Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN PASIEN TBC PARU

Dosen Pembimbing : Ibu Khotimah, S.Kep., Ners., M.Kep

Disusun Oleh :
1. Ferra Widya Ningtiyas (7421002)
2.

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIPDU JOMBANG
TAHUN AKADEMIK 2021
BAB I
KONSEP DASAR

1.1 Definisi
Menurut Tabrani (2010) dalam (Bavel et al., 2020) Tuberkulosis Paru adalah penyakit
yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, yakni kuman aerob yang dapat hidup
terutama di paru atau diberbagai organ tubuh yang lainnya yang mempunyai tekanan parsial
oksigen yang tinggi. Kuman ini juga mempunyai kandungan lemak yang tinggi pada
membran selnya sehingga menyebabkan bakteri ini menjadi tahan terhadap asam dan
pertumbuhan dari kumannya berlangsung dengan lambat. Bakteri ini tidak tahan terhadap
ultraviolet, karena itu penularannya terutama terjadi pada malam hari.
Tuberkulosis Paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh basil
mikrobacterium tuberculosis masuk ke dalam jaringan paru melalui airbone infection dan
selanjutnya mengalami proses yang dikenal sebagai focus primer dari ghon (Bavel et al.,
2020).
Menurut (kemenkes RI,2015) Penularan tuberkulosis yaitu pasien TB BTA (bakteri tahan
asam) positif melalui percik renik dahak yang dikeluarkan nya. TB dengan BTA negatif juga
masih memiliki kemungkinan menularkan penyakit TB meskipun dengan tingkat penularan
yang kecil (Bavel et al., 2020).
1.2 Manifestasi Klinis
Menurut (Kemenkes, 2015), Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama
2-3 minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur
darah, batuk darah,sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun,
malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan
(ASUHAN et al., 2019)
Menurut Zulkifli Amin & Asril Bahar (2009) dalam (Bavel et al., 2020) , keluhan yang
dirasakan pasien tuberkulosis dapat bermacam-macam atau malah banyak ditemukan pasien
TB Paru tanpa keluhan sama sekali dalam pemeriksaan kesehatan. Keluhan yang terbanyak
adalah :
1. Demam
Biasanya subfebris menyerupai demam influenza, tetapi kadangkadang panas badan
dapat mencapai 40-41oC. serangan demam pertama dapat sembuh sebentar tetapi
kemudian dapat timbul kembali. Begitulah seterusnya hilang timbulnya demam
influenza ini, sehingga pasien merasa tidak pernah terbebas dari serangan demam
influenza. keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh pasien dan berat
ringannya infeksi tuberkulosis yang masuk.
2. Batuk/Batuk Berdahak
Batuk ini terjadi karena ada iritasi pada bronkus. batuk ini diperlukan untuk membuang
produk-produk radang keluar, karena terlibatnya bronkus pada setiap penyakit tidak
sama. Mungkin saja batuk baru ada setelah penyakit berkembang dalam jaringan paru
yakni setelah berminggu-minggu atau berbulan-bulan peradangan bermula. Sifat batuk
ini dimulai dari batuk kering (non-produktif) kemudian setelah timbulnya peradangan
menjadi produktif (menghasilkan sputum). keadaan yang lanjut adalah berupa batuk
darah karena terdapat pembuluh darah yang pecah. kebanyakan batuk darah tuberkulosis
pada kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding bronkus.
3. Sesak Napas
Pada penyakit ringan (baru kambuh) belum dirasaka sesak napas. Sesak napas akan
ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut yang infiltrasinya sudah meliputi sebagian
paru-paru
4. Nyeri Dada
Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah sampai
ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan kedua pleura sewaktu pasien
menarik melepaskan napasnya
5. Malaise
Penyakit tuberkulosis bersifat radang yang menahun. Gejala malaise sering ditemukan
berupa anoreksia, tidak ada nafsu makan, badan makin kurus (berat badan turun), sakit
kepala, meriang, nyeri otot, keluar keringat malam, dll. Gejala malaise ini makin lama
makin berat dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur.
1.3 Etiologi
Menurut Wim de Jong et al 2005 (Nurarif & Hardhi Kusuma, 2015), Penyebab
Tuberculosis adalah Mycobacterium Tuberculosis. Basil ini tidak berspora sehingga mudah
dibasmi dengan pemanasan, sinar matahari, dan sinar ultraviolet. Ada dua macam
mikobakteria tuberculosis yaitu tipe human dan tipe bovin. Basil tipe bovin berada dalam
susu sapi yang menderita mastitis tuberculosis usus. Basil tipe human bisa berada di bercak
ludah (droplet) di udara yang berasal dari penderita TBC terbuka dan orang yang rentan
terinfeksi TBC ini bila menghirup bercak ini. Perjalanan TBC setelah infeksi melalui udara
(Bavel et al., 2020).
Faktor predisposisi penyebab penyakit tuberkulosis dalam (ASUHAN et al., 2019) antara
lain :
1. Mereka yang kontak dekat dengan seorang yang mempunyai TB aktif.
2. Individu imunosupresif (termasuk lansia, pasien kanker, individu dalam terapi
kortikosteroid atau terinfeksi HIV).
3. Pengguna obat-obat IV dan alkoholik.
4. Individu tanpa perawatan yang adekuat.
5. Individu dengan gangguan medis seperti : Diabetes Mellitus, Gagal Ginjal Kronik,
penyimpanan gizi.
6. Individu yang tinggal di daerah kumuh
1.4 Klasifikasi TBC Paru
Menurut (ASUHAN et al., 2019), klasifikasi TBC paru adalah:
1. TB Paru BTA positif Apabila sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS
(sewaktu pagi sewaktu) hasilnya positif, disertai pemeriksaan radiologi paru
meninjukkan TB aktif.
2. TB Paru BTA negatif Apabila dalam 3 pemeriksaan spesimen dahak SPS BTA negatif .
1.5 Tipe TBC Paru
Tipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya. Ada beberapa tipe
pasien yaitu:
1. Kasus baru Pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan
OAT kurang dari satu bulan (4 minggu).
2. Kasus Kambuh (Relaps) Pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat
pengobatan tuberculosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap,
didiagnosis kembali dengan BTA positif (apusan atau kultur).
3. Kasus Setelah Putus Berobat (Default ) Pasien yang telah berobat dan putus berobat 2
bulan atau lebih dengan BTA positif.
4. Kasus Setelah Gagal (Failure) Pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif
atau kembali menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan.
5. Kasus Pindahan (Transfer In) Pasien yang dipindahkan dari UPK yang memiliki register
TB lain untuk melanjutkan pengobatannya.
6. Kasus lain Semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas. Dalam kelompok ini
termasuk Kasus Kronik, yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif
setelah selesai pengobatan ulangan (ASUHAN et al., 2019).
1.6 Patofisiologi
Port de entry kuman Mycobacterium tuberculosis adalah saluran pernafasan, saluran
pencernaan, dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi terjadi melalui udara, (air
bone), yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang
terinfeksi. Basil tuberkel yang mencapai alveolus dan diinhalasi biasanya terdiri atas satu
sampai tiga gumpalan. Basil yang lebih besar cenderung bertahan di saluran hidung dan
cabang besar bronkus, sehingga tidak menyebabkan penyakit. Setelah berada dalam ruang
alveolus, kuman akan mulai mengakibatkan peradangan. Leukosit polimorfonuklear tampak
memfagosit bakteri di tempat ini, namun tidak membunuh organisme tersebut.
Sesudah hari pertama, maka leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang terserang akan
mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut. Pneumonia selular ini dapat
sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa yang tertinggal atau proses dapat
berjalan terus dan bakteri terus difagosit atau berkembang biak di dalam sel. Basil juga
menyebar melalui getah bening menuju getah bening regional. Makrofag yang mengadakan
infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu, sehingga membentuk sel tuberkel
epitoloit yang dikelilingi oleh foist. Reaksi ini biasanya membutuhkan waktu 10-20 jam
(Bavel et al., 2020).
1.7 PNP
1.8 Komplikasi
Komplikasi pada penderita tuberkulosis stadium lanjut (Bavel et al., 2020) :
1. Hemoptosis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat mengakibatkan
kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas.
2. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial.
3. Bronkiektasis (pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat
pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.
4. Pneumotorak (adanya udara di dalam rongga pleura) spontan : kolaps spontan karena
kerusakan jaringan paru.
5. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, ginjal dan sebagainya.
6. insufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency)
7. Pembesaran kelenjar servikalis yang superfisial
8. Pleuritis tuberculosa
9. Efusi pleura
10. Tuberkulosa milier
11. Meningitis tuberkulosa
1.9 Pemeriksaan Penunjang
Menurut (ASUHAN et al., 2019) pemeriksaan penunjang pada TBC paru adalah :
1. Kultur sputum adalah mycobacterium Tuberkulosis Positif pada penyakit.
2. Tes Tuberkalin adalah Mantolix tes reaksi positif ( area indurasi 10-15 mm terjadi 48-72
jam).
3. Bronchografi adalah untuk melihat kerusakan bronkus atau kerusakan Paru
4. Darah adalah peningkatan leukosit dan laju endap darah (LED)
5. Spirometri adalah penurunan fungsi paru dengankapasitas vital sign menurun.
6. Photo Thorax adalah untuk melihat infiltrasi lesi awal pada paru atas.
1.10 Penatalaksanaan
1. Penatalaksaan Keperawatan
1) Promotif terbagi antara lain :
a. Penyuluhan kepada masyarakat apa itu TBC
b. Pemberitahuan baik melalui spanduk atau iklan tentang bahaya TBC, cara
penularan, cara pencegahan, dan faktor resiko.
c. Mensosialisasikan BCG dimasyarakat
2) Preventif terbagi antara lain:
a. Vaksinasi BCG
b. Menggunakan Isoniazid
c. Membersihkan lingkungan dari tempat kotor dan lembab.
d. Bila ada gejala TBC segera ke Puskesmas atau Rumah Sakit
2. Penatalaksanaan Medis
Dalam pengobatan TB Paru dibagi 2 bagian:
1. Jangka pendek Dengan tata cara pengobatan : setiap hari dengan jangka waktu 1-3
bulan
2. Jangka panjang Tata cara pengobatan : setiap 2x seminggu, selama 13-18 bulan,
tetapi setelah perkembangan pengobatan ditemukan terapi. Terapi TB Paru dapat
dilakukan dengan meminum obat : INH, Rivampicin, Etambutol.
3. Dengan menggunakan obat program TB Paru Combipack bila ditemukan pada
pemeriksaan sputum BTA positif dengan kombinasi obat :
a. Rifampicin
b. Isoniazid
c. Ethambutol
d. Pyridoxin
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN

2.1 Pengkajian Data Fokus


2.2 Diagnosa Keperawatan
2.3 Rencana Intervensi
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TBC PARU

3.1 Kasus
Ny. R mengatakan sejak 1 bulan terakhir klien mengalami batuk berdahak, dahak
susah untuk dikeluarkan, mengeluh batuk berdahak, sesak napas, demam, nafsu makan
menurun sejak seminggu terakhir, klien datang ke Wilayah Kerja Puskesmas Peterongan
pada tanggal 23 April 2021 sekitar 09.00 WIB dibantu oleh keluarganya, pasien terlihat
lemas, tampak meringis kesakitan, Tekanan Darah: 100/80 mmHg, Nadi: 90x/menit,
Respirasi: 28X/menit, Suhu: 39,2OC, BB: 45Kg (Sekarang), BB: 50Kg (sebelum Sakit).

3.2 Pengkajian
3.2.1 Identitas
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. R
Umur : 54 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Indonesia
Bahasa yang digunakan : Bahasa Daerah
Ocu” Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Ds. Mancar Kec. Peterongan Kab. Jombang
Diagnosa Medis : Tuberkulosis Paru (TB Paru)
Tanggal pengkajian : 27 April 2021

2. Identitas Penanggung Jawab


Nama : Ny. S
Umur : 38 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Ds. Mancar Kec. Peterongan Kab. Jombang
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Hubungan dengan Klien : Anak

3.2.2 Riwayat Kesehatan


1. Keluhan Utama
Ny. R mengatakan batuk berdahak selama 1bulan, jika batuk nyeri terasa pada
dada sebelah kanan.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Ny. R mengatakan sejak 1 bulan terakhir klien mengalami batuk berdahak, dahak
susah untuk dikeluarkan, mengeluh batuk berdahak, sesak napas, demam, nafsu
makan menurun sejak seminggu terakhir, klien datang ke Wilayah Kerja
Puskesmas Peterongan pada tanggal 23 April 2021 sekitar 09.00 WIB dibantu
oleh keluarganya, pasien terlihat lemas, tampak meringis kesakitan, Tekanan
Darah: 100/80 mmHg, Nadi: 90x/menit, Respirasi: 28X/menit, Suhu: 39,2 OC,
BB: 45Kg (Sekarang), BB: 50Kg (sebelum Sakit).
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Ny. R mengatakan sejak 1 bulan terakhir kien mengalami batuk berdahak, sesak
napas, demam, nafsu makan menurun sejak seminggu terakhir. Ny. R
mengatakan sudah sering mengalami batuk berbulan-bulan namun sembuh
dengan membeli obat warung. Pasien tidak memiliki penyakit lain selain batuk
dan tidak pernah dirawat di rumah sakit
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak ada anggota keluarganya yang menderita penyakit menular, keluarga juga
menyatakan bahwa tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit menurun
seperti DM, dan Hipertensi.
5. Genogram
6. Riwayat Sosial Ekonomi
1) Riwayat Pekerjaan : Ny. R hanya sebagai ibu rumah tangga, penghasilan
diperoleh dari penghasilan Ny. R dan suaminya rata-rata perbulan berkisar
1.500.000 s/d 2.000.000,00 perbulannya.
2) Aspek Psikososial : Suami Ny. R sudah meninggal dan Ny. R hanya ibu
rumah tangga biasa.

3.2.3 Pola Kesehatan Fungsional


1. Pola Persepsi Kesehatan dan Manajemen
Ny. R tidak tahu tentang penyakit yang dideritanya, Ny. R menceritakan keluhan
yang muncul kepada keluarga. Jika sakit Ny. R membeli obat di warung dekat
rumahnya dan mengatakan sudah sering mengalami batuk berbulan-bulan namun
sembuh dengan membeli obat di warung, dan tidak pernah dirawat di rumah sakit.
2. Pola Oksigenasi
1) Sebelum sakit Ny. R mengatakan bernafas secara normal, tidak
mengunakan alat bantu pernafasan.
2) Saat dikaji Ny. R didapatkan bahwa pernafasan klien meningkat (28
x/i) hal ini dikarenakan adanya sekret dijalan nafas, klien
mengatakan nafas sesak.
3. Pola Nutrisi
1) Sebelum sakit klien mengatakan makan 3x sehari dan minum > 5 gelas per
hari
2) Saat dikaji sakit Ny. R mengatakan tidak ada nafsu makan sejak
seminggu terakhir, jika Ny. R makan semuanya terasa pahit dan Ny.
R merasakan seperti ingin muntah.
4. Pola Eliminasi
1) Sebelum sakit Ny. R mengatakan BAB 1x dalam sehari dan BAK
4-5 kali sehari.
2) Saat dikaji Ny. R mengatakan tidak mengalami gangguan BAB dan
BAK.
5. Pola Aktivitas
1) Sebelum sakit Ny. R mengatakan setiap pagi hari selalu
menyempatkan waktu untuk berjalan pagi/olah raga santai di pagi
hari.
2) Saat dikaji Ny. R mengatakan badan terasa sesak nafas dan
bawaannya selalu letih.
6. Pola Istirahat
1) Sebelum sakit Ny. R mengatakan tidur 6-7 jam per hari dan tidur
siang tidak ada.
2) Saat dikaji Ny. R mengatakan susah untuk tidur karena batuk.
7. Personal Hygiene
1) Sebelum sakit Ny. R mengatakan mandi 2x/hari (Pagi dan Sore).
2) Saat dikaji Ny. R mengatakan mandi tetap 2x sehari.
8. Pola Komunikasi
1) Sebelum sakit Ny. R mengatakan berkomunikasi dengan bahasa
daerah “ocu”.
2) Saat dikaji Ny. R mengatakan jika berkomunikasi dengan perawat
atau dokter menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa daerah
“ocu”.
9. Pola Spiritual
Saat dikaji Ny. R mengatakan tetap shalat, yang mana sebelum sakit
Ny. R selalu shalat berjamaah di Masjid yang berdekatan dengan
rumah Ny. R.
10. Pola Aman dan Nyaman
1) Sebelum sakit Ny. R mengatakan nyaman dengan tubuhnya yang
sehat.
2) Saat dikaji Ny. R mengatakan badannya terasa kurus sekali, terasa
kulit pembalut tulang, Ny. R mengatakan malu dengan kondisi
tubuhnya saat ini
3.2.4 Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum (KU) : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tekanan Darah : 100/80 mmHg
Nadi : 90x/menit
Suhu : 39,2o C
RR : 28 x/menit
BB Sekarang : 45 Kg
BB Sebelum Sakit : 50 Kg.
2. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala : Bentuk kepala meschepal, rambut panjang , rambut warna
hitam beruban, tekstur kasar, dan tidak ada benjolan.
2) Mata : Bentuk simetris kanan dan kiri, konjungtiva berwarna merah
muda, sclera berwarna putih, tidak terdapat oedema, bentuk pupil
isokor, reflek pada cahaya meosis.
3) Hidung : Tidak terdapat pernafasan cuping hidung. Bentuk simetris
kiri kanan, bersih tidak ada sekret, dan bisa mencium aroma wangi-
wangian.
4) Mulut : Terdapat karang gigi, bibir kering, mulut bersih, tidak ada
gigi palsu.
5) Telinga : Tidak ada serument, pendengaran baik.
6) Leher : Tidak ada kesulitan menelan, tidak ada pembesaran kelenjar
tyroid dan pembesaran JVP
7) Jantung:
a. Inspeksi : Dada simetris.
b. Palpasi : Teraba denyut jantung ictus cordis pada ICS 5
mid clavikula.
c. Perkusi : Pekak
d. Auskultasi : S1> S2 reguler tidak ada bunyi suara tambahan
8) Paru-Paru
a. Inspeksi : Pergerakan dada kanan dan kiri simetris, tidak
tampak menggunakan otot bantu penafasan.
b. Palpasi : Vocal vemitus normal.
c. Perkusi : pekak
d. Auskultasi : terdapat ronchi, Whizzing tidak.
9) Abdomen
a. Inspeksi : Simetris, tidak ada benjolan
b. Auskultasi : Bising usus normal
c. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
d. Perkusi : Timpani
10) Ekstremitas :
a. Atas: Tidak ada luka, tangan kiri dan kanan lengkap, kuku
tampak bersih, kekuatan otot normal(555/555), terpasang IVFD
D5% 20gtt/i
b. Bawah: tidak ada udema, kaki kiri dan kanan lengkap, terasa
panas saat diraba pada lutut, nyeri tekan pada lutut (+),
kekuatan otot normal (555/555)
11) Kulit : Turgor kulit kering, warna sawo matang
12) Genetalia : Tidak terpasang kateter
3. Terapi Medik
a. IVFD : Dektrose 5% 20 gtt/I
b. Ranitidine inj. 25mg/ml : 2x1 (amp)
c. Injeksi Ceftriaxone : 1x 1gr
d. OAT kategori I Paket (Obat TB Merah) (Rifampicin 150mg, Isoniazid
75mg, Pyrazinamide 400mg, Ethambutole 275mg ) : 1 X 1 pagi hari,
sebelum makan, pada saat perut kosong).
e. Mucohexyine syr : 3 X 5mg
f. Vitamin B6 : 2 X 1Tab

