Anda di halaman 1dari 10

TUGAS RESUME

SINDROM NEFROTIK PADA ANAK

OLEH
I KETUT SUANTRA
NIM 201801154
KELAS C NON REGULER

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIDYA NUSANTARA PALU
T.A 2018/2019
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian
Sindrom nefrotik adalah merupakan kumpulan gejala yang disebabkan oleh
adanya injuri glomerulus yang terjadi pada anak dengan karakteristik ; proteinuria,
hypoproteiuria, hypoalbuminemia, hyperlipidemia danedema
B. Etiologi
Penyebab sindrom nefrotik yang pasti belum diketahui, akhir-akhir ini dianggap
sebagai suatu penyakit autoimun, yaitu suatu reaksi antigen – antibodi.
Umumnya etiologi dibagi menjadi :
1. Sindrom nefrotik bawaan
Diturunkan sebagai resesif autosomal atau karena reaksi maternofetal.
Resisten terhadap semua pengobatan. Prognosis buruk dan biasanya pasien
meninggal dalam bulan-bulan pertama kehidupannya.
2. Sindrom nefrotik sekunder disebabkan oleh :
1) Malaria kuartana atau parasit lainnya.
2) Penyakit kolagen seperti lupus eritematosus
diseminata, purpura anafilaktoid.
3) Glumerulonefritis akut atau kronik,
4) Trombosis vena renalis.
5) Bahan kimia seperti trimetadion, paradion,
penisilamin, garam emas, air raksa.
6) Amiloidosis, penyakit sel sabit, hiperprolinemia,
nefritis membranoproliferatif hipokomplementemik.
3. Sindrom nefrotik idiopatik
Tidak diketahui sebabnya atau disebut sindroma nefrotik primer.
C. Patofisiologi
• Terjadi proteinuria akibat peningkatan permiabilitas membran
glomerulus. Sebagian besar protein dalam urin adalah albumin
sehingga jika laju sintesis hepar dilampui, meski telah berusaha
ditingkatkan, terjadi hypoalbuminemia. Hal ini menyebabkan
retensi garam dan air.
• Menurunnya tekanan osmotik menyebabkan edema generalisata
akibat cairan yang berpindah dari sistem vaskuler kedalam ruang
cairan ekstra seluler. Penurunan sirkulasi volume darah
mengaktifkan sistem imun angiotensin, menyebabkan retensi
natrium dan edema lebih lanjut.
• Menurunnya respon imun karena sel imun tertekan, kemungkinan
disebabkan karena hypoalbuminemia, hyperlipidemia atau
defisiensi seng.
• Sindrom nefrotik dapat terjadi dihampir setiap penyakit renal
intrinsik atau sistemik yang mempengaruhi glomerulus. Meskipun
secara umum penyakit ini dianggap menyerang anak-anak, namun
sindrom nefrotik juga terjadi pada orang dewasa termasuk lansia.
Hilangnya protein dalam serum menstimulasi sintesis lipoprotein di
hati dan peningkatan konsentrasi lemak dalam darah
(hyperlipidemia).
D. Manifestasi Klinik
Gejala utama yang ditemukan adalah :
• Proteinuria > 3,5 g/hari pada dewasa atau 0,05 g/kg BB/hari pada
anak-anak.
• Hypoalbuminemia < 30 g/l.
• Edema generalisata. Edema terutama jelas pada kaki, namun dapat
ditemukan edema muka, ascxites dan efusi pleura.
• Anorexia
• Fatique
• Nyeri abdomen
• Berat badan meningkat
• Hiperlipidemia, umumnya ditemukan hiperkolesterolemia.
• Hiperkoagualabilitas, yang akan meningkatkan resiko trombosis
vena dan arteri.
E. Komplikasi
• Infeksi pnemococcus(akibat defisiensi respon imun)
• Tromboembolisme (terutama vena renal)
• Emboli pulmo
• Peningkatan terjadinya aterosklerosis
• Hypovolemia
• Hilangnya protein dalam urin
• Dehidrasi
F. Pemeriksaan Diagnostik
• Adanya tanda klinis pada anak
• Riwayat infeksi saluran nafas atas
• Analisa urin : meningkatnya protein dalam urin
• Menurunnya serum protein
• Biopsi ginjal
G. Penatalaksanaan Terapeutik
• Diit tinggi protein, diit rendah natrium jika edema berat
• Pembatasan sodium jika anak hipertensi
• Antibiotik untuk mencegah infeksi
• Terapi diuretik sesuai program
• Terapi albumin jika intake anak dan output urin kurang
• Terapi prednison dgn dosis 2 mg/kg/hari sesuai program

ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian.
 Riwaya perawatan
 Pemeriksaan fisik khusunya focus edema
 Monitor tanda-tanda fital dan deteksi infeksi dini atau hypovolemi\Status
hidrasi
 Monitor hasil laboratorium dan pantau urine setiap hari,adanya protein
 Pengkajian pengetahuan keluargabtentang kondisi dan pengobatan

B. Diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas


a. Kelebihan volume cairan (total tubuh) b/d akumulasi cairan dalam
jaringan
Tujuan
Pasien tidak menunjukkan bukti-bukti akumulasi cairan (pasien mendapatkan
volume cairan yang tepat)
Intervensi
1. Kaji masukan yang relatif terhadap keluaran secara akurat.
Rasional : perlu u/ menentukan fungsi ginjal, keb penggantian cairan dan
penurunan resiko kelebihan cairan.
2. Timbang BB setiap hari (atau lebih sering jika diindikasikan).
Rasional : mengkaji retensi cairan
3. Kaji perubahan edema : ukur lingkar abdomen pada umbilicus serta pantau
edema sekitar mata.
Rasional : u/ mengkaji ascites & krn mrp sisi umum edema.
4. Atur masukan cairan dengan cermat.
Rasional : agar tdk m’dapatkan lebih dr jumlah yg dibutuhkan
5. Pantau infus intra vena
Rasional : u/ mempertahankan masukan yg diresepkan
6. Berikan kortikosteroid sesuai ketentuan.
Rasional : untuk menurunkan ekskresi proteinuria
7. Berikan diuretik bila diinstruksikan.
Rasional : u/ m’berikan penghilangan sementara dari edema.

b. Resiko tinggi kekurangan volume cairan (IV) b/d kehilangan protein


dan cairan, edema
Tujuan
Klien tdk menunjukkan kehilangan cairan IV / shock hipovolemik yg ditunjukkan
pasien minimum / tidak ada
Intervensi
Pantau tanda vital
Rasional : untuk mendeteksi bukti fisik penipisan cairan
Kaji kualitas dan frekwensi nadi
Rasional : untuk tanda shock hipovolemik
Ukur tekanan darah
Rasional : untuk mendeteksi shock hipovolemik
Laporkan adanya penyimpangan dari normal
Rasional : agar pengobatan segera dapat dilakukan

c. Resiko tinggi infeksi b/d pertahanan tubuh yang menurun, kelebihan


beban cairan cairan, kelebihan cairan.
Tujuan
Tdk menunjukkan adanya bukti infeksi
Intervensi
1. Lindungi anak dari kontak individu terinfeksi
Rasional : u/ meminimalkan pajanan pd organisme infektif
2. Gunakan teknik mencuci tangan yang baik
Rasional : u/ memutus mata rantai penyebaran infeksi
3. Jaga agar anak tetap hangat dan kering
Rasiona;l : karena kerentanan terhadap infeksi pernafasan
4. Pantau suhu.
Rasional : indikasi awal adanya tanda infeksi
5. Ajari orang tua tentang tanda dan gejala infeksi
Rasional : memberi pengetahuan dasar tentang tanda dan gejala infeksi

d. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit b/d edema, penurunan


pertahanan tubuh
Tujuan
Kulit anak tidak menunjukkan adanya kerusakan
integritas : kemerahan atau iritasi
Intervensi
1. Berikan perawatan kulit
Rasional : memberikan kenyamanan pada anak dan mencegah kerusakan
kulit
2. Hindari pakaian ketat
Rasional : dapat mengakibatkan area yang menonjol tertekan
3. Bersihkan dan bedaki permukaan kulit beberapa kali sehari
Rasional : untuk mencegah terjadinya iritasi pada kulit karena gesekan
dengan alat tenun
4. Topang organ edema, seperti skrotum
Rasional : untuk menghilangkan area tekanan
5. Ubah posisi dgn sering, p’tahankan kesejajaran tubuh dengan baik
Rasional : karena anak dengan edema massif selalu letargis, mudah lelah
dan diam saja
6. Gunakan penghilang tekanan atau matras atau tempat tidur penurun
tekanan sesuai kebutuhan
Rasional : untuk mencegah terjadinya ulkus

e. Perubahan proses keluarga berhubungan b/d anak yang menderita


penyakit serius
Tujuan
Pasien (keluarga) m’dapat dukungan yg adekuat
Intervensi
1. Kenali masalah keluarga dan kebutuhan akan informasi, dukungan
Rasional : mengidentifikasi kebuutuhan yang dibutuhkan keluarga
2. Kaji pemahaman keluarga tentang diagnosa dan rencana perawatan
3. Rasional : keluarga akan beradaptasi terhadap segala tindakan
keperawatan yang dilakukan
4. Tekankan dan jelaskan profesional kesehatan tentang kondisi anak,
prosedur dan terapi yang dianjurkan, serta prognosanya
Rasional : agar keluarga juga mengetahui masalah kesehatan anaknya
5. Gunakan setiap kesempatan untuk meningkatkan pemahaman keluarga
Keluarga tentang penyakit dan terapinya
Rasional : mengoptimalisasi pendidikan kesehatan terhadap
6. Ulangi informasi sesering mungkin
Rasional : untuk memfasilitasi pemahaman
7. Bantu keluarga mengintrepetasikan perilaku anak serta responnya
Rasional : keluarga dapat mengidentifikasi perilaku anak sebagai orang
yang terdekat dengan anak
8. Jangan tampak terburu-buru, bl waktunya tdk tepat
Rasional : mempermantap rencana yang telah disusun sebelumnya.
(Donna L Wong,2004 : 550-552).
Daftar Pustaka

1. Suriadi,Skp, MSN dan RitaYuliani, Skp, M.psi,2010th,Asuhan


keperawatan pada Anak, edisi 2, Jakarta.
2. Smeltzer, Suzanne C, 2001, Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth, edisi 8, Volume 2, EGC : Jakarta
3. Suriadi & Rita Yuliani, 2001, Asuhan Keperawatan Anak, Edisi 1, Fajar
Interpratama : Jakarta
4. Wong,L. Donna, 2004, Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik, Edisi 4,
EGC : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai