TUBERKULOSIS PARU
1. PENDAHULUAN :
2. DEFINISI / PENGERTIAN
Tuberkulosis paru (TB Paru) adalah penyakit infeksi yang menyerang jaringan
parenkim paru yang disebabkan oleh kuman mikobakterium tuberculosis.
3. ETIOLOGI / PENYEBAB
4. PATOFISIOLOGI
5. MANIFESTASI KLINIS
Pada stadium dini tidak tampak adanya gejala yang khas. Selanjutnya pasien
menunjukkan demam subfebris, keletihan, anoreksia, penurunan berat badan,
berkeringat malam, nyeri dada, sesak napas dan batuk yang menetap. Batuk pada
awalnya mungkin nonproduktif, tapi dapat berkembang kearah pembentukan sputum
mukopurulen dengan hemoptisis.
6. KOMPLIKASI
Penyakit TBC bisa menimbulkan komplikasi, yaitu menyerang beberapa organ vital tubuh, di
antaranya:
1. TULANG
TBC tulang ini bisa disebabkan oleh bakteri TBC yang mengendap di paru-paru, lalu terjadi
komplikasi dan masuk ke tulang. Atau bisa juga bakteri TBC langsung masuk ke tulang lewat
aliran darah dari paru-paru. Waktu yang dibutuhkan bakteri untuk masuk dan merusak tulang
bervariasi. Ada yang singkat, tapi ada pula yang lama hingga bertahun-tahun. Bakteri TBC
biasanya akan berkembang biak dengan pesat saat kondisi tubuh sedang lemah, misalnya
selagi anak terkena penyakit berat. Saat itu kekebalan tubuhnya menurun, sehingga bakteri
pun leluasa menjalankan aksinya.
Bagian tulang yang biasa diserang bakteri TBC adalah sendi panggul, panggul dan tulang
belakang. Gangguan tulang belakang bisa terlihat dari bentuk tulang belakang penderita.
Biasanya tidak bisa tegak, bisa miring ke kiri, ke kanan, atau ke depan. Sendi panggul yang
rusak pun membuat penderita tidak bisa berjalan dengan normal. Sedangkan pada ibu hamil,
kelainan panggul membuatnya tidak bisa melahirkan secara normal. Jika kelainannya masih
ringan, upaya pemberian obat-obatan dan operasi bisa dilakukan. Lain halnya jika berat,
tindakan operasi tidak bisa menolong karena sendi atau tulang sudah hancur. Penderita bisa
cacat seumur hidup.
2. USUS
Selain karena komplikasi, TBC usus ini bisa timbul karena penderita mengonsumsi
makanan/minuman yang tercemar bakteri TBC. Bakteri ini bisa menyebabkan gangguan
seperti penyumbatan, penyempitan, bahkan membusuknya usus. Ciri penderita TBC usus
antara lain anak sering muntah akibat penyempitan usus hingga menyumbat saluran cerna.
Mendiagnosis TBC usus tidaklah mudah karena gejalanya hampir sama dengan penyakit lain.
Ciri lainnya tergantung bagian mana dan seberapa luas bakteri itu merusak usus. Demikian
juga dengan pengobatannya. Jika ada bagian usus yang membusuk, dokter akan membuang
bagian usus itu lalu menyambungnya dengan bagian usus lain.
3. OTAK
Bakteri TBC juga bisa menyerang otak. Gejalanya hampir sama dengan orang yang terkena
radang selaput otak, seperti panas tinggi, gangguan kesadaran, kejang-kejang, juga
penyempitan sel-sel saraf di otak. Kalau sampai menyerang selaput otak, penderita harus
menjalani perawatan yang lama. Sayangnya, gara-gara sel-sel sarafnya rusak, penderita tidak
bisa kembali ke kondisi normal.
4. GINJAL
Bakteri TBC pun bisa merusak fungsi ginjal. Akibatnya, proses pembuangan racun tubuh
akan terganggu. Selanjutnya bukan tidak mungkin bakal mengalami gagal ginjal. Gejala yang
biasa terjadi antara lain mual-muntah, nafsu makan menurun, sakit kepala, lemah, dan
sejenisnya. Gagal ginjal akut bisa sembuh sempurna dengan perawatan dan pengobatan yang
tepat. Sedangkan gagal ginjal kronik sudah tidak dapat disembuhkan. Beberapa di antaranya
harus menjalani cangkok ginjal.
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Laboratorium
1. Ziehl Neelsen : (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan cairan
darah) positif untuk basil asam cepat.
2. Kultur sputum : positif untuk mycobakterium pada tahap akhir penyakit.
b. Radio Diagnostik
1. Foto thorax PA dengan atau tanpa literal merupakan pemeriksaan radiology
standar. Jenis pemeriksaan radiology lain hanya atas indikasi Top foto, oblik,
tomogram dan lain-lain.
Karakteristik radiology yang menunjang diagnostik antara lain :
a. Bayangan lesi radiology yang terletak di lapangan atas paru.
b. Bayangan yang berawan (patchy) atau berbercak (noduler)
c. Kelainan yang bilateral, terutama bila terdapat di lapangan atas paru
d. Bayang yang menetap atau relatif menetap setelah beberapa minggu
e. Bayangan bilier
8. PENCEGAHAN
1. Menutup mulut pada waktu batuk dan bersin
2. Meludah hendaknya pada tempat tertentu yang sudah diberi desinfektan (air sabun)
3. Imunisasi BCG diberikan pada bayi berumur 3-14 bulan
4. Menghindari udara dingin
5. Mengusahakan sinar matahari dan udara segar masuk secukupnya ke dalam tempat
tidur
6. Menjemur kasur, bantal,dan tempat tidur terutama pagi hari
7. Semua barang yang digunakan penderita harus terpisah begitu juga mencucinya dan
tidak boleh digunakan oleh orang lain
8. Makanan harus tinggi karbohidrat dan tinggi protein
9. PENATALAKSANAAN
TB Paru diobati dengan obat anti tuberkulosis selama periode 6 -8 bulan. Lima
medikasi garis depan : Isoniasid (H), Ripamfisin (R), Streptomisin (S), Etambutol (E)
dan Pirazinamid (Z). Pengobatan diberikan dalam 2 tahap : tahap intensif (awal)
penderita mendapat obat setiap hari dan tahap lanjutan penderita minum obat 3 kali
seminggu.
Panduan obat yang ada di Indonesia meliputi :
1) Kategori 1 ; tahap intensif terdiri dari HRZE selama 2 bulan dan tahap lanjutan
terdiri dari HR selama 4 bulan. Panduan ini diberikan pada penderita baru BTA
positif, BTA negatif rontgen positif yang sakit berat dan TBC ekstra paru berat.
2) Kategori 2 ; tahap intensif diberikan selama 3 bulan terdiri dari 2 bulan dengan
HRZE dan suntikan Streptomisin setiap hari, 1 bulan dengan HRZE. Untuk tahap
lanjutan penderita diberi HRE selama 5 bulan. Panduan ini untuk penderita
kambuh,gagal atau setelah lalai (after default).
3) Kategori 3 ; tahap intensif dengan HRZ selama 2 bulan dan tahap lanjutan dengan
HR selama 4 bulan. Panduan ini untuk penderita BTA negative rontgen positif sakit
ringan, ekstra paru ringan.
10. PATHWAY
11. PENGKAJIAN
Riwayat kesehatan dan periksaan fisik lengkap.
Manifestasi klinis : demam, anoreksia, penurunan BB, berkeringat malam,
keletihan, batuk dan terbentuknya sputum.
Catat setiap perubahan suhu tubuh atau frekuensi pernapasan, jumlah dan
warna sekresi, frekuensi batuk dan nyeri dada.
Evaluasi bunyi napas (menghilang,bunyi bronkial,bronkovesikuler,krekles),
fremitus, egofoni, dan perkusi pekak.
Periksa adanya pembesaran nodus limfe yang sangat nyeri.
Kaji kesiapan emosional pasien untuk belajar, persepsi dan pengertiannya
tentang tuberkulosis dan pengobatannya.
Evaluasi fisik dan hasil laboratorium.
- Brunner & Suddarth, (1996), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, EGC,
Jakarta.
- Doengoes,M.E.,(1998), Dokumentasi & Rencana Asuhan Keperawatan Medikal
Bedah, EGC, Jakarta.
- Depkes RI, (2002), Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis, Anonim,
Jakarta.
- Guyton, A.C., (1995), Fisiologi Manusia, EGC, Jakarta.
- Mansyur,A., (2001), Kapita Selekta Kedokteran, Media Aeskulapius, Jakarta.