Disusun Oleh :
1. Ferra Widya Ningtiyas (7421002)
2.
1.1 Definisi
Menurut Tabrani (2010) dalam (Bavel et al., 2020) Tuberkulosis Paru adalah penyakit
yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, yakni kuman aerob yang dapat hidup
terutama di paru atau diberbagai organ tubuh yang lainnya yang mempunyai tekanan parsial
oksigen yang tinggi. Kuman ini juga mempunyai kandungan lemak yang tinggi pada
membran selnya sehingga menyebabkan bakteri ini menjadi tahan terhadap asam dan
pertumbuhan dari kumannya berlangsung dengan lambat. Bakteri ini tidak tahan terhadap
ultraviolet, karena itu penularannya terutama terjadi pada malam hari.
Tuberkulosis Paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh basil
mikrobacterium tuberculosis masuk ke dalam jaringan paru melalui airbone infection dan
selanjutnya mengalami proses yang dikenal sebagai focus primer dari ghon (Bavel et al.,
2020).
Menurut (kemenkes RI,2015) Penularan tuberkulosis yaitu pasien TB BTA (bakteri tahan
asam) positif melalui percik renik dahak yang dikeluarkan nya. TB dengan BTA negatif juga
masih memiliki kemungkinan menularkan penyakit TB meskipun dengan tingkat penularan
yang kecil (Bavel et al., 2020).
1.2 Manifestasi Klinis
Menurut (Kemenkes, 2015), Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama
2-3 minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur
darah, batuk darah,sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun,
malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan
(ASUHAN et al., 2019)
Menurut Zulkifli Amin & Asril Bahar (2009) dalam (Bavel et al., 2020) , keluhan yang
dirasakan pasien tuberkulosis dapat bermacam-macam atau malah banyak ditemukan pasien
TB Paru tanpa keluhan sama sekali dalam pemeriksaan kesehatan. Keluhan yang terbanyak
adalah :
1. Demam
Biasanya subfebris menyerupai demam influenza, tetapi kadangkadang panas badan
dapat mencapai 40-41oC. serangan demam pertama dapat sembuh sebentar tetapi
kemudian dapat timbul kembali. Begitulah seterusnya hilang timbulnya demam
influenza ini, sehingga pasien merasa tidak pernah terbebas dari serangan demam
influenza. keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh pasien dan berat
ringannya infeksi tuberkulosis yang masuk.
2. Batuk/Batuk Berdahak
Batuk ini terjadi karena ada iritasi pada bronkus. batuk ini diperlukan untuk membuang
produk-produk radang keluar, karena terlibatnya bronkus pada setiap penyakit tidak
sama. Mungkin saja batuk baru ada setelah penyakit berkembang dalam jaringan paru
yakni setelah berminggu-minggu atau berbulan-bulan peradangan bermula. Sifat batuk
ini dimulai dari batuk kering (non-produktif) kemudian setelah timbulnya peradangan
menjadi produktif (menghasilkan sputum). keadaan yang lanjut adalah berupa batuk
darah karena terdapat pembuluh darah yang pecah. kebanyakan batuk darah tuberkulosis
pada kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding bronkus.
3. Sesak Napas
Pada penyakit ringan (baru kambuh) belum dirasaka sesak napas. Sesak napas akan
ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut yang infiltrasinya sudah meliputi sebagian
paru-paru
4. Nyeri Dada
Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah sampai
ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan kedua pleura sewaktu pasien
menarik melepaskan napasnya
5. Malaise
Penyakit tuberkulosis bersifat radang yang menahun. Gejala malaise sering ditemukan
berupa anoreksia, tidak ada nafsu makan, badan makin kurus (berat badan turun), sakit
kepala, meriang, nyeri otot, keluar keringat malam, dll. Gejala malaise ini makin lama
makin berat dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur.
1.3 Etiologi
Menurut Wim de Jong et al 2005 (Nurarif & Hardhi Kusuma, 2015), Penyebab
Tuberculosis adalah Mycobacterium Tuberculosis. Basil ini tidak berspora sehingga mudah
dibasmi dengan pemanasan, sinar matahari, dan sinar ultraviolet. Ada dua macam
mikobakteria tuberculosis yaitu tipe human dan tipe bovin. Basil tipe bovin berada dalam
susu sapi yang menderita mastitis tuberculosis usus. Basil tipe human bisa berada di bercak
ludah (droplet) di udara yang berasal dari penderita TBC terbuka dan orang yang rentan
terinfeksi TBC ini bila menghirup bercak ini. Perjalanan TBC setelah infeksi melalui udara
(Bavel et al., 2020).
Faktor predisposisi penyebab penyakit tuberkulosis dalam (ASUHAN et al., 2019) antara
lain :
1. Mereka yang kontak dekat dengan seorang yang mempunyai TB aktif.
2. Individu imunosupresif (termasuk lansia, pasien kanker, individu dalam terapi
kortikosteroid atau terinfeksi HIV).
3. Pengguna obat-obat IV dan alkoholik.
4. Individu tanpa perawatan yang adekuat.
5. Individu dengan gangguan medis seperti : Diabetes Mellitus, Gagal Ginjal Kronik,
penyimpanan gizi.
6. Individu yang tinggal di daerah kumuh
1.4 Klasifikasi TBC Paru
Menurut (ASUHAN et al., 2019), klasifikasi TBC paru adalah:
1. TB Paru BTA positif Apabila sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS
(sewaktu pagi sewaktu) hasilnya positif, disertai pemeriksaan radiologi paru
meninjukkan TB aktif.
2. TB Paru BTA negatif Apabila dalam 3 pemeriksaan spesimen dahak SPS BTA negatif .
1.5 Tipe TBC Paru
Tipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya. Ada beberapa tipe
pasien yaitu:
1. Kasus baru Pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan
OAT kurang dari satu bulan (4 minggu).
2. Kasus Kambuh (Relaps) Pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat
pengobatan tuberculosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap,
didiagnosis kembali dengan BTA positif (apusan atau kultur).
3. Kasus Setelah Putus Berobat (Default ) Pasien yang telah berobat dan putus berobat 2
bulan atau lebih dengan BTA positif.
4. Kasus Setelah Gagal (Failure) Pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif
atau kembali menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan.
5. Kasus Pindahan (Transfer In) Pasien yang dipindahkan dari UPK yang memiliki register
TB lain untuk melanjutkan pengobatannya.
6. Kasus lain Semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas. Dalam kelompok ini
termasuk Kasus Kronik, yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif
setelah selesai pengobatan ulangan (ASUHAN et al., 2019).
1.6 Patofisiologi
Port de entry kuman Mycobacterium tuberculosis adalah saluran pernafasan, saluran
pencernaan, dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi terjadi melalui udara, (air
bone), yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang
terinfeksi. Basil tuberkel yang mencapai alveolus dan diinhalasi biasanya terdiri atas satu
sampai tiga gumpalan. Basil yang lebih besar cenderung bertahan di saluran hidung dan
cabang besar bronkus, sehingga tidak menyebabkan penyakit. Setelah berada dalam ruang
alveolus, kuman akan mulai mengakibatkan peradangan. Leukosit polimorfonuklear tampak
memfagosit bakteri di tempat ini, namun tidak membunuh organisme tersebut.
Sesudah hari pertama, maka leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang terserang akan
mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut. Pneumonia selular ini dapat
sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa yang tertinggal atau proses dapat
berjalan terus dan bakteri terus difagosit atau berkembang biak di dalam sel. Basil juga
menyebar melalui getah bening menuju getah bening regional. Makrofag yang mengadakan
infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu, sehingga membentuk sel tuberkel
epitoloit yang dikelilingi oleh foist. Reaksi ini biasanya membutuhkan waktu 10-20 jam
(Bavel et al., 2020).
1.7 PNP
1.8 Komplikasi
Komplikasi pada penderita tuberkulosis stadium lanjut (Bavel et al., 2020) :
1. Hemoptosis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat mengakibatkan
kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas.
2. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial.
3. Bronkiektasis (pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat
pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.
4. Pneumotorak (adanya udara di dalam rongga pleura) spontan : kolaps spontan karena
kerusakan jaringan paru.
5. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, ginjal dan sebagainya.
6. insufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency)
7. Pembesaran kelenjar servikalis yang superfisial
8. Pleuritis tuberculosa
9. Efusi pleura
10. Tuberkulosa milier
11. Meningitis tuberkulosa
1.9 Pemeriksaan Penunjang
Menurut (ASUHAN et al., 2019) pemeriksaan penunjang pada TBC paru adalah :
1. Kultur sputum adalah mycobacterium Tuberkulosis Positif pada penyakit.
2. Tes Tuberkalin adalah Mantolix tes reaksi positif ( area indurasi 10-15 mm terjadi 48-72
jam).
3. Bronchografi adalah untuk melihat kerusakan bronkus atau kerusakan Paru
4. Darah adalah peningkatan leukosit dan laju endap darah (LED)
5. Spirometri adalah penurunan fungsi paru dengankapasitas vital sign menurun.
6. Photo Thorax adalah untuk melihat infiltrasi lesi awal pada paru atas.
1.10 Penatalaksanaan
1. Penatalaksaan Keperawatan
1) Promotif terbagi antara lain :
a. Penyuluhan kepada masyarakat apa itu TBC
b. Pemberitahuan baik melalui spanduk atau iklan tentang bahaya TBC, cara
penularan, cara pencegahan, dan faktor resiko.
c. Mensosialisasikan BCG dimasyarakat
2) Preventif terbagi antara lain:
a. Vaksinasi BCG
b. Menggunakan Isoniazid
c. Membersihkan lingkungan dari tempat kotor dan lembab.
d. Bila ada gejala TBC segera ke Puskesmas atau Rumah Sakit
2. Penatalaksanaan Medis
Dalam pengobatan TB Paru dibagi 2 bagian:
1. Jangka pendek Dengan tata cara pengobatan : setiap hari dengan jangka waktu 1-3
bulan
2. Jangka panjang Tata cara pengobatan : setiap 2x seminggu, selama 13-18 bulan,
tetapi setelah perkembangan pengobatan ditemukan terapi. Terapi TB Paru dapat
dilakukan dengan meminum obat : INH, Rivampicin, Etambutol.
3. Dengan menggunakan obat program TB Paru Combipack bila ditemukan pada
pemeriksaan sputum BTA positif dengan kombinasi obat :
a. Rifampicin
b. Isoniazid
c. Ethambutol
d. Pyridoxin
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN
3.1 Kasus
Ny. R mengatakan sejak 1 bulan terakhir klien mengalami batuk berdahak, dahak
susah untuk dikeluarkan, mengeluh batuk berdahak, sesak napas, demam, nafsu makan
menurun sejak seminggu terakhir, klien datang ke Wilayah Kerja Puskesmas Peterongan
pada tanggal 23 April 2021 sekitar 09.00 WIB dibantu oleh keluarganya, pasien terlihat
lemas, tampak meringis kesakitan, Tekanan Darah: 100/80 mmHg, Nadi: 90x/menit,
Respirasi: 28X/menit, Suhu: 39,2OC, BB: 45Kg (Sekarang), BB: 50Kg (sebelum Sakit).
3.2 Pengkajian
3.2.1 Identitas
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. R
Umur : 54 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Indonesia
Bahasa yang digunakan : Bahasa Daerah
Ocu” Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Ds. Mancar Kec. Peterongan Kab. Jombang
Diagnosa Medis : Tuberkulosis Paru (TB Paru)
Tanggal pengkajian : 27 April 2021
Bavel, J. J. V., Baicker, K., Boggio, P. S., Capraro, V., Cichocka, A., Cikara, M., Crockett, M. J.,
Crum, A. J., Douglas, K. M., Druckman, J. N., Drury, J., Dube, O., Ellemers, N., Finkel, E.
J., Fowler, J. H., Gelfand, M., Han, S., Haslam, S. A., Jetten, J., … Willer, R. (2020).
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Tb Paru Di Puskesmas Siak Hulu I Kabupaten
Kampar Tahun 2020. Nature Human Behaviour, 4(5), 460–471.
Https://Doi.Org/10.1038/S41562-020-0884-Z
PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan Indikator
Diagnostik ((Cetakan III) I ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2019). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi dan Tindakan
Keperawatan ((Cetakan II) I ed.). Jakarta: DPP PPNI
PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi dan Kreteria Hasil
Keperawatan ((Cetakan II) I ed.). Jakarta: DPP PPNI