Anda di halaman 1dari 13

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tuberkulosis

1. Pengertian

Penyakit TBC adalah suatu penyakit infeksi yang di sebabkan oleh

bakteri Mycobacterium Tuberculosa. Bakteri ini berbentuk batang dan

bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam

(BTA). Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada tanggal

24 Maret 1882, sehingga untuk mengenang jasanya bakteri tersebut di beri

nama Baksil Koch. Bahkan, penyakit TBC dan paru-paru kadang di sebut

sebagai Koch Pulmonum (KP). (Kapita Selekta Kedokteran, 2000)

Penyakit TBC (Tuberkulosa) merupakan penyakit kronis (menahun) telah

lama di kenal oleh masyarakat luas dan ditakuti, karena menular. Namun

demikian TBC dapat disembuhkan dengan memakan obat anti TB dengan

betul yaitu teratur sesuai petunjuk dokter atau petugas kesehatan lainnya.

(Depkes RI, 2003)

Kerentanan penyakit Tuberkulosis terjadi karena daya tahan tubuh

yang rendah yang disebabkan oleh karena gizi yang buruk, terlalu lelah,

kedinginan, dan cara hidup yang kurang teratur. Kelompok umur yang

biasa diserang berada dalam kelompok usia produktif antara 16-64 tahun,

yang memiliki pola hidup tidak sehat serta kurang gizi. Sehingga biasanya

penyakit ini menyerang masyarakat rendah yang berada golongan sosial

5
6

ekonomi rendah, dimana keadaan sosial ekonomi rendah, terdapat

kemiskinan dan kurangnya pengetahuan tentang cara-cara hidup yang

sehat. Akan tetapi bukan berarti masyarakat golongan menengah keatas

dapat terbebas dari penyakit Tuberkulosis. (Depkes RI, 2003)

2. Kuman Tuberkulosis:

Bakteri Mycobacterium Tuberculosa berbentuk batang, mempunyai

sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan (Basil Tahan

Asam), ukuran panjang 1-4/um dan tebal 0,3 – 0,6/um. Kuman

Tuberkulosis cepat mati dengan sinar matahari langsung tetapi dapat

bertahan hidup selama beberapa jam ditempat yang gelap dan lembek. Di

dalam jaringan tubuh kuman ini dapat Dormant, tertiduur lama selama

beberapa tahun. Kuman dapat disebarkan dari penderita Tuberkulosis Basil

Tahan Asam positif (TB BTA positif) kepada orang yang berada

disekitarnya, terutama yang kontak erat. Tuberkulosis (TBC) merupakan

penyakit yang sangat infeksius. Seorang penderita Tuberkulosis dapat

menularkan penyakit kepada 10 orang di sekitarnya. Di sebabkan oleh

kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis), sebagian besar kuman TB

menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. (Zulkifli

Amin, 2006)
7

3. Tanda dan Gejala Tuberkulosis

a. Gejala sistemik atau umum

1) Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya

dirasakan malam hari disertai keringat malam kadang-kadang

serangan dalam seperti influenza dan bersifat hilang-timbul.

2) Penurunan nafsu makan dan berat badan

3) Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan

darah

b. Perasaan tidak enak (malaise), lemah. (Zulkifli Amin, 2006)

c. Gejala khusus

1) Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi

sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru)

akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan

menimbulkan suara nafas melemah yang disertai sesak.

2) Kalau ada cairan di rongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat

disertai dengan keluhan sakit dada.

3) Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi

tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan

bermuara pada kulit atasnya, pada muara ini akan keluar cairan

nanah.

4) Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak)

dan disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya


8

adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-

kejang.

4. Cara Penularan

Sumber penularannya adalah penderita TB BTA positif. Pada

waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam

bentuk Droplet (percikan dahak), droplet yang mengandung kuman dapat

bertahan diudara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat

terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup kedalam saluran pernapasan.

Selama kuman TB masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernapasan,

kuman TB tersebut dapat menyebar dari paru ke bagian tubuh lainnya,

melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran napas atau

penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya.

5. Resiko Penularan

Resiko penularan setiap tahun (Anual Risk Of Tuberkulosis

Infection= ARTI) di Indonesia dianggap cukup tinggi dan berfariasi antara

1-2%. Pada daerah dengan ARTI sebesar 1%, berarti setiap tahun di antara

1000 penduduk, 10 orang akan terinfeksi. Sebagian besar dari orang yang

terinfeksi tidak akan menjadi penderita TB, hanya 10% dari yang

terinfeksi yang akan menjadi penderita TB. Dari keterangan tersebut di

atas, dapat diperkirakan bahwa daerah dengan ARTI 1%, maka diantara

100.000 penduduk rata-rata terjadi 100 penderita Tuberkulosis setiap

tahun, dimana 50% penderita adalah BTA positif. Faktor yang


9

mempengaruhi kemungkinan seseorang menderita TB adalah daya tahan

tubuh yang rendah diantaranya adalah gizi buruk atau HIV/AIDS.

6. Tipe Penderita

Tipe penderita ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan

sebelumnya. Ada beberapa tipe penderita, yaitu:

a. Kasus baru

Adalah penderita yang belum pernah diobati dengan OAT (obat

anti TB) atau sudah pernah meminum OAT kurang dari satu bulan (30

dosis harian).

b. Kambuh (relaps)

Adalah penderita Tuberkulosis yang sebelumnya pernah

mendapatkan terapi Tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau

pengobatan lengkap, kemudian kembali lagi berobat dengan hasil

pemeriksaan dahak Basil Tahan Asam positif.

c. Pindahan (transfer in)

Adalah penderita Tuberkulosis yang sedang mendapatkan

pengobatan di suatu Kabupaten lain dan kemudian pindah berobat ke

kabupaten ini. Penderita tersebut harus membawa surat

rujukan/pindahan (FORM TB).

d. Kasus berobat setelah lalai (pengobatan setelah default/drop-out)

adalah penderita Tuberkulosis yang kembali berobat dengan hasil

Basil Tahan Asam positif setelah putus berobat 2 bulan atau lebih.
10

e. Gagal

1) Adalah penderita Basil Tahan Asam positif yang masih tetap

positif atau kembali menjadi positif pada akhir bulan ke-5 atau

lebih.

2) Adalah penderita Basil Tahan Asam negatif, rontgen positif yang

menjadi Basil Tahan Asam positif pada akhir bulan ke-2

pengobatan.

f. Lain-lain

Semua penderita lain yang tidak memenuhi persyaratan tersebut diatas.

Termasuk dalam kelompok ini adalah kasus kronik (adalah penderita

yang masih Basil Asam Positif setelah menyelesaikan pemeriksaan

ulang dengan kategori 2. ( Buku Pedoman Nasional, 2006)

7. Riwayat Terjadinya Tuberkulosis

a. Infeksi Primer

Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali

dengan kuman TB. Droplet yang terhirup sangat kecil ukurannya,

sehingga dapat melewati sistem pertahanan mukosilier bronkus, dan

terus berjalan sehingga sampai di alveolus dan menetap disana. Infeksi

di mulai saat kuman TB berhasil berkembang biak dengan cara

pembelahan diri di paru, yang mengakibatkan peradangan di dalam

paru, saluran limfe akan membawa kuman TB di sekitar hilus paru dan

ini di sebut sebagai kompleks primer. Waktu antara terjadinya infeksi

sampai pembentukan kompleks primer adalah 4-6 minggu.


11

b. Tuberkulosis Pasca Primer

Tuberkulosis pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa

bulan atau tahun sesudah infeksi primer, misalnya karena daya tahan

tubuh menurun akibat terinfeksi HIV atau status gizi yang buruk. Ciri

khas dari tuberkulosis pasca primer adalah kerusakan paru yang luas

dengan terjadinya kavitas atau afusi pluera.

