Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tubuh manusia tidak mungkin terhindar dari lingkungan yang


mengandung mikroba pathogen disekelilingnya. Mikroba tersebut dapat
menimbulkan penyakit infeksi pada manusia. Mikroba patogen yang ada
bersifat poligenik dan kompleks. Oleh karena itu respon imun tubuh manusia
terhadap berbagai macam mikroba patogen juga berbeda. Umumnya gambaran
biologic spesifik mikroba menentukan mekanisme imun mana yang berperan
untuk proteksi. Begitu juga respon imun terhadap bakteri khususnya bakteri
ekstraseluler atau bakteri intraseluler mempunyai karakteriskik tertentu pula.
Seperti yang diketahui , AIDS adalah suatu penyakit yang belum ada obatnya
dan belum ada vaksin yang bisa mencegah serangan virus HIV, sehingga
penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang sangat berbahaya bagi
kehidupan manusia baik sekarang maupun waktu yang datang. Selain itu
AIDS juga dapat menimbulkan penderitaan, baik dari segi fisik maupun dari
segi mental. Mungkin kita sering mendapat informasi melalui media cetak,
elektronik, ataupun seminar-seminar, tentang betapa menderitanya seseorang
yang mengidap penyakit AIDS. Dari segi fisik, penderitaan itu mungkin, tidak
terlihat secara langsung karena gejalanya baru dapat kita lihat setelah beberapa
bulan. Tapi dari segi mental, orang yang mengetahui dirinya mengidap
penyakit AIDS akan merasakan penderitaan batin yang berkepanjangan.
Semua itu menunjukkan bahwa masalah AIDS adalah suatu masalah besar
dari kehidupan kita semua. Dengan pertimbangan-pertimbangan dan alasan
itulah kami sebagai pelajar, sebagai bagian dari anggota masyarakat dan
sebagai generasi penerus bangsa, merasa perlu memperhatikan hal tersebut.
B. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulis mengangkat masalah AIDS dalam Makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui HIV/AIDS tersebut.
2. Agar mengerti tentang penyebaran dan tanda-tanda terserang HIV/AIDS.
3. Supaya memahami cara pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS
tersebut.
4. Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit HIV/AIDS

C. Manfaat

Adapun manfaat yang ingin saya sampaikan adalah untuk memberikan


informasi kepada para pembaca , utamanya bagi sesama pelajar dan generasi
muda tentang AIDS, sehingga dengan demikian kita semua berusaha untuk
menghindarkan diri dari segala sesuatu yang bisa saja menyebabkan penyakit
AIDS. Dan memberikan informasi kepada masyarakat tentang bahaya dan
akibat dari HIV/AIDS itu.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) adalah kondisi krisis dari


seseorang yang terinfeksi HIV. Dalam kondisi ini system kekebalan tubuh
manusia sudah rusak parah yang membuat penderita beresiko sangat rentang
terhadap semua jenis infeksi dan beberapa jenis kanker.

HIV adalah virus yang masuk ke dalam tubuh dan melemahkan system
kekebalan yang jika terus memburuk akan membawa pengidap HIV pada
kondisi AIDS yakni kondisi kehilangan system pertahanan tubuh sehingga
semua jenis infeksi dapat masuk dan akhirnya dapat mengakibatkan kematian

B. Penyebab
Retrovirus HIV-1 merupakan agen etiologic yang primer,penularan terjadi
melalui kontak dengan darah atau cairan tubuh dan berkaitan dengan perilaku
risiko-tinggi yang bias dikenali. Keadaann ini secara kurang proporsional
tergambar pada :
1. Laki-laki homoseksual dan biseksual
2. Para pemakai obat intravena
3. Neonatus dari ibu yang terinfeksi
4. Resipien darah atau produk darah yang terkontaminasi
5. Pasangan heteroseksual pada individu yang masuk dalam kelompok
sebelumnya.
6. Transfusi darah yang tidak steril
7. Tattoo dan piercing tindik
C. Patofisiologi

Riwayat alami AIDS dimulai dengan infeksi oleh retrovirus HIV yang
hanya bisa diketahui melalui pemeriksaan laboratorium, dan kemudian
berakhir dengan kematian. Data-data yang berhasil dikumpulkan selama 20
tahun menunjukkan bahwa HIV tidak ditularkan melalui pekerjaan rumah
tangga yang biasa ataupun kontak social. Virus HIV dapat masuk ke dalam
tubuh melalui salah satu dari beberapa jalur yang melibatkan transmisi darah
atau cairan darah seperti :
1. Inokulasi langsung pada saat hubungan intim, khususnya jika hubungan
intim tersebut berupa anal sex yang menimbulkan trauma pada mukosa
rectum.
2. Transfusi darah atau produk darah yang terkontaminasi (resiko ini dapat
dikurangi dengan pemeriksaan rutin terhadap semua produk darah)
3. Penggunaan bersama jarum suntik yang tercemar
4. Penularan transplasenta atau pasca partum dari ibu yang terinfeksi kepada
janin (melalui kontak serviks atau darah pada saat pelahiran dan dalam air
susu ibu).
HIV menyerang sel T helper yang membawa antigen CD4+. Pada keadaan
terinfeksi HIV, antigen yang dalam keadaan normal merupakan reseptor
untuk molekul MCH (major histocompatibility complex) akan menjadi
reseptor untuk retrovitus dan memungkinkan virus tersebut masuk ke dalam
sel. Pengikatan virus juga memerlukan keberadaan koreseptor (yang diyakini
berupa reseptor kemokin CCR5). Pada permukaan sel. Virus tersebut juga
dapat menginfeksi sel-sel yang membawa antigen CD4+ pada traktus GI,
serviks uteri, dan neuroglia.
Seperti halnya retrovirus lain, HIV akan mengopi materi genetiknya
secara terbalik (reverse manner) bila dibandingkan dengan virus dan sel-sel
lain. Melaui kerja enzim reverse transcriptase, HIV memproduksi DNA dari
RNA virusnya. Transkripsi ini sering berlangsung sangat buruk sehingga
terjadi mutasi yang sebagian diantaranya membuat virus tersebut resisten
terhadap obat-obat anti-virus. DNA virus memasuki nucleus sel dan
kemudian menyatu dengan DNA sel hospes. Disini, DNA tersebut akan
ditranskipsi menjadi lebih banyak rna virus. jika sel hospes mengadakan
reproduksi, maka reproduksi ini melipatgandakan DNA virus bersama DNA
sel itu sendiri dan kemudian mewariskannya kepada sel-sel turunannya.
Karena itu jika diaktifkan, sel-sel hospes tersebut membawa informasi ini dan
bila di aktifkan, akan menghasilkan replikasi virus. Enzim virus, protease,
menyusun komponen struktur dan RNA menjadi partikel virus yang
berpindah ke bagian perifer sel hospes tempat virus tersebut bertunas dan
muncul dari sel hospes. Dengan demikian, virus virus tersebut kini bebas
bermigrasi dan menginfeksi sel-sel lain.
Replikasi HIV dapat menyebabkan kematian sel atau membuat infeksi
virus tersebut menjadi laten. Infeksi HIV menimbulkan perubahan patologi
yang bisa terjadi langsung melalui destruksi sel-sel CD4+ , sel-sel imun lain
dan sel-sel neuroglia, atau secara tidak langsung melalui efek sekunder
disfungsi sel-T CD4+ dan imunosupresi yang diakibatkan.

D. Tanda dan Gejala


Infeksi HIV bermanifestasi melalui banyak cara, sesudah pajanan risiko-
tinggi dan inokulasi, biasanya orang yang terinfeksi akan mengalami sindrom
mirip mononucleosis (mononucleosis-like sydnrom) yang bisa disebabkan
oleh penyakit flu atau infeksi virus lain dan kemudian berada dalam keadaan
tanpa gejala (asimptomatik) selama bertahun-tahun, pada stadium yang laten
ini satu-satunya tanda yang menunjukkan infeksi HIV adalah hasil
pemeriksaan laboratorium yang membuktikan serokonversi.

Ketika muncul, keluhan dan gejalanya timbul dalam bentuk, yang meliputi:

1. Limfadenopati persisten di seluruh tubuh (persistent generalized


lympadenophaty) yang terjadi sekunder karena fungsi sel-sel CD4+
mengalami kerusakan.
2. Gejala nonspesifik, termasuk penurunan berat badan, rasa mudah lelah,
keringat malam, demam yang berhubungan dengan perubahan fungsi sel-
sel CD4+ , imunodefesiensi, dan infeksi pada sel-sel lain yang membawa
antigen CD4+.
3. Infeksi oportunis atau penyakit kanker yang berhubungan dengan
imunodefesiensi