3.2.5 Pemeriksaan Penunjang


Tabel. 3.1 Hasil Pemeriksaan tanggal : 23-04-2021

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Keterangan


BTA : P/S/S (-/+/+) (-/-/-) Tidak Normal
RO Thorak - - Tidak dilakukan
Hemoglobin 10Mg/dl 12-14mg/dl Normal
Leukosit 14.000mm3 5000-10000mm3 Tidak Normal
Haematokrit 42% 40-48%

3.3 Analisa Data


No Data Masalah Etiologi
1. DS: Bersihan Jalan Napas Hipersekresi Jalan
Ny. R mengatakan batuk berdahak Tidak Efektif Napas
selama 1bulan (D.0001)
DO:
a. terdapat ronchi
b. RR 28 x/menit
c. Adanya sekret dijalan nafas
d. Sesak nafas
e. Sering mengalami batuk
berbulan-bulan namun
sembuh dengan membeli
obat warung
f. Dahak susah untuk
dikeluarkan
g. Nyeri Dada
h. Demam (Suhu 39,2)
i. Leukosit 14.000mm3
(menandakan adanya infeksi)
2. DS : Defisit Nutisi Faktor Psikologis
Ny. R mengatakan nafsu makan (D.0019) (Keengganan untuk
menurun sejak seminggu makan)
DO :
a. BB menurun (50kg menjadi
45 Kg)
b. Px tampak lemas
c. Makan semuanya terasa pahit
dan ingin muntah.
d. Badannya kurus sekali
e. TD : 100/80 mmHg
f. Membran mukosa kering
3. DS : Gangguan Pola Tidur Kurang Kontrol
Ny. R mengatakan susah untuk (D.0055) Tidur
tidur karena batuk yang terasa nyeri
DO : -
4. DS : Defisit Pengetahuan Kurang Terpapar
Ny. R tidak tahu tentang penyakit (D.0111) Informasi
yang dideritanya
DO :
a. Jika sakit Ny. R membeli
obat di warung dekat
rumahnya dan mengatakan
sudah sering mengalami
batuk berbulan-bulan namun
sembuh dengan membeli
obat di warung

3.4 Diagnosa Keperawatan Yang Muncul


1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif (D.0001) b.d Hipersekresi Jalan Napas d.d adanya
sekret di jalan napas
2. Defisit Nutisi (D.0019) b.d Faktor Psikologis (Keengganan untuk makan) d.d Nafsu
makan menurun selama 1 minggu
3. Gangguan Pola Tidur (D.0055) b.d Kurang Kontrol Tidur d.d susah tidur karena batuk
4. Defisit Pengetahuan (D.0111) b.d Kurang Terpapar Informasi d.d tidak mengetahui
tentang penyakit yang diderita
3.5 Intervensi
No Diagnosa SLKI SIKI
Keperawatan
1. Bersihan Jalan Luaran Utama : Intervensi Utama
Napas Tidak Efektif 1. Bersihan Jalan Napas 1. Manajemen Jalan Napas
(D.0001) b.d a. Batuk efektif 1) Observasi
Hipersekresi Jalan meningkat a. Monitor pola nafas
Napas d.d adanya b. Produksi sputum (frekuensi,kedalaman, usaha
sekret di jalan napas menurun napas)
c. Ronchi menurun b. Monitor bunyi nafas
Definisi: d. Frekuensi Napas tambahan (mis, gurgling,
ketidakmampuan membaik mengi, wheezing, ronkhi
membersihkan sekret Luaran Tambahan kering)
atau obstruksi jalan 1. Tingkat Infeksi c. Monitor sputum (jumlah,
nafas untuk a. Demam menurun warna, aroma)
mempertahankan b. Kadar sel darah putih 2) Terapeutik
jalan nafas tetap membaik a. Posisikan semi-fowler atau
paten. fowler
b. Berikan minum hangat
c. Lakukan fisiotrapi dada, jika
perlu
d. Lakukan penghisapan lendir
kurang dari 15 detik
e. Berikan oksigen , jika perlu
3) Edukasi
a. Ajarkan teknik batuk efektif
4) Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspetoran,mukolitik, jika
perlu
2. Defisit Nutisi Luaran Utama Intervensi Utama
(D.0019) b.d Faktor 1. Status Nutrisi 1. Manajemen Nutrisi
Psikologis a. Verbalisasi 1) Observasi
(Keengganan untuk keinginan untuk a. Identifikasi stataus nutrisi
makan) d.d Nafsu meningkatkan nutrisi b. Identifikasi alergi dan
makan menurun meningkat intoleransi makanan
selama 1 minggu b. Berat Badan c. Identifikasi makanan yang
membaik disukai
Definisi : Asupan c. Nafsu makan d. Identifikasi kebutuhan kalori
nutrisi tidak cukup membaik dan jenis cairan
untuk memenuhi d. Tebal ipatan kulit e. Identifikasi perlunya
kebutuhan dari trisep membaik penggunaan selang
metabolisme e. Membran mukosa nasogastric
membaik f. Monitor asupan makan
makanan
g. Monitor berat bedan
h. Monitor hasil pemeriksaan
laboraturium
2) Terapeutik
a. Fasilitasi menentukan
pedoman diet, (mis.piramida
makanan )
b. Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang
sesuai
c. Berikan makanan tinggi
serat untuk mencegah
konstipasi
d. Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
e. Berikan siplemen makanan
,jika perlu
3) Edukasi
a. Anjurkan posisi duduk, jika
mampu
b. Ajarkan diet yang di
programkan
4) Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
( mis. Pereda nyeri,
antiemetic), jika perlu
b. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien yang
di butuhkan.
3. Gangguan Pola Luaran Utama Intervensi Utama
Tidur (D.0055) b.d 1. Pola Tidur 1. Dungkan Tidur
Kurang Kontrol a. Keluhan suslit tidur 1) Observasi
Tidur d.d susah tidur meningkat a. Identifikasi pola aktivitas dan
karena batuk tidur
b. Identifikasi faktor
Definisi : Gangguan pengganggu tidur (fisik dan /
kualitas kuantitas atau pisikologi)
waktu tidur akibat 2) Terapeutik
faktor eksternal a. Modifikasi lingkungan (mis.
Pencahayaaan,kebisingan,
sushu,matras, dan tempat
tidur)
b. Fasilitasi menghilangkan
stress sebelum tidur
c. Tetapkan jadwal tidur rutin
d. Lakukan perosedur untuk
meningkatan kenyamanan
(mis. pijat, pengaturan posisi,
terapi akupresur )
3) Edukasi
a. Jelaskan tidur cukup selama
sakit
b. Ajarkan relaksasi otot
autogenik atau cara
nonfarmokologi lainnya
4. Defisit Pengetahuan Luaran Utama : Intervensi Utama
(D.0111) b.d Kurang 1. Pertanyaan tentang 1. Edukasi Kesehatan
Terpapar Informasi masalah yang di hadapi 1) Observasi
d.d tidak mengetahui menurun a. Identifikasi kesiapan dan
tentang penyakit 2. Peresepsi yang keliru kemampuan menerima
yang diderita terhadap masalah informasi
menurun b. Identifikasi faktor-faktor
Definisi : ketiadaan 3. Menjalani pemeriksaan yang dapat meningkatkan
atau kurangnya yang tidak tepat dan menurunkan motivasi
informasi kognitif menurun perilaku hidup bersih dan
yang berkaitan sehat
dengan topik 2) Terapeutik
tertentu. a. Sediakan materi dan media
pendidikan kesehatan
b. Jadwalkan pendidikan
kesehatan sesuai kesepakatan
c. Berikan kesempatan untuk
bertanya
3) Edukasi
a. Jelaskan faktor risiko yang
dapat mempengaruhi
kesehatan
b. Ajarkan perilaku hidup
bersih sehat
c. Ajarkan strategi yang dapat
digunakan untuk
meningkatkan perilaku hidup
bersih dan sehat
3.6 Implementasi
NO. DIAGNOSA TANGGAL / IMPLEMENTASI
KEPERAWATAN JAM
1. 1. Memonitor status respirasi
2. Memposisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
3. Melakukan fisioterapi dada bila perlu
4. Mengeluarkan sekret dengan batuk atau
suction
5. Mengauskultasi suara nafas, catat jika
perlu adanya suara tambahan
6. Mengatur intake cairan untuk
mengoptimalkan keseimbangan
7. Memberikan bronkodilator bila perlu
8. Mengajarkan batuk efektif
2.
3.
4.

3.7 Catatan Perkembangan


NO DIAGNOSA EVALUASI
KEPERAWATAN
1.
DAFTAR PUSTAKA

Asuhan, P. T. B. E. D., Ruangan, K. T. . D. T. P. Di, Mochtar, R. I. P. R. D. A., & 2019, B. T.


(2019). Penerapan Terapi Batuk Efektif Dalam Asuhan Keperawatan Tn.I Dengan Tb Paru
Di Ruangan Rawat Inap Paru Rsud. Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun 2019.

Bavel, J. J. V., Baicker, K., Boggio, P. S., Capraro, V., Cichocka, A., Cikara, M., Crockett, M. J.,
Crum, A. J., Douglas, K. M., Druckman, J. N., Drury, J., Dube, O., Ellemers, N., Finkel, E.
J., Fowler, J. H., Gelfand, M., Han, S., Haslam, S. A., Jetten, J., … Willer, R. (2020).
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Tb Paru Di Puskesmas Siak Hulu I Kabupaten
Kampar Tahun 2020. Nature Human Behaviour, 4(5), 460–471.
Https://Doi.Org/10.1038/S41562-020-0884-Z

PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan Indikator
Diagnostik ((Cetakan III) I ed.). Jakarta: DPP PPNI.

PPNI, T. P. (2019). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi dan Tindakan
Keperawatan ((Cetakan II) I ed.). Jakarta: DPP PPNI

PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi dan Kreteria Hasil
Keperawatan ((Cetakan II) I ed.). Jakarta: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai