TUBERKULOSIS PARU
Disusun Oleh :
Novitasari Ismiatiningrum
S18037
S18 A
5. Komplikasi
Komplikasi dari TB paru adalah :
a. Pleuritis tuberkulosa
b. Efusi pleura (cairan yang keluar ke dalam rongga pleura)
c. Tuberkulosa milier
d. Meningitis Tuberkulosa
b) Terapi komplementer
Terapi komplementer adalah cara
penanggulangan penyakit yang dilakukan
sebagai pendukung kepada pengobatan medis
konvensional atau sebagai pengobatan pilihan
lain diluar pengobatan medis (Budhi Purwanto,
2013). Modalitas penyembuhan adalah metode
penyembuhan yang digunakan bersama dengan
pengibatan berbasis obat dan tindakan
pembedahan sebagai upaya pemenuhan
pelayanan holistic.
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah pertama yang paling penting dalam
proses keperawatan. Jika langkah ini tidak ditangani dengan baik,
perawat akan kehilangan kontrol atas langkahlangkah selanjutnya dari
proses keperawatan. Tanpa pengkajian keperawatan yang tepat, tidak
ada diagnosa keperawatan, dan tanpa diagnose keperawatan tidak ada
tindakan keperawatan mandiri (Hermawan, 2015).
a. Identitas Pasien
Identitas klien dugunakan untuk memudahkan mengenal dan
membandingkan antara klien yang satu dengan yang lain.Identitas klien
antara lain: Nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama,
suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat, nomor registrasi dan
identitas penanggung jawab.
b. Keluhan utama
Pasien saat mengeluh nyeri perut kiri bawah Keluhan nyeri perut
kanan bawah mungkin setelah nyeri di pusat yang dirasakan dalam
beberapa waktu yang lalu. Sehingga perlu dilakukan pengkajian nyeri
dengan prinsip teori PQRST (Corwin, 2013).
1) P (Provocate)
Perawat mengkaji tentang penyebab atau stimulus nyeri pada klien,
apabila perawat mencurigai adanya nyeri psikogenik maka perawat
harus dapat mengeksplore perasaan klien dan menanyakan perasaan-
perasaan apa saja yang mencetuskan nyeri.
2) Q (Quality)
Kualitas nyeri merupakan sesuatu yang subjektif yang diungkapkan
oleh klien. Seringkali mendeskripsikan nyeri dengan kalimat-
kalimat : tajam, tumpul, berdenyut, berpindah-pindah, dan tertusuk.
Pengkajian akan lebih akurat apabila klien mampu mendeskripsikan
sensasi yang dirasakannya setelah perawat mengajukan pertanyaan
terbuka.
3) R (Region)
Untuk mengkaji lokasi nyeri maka perawat meninta klien
menunjukkan semua bagian daerah yang dirasakan tidak nyaman oleh
klien. Untuk melokalisasi nyeri lebih spesifik, maka perawat meminta
klien untuk mengungkapkan bagian mana yang mengalami nyeri
berat. Dalam mencatat lokasi nyeri yang dialami klien perawat
menggunakan titik penandaan anatomik.
4) S (Severe)
Tingkat keparahan pasien tentang nyeri merupakan karakteristik yang
paling subjektif. Pada pengkajian ini klien diminta untuk
menggambarkan nyeri yang ia rasakan sebagai nyeri ringan, sedang
maupun berat. Skala paling efektif digunakan saat mengkaji intensitas
nyeri sebelum dan setelah intervensi terapeutik. Apabila digunakan
skala untuk menilai nyeri, maka direkomendasikan patokan 10cm.
