Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

TUBERKULOSIS PARU

Dosen pembimbing : Ns. Ika Subekti Wulandari, M.Kep.

Disusun Oleh :
Novitasari Ismiatiningrum
S18037
S18 A

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA
TAHUN 2020/2021
A. KONSEP PENYAKIT
1. Pengertian
Tuberculosis paru adalah penykit menular langsung yang disebabkan
oleh kuman Tuberkulosis (Mycobacterium Tuberculosis) yang
sebagian besar kuman Tuberkulosis menyerang paru-paru namun dapat
juga menyerang organ tubuh lainnya. Kuman tersebut berbentuk
batang yang mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada
pewarnaan. Oleh karena itu, disebut juga sebagai Basil Tahan Asam
(BTA) dan cepat mati jika terpapar sinar matahari langsung namun
dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab
(Muttaqin, 2012).
Tuberculosis (TBC) adalah infeksius kronik yang biasanya mengenai
paruparu yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis. Bakteri
ini ditularkan oleh droplet nucleus, droplet yang ditularkan melalui
udara dihasilkan ketika orang terinfeksi batuk, bersin, berbicara atau
bernyanyi (Priscilla, 2012).
2. Etiologi
Mycobacterium Tuberkulosis merupakan kuman berbentuk batang
yang berukuran dengan panjang 1-4 mm dan dengan tebal 0,3-0,6 mm.
sebagian besar komponen M. tuberculosis adalah berupa lemak atau
lipid sehingga kuman mampu tahan terhadap asam serta sangat tahan
dengan zat kimia dan factor fisik. Mikroorganisme ini adalah bersifat
aerob yaitu menyukai daerah yang banyak oksigen. Oleh karena itu, M.
tuberculosis senang tinggal di daerah apeks paru-paru yang dimana
terdapat kandungan oksigen yang tinggi. Daerah tersebut menjadi
daerah yang kondusif untuk penyakit Tuberkulosis. Kuman ini tahan
pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat tahan
bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena kuman pada
saat itu berada dalam sifat dormant. Dari sifat dormant ini kuman dapat
bangkit dari tidurnya dan menjadikan tuberculosis aktif kembali.
Tuberculosis paru merupakan penyakit infeksi pada saluran
pernapasan. Basil mikrobakterium tersebut masuk kedalam jaringan
paru melalui saluran nafas (droplet infection) sampai alveoli, maka
terjadilah infeksi primer (ghon) selanjutnya menyerang kelenjar getah
bening setempat dan terbentuklah primer kompleks (ranke), keduanya
ini dinamakan tuberculosis primer, yang dalam perjalanannya sebagian
besar akan mengalami penyembuhan. Tuberculosis paru primer,
peradangan terjadi sebelum tubuh mempunyai kekebalan spesifik
terhadap basil mikobakterium. Tuberculosis yang kebanyakan
didapatkan pada usia 1-3 tahun. Sedangkan yang disebut tuberculosis
post primer (reinfection) adalah peradangan jaringan paru oleh karena
terjadi penularan ulang yang mana di dalam tubuh terbentuk kekebalan
spesifik terhadap basil tersebut (Abdul, 2013).
3. Manifestasi Klinik
Menurut Zulkifli Amin & Asril Bahar, keluhan yang dirasakan pasien
tuberkulosis dapat bermacam-macam atau malah banyak ditemukan
pasien TB Paru tanpa keluhan sama sekali dalam pemeriksaan
kesehatan. Keluhan yang terbanyak adalah :
1) Demam
Biasanya subfebris menyerupai demam influenza, tetapi
kadangkadang panas badan dapat mencapai 40-41oC. serangan
demam pertama dapat sembuh sebentar tetapi kemudian dapat
timbul kembali. Begitulah seterusnya hilang timbulnya demam
influenza ini, sehingga pasien merasa tidak pernah terbebas dari
serangan demam influenza. keadaan ini sangat dipengaruhi oleh
daya tahan tubuh pasien dan berat ringannya infeksi tuberkulosis
yang masuk.
2) Batuk/ Batuk Berdahak
Batuk ini terjadi karena ada iritasi pada bronkus. batuk ini
diperlukan untuk membuang produk-produk radang keluar, karena
