskesmas atau ke rumah sakit.
c. Mencuci peralatan makan dan minum sampai bersih setelah
digunakan oleh penderita.
d. Bayi yang baru lahir dan anak-anak kecil harus diimunisasi dengan
vaksin BCG. Karena vaksin tersebut akan memberikan
perlindungan yang amat bagus.
e. Pemeriksaan kontak, yaitu pemeriksaan terhadap individu yang
bergaul erat dengan penderita TB paru BTA positif.
f. Mars chest X-ray, yaitu pemeriksaan massal terhadap kelompok-
kelompok populasi tertentu, misalnya karyawan rumah sakit atau
puskemas atau balai pengobatan, penghuni rumag tahanan dan
siswi-siswi pesantren.
g. Vaksinasi BCG, reaksi positif terjadi jika setelah mendapat
vaksinasi BCG langsung terdapat reaksi lokal yang besar dalam
waktu kurang dari 7 hari setelah penyuntikan.
h. Kemoprokfilasis, yaitu dengan menggunakan INH 5 mg/kg BB
selama 6-12 bulan dengan tujuan menghancurkan atau mengurangi
populasi bakteri yang masih sedikit.
i. Komunikas, informasi, dan edukasi (KIE) tentang penyakit
tuberkulosis kepada masyarakat di tingkat puskesmas maupun
rumah sakit oleh petugas pemerintah atau petugas LSM.
BAB III
PENGKAJIAN, DIAGNOSA, dan INTERVENSI
Kasus Pasien :
Warna kulit sawomatang, rambut ikal, pendek, kurus, bentuk wajah lonjong, tidak
hipertensi.
3. Faktor teknologi
c. Alat yang digunakan untuk berinteraksi. Sarana yang digunakan untuk mendatangi
d. Sarana yang digunakan untuk hiburan keluarga : Jarang melakukan hiburan keluarga
teknologi kesehatan yang ada karena klien masih mempercayai yang berkaitan dengan
budayanya
b. Keyakinan agama yang dianut klien berhubungan dengan kesehatan : Klien tidak
menolak jika petugas kesehatan melakukan pemeriksaan baik itu petugas kesehatan
c. Bagaiman pandangan klien dan keluarga tentang sakit yang di derita menurut ajaran
d. Apa yang dilakukan klien dan keluarga untuk mengatasi sakit berhubungan dengan
disembuhkan oleh orang pintar atau dukun yang di anggap punya kelebihan dan
e. Apa falsafah hidup klien : klien yakin bahwa hidupnya mempunyai cara sendiri untuk
Saya ingin mendengar tentang keluarga anda atau teman dekat anda dan apakah
mereka mengerti anda? Keluarga mengerti dengan saya. Bagaimana lingkungan sosial
berpengaruh pada kehidupan anda,gaya hidup? Di lingkungan hidup saya terbiasa dengan
keramaian dan selalu terpapar polusi. Bagaimana perhatian seseorang dalam kehidupan
anda, bagaimana cara keluarga anda membantu anda bila sakit, apakah pandangan
keluarga anda tentang kepedulian dalam keluarga, apakah mereka bertanggung jawab bila
ada keluarga yang sakit? Keluarga saya sangat peduli dan bertanggung jawab dengan
terdekat
f. Komunikasi :
1) Kualitas suara :
□ kuat/nyaring √ lembut □ sedang □ merintih
2) Pelafalan dan pengucapan kata :
√ jelas □ serak □ dialek ……………………………..
3) Penggunaan tekhnik diam dalam berbicara :
√ jarang □ kadang-kadang □ sering
4) Waktu yang di gunakan untuk diam :
√ singkat □ sedang □ lama □ tak terobservasi
5) Penggunaan bahasa non verbal saat berkomunikasi :
√ gerakan tangan □ gerakan badan □ gerakan mata
□ kinetik (gesture, ekspresi dan cara berdiri/duduk)
6) Sentuhan :
□ terkejut atau menarik diri ketika disentuh
√ menerima sentuhan tanpa kesulitan
□ menyentuh orang lain tanpa kesulitan
7) Jarak :
a) Tingkat kenyamanan :
√ berpindah ketika jarak terinvasi □ tidak berpindah ketika jarak terinvasi
b) Jarak saat berkomunikasi :
□ setengah meter √ setengah sampai satu meter □ lebih dari satu meter
c) Jarak yang nyaman bagi klien ketika berkomunikasi dengan orang : 1 m
d) Apakah objek tertentu (misal tirai, furniture, dll) mempengaruhi sikap klien
dalam berkomunikasi :
√ tidak □ ya, jelaskan
e) Ketika klien berbicara dengan keluarga, seberapa dekat ia berdiri/duduk : jarak
g) Jika klien harus disentuh karena situasi, bagaimana klien bereaksi dan
h) Jika orang yang klien cintai menyentuh, bagaimana reaksi klien dan
i) Apakah jarak antara klien dan perawat saat ini nyaman bagi klien : pertama
klien tidak merasa nyaman tapi lama kelamaan klien sudah mulai terbiasa
dengan keluarga
b) Apa fungsi klien dalam keluarga : klien sebagai orang tua yang sangat
Alasan :
b) Apa yang klien kerjakan jika mempunyai waktu luang : klien lebih banyak
beristirahat
adanya pemimpin
e) Ketika klien masih kecil, siapa yang paling berpengaruh pada klien : orang tua
klien
turunkan dari nenek moyang mereka sehingga menjadi kebiasaan untuk dilakukan
b. Apa arti penting budaya yang dimiliki klien : penghormatan terhadap nenek moyang
mereka
d. Ras : Puang
adalah suatu anugrah dari Sang Pencipta, sedangkan Sakit adalah suatu cobaan hidup
1. Kontrol internal
saya percaya bahwa perubahan yang terjadi pada diri saya itu karena
i. Orientasi nilai
□ tidak, alasan
√ ya, alasan : karena saya meyakini bahwa obat herbal yang saya komsumsi
itu bisa memberikan kesembuhan
b) Adakah orang disekitar klien yang memberi obat untuk mengurangi sakit yang
diderita : iya ada dukun atau orang pintar
c) Apakah obat yang diberikan oleh paranormal akan digunakan untuk
mengobati sakit yang dialami klien saat ini :
□ tidak, alasan
√ ya, alasan : karena saya yakin bahwa obat yang diberikan itu bisa
memyenbuhkan penyakit saya saat ini.
7. Faktor politik dan hukum
Beberapa hal yang perlu dikaji dalam faktor politik dan hukum meliputi :
jika terlalu memaksakan diri dalam hahl politik karena itu ekan membuat dia terlalu
banyak berfikir
e. Sanksi atau aturan dan kebijakan yang dianut keluarga : menghormati yang lebih tua
8. Faktor ekonomi
f. Program asuransi kesehatan dan non kesehatan yang diikuti : tidak ada
9. Faktor pendidikan
b. Apa arti sehat atau kondisi yang bagus bagi klien sesuai dengan disiplin ilmunya :
c. Apa arti sakit atau kesehatan yang buruk menurut klien dengan disiplin ilmunya :
d. Jenis penyakit apa yang sering diderita oleh keluarga klien : Batuk dan Hipertensi
e. Pemahaman sakit yang sedang diderita klien : klien mengatakan sakit yang iya alami
klien akan melalukan pengobatan secara tradisional dan pergi ke dukun, dan keluarga
g. Apa yang klien harapkan dari petugas kesehatan yang sedang menolong memulihkan
kesehatan klien : Klien berharap setelah dilakukan tindakan keperawatan dia bisa
Analisa Data
Kesimpulan
Faktor yang mempengaruhi terjadinya kasu TBC pada NYS adalah lingkungan
yang lembab, kurangnya ventilasi dan sinar matahari, Kemudian perilaku adalah tidak
ada tempat khusus untuk dahak dan kalau batuk tidak menutup mulut. Penyakit
campak disebabkan oleh virus morbilli. Tanda khasnya berupa Koplik spot di selaput
lendir pipi, dan rash kulit yang muncul pada hari ke 14 setelah terpapar virus campak.
Imunisasi campak efektif untuk memberi kekebalan terhadap penyakit campak sampai
seumur hidup.
Penyakit campak yang disebabkan oleh virus yang ganas ini dapat dicegah jika
seseorang mendapatkan imunisasi campak. Jumlah pemberian imunisasi campak
diberikan sebanyak 2 kali; 1 kali di usia 9 bulan, 1 kali di usia 6 tahun. Dianjurkan,
pemberian campak ke-1 sesuai jadwal. Selain karena antibodi dari ibu sudah menurun
di usia 9 bulan, penyakit campak umumnya menyerang anak usia balita. Jika sampai
12 bulan belum mendapatkan imunisasi campak, maka pada usia 12 bulan harus
diimunisasi MMR (Measles Mump Rubella). Imunisasi campak terdiri dari dosis 0,5
ml yang disuntikkan secara Subkutan, lebih baik pada lengan atas. Pada setiap
penyuntikan harus menggunakan jarum dan syringe yang steril.
DAFTAR PUSTAKA
Corwin J, Elizabeth. 2009. Buku Saku Patofisiologi (Edisi 3). Jakarta : EGC
Bulchek , Gloria dkk. 2017. Nursing Intervention Classification (NIC). Edisi Bahasa
Indonesia, Edisi Keenam. Indonesia : MocoMedia
Wijaya, Saferi, Andra. 2013. KMB 1 (Keperawatan Medika Bedah). Yogyakarta : Nuha
Medika