E. Komplikasi
Komplikasi AIDS meliputi :
Infeksi oportunis yang berulang. Infeksi oportunis pada AIDS :

Agen mikrobiologis Organisme Keadaan


Protozoa Pneumocystis Pneumonia Pneumocystis
carinii Cryptosporodium Kriptosporidiosis
Toxoplasma gondii Toksoplasmosis
Histoplasma Histoplasmosis
Fungi Candida albicans Kandidiasis
Cryptococcus neoformans Kriptokosis
Virus Herpes Herpes simpleks 1 dan 2
Sitomegalovirus Retinitis sitomegalovirus
Bakteri Mycobacterium tuberculosis Tuberkulosis
M. avium-intracellulare Mikobakteriosis

Keadaan oportunis yang meliputi :


1. Sarkoma Kaposi
2. Wasting Disease (penyakit lisut)
3. Kompleks demensia AIDS
Keadaan yang berkaitan dengan AIDS
Center for Disease Control and Prevention (CDC) Menyusun daftar penyakit
yang berkaitan dengan AIDS dalam tiga kategori, dari waktu ke waktu, CDC
selalu menambah isi daftar ini
Kategori A
 Pembesaran limfodonus menyeluruh yang persisten
 Infeksi HIV primer akut dengan sakit yang menyertai
 Riwayat infeksi akut HIV

Kategori B

 Angiomatosis basiler
 Kandidiasis orofaring atau vulvovagina yang persisten, demam atau
diare yang berlangsung lebih dari satu bulan
 Idiopatik trombositopenia purpura (ITP)
 Penyakit pelvik inflamatori khususnya abses tuboovarii
 Neuropati perifer

Kategori C

 Kandidiasis pada bronkus, trakea, paru-paru, atau esofagus


 Kanker serviks yang invasive
 Koksidiodomikkosis diseminata atau ekstrapulmoner
 Kriptokokosis ekstrapulmoner

F. Penanganan
Terapi yang dapat menyembuhkan AIDS sampai saat ini masih belum
ditemukan. Terapi yang primer meliputi penggunaan berbagai kombinasi tiga
tipe obat antivirus berbeda untuk mendapatkan manfaat yang maksimal
dalammenghambat replikasi virus dengan reaksi yang merugikan paling
sedikit. Rekomendasi terakhir meliputi penggunaan dua preparat nukleosida
plus satu inhibitor protease dan satu preparat nunnokleosida untuk membantu
menghambat produksi strain mutan yang resisten. Obat-obatan ini adalah :
1. Inhibitor protease untuk menyekat replikasi partikel virus yang terbentuk
melalui kerja enzim protease virus (sehingga mengurangi jumlah partikel
virus baru yang dihasilkan).
2. Inhibitor reverse-transcriptase nukleosida untuk mengganggu pengopian
RNA virus menjadi DNA virus oleh enzim reverse-transcriptase.
3. Inhibitor reverse-transcriptase non nukleosida untuk mengganggu kerja
enzim reverse transcriptase.
Terapi tambahan meliputi :
1. Preparat imunomodulator untuk meningkatkan system imun yang menjadi
lemah karena AIDS dan terapi retrovirus.
2. Preparat factor pertumbuhan (growth factor) yang menstimulasi
pertumbuhan koloni granulosit manusia untuk menstimulasi produksi
neutrofil (terapi retrovirus menyebabkan anemia sehingga pasien
memerlukan preparat epoetin alfa).
3. Preparat antiinfeksi dan antineoplasma untuk mengurangi infeksi
oportunis serta penyakit kanker yang menyertai (sebagian preparat ini
memiliki khasiat profilaksis untuk membantu pasien bertahan terhadap
berbagai infeksi oportunis).
4. Terapi suportif, termasuk dukungan gizi, terapi penggantian cairan dan
elektrolit, terapi untuk meredakan nyeri, dan dukungan psikologis.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