terlibatnya bronkus pada setiap penyakit tidak sama. Mungkin saja
batuk baru ada setelah penyakit berkembang dalam jaringan paru
yakni setelah berminggu-minggu atau berbulan-bulan peradangan
bermula. Sifat batuk ini dimulai dari batuk kering (non-produktif)
kemudian setelah timbulnya peradangan menjadi produktif
(menghasilkan sputum). keadaan yang lanjut adalah berupa batuk
darah karena terdapat pembuluh darah yang pecah. kebanyakan
batuk darah tuberkulosis pada kavitas, tetapi dapat juga terjadi
pada ulkus dinding bronkus.
3) Sesak Nafas
Pada penyakit ringan (baru kambuh) belum dirasaka sesak napas.
Sesak napas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut yang
infiltrasinya sudah meliputi sebagian paru-paru
4) Nyeri Dada
Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi
radang sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.
Terjadi gesekan kedua pleura sewaktu pasien menarik melepaskan
napasnya.
5) Malaise
Penyakit tuberkulosis bersifat radang yang menahun. Gejala
malaise sering ditemukan berupa anoreksia, tidak ada nafsu makan,
badan makin kurus (berat badan turun), sakit kepala, meriang,
nyeri otot, keluar keringat malam, dll. Gejala malaise ini makin
lama makin berat dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur.
4. Klasifikasi
Ada beberapa klasifikasi Tb paru yaitu :
a. Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena:
1. Tuberkulosis paruTuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang
menyerang jaringan(parenkim) paru. tidak termasuk pleura
(selaput paru) dan kelenjarpada hilus.
2. Tuberkulosis ekstra paru
Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain
paru,misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung
(pericardium),kelenjar lymfe, tulang, persendian, kulit, usus,
ginjal, salurankencing, alat kelamin, dan lain-lain.
b. Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaandahak mikroskopis, yaitu
pada Tb Paru:
1. Tuberkulosis paru BTA positif
 Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS
hasilnyaBTA positif.
 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan
fototoraks dada menunjukkan gambaran tuberkulosis.
 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan
kuman Tb positif.
 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3
spesimen dahak SPS pada pemeriksaan
sebelumnyahasilnya BTA negatif dan tidak ada
perbaikan setelahpemberian antibiotika non OAT.
2. Tuberkulosis paru BTA negative
Kriteria diagnostik Tb paru BTA negatif harus meliputi:
 Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA
negatif.
 Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran
tuberkulosis.
 Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non
OAT.
 Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk
diberipengobatan.
3. Klasifikasi berdasarkan tipe pasien ditentukan berdasarkan
riwayat pengobatan sebelumnya.
Ada beberapa tipe pasien yaitu:
a. Kasus baru
Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau
sudahpernah menelan OAT kurang dari satu bulan (4
minggu).
b. Kasus kambuh (relaps)
Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah
mendapatpengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan
sembuh tetapikambuh lagi.
c. Kasus setelah putus berobat (default )
Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan
ataulebih dengan BTA positif.
d. Kasus setelah gagal (failure)
Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap
positif ataukembali menjadi positif pada bulan kelima atau
lebih selamapengobatan.
e. Kasus lain
Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas,
dalamkelompok ini termasuk kasus kronik, yaitu pasien
dengan hasilpemeriksaan masih BTA positif setelah selesai
pengobatan ulangan

5. Komplikasi
Komplikasi dari TB paru adalah :
a. Pleuritis tuberkulosa
b. Efusi pleura (cairan yang keluar ke dalam rongga pleura)
c. Tuberkulosa milier
d. Meningitis Tuberkulosa

6. Patofisiologi dan Pathway


Penyakit tuberculosis paru ditularkan melalui udara secara
langsung dari penderita penyakit tuberculosis kepada orang lain.
Dengan demikian, penularan penyakit tuberculosis terjadi melalui
hubungan dekat antara penderita dan orang yang tertular (terinfeksi),
misalnya berada di dalam ruangan tidur atau ruang kerja yang sama.
Penyebaran penyakit tuberculosis sering tidak mengetahui bahwa
ia menderita sakit tuberculosis. Droplet yang mengandung basil
tuberculosis yang dihasilkan dari batuk dapat melayang di udara
sehingga kurang lebih 1 - 2 jam tergantung ada atau tidaknya sinar
matahari serta kualitas ventilasi ruangan dan kelembaban. Dalam
suasana yang gelap dan lembab kuman dapat bertahan sampai berhari-
hari bahkan berbulan-bulan. Jika droplet terhirup oleh orang lain yang
sehat, maka droplet akan masuk ke system pernapasan dan terdampar
pada dinding system pernapasan. Droplet besar akan terdampar pada
saluran pernapasan bagian atas, sedangkan droplet kecil akan masuk ke
dalam alveoli di lobus manapun, tidak ada predileksi lokasi
terdamparnya droplet kecil. Pada tempat terdamparnya, basil
tuberculosis akan membentuk suatu focus infeksi primer berupa tempat
pembiakan basil tuberculosis tersebut dan tubuh penderita akan
memberikan reaksi inflamasi. Setelah itu infeksi tersebut akan
menyebar melalui sirkulasi, yang pertama terangsang adalah
limfokinase yaitu akan dibentuk lebih banyak untuk merangsang
macrofage, sehingga berkurang atau tidaknya jumlah kuman
tergantung pada jumlah macrophage. Karena fungsi dari macrofage
adalah membunuh kuman atau basil apabila prosesini berhasil dan
macrofage lebih banyak maka klien akan sembuh dan daya tahan
tubuhnya akan meningkat. Apabila kekebalan tubuhnya menurun pada
saat itu maka kuman tersebut akan bersarang di dalam jaringan
paruparu dengan membentuk tuberkel (biji-biji kecil sebesar kepala
jarum). Tuberkulosis lama-kelamaan akan bertambah besar dan
bergabung menjadi satu dan lama-lama akan timbul perkejuan di
tempat tersebut. Apabila jaringan yang nekrosis tersebut dikeluarkan
saat penderita batuk yang menyebabkan pembuluh darah pecah, maka
klien akan batuk darah (hemaptoe). (Djojodibroto, 2014).
7. Penatalaksanaan Medis
a. Farmakologis
1) Tujuan pengobatan
Tujuan pengobatan pada penderita Tuberkulosis paru selain
untuk menyembuhkan atau mengobati penderita juga dapat
mencegah kematian, mencegah kekambuhan atau resistensi
terhadap OAT serta memutuskan mata rantai penularan.
Panduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) disediakan dalam
bentuk paket yaitu dengan tujuan untuk memudahkan
pemberian obat dan menjamin kelangsungan (kontinuitas)
pengobatan sampai selesai. Satu paket obat untuk satu
pasien dalam satu masa pengobatan. Kombinasi Dosis
Tetap (KDT) mempunyai beberapa keuntungan dalam
pengobatan TB yaitu (Departemen Kesehatan, 2011):
a) Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat
badan sehingga menjamin efektifitas obat dan
mengurangi efek samping.
b) Mencegah penggunaan obat tunggal sehingga
menurunkan resiko terjadinya resistensi obat
ganda dan mengurangi kesalahan penulisan
resep
c) Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit
sehingga pemberian obat menjadi sederhana dan
meningkatkan kepatuhan pasien.
2) Obat-obat Tuberkulosis
a) Obat- obat primer
Obat-obatan ini paling efektif dan paling rendah
toksisitasnya, tetapi dapat menimbulkan
resistensi dengan cepat bila digunakan sebagai
obat tunggal. Oleh karena itu, terapi ini selalu
dilakukan dengan kombinasi dari 2-4 macam
obat untuk kuman tuberculosis yang sensitif.
Berikut obat anti tuberculosis yang termasuk
obat-obat primer adalah (Badan Pengawas Obat
dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI),
2017) :
(1) Isoniazid
(2) Rifampisin
(3) Pirazinamid
(4) Etambutol
(5) Streptomisin
(6) Obat-obat sekunder

