Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

FILOSOFI KONSEPTUAL DAN TEORI KEPERAWATAN


MENURUT SISTER CALISTA ROY

DISUSUN OLEH KELOMPOK VI


ANGGOTA :

1.

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


WIDYA NUSANTARA PALU
TAHUN AKADEMIK 2018/2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,karena atas
rahmat dan karunianya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya.Adapun judul dari makalah ini adalah “Makalah Filosofi Konseptual Dan
Teori Keperawatan Menurut Sister Calista Roy”,Makalah ini di susun untuk memenuhi
salah satu tugas mata kuliah falsafah dan teori keperawatan.
Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada dosen mata kuliah yang bersangkutan yang telah memberikan tugas
terhadap penyusun. Penyusun juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-
pihak yang turut membantu dalam pembuatan makalah ini yang tidak bisa penyusun
sebutkan satu persatu.
Dalam penyusunan makalah ini jauh dari sempurna. Dan ini merupakan
langkah yang baik dari studi yang sesungguhnya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu
dan kemampuan penyusun, maka kritik dan saran yang membangun senantiasa
penyusun harapkan semoga makalah ini dapat berguna bagi penyusun pada khususnya
dan pihak lain yang berkepentingan pada umumnya.

Palu, Novemberr 2018

Penyusu

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................. i
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................ 1
A. Latar Belakang............................................................................................................ 1
B. Tujuan Penulisan ........................................................................................................ 1
BAB II TINJAUAN TEORI................................................................................................... 2
A. Riwayat Calista Roy ................................................................................................... 2
B. Filosofi .......................................................................................................................... 3
C. Model Konseptual Calista Roy .................................................................................. 4
D. Mekanisme Teori Callista Roy .................................................................................. 5
E. Teori adaptasi Calista Roy ......................................................................................... 8
F. Kelebihan Dan Kelemahan Teori Callista Roy ...................................................... 11
G. Hubungan Teori Calista Roy Dengan Proses Keperawatan ............................. 12
BAB III PENUTUP ............................................................................................................... 15
1. Kesimpulan. ............................................................................................................... 15
2. Saran .......................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ 17

ii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Model konseptual mengacu pada ide-ide global mengenai individu, kelompok
situasi atau kejadian tertentu yang berkaitan dengan disiplin yang spesifik. Teori-teori
yang terbentuk dari penggabungan konsep dan pernyataan yang berfokus lebih khusus
pasa suatu kejadian dan fenomena dari suatu disiplin ilmu. Model konseptual
keperawatan dikembangkan atas pengetahuan para ahli keperawatan tentang
keperawatan yang bertolak dari paradigma keperawatan. Model konseptual dalam
keperawatan dapat memungkinkan perawat untuk menerapkan cara perawat bekerja
dalam batas kewenangan sebagai seorang perawat. Perawat perlu memahami konsep
ini sebagai kerangka konsep dalam memberikan asuhan keperawatan dalam praktek
keperawatan atau sebagai filosofi dalam dunia pendidikan dan kerangka kerja dalam
riset keperawatan.
Ada berbagai jenis model konseptual keperawatan berdasarkan pandangan ahli
dalam bidang keperawatan, salah satunya adalah model adaptasi Roy. Roy dalam
teorinya menjelaskan empat macam elemen esensial dalam adaptasi keperawatan ,
yaitu : manusia, lingkungan,kesehatan, dan keperawatan. Model adaptasi Roy
menguraikan bahwa bagaimana individu mampu meningkatkan kesehatannya dengan
cara memepertahankan perilaku secara adaptif karena menurut Roy, manusia adalah
makhluk holistic yang memiliki sistem adaptif yang selalu beradaptsi.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mampu memahami konsep model keperawatan menurut Roy dalam
manajemen asuhan keperawatan.
2. Tujuan Khusus
a. .Mampu menjelaskan riwayat hidup Calista Roy
b. Mampu menjelaskan model Konseptual teori Ccalysta roy
c. Mampu memahami teori adaptasi menurut Calista Roy
d. mampu dan memahami dari kelebihan dan kekurangan teori calista Roy
e. Mampu menerapkan konsep keperawatan sister Calista Roy pada asuhan
keperawatan dengan pendekatan proses keperawatan.

1
BAB II TINJAUAN TEORI

A. Riwayat Calista Roy

Suster Calista Roy adalah seorang suster dari Saint Joseph of Carondelet. Roy
dilahirkan pada tanggal 14 oktober 1939 di Los Angeles California. Roy menerima
Bachelor of Art Nursing pada tahun 1963 dari Mount saint Marys College dan
Magister Saint in Pediatric Nursing pada tahun 1966 di University of california Los
Angeles.

Roy memulai pekerjaan dengan teori adaptasi keperawatan pada tahun 1964
ketika dia lulus dari University of california Los Angeles. Dalam sebuah seminar
dengan Dorrothy /Johnson, Roy tertantang untuk mengembangkan sebuah model
konsep keperawatan. Konsep adaptasi mempengaruhi Roy dalam kerangka
konsepnya yang sesuai dengan keperawatan.Dimulai dengan pendekatan teori
sistem. Roy menambahkan kerja adaptasi dari Helsen (1964) seorang ahli fisiologis
4 psikologis. ntuk memulai membangun pengertian konsepnya. Helsen
mengartikan respon adaptif sebagai fungsi dari datangnya stimulus sampai
tercapainya derajat adaptasi yang di butuhkan individu. Derajat adaptasi dibentuk
oleh dorongan tiga jenis stimulus yaitu : focal stimuli, konsektual stimuli dan
residual stimuli.

Roy mengkombinasikan teori adaptasi Helson dengan definisi dan


pandangan terhadap manusia sebagai sistem yang adaptif. selain konsep-konsep
tersebut, Roy juga mengadaptasi nilai Humanisme dalam model konseptualnya
berasal dari konsep A.H. Maslow untuk menggali keyakinan dan nilai dari manusia.
Menurut Roy humanisme dalam keperawatan adalah keyakinan, terhadap
kemampuan koping manusia dapat meningkatkan derajat kesehatan.sebagai model
yang berkembang, Roy menggambarkan kerja dari ahli-ahli lain di area adaptasi
seperti Dohrenwend (1961). Lazarus(1966), Mechanic (1970) dan selye (1978).
Setelah beberapa tahun, model ini berkembang menjadi sebagai suatu kerangka
kerja pendidikan keperawatan, praktek keperawatan dan penelitian. Tahun 1970,

2
model adaptasi keperawatan diimplementasikan sebagai dasar kurikulum sarjana
muda keperawatan di Mount Saint Mary;s College. Sejak saat itu lebih dari 1500
staf pengajar dan mahasiswa-mahasiswa terbantu untuk mengklarifikasi,
menyaring, dan memperluas model. Penggunaan model praktek juga
memegang peranan penting untuk klarifikasi lebih lanjut dan penyaringan model.

Sebuah studi penelitian pada tahun 1971 dan survey penelitian pada tahun 1976-
1977 menunjukkan beberapa penegasan sementara dari model adaptasi.
Perkembangan model adaptasi keperawatan dipengaruhi oleh latar belakang Roy
dan profesionalismenya. Secara filosofi Roy mempercayai kemampuan bawaan,
tujuan,, dan nilai kemanusiaan, pengalaman klinisnya telah membantu
perkembangan kepercayaannya itu dalam keselarasan dari tubuh manausia dan
spirit.Keyakinan filosofi Roy lebih jelas dalam kerjanya yang baru pada model
adaptasi keperawatan.

B. Filosofi

Filosofi tidak didasarkan terhadap hal yang bersifat empiris, tetapi merupakan
suatu keyakinan dan penyataan yang terkait terhadap praktek keperawatan dan
mempengaruhi munculnya model konseptual .Asumsi Humanism dan Veritivity
yang diturunkan dari teori Spiritual oleh Swimme dan Berry ( 1992 ) menjadikan
Philosifical dari teori ini.Humanism menegaskan bahwa seseorang atau
pengalaman manusia sangat essensial untuk pengetahuannya dan bernilai. Hal itu
dapat menjadi kekuatan untuk berkreatif.Veritivity menegaskan tentang
kepercayaan, nilai dan arti pada semua kehidupan manusia.Selain itu Asumsi dari
Teori System dan Teori level adaptasi digabungkan menjadi kesatuan asusmsi yang
scientific.Dari teori System, sistim adaptasi manusia dipandang sebagai sesuatu
yang berinteraksi yang bekerja sebagai kesatuan untuk mencapai tujuan. Sistem
adaptasi manusia adalah sesuatu yang kompleks, memiliki banyak factor dan juga
merupakan respon terhadap stimulus lingkungan untuk mencapai adaptasi.Dalam
beradaptasi dengan stimulus lingkungan ,manusia mempunyai kapasitas untuk
mengadakan perubahan- perubahan pada lingkungan ( Roy and Andrew, 1999 ).