5) T(Time)
Kapan nyeri tersebut mulai ditemukan atau dirasakan. Dan seberapa
sering keluhan nyeri tersebut terjadi. Pengkajian dengan pendekatan
PQRST dapat membantu perawat dalam menentukan rencana
intervensi yang sesuai.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Selain keluhan nyeri pada epigastrium, keluhan yang lain biasanya
dirasakan adalah terjadi mual dan muntah,
d. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Kesehatan masalal biasanya selalu berhubungan dengan masalah
kesehatan yang sekarang dialami, dan bisa juga penyakit ini pernah
dialami sebelumnya.
e. Riwayat keperawatan keluarga
Adalah keluarga yang pernah menderita penyakit diabetes mellitus,
hipertensi. gangguan jiwa atau penyakit kronis lainnya dan bagaimana
genogramnya.
f. Pola fungsi kesehatan
1) Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Adakah kebiasaan merokok, penggunaan obat-obatan, alcohol dan
kebiasaan olahraga (lama frekuensinya), bagaimana status ekonomi
keluarga kebiasaan merokok dalam mempengaruhi penyembuhan luka.
2) Pola tidur dan istirahat
Insisi pembedahan dapat menimbulkan nyeri yang sangat sehingga
dapat menggganggu kenyamanan pola tidur klien.
3) Pola aktivitas Aktivitas
dipengaruhi oleh keadaan dan malas bergerak karena rasa nyeri,
aktivitas biasanya terbatas karena harus badrest berapa waktu lama
seterlah pembedahan.
4) Pola hubungan dan peran.
Dengan keterbatasan gerak kemungkinan penderita tidak bisa
melakukan peran baik dalam keluarganya dan dalam masyarakat.
Penderita mengalami emosi yang tidak stabil.
5) Pola sensori dan kognitif
Ada tidaknya gangguan sensorik nyeri, penglihatan, peran serta
pendengaran, kemampuan berfikir, mengingat masa lalu, orientasi
terhadap orang tua, waktu dan tempat.
6) Pola penanggulangan stress
Kebiasaan klien yang digunakan dalam mengatasi masalah.
7) Pola tata nilai dan kepercayaan
Bagaimana keyakinan klien pada agamanya dan bagaimana cara klien
mendekatkan diri dengan tuhan selama sakit.
g. Pemeriksaan Fisik
1) Keluhan utama: kaji ttv pasien.
2) Sistem integrumen: kaji ada atau tidaknya aritmia, bengkak,
odema, nyeri tekan.
3) Kepala : kaji bentuk kepala, apakah terdapat benjolan, apakah
ada nyeri kepala.
4) Leher : kaji ada atau tidaknya benjolan kelenjar tyroid, dan
reflek menelan.
5) Muka : kaji ekspresi wajah klien, ada atau tidaknya fungsi
maupun bentuk.
6) Mata : kaji konjungtiva anemis atau tidak.
7) Telinga : kaji ada atau tidaknya lesi, nyeri tekn, dan penggunaan
alat bantu pendengaran.
8) Hidung : kaji ada atau tidaknya deformitas, dan pernafasan
cuping hidung
9) Mulut dan faring: kaji ada atau tidaknya pembesaran tonsil.
10) Paru
Inspeksi : kaji ada atau tidaknya iktus jantung
Palpasi : kaji pergerakan sama atau simetris
Perkusi : kaji ada atau tidaknya redup atau suara tambahan
Auskultasi : kaji ada atau tidaknya suara nafas tambahan
11) Jantung
Inspeksi : kaji ada tidaknya iktus jantung
Perkusi : kaji suara Inspeksi: kaji ada atau tidaknya iktus
jantung
Palpasi : kaji ada atau tidaknya nadi meningkat, iktus teraba
atau tidak
Auskultasi : kaji ada atau tidaknya suara tambahan
12) Abdomen
Inspeksi : bentuk simetris, terdapat luka post appendiktomi
dengan jahitan rapi, luka bersih, panjang luka
kurang lebih 5cm
Auskultasi : Peristaltik usus 17x/menit
Perkusi : tympan
Palpasi : Tidak adanya pembesaran hati, tidak ada
pembesaran ginjal maupun limfa, suhu sekitas luka
sedikit hangat.
Andra F.S & Yessie M.P. 2013. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta. Nuha
Medika
World Health Organization. 2015. Global Tuberkulosis Report 2015.
Kemenkes RI. 2015. Profil Kesehatan Indonesia 2014. Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia
Mutaqqin, Arif. 2012. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pernafasan.Jakarta: Salemba Medika
Wahid & Imam, 2013.Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Sistem Pernafasan.
Jakarta: CV Trans Info Media