Anda di halaman 1dari 15

DIARY PRAMUGARA

(SEKS, PERCINTAAN HIGGA HIV/AIDS)

Nama Kelompok
1. Ferra Widya N. (7317018)
2. Imro’atul Khasanah ()

PROGRAM STUDY SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIPDU JOMBANG
TAHUN AKADEMIK 2019
BAGIAN PERTAMA
Doni Adiatama
Doni seorang pramugara Garuda Indonesia bekerja sejak 2008, yang berparas ganteng
bertubuh seksi berkulit putih mulus. Umurnya sudah matang untuk menikah, umur Doni 25
tahun dan dia tinggal bersama ibu tercintanya dan seorang adik perempuan bernama Ayu…
Ayah Doni seorang pengusaha. Doni digemari setiap wanita tapi sayang Doni lebih tertarik
melihat lelaki. Doni sangat suka seks bebas dengan beranekaragam dengan teman-temannya
seperti bisexsual, anal, oral dan Doni suka ke dunia malam, Klabing, miras bahkan narkoba.
Biasanya Doni bersama teman-temannya melakukan semua itu didalam hotel setiap malam. Doni
juga suka bergonta ganti pasangan karena itu merupakan kepuasan bagi si Doni sendiri maupun
pasangannya.
BAGIAN KEDUA
Disuatu tempat pulang lah pria yang di idamkan semua wanita maupun pria dengan baju sedikit
basah (berkeringat). Ia mengetok pintu dan mendapatkan wanita tua yang membuka pintu,
dengan penuh sopan iya memberi salam kepada ibunya
“Assalamualaikum ma”
“Waalaikumsalam Don ayo masuk liat baju kamu kok bisa basah begitu”
“Iya ma Kereta Doni lagi diperbaiki ntar malem siapnya, jadi Doni pulangnya jalan”
“Yaudah, sana mandi abisitu makan ntar kamu masuk angin”
Doni langsung kekamar untuk membersihkan semua peluh yang ada di badannya, iya membuka
baju seragamnya satu persatu dan iya menuju celananya dan membuka ikat pinggang. Kemudian
terlelap tidur dikasurnya yang sangat empuk.
Dipagi yang cerah ini matahari mulai menyinari bumi dan aku mulai bergegas kekamar mandi,
aku segera mandi untuk bersiap-siap ke bandara karena hari ini tepat pukul 09.00 WIB pagi ada
penerbangan menuju Australia.
“Kak Doni udah siap belum mandinya” jerit Ayu
“Ayu jangan teriak teriak nak kan kak Doni lagi mandi” sahut ibu
“Iya bu tapi Ayu udah telat ini”
Ceklekkkkkkkk….
“Pagi pagi udah teriak teriak kamu Ay seperti tukang tahu saja” seru Doni
“Is kakak masak adeknya sendiri disamain sama tukang tahu”
“Makanya jangan teriak teriak”
“Iya deh”
“Bu.. Doni pamit ya mau berangkat ke Bandara ada penerbangan sekalian nganterin Ayu ke
sekolah”
Dengan sopan Doni berpamitan dengan ibu dan ayahnya dan diikutin dengan Ayu kini kakak
beradik itu menuju kesekolah lalu Doni bergegas menuju Bandara untuk penerbangan.
Sesampai di Australia pramugara dan pramugari menuju hotel yang akan mereka tempati untuk
beberapa hari, dengan biasa pada malam hari mereka tidak akan lupa dengan hal satu ini yaitu
seks bebas.
BAGIAN TIGA
Saat menghadiri pertemuan para pramugara dan pramugari, Doni terpaku pada sosok lelaki cute
yang memiliki bibir pink yang lucu. Dia sedang memakan kuenya dengan riang
Menepuk pundak lelaki yang sedang memakan kuenya
“Boleh ikut gabung…” Doni
“Gabung saja…”
“BOleh aku tahu namamu?”
“Vino.. kamu?”
“Doni….”
“Salam kenal Doni”
Sejak pertemuan itu Doni merasa hatinya tidak nyaman, dia gelisah dan ingin menemuinya.
Namun saat pertemuan kemarin dia lupa untuk meminta sekedar alamat email
Namun saat menghadiri pelatihan disekolah penerbangan karena Doni diminta untuk menjadi
pelatih untuk sementara dan karena prestasi yang dimilikinya sebagi Pramugara.
Kelas berlangsung semua calon pramugara memakai seragam sama siap memulai pelatihan, Doni
menerangkan satu persatu alat yang digunakan saat penerbangan dan saat keadaan darurat. Dia
pun berkeliling memperhatikan setiap siswanya agar sungguh sungguh memperhtikan apa yang
telah diajarkan hingga dia terpaku dengan sosok yang ditemuinya waktu lalu
Dengan seragam oranye tanda dia mulai masuk tahun pertama sekolah penerbangan. Vino
bersinar dengan warna seragam itu karena kulitnya yang putih dan bibirnya merekah warna pink
Doni tak jemu memandangi Vino yang sibuk mencatat apa yang dikatakan guru dadakan itu. Dia
pun tak tahu siapa yang sedang mengajar.
Doni memandanginya penuh cinta. Dia berjanji pada dirinya kali ini dia harus tahu alamat
emailnya
Kelas usai dan kini saatnya makan siang. Doni melihat Vino dengan nampan makan siangnya
melirik kanan kiri melihat apakah ada kursi kosong
“Vino..” sapa Doni dari jauh, memberi kode agar Vino menghampirinya
Vino bergegas menuju kursi dimana Doni berada
“Kenapa kamu disini…. Dan segaram itu…?” melihat seragam Pramugara yang dikenakan Doni,
Vino kagum
“Hmmm, aku tadi mengajar dikelasmu. Tapi kulihat kamu sibuk mencatat. Tugas Pramugara itu
memperhatikan dan menjaga penumpang, tak usah banyak mencatat cukup perhatikan dan
praktekkan.” Jelas Doni membuat Vino semakin kagum
Vino melanjutkan makan siangnya, seperti didrama atau sinetron lainnya. Vino belepotan
makannya. Membuat Doni terkekeh
“Udah gede makannya belepotan” membersihkan bibir Vino dengan jempolnya.
Maaf Vino aku harus pergi ada jadwal penerbangan setelah ini. Nanti aku hubungi
…………
Vino membuka emailnya disela makan siang, terhitung sudah enam hari setelah pertemuannya
bersama Doni
Vino apa kau sibuk…..
Doni
Vino senang Doni tak melupakannya, belum sempat mengetik pesan lebih lanjut terlihat Doni
memberi pesan baru
Kalau kau tidak sibuk besok kita bertemu di restoran seafood dialam hotel dekat bandara. Saat
makan siang
Doni
Vino pun membalas email dari Doni,
Baik…..
Vino.
………….
Keesokan harinya mereka bertemu di restoran yang sudah disepakati, Doni masih mengenakan
seragam kebanggaannya karena dia baru saja mendarat setelah perjalanan yang panjang
Vino datang dengan pakaian santainya, ia pertama kali keluar sendiri. Dengan kaos warna biru
muda dan dipadu padankan dengan celana selutut warna biru tua menambah aura manly namun
masih terkesan manis
Selesai makan siang Doni mengajak Vino mampir ke hotel itu tadi. Vino mengangguk dan
mengiyakan ajakan Doni, Vino membuntuti Doni dan masuk kedalam kamar yang sudah dipesan
Doni sebelumnya. Melihat Doni memegang kotak kecil warna pink Vino curiga dan bertanya
“Doni…itu apa…” menunjuk kotak kecil
“Hmmm, hari ini aku ulang tahun dan aku ingin merayakannya bersamamu”
“Kenapa harus aku, bukankah seharsnya kamu berkumpul dengan temanmu dan merayakannya”
“Hmmm, aku ingin kamu memakan potongan kue pertamaku”
Kata Doni membuat pipi Vino memerah, Vino belum tahu perasaan cinta itu seperti apa. Vino
dengan sigap membuka kotak kue dan menaruh nampan dan meletakkan lilin diatasnya.
Hmmmm, Dua puluh lima tahun seorang Pramugara, sungguh kebanggan tersendiri
Vino berjalan perlahan menuju ruang Tv, menaruh kuenya diatas meja dan menunggu Doni
datang. Sesaat kemudian Doni datang dengan pakaian santai dan masih sibuk mengeringkan
rambutnya. Duduk bersampingan dengan Vino. Doni menghentikan aktivitasnya mengeringkan
rambut dan meniup lilinnya
“Selamat Ulang tahun Doni, maaf Vino tak membawa kado” menampilkan senyum tipis Yang
manis
Akhirnya mereka berdua mengakhiri kegiatan tersebut dan segera melakukan kegiatan yang
setiap malamnya dilakukan oleh Doni yaitu Seks Bebas dan fine hari ini Doni berganti pasangan
lagi.
BAGIAN EMPAT
Lampu gemerlap menyelimuti tubuh Doni dan teman-temannya, dengan minuman keras yang
saat ini digenggam oleh Doni dan teman-temannya membuat mereka menjadi bertambah gila
dengan aksi menarinya.
Mereka sekarang ada disebuah club malam yang sangat terkenal dengan para pekerja seksual
yang cantik-cantik, begitu banyak juga guy yang cantik dan sexy bahkan ada juga gay yang
ganteng keren cool berkulit puith mulus, bibirnya sexy berwarna pink pink manja
“Woyy Don lo udah nggak sadar ya” seru Dito temennya Doni
“Resek lo Dit”
“Ayo kita ke hotel saja” seru Doni
“Yaudah ayo, dasar lu Don baru bentar udah teler”
“Udah lah ayoo.. bawa guy yang cantik dan sexy dan bawa juga yang ganteng dan cool buat gue
ya”
“Siyap…….”
Mereka memarkirkan mobil di halaman hotel yang biasanya dipakai mereka saat malam hari saat
seks bebas. Dan sekarang mereka mau melakukan seks bebas lagi, karena itu seperti sudah
menjadi kewajiban mereka untuk memenuhi nafsunya. Dan tidak lupa Doni sekarang ganti
pasangan lagi
………..
Dipagi yang cerah ini matahari mulai menyinari bumi dan mereka akan melakukan kegiatan
sarapan pagi yaitu dengan seks bebas lagi dan lagi dan tidak pernah memakai alat kontrasepsi.
Disisi lain sebuah handphone bordering sangat kencang dan terus menerus sejak pagi tadi,
ternyata itu handphone Doni yang menandakan alarm untuk dia bangun karena ada penerbangan
yang satu jam lagi berangkat, dan Doni belum mandi belum siap siap sama sekali
“Don” seru Dito
“Ntar lagi kita ada penerbangan, tuh handphone loh bunyi terus dari tadi”
“Gimana sih loh nggak ngomong ke gue dari tadi”
“Udah ayo cepetan kita siap siap” Dito langsung bergegas menuju kamar mandi
“Iya”Doni pun segera bergegas kekamar mandi
Dua bulan kemudian Doni sudah mendarat dan sudah pulang kerumahnya lagi.
Saat itu pada malam hari Doni sangat lapar, benar-benar lapar dan dirumah tidak ada seupil nasi
pun untuk dimakan.
Akhirnya dengan berat hati Doni pun keluar untuk mencari makanan, dan sialnya saat itu juga
tidak ada rumah makan yang buka karena sudah terlalu malam, jam menunjukkan pukul 12.00
WIB, alhasil Doni pulang terpaksa pulang dengan perut keroncongan.
Saat perjalanan menuju pulang mata Doni seketika berbinar-binar melihat sebuah warung pojok
yang buka tengah malam dan masih sangat rame meskipun sudah tengah malam
“Wiih.. warung pojok ini tengah malem kok masih rame” ujar Doni
“Enak ini kayaknya sampe-sampe tengah malem masih rame gini”
Doni memarkirkan mobilnya tepat di depan warung itu dan segera masuk kedalam karena
perutnya sudah tidak tahan lagi ingin makan.
Tanpa disangka ternyata yang ada diwarung pojok ini adalah sekumpulan gay yang bekerja saat
tengah malam, saat itu Doni sangat terkejut
Disisi lain para gay itu menyambut Doni dengan sangat manis
“Selamat malam mas,, mau pesan apa” ujar salah satu gay
“Saya mau nasi apa aja” ujar Doni
“Baik mas silahkan duduk dulu” sambal merayu Doni
Lima menit kemudian nasi yang dipesan Doni datang, dan Doni dengan lahapnya menghabiskan
nasinya itu
Lalu Doni memulai perbincangan dengan mereka dan Doni berkata jujur kalau sebenarnya dia
juga sama dengan para gay yang ada disitu.
Akhirnya mereka berbincang-bincang, saling bagi nomor whattsap dan mereka cepat akrab dan
Doni mau masuk komunitas mereka.
BAGIAN LIMA
Suatu malam, Doni berkumpul di Hotel dengan komunitasnya (gay) yang baru akrab kemarin.
Mereka sedang mabuk, salah seorang dari mereka menghisap sesuatu yang baunya amat
menusuk hidung.
Dia nggak tau jenis rokok apa itu. Ketika salah satu temannya bilang agnja, Doni terkejut. Ada
rasa takut dihatinya, takut jika sewaktu-waktu polisi menggerebek mereka. Namun temannya
kelihatan cuek, malah memberi Doni selinting ganja dan menyuruh mencobanya
Doni ragu-ragu. Namun ketika teman-temannya terus membujuknya, pertahanan Doni goyah.
Apalagi ketika mereka bilang Doni nggak pantes ikut komunitas mereka kalau nggak nyobain
benda itu. Harga dirinya langsung terusik. Lalu, dia beranikan diri menghisap lintingan ganja itu.
Mula-mula ada rasa aneh. Namun, lambat laun dia mulai menyukainya. Hari hari selanjutnya,
Doni sudah terbiasa menghisap ganja.
Menghisap ganja memang nggak sebebas menghisap rokok. Maksudnya, kalau merokok
ditempat yang sudah ditentukan, nggak bakal ditangkap polisi. Tapi ngeganja, kalau ketahuan
bisa masuk penjara. Ganja memang beda dari rokok biasa. Tiap habis ngeganja, Doni berubah
jadi orang ceria, rajin, gembira dan berselera makan. Ibu dan adiknya merasa aneh dengan sikap
Doni, tapi mereka nggak tahu kalau Doni habis ngeganja.
Makin lama, Doni merasa nggak bisa lepas dari ganka. Kalau ganja belum diperoleh, dia jadi
malas melakukan apa pun. Makan pun jadi malas, apalagi kerja. Namun disaat tertentu dia
merasa sangat gembira, doyan makan, santai sangat percaya diri dan merasa nyaman tanpa
sebab.
Tambah lama, dia merasa ganja nggak cukup lagi untuk memberikan efek yang membuat lebih
percaya diri. Ganja kini tak mampu lagi membuatnya high (tingi). Dia ingin sesuatu yang lebih
dahsyat yang bisa membebaskannya dari rasa jenuh dan gelisah, yang bisa membawanya
terbang.
BAGIAN ENAM
Lagi lagi Doni berkumpul dengan komunitasnya di sebuah Hotel yang biasanya dia pakai, saat
ini ada tamu baru yaitu gay baru yang baru masuk kekomunitas mereka.
Mereka menyambut teman baru mereka itu dengan sangat ramah. Jadi, kehadirannya seolah-olah
menjadi sekutu baru buat mereka
Awalnya tidak tahu mereka, kalau si tamu baru ini pemakai narkoba jenis putaw. Seperti apa
bentuk putaw Doni belum pernah melihatnya. Doni dan lainnya duduk-duduk, ngobrol, ketawa-
ketawa, main gitar, dengerin lagu dan menghisap ganja.
Selanjutnya, setelah beberapa hari mereka main bareng sedangkan Doni juga baru pulang dari
penerbangan akhirnya Doni menyempatkan waktu untuk kumpul bersama mereka kembali.
Perlahan-lahan Doni mulai ‘Ngeh’ bahwa mereka sekarang nggak sekedar ngeganja. Doni curiga
ketika Dewi masuk kekamar mandi. Dalam benaknya, ia pasti dalam kamar mandi dia memakai
narkoba yang kualitasnya lebih dari ganja. Entah dia memakai narkoba jenis apa, Doni nggak
tahu. Yang jelasnya, ia tahu Dewi pecandu kelas berat. Gambaran itu bisa terlihat di pupil
matanya yang mengecil, sikap dan cara ngomongnya.
Lalu satu persatu temannya masuk kekamar mandi. Setelah itu, mereka keluar dengan wajah
cerah. Ary masuk terakhir. Sewaktu ia berdiri, jarum suntik yang ada dikantongnya jatuh. Doni
terkejut, tapi nggak mau kelihatan gugup. Ia melihat Ary memungut jarum suntik yang jatuh itu.
Tangannya gemetar. Dia melirik Doni dan berkata
“Aku memakai putaw dulu ya, kalau lo mau gue kasih gratis. Dikantong gue ada dua lagi. Elo
mau?”
“Iya lo make aja. Asyik kok, dijamin tenang deh. Elo kagak bakalan stress lagi” bujuk Dewi
“Disini ganja udah nggak main. Putaw dong, lebih ngefek (berpengaruh) dan giting (mabok)-nya
dahsyat!” bujuk Dewi lagi
Doni kembali mau mundur. Prosesnya sama saat dia pertama kali mencoba menhhisap ganja.
Mendengar kata putaw membuatnya takut. Doni tahu dari tayang TV dan koran, banyak remaja
yang meninggal karena putaw dan terkena penyakit HIV/AIDS karena bergantian jarum suntik.
Namun kalau mengingat ganja udah nggak memberi efek yang melambungkan lagi. Akhirnya
Doni berkata
“Iya deh. Tapi nyuntiknya nggak sakit kan?”
“Enggak. Paling-paling rasanya kayak digigit semut” Ary ketawa keras
“Entar lama kelamaan elo bakal terbiasa. Kalo gitu elo gue kasih sedikit aja supaya nggak kaget”
jawab Ary lagi
Doni menyodorkan lengannya pada Doni. Agar urat nadinya menyembul, Ary menepuk-
nepukmya, kemudian ia menekan lengan Doni. Jarum suntik yang berisi putaw dimasukkan,
darahnya disedoot, kemudian dimasukkan lagi ke pembuluh darah Doni. Teman-temannya
menyaksikan peristiwa itu sambal ketawa-ketawa. Mereka memandang proses penyuntikan di
lengan Doni itu seperti ritual persembahan tumbal manusia kepada dewa kematian. Saat
penyuntikan, Doni merasa sakit sedikit di lengan, terutama di pembuluh venanya. Seperti ada
ulat-ulat kecil yang menjalari pembuluh darahnya. Beberapa menit kemudian, dia merasakan
perubahan dalam tubuhnya. Rasanya masih biasa. Ia masih sempat bertanya pada Ary
“Ar, kok rasanya biasa-biasa saja”
“Entar kalo lo udah empat kali make baru ketemu enaknya” balas Ary
Ucapan Ary terbukti. Di hari keempat setelah pemakaian, ia merasa badannya enteng, tenaga jadi
bertambah, perasaannya gembira sekali, Doni makin percaya diri dan yakin bisa sukses
melakukan sesuatu
Sakaw mulai membuatnya ketakutan . Hidup Doni jadi nggak tenang. Di saat seperti itu, ia butuh
Ary dan komunitasnya, Doni langsung berkumpul kehotel dan tanpa piker panjang akhirnya
mereka memakai jarum suntik secara bergantian secara terus menerus.
BAGIAN TUJUH
Disisi lain orang tua Doni cerewet meminta Doni agar segera menikah, dan tak lama kemudian
Doni menikah dengan seorang wanita yang begitu cantik dan manis. Mereka hidup berbahagia
setiap harinya.
Dan tiba pada akhirnya Doni mulai sakaw, akhirnya Doni berkumpul lagi dengan komunitasnya
di dalam hotel untuk pemakain putaw dengan jarum suntik secara bergantian. Tanpa
sepengetahuan istrinya setiap Doni sakaw Doni pergi ke hotel dan Doni masih suka jajan dengan
gay di dalam hotel bergonta ganti pasangan. Mengingat Doni memang tidak sepenuhnya tertarik
dengan seorang wanita.
Lambat laun akhirnya Doni merasakan sering flu, panas, dingin.
“Kamu kenapa mas” tanya istrinya
“Aku demam” ujar Doni
“Besok aku anterin ke rumah sakit ya mas”
“Nggak usah, biar aku sendirian saja. Lagi pula besok aku ada penerbangan biar aku dari rumah
sakit langsung menuju bandara untuk penerbangan”
“Lalu kamu pulang kapan”
“Lusa aku sudah pulang”
Keesokan harinya matahari begitu menyilaukan mata, disisi lain Doni dan Istrinya sedang
sarapan pagi di meja makan
“Kamu sedang memikirkan apa mas?” tanya istrinya
“Aku sedang memikirkan penerbangan nanti” jawab Doni padahal dipikirannya dia sedang
memikirkan tentang penyakitnya yang tida tiba muncul kemudian menghilang
“Kamu sudah sembuh mas”
“Iya” Doni memang begitu orangnya kalau sama wanita dia agak cuek tapi sebenarnya tidak
cuek
Doni berpikir-pikir tentang penyakitnya, apa dia terkena HIV/AIDS, mengingat dia dulunya
pelaku seks bebas yang beraneka ragam dan bergonta ganti pasangan, klabbing juga, bahkan
sampai narkoba dan memakai jarum suntik secara bergantian.
“Mas” istrinya memanggilnya yang membuat lamunannya seketika ambyar
“Ada apa sih?”
“Kamu katanya ada penerbangan? Sana gih berangkat udah waktunya”
“OH iya lupa. Yaudah aku berangkat dulu”
Sesudah Doni berangkat, ganti istrinya yang melamun sedang memikirkan apa yang terjadi pada
suaminya kok tidak seperti biasanya dan apa penyakit suaminya tersebut.
“ Mas Doni kok beda akhir-akhir ini dia lebih sering melamun”
“Ada apa kira-kira”
“Ah.. mungkin ini perasaanku saja”
BAGIAN DELAPAN
Atas kesadaran dirinya akhirnya Doni pun periksa ke puskesmas, mengingat dia dulunya terjebak
dalam seks bebas, klabing, bahkan sampai narkoba. Doni langsung melakukan tes ELISA
(Enzymelinked Immunosorbent Assay) dimana tes ini merupakan uji serologis yang digunakan
di berbagai laboratorium imunologi dan dilakukan untuk mendeteksi antibody HIV dalam darah
atau tubuh kita.
Tak lama kemudian, akhirnya Hasil Tes telah selesai dan betapa kagetnya Doni setelah
mengetahui bahwa hasil tes yang ia lakukan itu menyatakan POSITIF HIV
Doni pulang dengan keadaan yang sangat buruk hatinya hancur, syok dan down dia menarik diri,
tidak mau keluar rumah, tidak mau bekerja lagi, tidak mau makan minum bahkan tidak mau
dideketin sama istri dan kedua orangtuanya. Doni merasa berssalah kepada istri dan kedua
orangtuanya Doni merasa tidak berguna lagi, tidak berdaya lagi. Dan dia merasa bahwa umurnya
tinggal sedikit lagi
Disisi lain istri Doni sangat bingung, cemas dengan keadaan Doni saat ini.
Istrinya berusaha membujuk Doni untuk membuka pintu kamarnya tapi usahanya sia-sia. Istrinya
sudah tidak tahu harus bagaimana lagi.
Akhirnya istrinya selama semalaman menunggu Doni didepan pintu kamar dan menangis sejadi-
jadinya.
Usaha istrinya itupun membuahkan hasil. Didalam kamar Doni memikirkan kedua orangtuanya
dan istrinya kalau Doni seperti ini terus malah menyakiti mereka, mereka adalah orang-orang
yang sangat disayangi Doni, mereka adalah perhiasan bagi Doni tidak boleh ada seorang pun
yang menyakiti perhiasannya itu. Akhirnya Doni mempunyai komitmen untuk terbuka kepada
semua orang kalau dirinya POSITIF HIV dan tidak ada air mata untuk POSITIF HIV, air mata
lebih berarti jika dibuat menangis apabila perhiasannya itu disakiti orang lain.
Ceklekkkkkkk…… pintu kamar terbuka
“Aku positif HIV, apakah kamu masih mau menerimaku” ujar Doni kepada istrinya
Seketika istrinya syok dan mengais sejadi-jadinya.
Beberapa hari kemudian istrinya menemui Doni yang kini di ruang tamu dan kelihatan sangat
sedih karena dia telah keluar dari kerjanya sebagai seorang pramugara
“Mas aku tidak mau pisah sama kamu meskipun kamu POSITIF HIV aku tidak perduli”
“Beneran kamu mau”
“Iya mas kita harus berjuang bersama-saa melawan penyakit itu, kamu harus semangat terus”
“Terimakasih sayang, kamu baik sekali. Sungguh mulia hatimu itu”
“Iya mas aku menerima kamu apa adanya”
Keesokan harinya Doni menemui Pak Lurah untuk berbicara serius mengenai penyakit yang
dideritanya
“Pak Lurah, saya ingin mengakui sesuatu kepada bapak. Jika bapak mengusir saya dan keluarga
saya dari kampong sini saya tidak apa pak”
“Ada apa ini Mas Doni?”
“Begini pak, saya ini positif HIV pak”
“Ah.. masak saya lo nggak percaya kalau kamu HIV” pak lurah tertawa dan tidak percaya
kepada Doni
“Apa yang membuat pak lurah tidak percaya kalau saya positif HIV” Doni bertanya-tanya kok
bisa pak lurah tidak percaya akan hal ini
“Lihat tubuh kamu mas Doni, tubuh kamu sehat, tidak ada penurunan Berat Badan, badan kamu
gemuk, kamu terlihat sehat-sehat saja, kamu tidak sakit-sakitan”
“Tapi saya positif HIV pak saya sudah mengecek” Doni berusaha meyakinkan pak lurah
“Ah.. saya tidak percaya” Tetapi lagi lagi pak lurah tidak percaya
Dan akhirnya Doni pulang kerumah.
Keesokan harinya Doni menemui Pak Camat untuk bilang kalau dirinya POSITIF HIV karena
kemarin pak lurah tidak percaya padanya, dan kebetulan juga rumahnya deket sama rumah pak
camat
“Pak Camat, saya ingin mengatakan sesuatu kepada bapak, ada yang mau saya akui dari keadaan
saya”
“Iya mas Doni, ada apa”
“Begini pak, saya ini positif HIV apakah saya boleh tetap tingal disini. Seumpama saya dan
keluarga saya tidak dibolehin tinggal disini, saya terima kok pak”
“Kamu bercanda ya mas, saya tidak percaya kalau kamu positif HIV” pak camat pun tidak
percaya kepada Doni
“Apa yang membuat Pak Camat tidak percaya kepada saya? Saya benar-benar positif HIV pak.
Saya tidak bercanda dan bergurau” Doni meyakinkan Pak Camat lagi
“Tapi dengan keadaan tubuhmu yang sehat seperti itu, kamu gemuk, kamu tidak sakit-sakitan itu
membuat saya tidak percaya kalau kamu positif HIV”
Akhirnya Doni dengan perasaan yang sangat kesal dan sedikit bahagia pulang kerumah. Dan
berencana besok bersama istrinya mau kerumah orangtuanya untuk mengakui hal itu
“Assalamualaikum buu”
“Waalaikumsalam nak” mencium pipi Doni dan istrinya
“Ibu.. ada hal yang perlu Doni kasih tahu kan ke ibuk sama ayah. Tapi ibuk sama ayah jangan
mikir ya, jangan down”
“Iya apa nak”
“Doni positif HIV buk yah” sambil sungkem ke ibuk dan ayahnya
“Kamu jangan bercanda nak, anak ibu nggak mungkin positif HIV”
“Tapi Doni beneran buk yah”
“Enggak kamu bercanda nak, ayah sama ibuk tidak percaya kalau kamu positif HIV”
“Kenapa semua orang tidak percaya kalau Doni positif HIV”
“Karena tubuhmu itu sehat nak, kamu gemuk kamu nggak kurus seperti orang positif HIV
lainnya” ibu dan ayahnya Doni tidak percaya juga kepada Doni
BAGIAN SEMBILAN
Hari demi hari telah berlalu kini Doni mulai ingin memeriksakan istrinya juga apakah sudah
tertular HIV atau belum. Dan istrinya dengan senang hati menerima tawaran Doni
Mereka sepakat untuk Minggu depan mau periksa ke puskesmas
Tiga hari kemudian sang istri mendadak sakit dan langsung meninggal. Saat diperiksa oleh
petugas puskesmas, ternyata Istri Doni ini sudah lama uga mengidap HIV karena tertular oleh
Doni.
Betapa hancurnya perasaan Doni, ketika melihat istrinya sudah tidak bernyawa lagi, dan yang
lebih parah istrinya meninggal karena tertular HIV darinya, ditambah lagi rasa bersalah Doni
yang terus menerus menyalahkan dirinya
“Kenapa istriku pergi secepat ini”
“Kenapa aku telat memeriksakan istriku”
“Istriku meninggal akibat dari perbuatanku yang rusuh”
“Aku menyesal aku benar-benar menyesal”
“Kali ini aku mengeluarkan air mata bukan karena penyakitku tapi karena istriku meninggal
karena penyakitku”
“Aku belum punya anak dari istriku, istriku sudah meninggalkanku”
Satu minggu kemudian Doni semangat lagi karena dia mikir kalau masih ada orang tua yang ia
sayangi yang ia cintai.
Doni tidak akan menyia-nyiakan orang tuanya
Akhirnya Doni mulai bekerja lagi sekarang
Dan Doni sekarang adalah pengusaha yang sukses dan bercabang-cabang
Pengobatan dengan terapi ARV terus berlanjut hingga sekarang dan alhamdulillah Doni sekarang
tidak pernah merasakan gejala-gejala seperti flu, demam dll. Dan Doni sekarang sudah
mempunyai Dokter Pribadi
Dengan komitmen POSITIF HIV tanpa air mata membuat Doni semangat terus sampai sekarang
dia menganggap bahwa dia masih mempunyai perhiasan-perhiasan yang sangat berarti dan
berharga yang harus benar-benar dijaga.
HAPPY ENDING……………………

Anda mungkin juga menyukai