b) Terapi komplementer
Terapi komplementer adalah cara
penanggulangan penyakit yang dilakukan
sebagai pendukung kepada pengobatan medis
konvensional atau sebagai pengobatan pilihan
lain diluar pengobatan medis (Budhi Purwanto,
2013). Modalitas penyembuhan adalah metode
penyembuhan yang digunakan bersama dengan
pengibatan berbasis obat dan tindakan
pembedahan sebagai upaya pemenuhan
pelayanan holistic.

B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah pertama yang paling penting dalam
proses keperawatan. Jika langkah ini tidak ditangani dengan baik,
perawat akan kehilangan kontrol atas langkahlangkah selanjutnya dari
proses keperawatan. Tanpa pengkajian keperawatan yang tepat, tidak
ada diagnosa keperawatan, dan tanpa diagnose keperawatan tidak ada
tindakan keperawatan mandiri (Hermawan, 2015).
a. Identitas Pasien
Identitas klien dugunakan untuk memudahkan mengenal dan
membandingkan antara klien yang satu dengan yang lain.Identitas klien
antara lain: Nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama,
suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat, nomor registrasi dan
identitas penanggung jawab.
b. Keluhan utama
Pasien saat mengeluh nyeri perut kiri bawah Keluhan nyeri perut
kanan bawah mungkin setelah nyeri di pusat yang dirasakan dalam
beberapa waktu yang lalu. Sehingga perlu dilakukan pengkajian nyeri
dengan prinsip teori PQRST (Corwin, 2013).
1) P (Provocate)
Perawat mengkaji tentang penyebab atau stimulus nyeri pada klien,
apabila perawat mencurigai adanya nyeri psikogenik maka perawat
harus dapat mengeksplore perasaan klien dan menanyakan perasaan-
perasaan apa saja yang mencetuskan nyeri.
2) Q (Quality)
Kualitas nyeri merupakan sesuatu yang subjektif yang diungkapkan
oleh klien. Seringkali mendeskripsikan nyeri dengan kalimat-
kalimat : tajam, tumpul, berdenyut, berpindah-pindah, dan tertusuk.
Pengkajian akan lebih akurat apabila klien mampu mendeskripsikan
sensasi yang dirasakannya setelah perawat mengajukan pertanyaan
terbuka.
3) R (Region)
Untuk mengkaji lokasi nyeri maka perawat meninta klien
menunjukkan semua bagian daerah yang dirasakan tidak nyaman oleh
klien. Untuk melokalisasi nyeri lebih spesifik, maka perawat meminta
klien untuk mengungkapkan bagian mana yang mengalami nyeri
berat. Dalam mencatat lokasi nyeri yang dialami klien perawat
menggunakan titik penandaan anatomik.
4) S (Severe)
Tingkat keparahan pasien tentang nyeri merupakan karakteristik yang
paling subjektif. Pada pengkajian ini klien diminta untuk
menggambarkan nyeri yang ia rasakan sebagai nyeri ringan, sedang
maupun berat. Skala paling efektif digunakan saat mengkaji intensitas
nyeri sebelum dan setelah intervensi terapeutik. Apabila digunakan
skala untuk menilai nyeri, maka direkomendasikan patokan 10cm.
5) T(Time)
Kapan nyeri tersebut mulai ditemukan atau dirasakan. Dan seberapa
sering keluhan nyeri tersebut terjadi. Pengkajian dengan pendekatan
PQRST dapat membantu perawat dalam menentukan rencana
intervensi yang sesuai.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Selain keluhan nyeri pada epigastrium, keluhan yang lain biasanya
dirasakan adalah terjadi mual dan muntah,
d. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Kesehatan masalal biasanya selalu berhubungan dengan masalah
kesehatan yang sekarang dialami, dan bisa juga penyakit ini pernah
dialami sebelumnya.
e. Riwayat keperawatan keluarga
Adalah keluarga yang pernah menderita penyakit diabetes mellitus,
hipertensi. gangguan jiwa atau penyakit kronis lainnya dan bagaimana
genogramnya.
f. Pola fungsi kesehatan
1) Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Adakah kebiasaan merokok, penggunaan obat-obatan, alcohol dan
kebiasaan olahraga (lama frekuensinya), bagaimana status ekonomi
keluarga kebiasaan merokok dalam mempengaruhi penyembuhan luka.
2) Pola tidur dan istirahat
Insisi pembedahan dapat menimbulkan nyeri yang sangat sehingga
dapat menggganggu kenyamanan pola tidur klien.
3) Pola aktivitas Aktivitas
dipengaruhi oleh keadaan dan malas bergerak karena rasa nyeri,
aktivitas biasanya terbatas karena harus badrest berapa waktu lama
seterlah pembedahan.
4) Pola hubungan dan peran.
Dengan keterbatasan gerak kemungkinan penderita tidak bisa
melakukan peran baik dalam keluarganya dan dalam masyarakat.
Penderita mengalami emosi yang tidak stabil.
5) Pola sensori dan kognitif
Ada tidaknya gangguan sensorik nyeri, penglihatan, peran serta
pendengaran, kemampuan berfikir, mengingat masa lalu, orientasi
terhadap orang tua, waktu dan tempat.
6) Pola penanggulangan stress
Kebiasaan klien yang digunakan dalam mengatasi masalah.
7) Pola tata nilai dan kepercayaan
Bagaimana keyakinan klien pada agamanya dan bagaimana cara klien
mendekatkan diri dengan tuhan selama sakit.
g. Pemeriksaan Fisik
1) Keluhan utama: kaji ttv pasien.
2) Sistem integrumen: kaji ada atau tidaknya aritmia, bengkak,
odema, nyeri tekan.
3) Kepala : kaji bentuk kepala, apakah terdapat benjolan, apakah
ada nyeri kepala.
4) Leher : kaji ada atau tidaknya benjolan kelenjar tyroid, dan
reflek menelan.
5) Muka : kaji ekspresi wajah klien, ada atau tidaknya fungsi
maupun bentuk.
6) Mata : kaji konjungtiva anemis atau tidak.
7) Telinga : kaji ada atau tidaknya lesi, nyeri tekn, dan penggunaan
alat bantu pendengaran.
8) Hidung : kaji ada atau tidaknya deformitas, dan pernafasan
cuping hidung
9) Mulut dan faring: kaji ada atau tidaknya pembesaran tonsil.
10) Paru
Inspeksi : kaji ada atau tidaknya iktus jantung
Palpasi : kaji pergerakan sama atau simetris
Perkusi : kaji ada atau tidaknya redup atau suara tambahan
Auskultasi : kaji ada atau tidaknya suara nafas tambahan
11) Jantung
Inspeksi : kaji ada tidaknya iktus jantung
Perkusi : kaji suara Inspeksi: kaji ada atau tidaknya iktus
jantung
Palpasi : kaji ada atau tidaknya nadi meningkat, iktus teraba
atau tidak
Auskultasi : kaji ada atau tidaknya suara tambahan
12) Abdomen
Inspeksi : bentuk simetris, terdapat luka post appendiktomi
dengan jahitan rapi, luka bersih, panjang luka
kurang lebih 5cm
Auskultasi : Peristaltik usus 17x/menit
Perkusi : tympan
Palpasi : Tidak adanya pembesaran hati, tidak ada
pembesaran ginjal maupun limfa, suhu sekitas luka
sedikit hangat.

a. Hal yang perlu diperhatikan pada pasien dengan nyeri


1. Kaji karakteristik PQRST
 Palliative : aktivitas yang membuat makin parah
 Quality : bagaimana nyeri yang dirasakan, apakah terasa
tajam, tumpul, terbakar, tertindih benda berat, tertusuk,
menjalar
 Region : dilokasi mana nyeri dirasakan?
 Seferity : intensitas nyeri
 Time : kapan nyeri dirasakan?
2. Skala Nyeri 0 tidak nyeri, 1-3 nyeri ringan, 4-6 nyeri sedang, 7-9
nyeri terkontrol, 10 nyeri berat tidak terkontrol
3. Factor presipitasi factor pencetus timbulnya nyeri
4. Gejala yang menyertai
5. Pengaruh pada aktivitas sehari hari
6. Sumber koping untuk menghadapi nyeri
7. Respon efektif, respon klien terhadap nyeri yang dirasakan.
8. Kaji respon prilaku dan fisiologis
 Respon non verbal (ekspresi wajah seperti menutup mata,
menggigit bibir, meringis )
 Respon prilaku ( menendang, memukul, membalikan tubuh
dll )
 Respon fisiologis ( tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan,
dilatasi pupil, diaphoresis )
2. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan Jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan proses infeksi
2. Defisit Nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna
makanan
3. Perencanaan Keperawatan
Diagnosa Rencana/intervensi keperawatan
keperawatan Tujuan dan kriteria Intervensi keperawatan
hasil
Bersihan jalan Setelah dilakukan Terapi Oksigen (I.08250)
nafas tidak tindakan keperawatan Observasi :
efektif selama 3 x 24jam 1) Monitor kecepatan
berhubungan diharapkan bersihan aliran oksigen
dengan proses jalan nafas dapat 2) Monitor aliran oksigen
penyakit teratasi dengan kriteria secara periodic dan
hasil : pastikan fraksi yang
1) Batuk efektif diberikan cukup
meningkat 3) Monitor efektifitas
2) Dyspnea menurun terapi oksigen
3) Frekuensi nafas 4) Monitor tanda-tanda
membaik hipoventilasi
4) Pola nafas membaik Terapeutik
1) Pertahankan
kepatenan jalan nafas
Edukasi
1) Ajarkan penggunaan
oksigen
Kolaborasi
1) Kolaborasi
penentuan dosis
oksigen
-
Defisit Nutrisi Setelah dilakukan Manajemen nutrisi
berhubungan tindakan keperawatan (I.03119) :
dengan selama 3 x 24jam 1) Identifikasi status
ketidakmampua
n mencerna diharapkan nutrisi
makanan Status Nutrisi 2) Identifikasi alergi dan
meningkat dengan toleransi makanan
kriteria hasil : 3) Identifikasi makanan
1. Porsi makanan yang yang disukai
dihabiskan meningkat 4) Monitor asupan
2. kekuatan otot makanan
menelan meningkat 5) Anjurkan posisi duduk
3. IMT membaik
4. Nafsu makan
membaik
DAFTAR PUSTAKA

Andra F.S & Yessie M.P. 2013. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta. Nuha
Medika
World Health Organization. 2015. Global Tuberkulosis Report 2015.
Kemenkes RI. 2015. Profil Kesehatan Indonesia 2014. Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia
Mutaqqin, Arif. 2012. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pernafasan.Jakarta: Salemba Medika
Wahid & Imam, 2013.Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Sistem Pernafasan.
Jakarta: CV Trans Info Media

Anda mungkin juga menyukai