A. Pengkajian

Riwayat Kesehatan

a. Riwayat Kesehatan Dahulu : Pasien memiliki riwayat melakukan hubungan


seksual dengan pasangan yang positif mengidap HIV/AIDS, pasangan
seksual multiple, aktivitas seksual yang tidak terlindung, seks anal,
homoseksual, penggunaan kondom yang tidak konsisten, menggunakan pil
pencegah kehamilan (meningkatkan kerentanan terhadap virus pada wanita
yang terpajan karena peningkatan kekeringan/friabilitas vagina), pemakai
obat-obatan IV dengan jarum suntik yang bergantian, riwayat menjalani
transfusi darah berulang, dan mengidap penyakit defesiensi imun.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang : Pasien mengatakan mudah lelah,
berkurangnya toleransi terhadap aktivitas biasanya, sulit tidur, merasa tidak
berdaya, putus asa, tidak berguna, rasa bersalah, kehilangan kontrol diri,
depresi, nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi, diare intermitten, terus-
menerus yang disertai/tanpa kram abdominal, tidak nafsu makan,
mual/muntah, rasa sakit/tidak nyaman pada bagian oral, nyeri retrosternal
saat menelan, pusing, sakit kepala, tidak mampu mengingat sesuatu,
konsentrasi menurun, tidak merasakan perubahan posisi/getaran, kekuatan
otot menurun, ketajaman penglihatan menurun, kesemutan pada ekstremitas,
nyeri, sakit, dan rasa terbakar pada kaki, nyeri dada pleuritis, nafas pendek,
sering batuk berulang, sering demam berulang, berkeringat malam, takut
mengungkapkan pada orang lain dan takut ditolak lingkungan, merasa
kesepian/isolasi, menurunnya libido dan terlalu sakit untuk melakukan
hubungan seksual.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga : Riwayat HIV/AIDS pada keluarga,
kehamilan keluarga dengan HIV/AIDS, keluarga pengguna obatobatan
terlarang.
Pengkajian Fisik
a. Aktivitas dan istirahat : Massa otot menurun, terjadi respon fisiologis
terhadap aktivitas seperti perubahan pada tekanan darah, frekuensi
denyut jantung, dan pernafasan.
b. Sirkulasi : Takikardi, perubahan tekanan darah postural, penurunan
volume nadi perifer, pucat/sianosis, kapillary refill time meningkat.
c. Integritas ego : Perilaku menarik diri, mengingkari, depresi, ekspresi
takut, perilaku marah, postur tubuh mengelak, menangis, kontak mata
kurang, gagal menepati janji atau banyak janji.
d. Eliminasi : Diare intermitten, terus menerus dengan/tanpa nyeri tekan
abdomen, lesi/abses rektal/perianal, feses encer dan/tanpa disertai mukus
atau darah, diare pekat, perubahan jumlah, warna, dan karakteristik urine.
e. Makanan/cairan : Adanya bising usus hiperaktif; penurunan berat badan:
parawakan kurus, menurunnya lemak subkutan/massa otot; turgor kulit
buruk; lesi pada rongga mulut, adanya selaput putih dan perubahan
warna; kurangnya kebersihan gigi, adanya gigi yang tanggal; edema.
f. Higiene : Penampilan tidak rapi, kekurangan dalam aktivitas perawatan
diri.
g. Neurosensori : Perubahan status mental dengan rentang antara kacau
mental sampai dimensia, lupa, konsentrasi buruk, kesadaran menurun,
apatis, retardasi psikomotor/respon melambat. Ide paranoid, ansietas
berkembang bebas, harapan yang tidak realistis. Timbul refleks tidak
normal, menurunnya kekuatan otot, gaya berjalan ataksia. Tremor pada
motorik kasar/halus, menurunnya motorik fokalis, hemiparase, kejang
Hemoragi retina dan eksudat (renitis CMV).
h. Nyeri/kenyamanan : Pembengkakan sendi, nyeri tekan, penurunan
rentang gerak, perubahan gaya berjalan/pincang, gerak otot melindungi
yang sakit.
i. Pernapasan : Takipnea, distress pernafasan, perubahan bunyi nafas/bunyi
nafas adventisius, batuk (mulai sedang sampai parah)
produktif/nonproduktif, sputum kuning (pada pneumonia yang
menghasilkan sputum).
j. Keamanan : Perubahan integritas kulit : terpotong, ruam, mis. Ekzema,
eksantem, psoriasis, perubahan warna, ukuran/warna mola, mudah terjadi
memar yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Rektum luka, luka-luka
perianal atau abses. Timbulnya nodul-nodul, pelebaran kelenjar limfe
pada dua/lebih area tubuh (leher, ketiak, paha) Penurunan kekuatan
umum, tekanan otot, perubahan pada gaya berjalan.
k. Seksualitas : Herpes, kutil atau rabas pada kulit genitalia
l. Interaksi social : Perubahan pada interaksi keluarga/orang terdekat,
aktivitas yang tak terorganisasi, perobahan penyusunan tujuan.

B. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya secret yang
mengental.
b. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
nafsu makan menurun.
c. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan faktor :Penurunan
responimun , kerusakan kulit.

C. Intervensi

Diagnosa 1 Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya


secret yang mengental

Noc :

1. Respiratory status : Ventilation


2. Respiratory status : Airway patency
3. Aspiration Control
Kriteria hasil :

1. Mendemonstrasikan batuk efektif


2. Suara nafas yang bersih,tidak ada sianosis dan dyspnea
3. Menunjukkan jalan nafas yang paten
4. Mampu mengidentifikasikan dan mencegah faktor yang penyebab.
5. Saturasi O2 dalam batas normal

Nic :

1. Pastikan kebutuhan oral / trachealsuctioning.


2. Berikan O2.
3. Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam.
4. Posisikan pasien untuk memaksimalkanVentilasi.
5. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction.
6. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan.
7. Monitor status hemodinamik.
8. Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab.
9. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
10 Monitor respirasi dan status O2.
11 Pertahankan hidrasi yang adekuat untuk mengencerkan secret

Diagnosa 2 Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan


dengan nafsu makan menurun

Noc :

1. Nutritional status: Adequacy of nutrient


2. Nutritional Status : food and Fluid Intake 3
3. Weight Control
Kriteria hasil :

1. Albumin serum
2. Pre albumin serum
3. Hematokrit
4. Hemoglobin
5. Total iron binding
6. Capacity
7. Jumlah limfosit

Nic :

1. Kaji adanya alergi makanan


2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan pasien
3. Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah
konstipasi
4. Monitor adanya penurunan BB dan gula darah
5. Monitor turgor kulit
6. Monitor mual dan muntah
7. Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva
8. Monitor intake nuntrisi
9. Informasikan pada klien dan keluarga tentang manfaat nutrisi

Diangnosa 3 Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan faktor


penurunan responimun , kerusakan kulit

Noc :

1. Immune Status
2. Knowledge : Infection control
3. Risk control
Kriteria Hasil :
1. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
2. Mendeskripsikan proses penularan penyakit, factor yang mempengaruhi
penularan serta penatalaksanaannya
3. Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
4. Jumlah leukosit dalam batas normal
5. Menunjukkan perilaku hidup sehat

NIC :
Infection Control (Kontrol infeksi)
1. Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
2. Pertahankan teknik isolasi
3. Batasi pengunjung bila perlu
4. Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan
setelah berkunjung meninggalkan pasien
5. Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan
6. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
7. Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat
8. Tingktkan intake nutrisi Infection Protection (proteksi terhadap infeksi)
- Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan local
- Monitor hitung granulosit, WBC
- Monitor kerentanan terhadap infeksi
- Batasi pengunjung
- Pertahankan teknik isolasi k/p
- Berikan perawatan kuliat pada area epidema
- Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase
9. Dorong masukkan nutrisi yang cukup
10. Dorong masukan cairan
11. Dorong istirahat
12. Instruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai resep
13. Ajarkan cara menghindari infeksi
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) adalah kondisi krisis dari


seseorang yang terinfeksi HIV. Dalam kondisi ini system kekebalan tubuh
manusia sudah rusak parah yang membuat penderita beresiko sangat rentang
terhadap semua jenis infeksi dan beberapa jenis kanker. HIV adalah virus yang
masuk ke dalam tubuh dan melemahkan system kekebalan yang jika terus
memburuk akan membawa pengidap HIV pada kondisi AIDS yakni kondisi
kehilangan system pertahanan tubuh sehingga semua jenis infeksi dapat masuk
dan akhirnya dapat mengakibatkan kematian

B. Saran
Penulis mengharapkan semoga dengan adanya makalah ini bisa menambah
pengetahuan tentang penyakit HIV dan penulis juga mengharapkan kritik dan
saran yang bisa membantu dalam penulisan makalah berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Herlman, T . Heather.2012. NANDA International Diagnosis Keperawatan :


Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta : EGC.

Padila. S.Kep.NS.2012. Keperawatan Medikal Bedah. Numed. Yogyakarta

Smeltzer , Bare, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah , Brunner dan
suddart, Edisi 8, Jakarta, EGC

Herlman, T . Heather.2012. NANDA International Diagnosis Keperawatan :


Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta : EGC

M. Muliana. 2014.
https://www.google.com/search?q=makalah+tentang+AIDS&oq=makalah
+tentang+AIDS&aqs=chrome..69i57j0l5.15264j0j7&sourceid=chrome&ie
=UTF-8. Di akses tgl 19 Maret 2019 jam 19.00

http://revansadiva.blogspot.com/2015/05/makalah-tentang-hivaids-biologi.html

Anda mungkin juga menyukai