3
C. Model Konseptual Calista Roy

Model konseptual merupakan suatu kerangka kerja konseptual, sistem atau


skema yang menerangkan tentang serangkain ide global tentang keterlibatan
individu, kelompok, situasi atau kejadian terhadap suatu ilmu dan
pengembangannya. Roy dengan fokus adaptasinya pada manusia terdapat & elemen
esensial yaitu keperawatan, manusia, kesehatan dan lingkungan.berikut akan kami
jelaskan definisi dari keempat elemen esensial menurut Roy.

1. Keperawatan
Menurut Roy keperawatan di definisikan sebagai disiplin ilmu dan
praktek. Keperawatan sebagai disiplin ilmu mengobservasi,
mengklasifikasikan, dan menghubungkan proses yang berpengaruh
terhadap kesehatan. Keperawatan menggunakan pendekatan pengetahuan
untuk menyediakan pelayanan bagi orang-orang. Keperawatan
meningkatkan adaptasi individu untuk meningkatkan kesehatan, jadi model
adaptasi keperawatan menggambarkan lebih khusus perkembangan ilmu
keperawatan dan praktek keperawatan. Dalam model tersebut keperawatan
terdiri dari tujuan perawat dan aktifitas perawat. Tujuan keperawatan adalah
mempertinggi interaksi manusia dengan lingkungannya, peningkatan
adaptasi dilakukan melalui empat cara yaitu fungsi fisiologis, konsep diri,
fungsi peran dan interdependensi. Tujuan keperawatan diraih ketika
stimulus fokal berada dalam wilayah dengan tingkatan adaptasi manusia.
Adaptasi membebaskan energi dari upaya koping yang tidak efektif dan
memungkinkan individu untuk merespon stimulus yang lain, kondisi seperti
ini dapat meningkatkan penyembuhan dan kesehatan.
2. Manusia.
Menurut Roy manusia adalah sebuah sistem adaptif, sebagai sistem
yang adaptif manusia digambarkan secara holistic sebagai satu kesatuan
yang memiliki input, control, output dan proses umpan balik. lebih khusus
manusia didefinisikan sebagai sistem adaptif dengan aktivitas kognator dan
regulator untuk mempertahankan adaptasi, empat cara adaptasinya yaitu

4
fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependensi. Sebagai
sistem yang adaptif mausia digambarkan dalam istilah karakteristik, jadi
manusia dilihat sebagai satu kesatuan yang saling berhubungan antar unit
secara keseluruhan atau beberapa unit untuk beberapa tujuan.
3. Kesehatan
Kesehatan didefinisikan sebagai keadaan dan proses menjadi
manusia secara utuh dan terintegrasi secara keseluruhan. Dalam model
keperawatan konsep sehat dihubungkan dengan konsep adaptasi. Adaptasi
adalah komponen pusat dalam model keperawatan, dalam hal ini manusia
digambarkan sebagai suatu sistem yang adaptif. Proses adaptasi termasuk
semua interaksi manusia dengan lingkungan ysng terdiri dari dua proses,
proses yang pertama dimulai dengan perubahan dalam lingkungan internal
dan eksternal dan proses yang kedua adalah mekanisme koping yang
menghasilkan respon adaptif dan inefektif.
4. Lingkungan
Lingkungan digambarkan sebagai suatu keadaan yang ada di dalam
dan di luar manusia. Lingkungan merupakan input bagi manusia sebagai
suatu sistem yang adaptif.