8. Perjalanan Alamiah TB yang tidak di oabati

Tanpa pengobatan setelah lima tahun, 50% dari penderita akan

meninggal, 25% akan sembuh sendiri dengan daya tahan tubuh tinggi, dan

25% sebagai kasus kronik yang tetap menular.( Kapita Selekta, 2000)

9. Klasifikasi

a. Tuberkulosis Paru

adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru, tidak

termasuk pleura (selaput paru). Berdasarkan pemeriksaan dahak,

Tuberkulosis paru terbagi menjadi 2 yaitu Tuberkulosis Paru Basil

Tahan Asam positif dan Tuberkulosis Paru Basil Tahan Asam negatif.

b. Tubuh Tuberkulosis Ekstra Paru

Tuberkulosis ekstra paru adalah Tuberkulosis yang menyerang

organ tubuh selain jaringan paru, misalnya pleura (selaput paru),

selaput otak, selaput jantung, kelenjar limfe, tulang, persendian, kulit,

usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin dan lain-lain. Berdasarkan

keparahannya, Tuberkulosis Ekstra Paru dibagi menjadi 2 yaitu:


12

1) Tuberkulosis Ekstra Paru Ringan

Misalnya: Tuberkulosis kelenjar limfe, pleuritis eksudatif,

unilateral, tulang (kecuali tulang belakang), sendi dan kelenjar

adrenal.

2) Tuberkulosis Ekstra Paru Berat

Misalnya: meningitis, milier, perikarditis, peritonitis, pleuritis

eksudatif dupleks, Tuberkulosis tulang belakang, Tuberkulosis

usus, Tuberkulosis saluran kencing dan alat kelamin.

10. Patofisiologi

Kuman Mycobacterim Tuberculosis masuk kedalam tubuh melalui

pernafasan kemudian basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus

menyebabkan reaksi peradangan, tubuh mencoba bereaksi melalui

leukosit polimorfonuklear memfagosit bacteria namun tidak membunuh

organisme tersebut sehingga sampai menyerang alveoli. Alveoli yang

terserang akan mengalami konsolidasi maka muncul gejala pneumonia

akut dan bakteri terus di fagosit dan berkembang dalam sel sehingga ada

yang sembuh dengan sendirinya namun ada yang menyebar melalui getah

bening menuju ke kelenjar bening regional yang menyebabkan TBC.

11. Pengobatan

Obat yang digunakan untuk TBC di golongkan atas dua kelompok yaitu

1. Obat Primer: INH (Isoniazid), Rifampisin, Streptomisin,

Pirasinamid.
13

Memperlihatkan efektifitas yang tinggi dengan toksisitas yang dapat

di tolerir, sebagian besar penderita dapat disembuhkan dengan obat-

obat ini.

2. Obat Sekunder: Exionamid, Paraminosalisilat, Sikloserin,

Amikasin, Kapreomisin, dan Kanamisin.

Meskipun demikian, pengobatan TBC paru-paru hampir selalu

menggunakan tiga obat yaitu INH, Rifampisin, dan Pirasinamid pada bulan

pertama selama tidak ada resistensi terhadap satu atau lebih obat TBC primer

ini.(Kapita Selekta, 2000)

B. Diagnosa Laboratorium

1. Laju Endap Darah

a. Pengertian

Laju endap darah ialah kecepatan mengendapnya eritrosit dari

suatu monster atau sample darah yag diperiksa dala suatu alat tertentu

yang dinyatakan dalam mm per jam.

Pengendapan eritrosit dalam penentuan LED itu tidak sekaligus

melainkan fase demi fase sebagai berikut.

1) Fase pertama

di sebut juga fase of aggregation karena dalam fase ini eritrosit

baru mulai saling menyatukan diri.


14

2) Fase kedua

Dalam fase ini pengendapan eritrosit sangat cepat, karena telah

terjadi agregasi atau pembentukan rouleaux.

3) Fase ketiga

Dalam fase ini kecepatan mengendapnya eritrosit sudah mulai

berkurang, karena sudah mulai pemantapan dari eritrosit.

Dengan demikian akan terlihat bahwa pada fase pertama seakan-akan

garis mendatar, fase kedua garis curam dan fase ketiga seakan-akan

mendatar kembali. Dalam keadaan normal, dibutuhkan waktu ½ jam

sampai 1 jam untuk mrncapai fase ketiga tersebut. Oleh karena itu

didalam buku-buku sering kita jumpai LED dinyatakan dalam mm/ ½

jam tetapi lebih sering dinyatakan dalam mm/1 jam. (Depkes RI, 2003)

b. Metode Pemeriksaan Laju Endap Darah (LED)

Pengukuran kadar laju endap darah (LED) terbagi menjadi, metode

Westegren dan Wintrobe. (R. Gandasoebrata, 2007)

1) Metode Westegren: alat yang digunakan adalah tabung westegren

yang mempunyai ukuran panjang 300 mm, diameter 2,5 mm dan

terdapat garis-garis ukuran 0-200 mm, tabung ini berisi 2 mm

sampel, dengan nilai normal laki-laki <15 mm/jam dan perempuan

<20 mm/jam.

2) Metode Wintrobe: alat yang digunakan adalah tabung Wintrobe

yang mempunyai ukuran panjang 120 mm, diameter 2,5 mm,

dimana terdapat garis-garis ukuran 0-100 mm pada suhu bagian


15

dan 100-0 pada bagian yang lain, dengan nilai normal laki-laki <8

mm/jam dan perempuan <15 mm/jam (R. Gandasoebrata, 2007)

Prinsip Pemeriksaan Laju Endap Darah

Prinsip pemeriksaan Laju Endap Darah adalah sejumlah darah

ditambah anti koagulan dan dibiarkan dalam pipet westegren.

Karena perbedaan berat jenis atara plasma dan sel-sel darah, maka sel-

sel darah mengendap (R. Gandasoebrata, 2007)

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi Laju Endap Darah (LED)

1) Temperatur atau suhu: sebaiknya digunakan pada suhu 22-270C.

pada suhu rendah viskoitas meningkat dan laju endap darah (LED)

lambat turun, bila makin tinggi suhu, maka laju endap darah (LED)

akan semakin cepat turun.

2) Letakan posisi pipet: bila posisinya miring maka akan semakin

cepat turun.

3) Penampung pipet : makin besar diameter, akan semakin cepat

turun.

4) Waktu pemeriksaan-pemeriksaan laju endap darah harus

dikerjakan maksimal 2 jam setelah sampling darah. Bila lebih dari

2 jam, maka bentuk eritrosit menjadi “spheris”, maka akan

menyulitkan terjadinya rouleaux dan memperlambat laju endap

darah (LED). ( Depkes RI, 1989)

5) Perbandingan antikoagulan: jika perbandingan antikoagulan

dengan darah tidak tepat, maka akan terjadi defibrinasi atau partial
16

clothing yang akan memperlambat laju endap darah (LED). Bila

antikoagulan yang digunakan terlalu banyak, maka pengendapan

sel akan jauh lebih lambat. Tiap 1 miligram darah EDTA

menghindarkan membekunya 3 ml/mgr (R. Gandasoebrata, 2007)

2. Leukosit

a. Pengertian

Leukosit disebut juga sel darah putih, merupakan sel darah yang

mempunyai inti. Dilihat dalam mikroskop sel darah putih mempunyai

granula spesifik (granulosit) yang dalam keadaan hidup berupa tetesan

setengah cair dalam sitoplasmanya homogen dengan inti bentuk bulat

dan bentuk ginjal. Terdapat dua jenis leukosit agranuler : limfosit sel

kecil, sitoplasma sedikit, monosit sel agak besar mengandung

sitoplasma lebih banyak. Terdapat tiga jenis glanuler : neutrofil,

basofil, asidofil, atau eosinofil yang dapat dibedakan dengan afinitas

granula terhadap zat warna netral, basa dan asam. Jumlah leukosit per

mm3 darah pada orang dewasa normal adalah 4000 – 10.000, waktu

lahir 15.000 sampai 25.000 dan menjelang hari ke empat turun sampai

12.000 pada usia empat tahun sesuai jumlah normal. ( Efendi, 2003 ).

b. Prinsip

Prinsip pemeriksaan leukosit adalah darah diencerkan dalam

pipet leukosit, kemudian dimasukkan ke dalam kamar hitung. Jumlah

leukosit dihitung dalam volume tertentu dengan mengenakan faktor

konversi jumlah leukosit per ul darah dapat diperhitungkan. Larutan


17

pengencer ialah larutan Turk yang mempunyai susunan : larutan

getianviolet 1% dalam air 1 ml, asam asetat glasial 1 ml, aquadest 100

ml. Saring sebelum dipakai.(R. Gandasoebrata, 2007)

Anda mungkin juga menyukai