D. Mekanisme Teori Callista Roy

Dalam teorinya sister Callista Roy memiliki dua model mekanisme


yaitu
• Fungsi atau proses control yang terdiri dari kognator dan regulator.
• Efektor, mekanisme ini dibagi menjadi empat yaitu fisiologi, konsep diri,
fungsi peran dan interpendensi.
Regulator digambarkan sebagai aksi dalam hubungannya terhadap empat
efektor cara adaptasi yaitu: fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran, dan
interdependensi. Berikut penjelasan dari empat efektor yang telah
disebutkan.yaitu :
a. Mode Fungsi Fisiologi

5
Fungsi fisiologi berhubungan dengan struktur tubuh dan fungsinya. Roy
mengidentifikasi sembilan kebutuhan dasar fisiologis yang harus dipenuhi
untuk mempertahankan integritas, yang dibagi menjadi dua bagian, mode
fungsi fisiologis tingkat dasar yang terdiri dari kebutuhan dan fungsi fisiologis
dengan proses yang kompleks terdiri dari 4 bagian yaitu :.
1. Oksigenasi.
Kebutuhan tubuh terhadap oksigen dan prosesnya, yaitu ventilasi,
pertukaran gasdan transpor gas ( Vairo,1984 dan Roy, 1991)
2. Nutrisi.
Mulai dari proses ingesti dan asimilasi makanan untuk mempertahankan
fungsi,meningkatkan pertumbuhan dan mengganti jaringan yang injuri.
(Servonsky, 1984 dalam Roy, 1991).
3. Liminasi.
Yaitu ekskresi hasil dari metabolisme dari instestinal dan ginjal.
(Servonsky,1984 dalam Roy, 1991)
4. Aktivitas dan istirahat.
Kebutuhan keseimbangan aktivitas fisik dan istirahat yang digunaka
nuntuk mengoptimalkan fungsi fisiologis dalam memperbaiki dan
memulihkan semua komponen-komponen tubuh. (Cho, 1984 dalam Roy,
1991 )
5. Proteksi perlindungan.
sebagai dasar defenisi tubuh termasuk proses imunitas dan
struktur integumen ( kulit, rambut dan kuku) dimana hal ini penting sebagai
fungsi proteksi dari infeksi,trauma dan perubahan suhu. ( Sato,1984 dan
Roy,1991)
6. The sense/perasaan.
Penglihatan, pendengaran, perkataan, rasa dan bau memungkinkan
seseorang berinteraksi dengan lingkungan . Sensasi nyeri penting
dipertimbangkan dalam pengkajian perasaan.( Driscoll, 1991, dalam Roy,
1984)
7. Cairan dan elektrolit.

6
Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalamnya termasuk air,
elektrolit,asam basa dalam seluler, ekstrasel dan fungsi sistemik.
sebaliknya inefektif fungsi system fisiologis dapat menyebabkan
ketidakseimbangan elektrolit. (Parly, 1991 dalam Roy 1984).
8. Fungsi syaraf/neurologis.
Hubungan-hubungan neurologis merupakan bagian integral dar iregulator
koping mekanisme seseorang. Mereka mempunyai fungsi untuk
mengendalikan dan mengkoordinasi pergerakan tubuh, kesadaran dan
proses emosi kognitif yang baik untuk mengatur aktivitas organ-organ
tubuh (Robertson, 1984 dalam Roy, 1991).
9. Fungsi endokrin.
Aksi endokrin adalah pengeluaran horman sesuai dengan fungsi
neurologis,untuk menyatukan dan mengkoordinasi fungsi tubuh. Aktivitas
endokrin mempunyai peran yang signifikan dalam respon stress dan
merupakan dari regulator koping mekanisme (Howard & Valentine dan
Roy, 1991)
b. Mode Konsep diri.
Mode konsep diri berhubungan dengan psikososial dengan penekanan
spesifik pada aspek psikososial dan spiritual manusia. Kebutuhan dari konsep
diri ini berhubungan dengan integritas psikis antara lain persepsi, aktivitas
mental dan ekspresi perasaan.
Konsep diri menurut Roy terdiri dari dua komponen yaitu the physical self dan
the personal self..
1. The physical self, yaitu bagaimana seseorang memandang dirinya
berhubungan dengan sensasi tubuhnya dan gambaran tubuhnya. Kesulitan
pada area ini sering terlihat pada saat merasa kehilangan, seperti setelah
operasi, amputasi atau hilang kemampuan seksualitas.
2. The personal self, yaitu berkaitan dengan konsistensi diri, ideal diri, moral-
etik dan spiritual diriorang tersebut. Perasaan cemas, hilangnya kekuatan
atau takut merupakan hal yang berat dalamarea ini.c
c. Mode fungsi peran

7
Mode fungsi peran mengenal pola-pola interaksi sosial seseorang dalam
hubungannya dengan orang lain, yang dicerminkan dalam peran primer,
sekunder dan tersier. Fokusnya pada bagaimana seseorang dapat memerankan
dirinya dimasyarakat sesuai kedudukannya .
d. Mode nterdependensi.
Mode interdependensi adalah bagian akhir dari mode yang dijabarkan oleh
Roy. Fokusnya adalah interaksi untuk saling memberi dan menerima cintaB
kasih sayang, perhatian dan saling menghargai.

Interdependensi yaitu keseimbangan antara ketergantungan dan


kemandirian dalam menerima sesuatu untuk dirinya. Ketergantungan
ditunjukkan dengan kemampuan untuk afiliasi dengan orang lain.kemandirian
ditunjukkan oleh kemampuan berinisiatif untuk melakukan tindakan bagi
dirinya.Interdependensi dapat dilihat dari keseimbangan antara dua nilai
ekstrim, yaitu memberi dan menerima. Output dari manusia sebagai suatu
sistem adaptif adalah respon inefektif. Respon-responyang adaptif itu
mempertahankan atau meningkatkan integritas, sedangkan respon yang
tidak efektif atau maladaptif itu mengganggu integritas. Melalui proses umpan
balik respon-respon memberikan lebih lanjut masukan (input) pada manusia
sebagai suatu sisem. Subsistem regulator dan kognator adalah mekanisme
adaptasi atau koping dengan perubahan lingkungan, dan diperlihatkan melalui
perubahan biologis, psikologis, dan social. Subsistem regulator adalah
gambaran respon yang kaitannya dengan perubahan pada sistem saraf, kimia
tubuh dan organ endokrin serta subsistem kognator adalah gambaran respon
yang kaitannya dengan perubahan kognitif dan emosi, termasuk didalamnya
persepsi, proses informasi, pembelajaran, dan membuat alasan dan emosional,
yang termasuk didalamnya mempertahankan untuk mencari bantuan.

E. Teori adaptasi Calista Roy


Model konsep adaptasi pertama kali dikemukakan oleh Suster
Callista Roy (1969). Konsep ini dikembangkan dari konsep individu dan

8
proses adaptasi seperti diuraikan di bawah ini. Asumsi dasar model adaptasi
Roy adalah :
1. Manusia adalah keseluruhan dari biopsikologi dan sosial yang terus-
menerus berinteraksi dengan lingkungan.
2. Manusia menggunakan mekanisme pertahanan untuk mengatasi
perubahan-perubahan biopsikososial.
3. Setiap orang memahami bagaimana individu mempunyai batas
kemampuan untuk beradaptasi.Pada dasarnya manusia memberikan
respon terhadap semua rangsangan baik positif maupun negatif.
4. Kemampuan adaptasi manusia berbeda-beda antara satu dengan yang
lainnya, jika seseorang dapat menyesuaikan diri dengan perubahan
maka ia mempunyai kemampuan untuk menghadapi rangsangan baik
positif maupun negatif.
5. Sehat dan sakit merupakan adalah suatu hal yang tidak dapat dihindari
dari kehidupan manusia.

Dalam asuhan keperawatan, menurut Roy (1984) sebagai penerima


asuhan keperawatan adalah individu, keluarga, kelompok, masyarakat yang
dipandang sebagai ” holistic adaptif system” dalam segala aspek yang
merupakan satu kesatuan.

System adalah suatu kesatuan yang di hubungkan karena fungsinya


sebagai kesatuan untuk beberapa tujuan dan adanya saling ketergantungan
dari setiap bagian-bagiannya. System terdiri dari proses input, autput,
kontrol dan umpan balik 2(Roy, 1991), dengan penjelasan sebagai berikut :

1. Input
Roy mengidentifikasi bahwa input sebagai stimulus, merupakan
kesatuan informasi, bahan-bahan atau energi dari lingkungan yang dapat
menimbulkan respon,dimana dibagi dalam tiga tingkatan yaitu stimulus
fokal, kontekstual dan stimulusresidual.
a. Stimulus fokal yaitu stimulus yang langsung berhadapan dengan
seseorang, efeknya segera, misalnya infeksi .

9
b. Stimulus kontekstual yaitu semua stimulus lain yang dialami
seseorang baik internal maupun eksternal yang mempengaruhi
situasi dan dapat diobservasi, diukur dan secara subyektif
dilaporkan. Rangsangan ini muncul secara bersamaan dimana dapat
menimbulkan respon negatif pada stimulus fokal seperti anemia,
isolasi sosial.
c. Stimulus residual yaitu ciri-ciri tambahan yang ada dan relevan
dengan situasi yang ada tetapi sukar untuk diobservasi meliputi
kepercayan, sikap, sifat individu berkembang sesuai pengalaman
yang lalu, hal ini memberi proses belajar untuk toleransi. Misalnya
pengalaman nyeri pada pinggang ada yang toleransi tetapi ada yang
tidak.
2. Kontrol
Proses kontrol seseorang menurut Roy adalah bentuk mekanisme
koping yang di gunakan. Mekanisme kontrol ini dibagi atas regulator
dan kognator yang merupakan subsistem.
a. Subsistem regulator .
Subsistem regulator mempunyai komponen-komponen :
input-proses dan output.input stimulus berupa internal atau
eksternal. Transmiter regulator sistem adalah kimia,neural atau
endokrin. Refleks otonom adalah respon neural dan brain sistem dan
spinalcord yang diteruskan sebagai perilaku output dari regulator
sistem. Banyak prosesfisiologis yang dapat dinilai sebagai perilaku
regulator subsistem.
b. Subsistem kognator .
Stimulus untuk subsistem kognator dapat eksternal maupun
internal. Perilaku output dari regulator subsistem dapat menjadi
stimulus umpan balik untuk kognator subsistem. Kognator kontrol
proses berhubungan dengan fungsi otak dalam memproses
informasi, penilaian dan emosi. Persepsi atau proses informasi
berhubungan dengan proses internal dalam memilih atensi, mencatat

10
dan mengingat. Belajar berkorelasi dengan proses imitasi,
reinforcement (penguatan) dan insight (pengertian yang mendalam).
Penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan adalah proses
internal yang berhubungan dengan penilaian atau analisa. /mosi
adalahproses pertahanan untuk mencari keringanan,
mempergunakan penilaian dan kasihsayang.
3. Output.
Output dari suatu sistem adalah perilaku yang dapat di amati, diukur
atau secara subyektif dapat dilaporkan baik berasal dari dalam maupun
dari luar Perilaku inimerupakan umpan balik untuk sistem. Roy
mengkategorikan output sistem sebagai respon yang adaptif atau respon
yang tidak mal-adaptif. Respon yang adaptif dapa tmeningkatkan
integritas seseorang yang secara keseluruhan dapat terlihat bila
seseorang tersebut mampu melaksanakan tujuan yang berkenaan dengan
kelangsungan hidup, perkembangan, reproduksi dan keunggulan.
Sedangkan respon yang mal adaptif perilaku yang tidak mendukung
tujuan ini.

F. Kelebihan Dan Kelemahan Teori Callista Roy

Roy mampu mengembangkan dan menggabungkan beberapa teori


sehingga dapat mengembangkan model perpaduannya. Dan hingga kini masih
menjadi pegangan bagi para perawat. eksistensiannya tentu memiliki sifat kuat
atau memiliki kelebihan dalam penerapan konsepnya dibanding dengan konsep
lainnya. Kelebihan dari teori dan model konseptualnya adalah terletak pada
teori praktek dan model adaptasi yang dikemukakan oleh Roy perawat bisa
mengkaji respon perilaku pasien terhadap stimulus yaitu mode fungsi fisiologis,
konsep diri, mode fungsi peran dan mode interdependensi. selain itu perawat
juga bisa mengkaji stressor yang dihadapi oleh pasien yaitu stimulus fokal,
konektual dan residual, sehingga diagnosis yang dilakukan oleh perawat bisa
lebih lengkap dan akurat.

11
Dengan penerapan dari teory adaptasi Roy perawat sebagai pemberi
asuhan keperawatan dapat mengetahui dan lebih memahami individu, tentang
hal-hal yang menyebabkan stress pada individu, proses mekanisme koping dan
effektor sebagai upaya individu untuk mengatasi stress. Sedangkan kelemahan
dari model adaptasi Roy ini adalah terletak pada sasarannya. Model adaptasi
Roy ini hanya berfokus pada proses adaptasi pasien dan bagaimana pemecahan
masalah pasien dengan menggunakan proses keperawatan dan tidak
menjelaskan bagaimana sikap dan perilaku cara merawat (caring ) pada pasien.
Sehingga seorang perawat yang tidak mempunyai perilaku merawat (caring) ini
akan menjadi sterssor bagi para pasiennya.

G. Hubungan Teori Calista Roy Dengan Proses Keperawatan

Model adaptasi Roy menawarkan standar untuk mengembangkan atau


melaksanakan proses keperawatan melalui elemen –elemenRoy meliputi :

a. Pengkajian Keperawatan
1. Pengkajian perilaku

Ini merupakan tahap proses keperawatan yang bertujuan mengumpulkan


data dan memutuskan klien adaptif atau maladaptif. Termasuk dalam model ini
adalah kebutuhan dasar manusia apakah dapat dipengaruhi oleh kekurangan atau
kelebihan, misalnya terlalu sedikit oksigen , terlalu tinggi gula darah atau terlalu
banyak ketergantungan.
Perawat menggunakan wawancara, observasi dan pengukuran untuk
mengkaji perilaku klien sekarang pada setiap mode.Berdasarkan pengkajian ini
perawat menganalisis apakah perilaku ini adaptif, maladaptif atau potensial
maladaptif.
2. Pengkajian faktor – faktor yang berpengaruh
Pada tahap ini termasuk pengkajian stimuli yang signifikan terhadap
perubahan perilaku seseorang yaitu stimuli focal,kontekstual dan residual.

1. Identifikasi stimuli focal

12
Stimuli focal merupakan perubahan perilaku yang dapat diobservasi.
Perawat dapat melakukan pengkajian dengan menggunakan pengkajian
perilaku yaitu: keterampilan melakukan observasi, melakukan
pengukuran dan interview.
2. Identifikasi stimuli kontekstual
Stimuli kontekstual ini berkontribusi terhadap penyebab terjadinya
perilaku atau presipitasi oleh stimulus focal.Sebagai contoh anak yang
di rawat dirumah sakit mempunyai peran perilaku yang inefektif yaitu
tidak belajar. Focal stimulus yang dapat diidentifikasi adalah adanya
fakta bahwa anak kehilangan skedul sekolah.
Stimulus kontekstual yang dapat diidentifikasi adalah secara internal
faktor anak menderita sakit dan factor eksternalnya adalah anak
terisolasi. Stimulasi kontekstual dapat diidentifikasi oleh perawat
melalui observasi,pengukuran, interview dan validasi.Menurut
Martinez, 1976 dalam Roy 1989, factor kontekstual yang
mempengaruhi mode adaptif adalah genetic, sex, tahap perkembangan,
obat, alkohol,tembakau, konsep diri, peran fungsi, interdependensi, pola
interaksi sosial, koping mekanisme, stress emosi dan fisikreligi, dan
lingkungan fisik.

3. Identifikasi stimuli residual Pada tahap ini yang mempengaruhi adalah


pengalaman masa lalu. Helson dalam Roy, 1989 menjelaskan bahwa
beberapa faktor dari pengalaman lalu relevan dalam menjelaskan
bagaimana keadaan saat ini. Sikap, budaya,karakter adalah faktor
residual yang sulit diukur dan memberikan efek pada situasi sekarang.

b. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan menurut teori adaptasi Roy didefinisikan sebagai


suatu hasil dari proses pengambilan keputusan berhubungan dengan kurang
mampunya adaptasi.Diagnosa keperawatan dirumuskan dengan mengobservasi
tingkah laku klien terhadap pengaruh lingkungan.

13
c. Penentuan Tujuan

Roy (1984) menyampaikan bahwa secara umum tujuan pada intervensi


keperawatan adalah untuk mempertahankan dan mempertinggi perilaku adaptif
dan mengubah perilaku inefektif menjadi adaptif.Penentuan tujuan dibagi atas
tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek.

Tujuan jangka panjang yang akan dicapai meliputi : Hidup, tumbuh,


reproduksi dan kekuasaan.

Tujuan jangka pendek meliputi tercapainya tingkah laku yang diharapkan


setelah dilakukan manipulasi terhadap stimulus focal, konteksual dan residual.

d. Intervensi

Intervensi keperawatan dilakukan dengan tujuan , mengubah atau


memanipulasi stimulus fokal, kontekstual dan residual, juga difokuskan pada
koping individu atau zona adaptasi, sehingga seluruh rangsang sesuai dengan
kemampuan individu untuk beradaptasi. Tindakan keperawatan berusaha
membantu stimulus menuju perilaku adaptif. Hal ini menekankan kembali
pentingnya mengidentifikasi penyebab selama pengkajian tahap II.

e. Evaluasi

Evaluasi merupakan penilaian efektifitas terhadap intervensi keperawatan


sehubungan dengan tingkah laku pasien. Perawat harus mengkaji tingkahlaku
pasien setelah diimplementasi. Intervensi keperawatan dinilai efektif jika tingkah
laku pasien sesuai dengan tujuan.

14
BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan.
Ada tiga tipe teori keperawatan yaitu : terpusat pada keterikatan,
timbal balik dan out come. Model penyesuaian roy dikelomppokan dalam
teori out come ditegaskan oleh penulisnya sebagai 5 konsep artikulasi yang
baik dari seseorang sebagai pasien dan perawat dalam mekanisme luar yang
beraturan roy dalam mengaplikasikan konsep-konsepnya yang berasal dari
system dan disesuaikan kepada pasien yang telah mempersembahkan
artikulasinya untuk perawat dalam menggunakan peralata nuntuk praktik,
pendidikan, dan penelitian. Konsep-konsepnya tentang person ( Roy
menjelaskan bahwa person bisa berarti individu, keluarga, kelompok atau
masyarakatluas dan masing-masing sebagai sistem adaptasi holistik. Roy
memandang person secara menyeluruh atau holistik yang merupakan suatu
kesatuan yang hidup secara konstan dan berinteraksi dengan
lingkungannya. Antara sistem dan lingkungan terjadi pertukaran informasi
bahan dan energi. Interaksi yang konstan antara orang dan lingkungannya
akan menyebabkan perubahan baik internal maupun eksternal. Dalam
menghadapi perubahan ini individu harus memelihara integritas dirinya dan
selalu beradaptasi ) dan proses kontribusi perawat terhadap ilmu
pengetahuan dan seni merawat
2. Saran

Secara umum, pembaca diharapkan mampu menelaah dan


mempelajari setiap konsep dan model keperawatan yang sudah berkembang
dan mampu membandingkan teori dan model praktik yang sesuai dengan
ilmu keperawatan itu sendiri sehingga tidak bertentangan dengan etika,
norma dan budaya.secara khusus, perawat harus mampu meningkatkan
respon adaptif pasien pada situasi sehat atau sakit . Perawat dapat
mengambil tindakan untuk memanipulasi stimulifokal, kontectual maupun
residual stimuli dengan melakukan analisa sehingga stimuli berada pada
daerah adaptasi. Perawat harus mampu bertindak untuk mempersiapkan

15
pasien mengantisipasi perubahan melalui penguatan regulator, kognator dan
mekanisme koping yang lain.Pada situasi sehat, perawat berperan untuk
membantu pasien agar tetap mampu mempertahankan kondisinya sehingga
integritasnya akan tetap terjaga. Misalnya melalui tindakan promotif
perawat dapat mengajarkan bagaimana meningkatkan responadaptif.Pada
situasi sakit, pasien diajarkan meningkatkan respon adaptifnya akibat
adanya perubahan lingkungan baik internal maupun eksternal. Misalnya,
seseorang yang mengalami kecacatan akibat amputasi karena kecelakaan.
Perawat perlu mempersiapkan pasien untuk menghadapi realita. Dimana
pasien harus mampu berespon secara adaptif terhadap perubahan yang
terjadi didalam dirinya. Kehilangan salah satu anggota badan bukanlah
keadaan yang mudah untuk diterima. Jika perawat dapat berperan secara
maksimal, maka pasien dapat bertahan dengan melaksanakan fungsi
perannya secara optimal.

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Nursalam. (2010). Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik


Keperawatan Professional

2. Potter, P, A,. Perry, A., G. (2010) . Fundamental Keperawatan: Konsep,


Proses dan Praktik. Jakarta:EGC

3. Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, S., J. (2010) . Fundamental
Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik. Jakarta: EGC

17

Anda mungkin juga menyukai