Anda di halaman 1dari 13

Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC) adalah penyakit

infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini paling sering
menyerang paru-paru walaupun pada sepertiga kasus menyerang organ tubuh lain dan ditularkan
orang ke orang. Ini juga salah satu penyakit tertua yang diketahui menyerang manusia. Jika
diterapi dengan benar tuberkulosis yang disebabkan oleh kompleks Mycobacterium tuberculosis,
yang peka terhadap obat, praktis dapat disembuhkan. Tanpa terapi tuberkulosa akan
mengakibatkan kematian dalam lima tahun pertama pada lebih dari setengah kasus.

Indonesia berada dalam peringkat ketiga terburuk di dunia untuk jumlah penderita TB. Setiap
tahun muncul 500 ribu kasus baru dan lebih dari 140 ribu lainnya meninggal. Seratus tahun yang
lalu, satu dari lima kematian di Amerika Serikat disebabkan oleh tuberkulosis.

Tanggal 24 Maret diperingati dunia sebagai "Hari TBC" oleh sebab pada 24 Maret 1882 di
Berlin, Jerman, Robert Koch mempresentasikan hasil studi mengenai penyebab tuberkulosis
yang ditemukannya.

Penyebab
Penyebab penyakit ini adalah bakteri kompleks Mycobacterium tuberculosis. Mycobacteria
termasuk dalam famili Mycobacteriaceae dan termasuk dalam ordo Actinomycetales. kompleks
Mycobacterium tuberculosis meliputi M. tuberculosis, M. bovis, M. africanum, M. microti, dan
M. canettii. Dari beberapa kompleks tersebut, M. tuberculosis merupakan jenis yang terpenting
dan paling sering dijumpai.

M.tuberculosis berbentuk batang, berukuran panjang 5µ dan lebar 3µ, tidak membentuk spora,
dan termasuk bakteri aerob. Mycobacteria dapat diberi pewarnaan seperti bakteri lainnya,
misalnya dengan Pewarnaan Gram. Namun, sekali mycobacteria diberi warna oleh pewarnaan
gram, maka warna tersebut tidak dapat dihilangkan dengan asam. Oleh karena itu, maka
mycobacteria disebut sebagai Basil Tahan Asam atau BTA. Beberapa mikroorganisme lain yang
juga memiliki sifat tahan asam, yaitu spesies Nocardia, Rhodococcus, Legionella micdadei, dan
protozoa Isospora dan Cryptosporidium. Pada dinding sel mycobacteria, lemak berhubungan
dengan arabinogalaktan dan peptidoglikan di bawahnya. Struktur ini menurunkan permeabilitas
dinding sel, sehingga mengurangi efektivitas dari antibiotik. Lipoarabinomannan, suatu molekul
lain dalam dinding sel mycobacteria, berperan dalam interaksi antara inang dan patogen,
menjadikan M. tuberculosis dapat bertahan hidup di dalam makrofaga.

Penularan
Penularan penyakit ini karena kontak dengan dahak atau menghirup titik-titik air dari bersin atau
batuk dari orang yang terinfeksi kuman tuberkulosis

Simptom
Gejala utama tuberkulosis ialah batuk selama 3 minggu atau lebih, berdahak, dan biasanya
bercampur darah. Bisa juga nyeri dada, mata memerah, kehilangan nafsu makan, sesak napas,
demam, badan lemah, dan semakin kurus. Bila tidak ditangani, bisa terjadi syok hipovolemik
atau sesak napas berat yang berujung kematian.

Jenis-jenis
 Tuberkulosis paru terkonfirmasi secara bakteriologis dan histologis
 Tuberkulosis paru tidak terkonfirmasi secara bakteriologis dan histologis
 Tuberkulosis pada sistem saraf
 Tuberkulosis pada organ-organ lainnya
 Tuberkulosis millier

TBc atau dikenal juga dengan Tuberkulosis adalah infeksi yang disebabkan oleh basil tahan
asam disingkat BTA nama lengkapnya  Mycobacterium Tuberculosis.
 
Walaupun TBC dapat menyerang berbagai organ tubuh ,namaun kuman ini paling sering
menyerang organ Paru.
 
Infeksi Primer terjadi pada individu yang sebelumya belum  memiliki kekebalan tubuh
terhadap  M Tuberculosis
 
Basil TBC terhisap melalui saluran pernapasan masuk kedalam paru ,kemudian basil masuk
lagi ke saluran limfe paru dan dari ini basil TBC menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran
darah.
Melalui aliran darah inilah basil TBC menyebar keberbagai Organ tubuh.
 
Bagaimana mengetahui kita terserang TBC ?
TbC dapat kita diagnosa  melalui pengkajian dari gejala klinis ,pemeriksaan fisik ,gambaran
radiologi atau Rontgen Paru  dan pemeriksaan laboratorium klinis maupun bakteriologis.
 
Gejala klinis yang sering ditemui pada tuberculosis paru adalah batuk yang tidak spesifik 
tetapi progresif.
Pada pemeriksaan fisik kadang kita dapat menemukan suara yang khas tergantung
seberapa luas dan dan seberapa jauh kerusakan jaringan paru yang terjadi.
 
Pemeriksaan Rontgen dapat menunjukkan gambaran yang bermacam macam dan tidak
dapat dijadikan gambaran diagnostik yang absolut dari Tuberculosis Paru.
 
Pada pemeriksaan laboratorium  ,peningkatan  Laju Endap Darah dapat menunjukan  proses
yang sedang aktif ,tapi laju endap darah yang normal bukan berarti menyingkirkan adanya
proses Tuberculosis.
 
Penemuan adanya BTA pada Dahak , bilasan bronkus ,bilasan lambung ,cairan pleura atau
jaringan paru adalah sangat penting untuk mendiagnosa TBC Paru.
Sering dianjurkan untuk pemeriksaan dahak sebanyak 3 kali  untuk dahak yang diambil
pada pagi hari.
 
Pengobatan TBC Paru :
Pengobatan bertujuan untuk menyembuhkan ,mencegah 
kematian ,dan kekambuhan.
Obat TBC yang utama adalah Isoniazid ,Rifampisin ,pirazinamid ,streptomisin dan
etambutol.
Sedangkan jenis obat tambahan yang biasa digunakan adalah kanamisin ,kuinolon
,makroloid dan amoksisilin di kombinasikan dengan klavulanat.
Pengobatannya secara keseluruhannya dapat mencapai 12 bulan.

TBC
Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga
memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-
paru dibandingkan bagian lain tubuh manusia.

Insidensi TBC dilaporkan meningkat secara drastis pada dekade terakhir ini di seluruh dunia.
Demikian pula di Indonesia, Tuberkulosis / TBC merupakan masalah kesehatan, baik dari sisi
angka kematian (mortalitas), angka kejadian penyakit (morbiditas), maupun diagnosis dan
terapinya. Dengan penduduk lebih dari 200 juta orang, Indonesia menempati urutan ketiga
setelah India dan China dalam hal jumlah penderita di antara 22 negara dengan masalah TBC
terbesar di dunia.

Hasil survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes RI tahun 1992, menunjukkan bahwa
Tuberkulosis / TBC merupakan penyakit kedua penyebab kematian, sedangkan pada tahun
1986 merupakan penyebab kematian keempat. Pada tahun 1999 WHO Global Surveillance
memperkirakan di Indonesia terdapat 583.000 penderita Tuberkulosis / TBC baru pertahun
dengan 262.000 BTA positif atau insidens rate kira-kira 130 per 100.000 penduduk. Kematian
akibat Tuberkulosis / TBC diperkirakan menimpa 140.000 penduduk tiap tahun.

Jumlah penderita TBC paru dari tahun ke tahun di Indonesia terus meningkat. Saat ini setiap
menit muncul satu penderita baru TBC paru, dan setiap dua menit muncul satu penderita baru
TBC paru yang menular. Bahkan setiap empat menit sekali satu orang meninggal akibat TBC di
Indonesia.

Kenyataan mengenai penyakit TBC di Indonesia begitu mengkhawatirkan, sehingga kita harus
waspada sejak dini & mendapatkan informasi lengkap tentang penyakit TBC .

Pertanyaan Seputar TBC


1. Apakah tanda-tanda bahwa seseorang terkena penyakit TBC?
2. Apakah setiap orang yang mengalami batuk berdarah berarti menderita TBC?
3. TBC menular melalui media apa saja? Dan rata-rata berapa lama gejala timbul setelah orang
terpapar kuman TBC?
4. Apakah kena udara pagi terus menerus dan merokok dapat menyebabkan TBC?
5. Apakah penyakit TBC itu diwariskan secara genetik?
6. Mengapa pengobatan TBC memerlukan waktu yang lama?
7. Bagaimana bila penderita TBC tidak mengkonsumsi obat secara teratur?
8. Bisakah penyakit TBC disembuhkan secara tuntas? Bagaimana caranya?
9. Apakah orang yang telah sembuh dari penyakit TBC dapat terjangkit kembali?
10. Apakah flek kecil di paru-paru pada anak balita sudah dapat dikatakan TBC?
11. Mungkinkan terkena penyakit TBC bila kita hidup di lingkungan yang bersih?
12. Bagaimana efek terhadap janin bila ibu hamil sedang mengidap penyakit TBC?
13. Bagaimana sikap kita bila di rumah terdapat anggota keluarga yang menderita penyakit TBC?
14. Pola hidup bagaimana yang harus kita miliki agar terhindar dari penyakit TBC?

Apakah tanda-tanda bahwa seseorang terkena penyakit TBC?

Tanda-tanda orang yang dicurigai terkena penyakit TBC yaitu secara umum dapat dilihat dari
gejalanya terlebih dahulu yaitu, demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya
dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti
influenza dan bersifat hilang timbul. Penurunan nafsu makan dan berat badan. Batuk-batuk
selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah). Perasaan tidak enak (malaise), lemah.
Dan untuk memberikan kepastian maka orang tersebut harus diperiksa lebih lanjut, jadi tidak
selalu bahwa orang batuk-batuk lama pasti menderita TBC, harus dipastikan dengan pemeriksaan
laboratorium dan foto rontgen.

Apakah setiap orang yang mengalami batuk berdarah berarti menderita TBC?

Belum tentu, karena batuk berdarah dapat disebabkan oleh berbagai macam sebab, bisa karena
penyakit paru-paru lainnya, karena adanya perdarahan di daerah hidung bagian belakang yang
tertelan dan pada saat batuk keluar dari mulut atau karena anak batuk terlalu keras sehingga
menyebabkan lukanya saluran nafas sehingga mengeluarkan darah.

TBC menular melalui media apa saja? Dan rata-rata berapa lama gejala timbul setelah orang
terpapar kuman TBC?

Pada umumnya adalah melalui percikan dahak penderita yang keluar saat batuk (beberapa ahli
mengatakan bahwa air ludah juga bisa menjadi media perantara), bisa juga melalui debu, alat
makan/minum yang mengandung kuman TBC. Kuman yang masuk dalam tubuh akan
berkembangbiak, lamanya dari terkumpulnya kuman sampai timbulnya gejala penyakit dapat
berbulan-bulan sampai tahunan.

Apakah kena udara pagi terus menerus dan merokok dapat menyebabkan TBC?

Kena udara pagi terus menerus tidak terlalu bermasalah dalam hal penularan TBC, sedangkan
merokok dapat menurunkan daya tahan dari paru-paru, sehingga relatif akan mempermudah
terkena TBC.
Apakah penyakit TBC itu diwariskan secara genetik?

Penyakit TBC tidak diwariskan secara genetik, karena penyakit TBC bukanlah penyakit turunan.
Hanya karena penularannya adalah melalui percikan dahak yang mengandung kuman TBC,
maka orang yang hidup dekat dengan penderita TBC dapat tertular.

Mengapa pengobatan TBC memerlukan waktu yang lama?

Karena bakteri TBC dapat hidup berbulan-bulan walaupun sudah terkena antibiotika (bakteri
TBC memiliki daya tahan yang kuat), sehingga pengobatan TBC memerlukan waktu antara 6
sampai 9 bulan. Walaupun gejala penyakit TBC sudah hilang, pengobatan tetap harus dilakukan
sampai tuntas, karena bakteri TBC sebenarnya masih berada dalam keadaan aktif dan siap
membentuk resistensi terhadap obat. Kombinasi beberapa obat TBC diperlukan karena untuk
menghadapi kuman TBC yang berada dalam berbagai stadium dan fase pertumbuhan yang cepat.

Bagaimana bila penderita TBC tidak mengkonsumsi obat secara teratur?

Hal ini akan menyebabkan tidak tuntasnya penyembuhan, sehingga dikhawatirkan akan timbul
resistensi bakteri TBC terhadap antibiotika sehingga pengobatan akan semakin sulit dan mahal.

Bisakah penyakit TBC disembuhkan secara tuntas? Bagaimana caranya?

Penyakit TBC bisa disembuhkan secara tuntas apabila penderita mengikuti anjuran tenaga
kesehatan untuk minum obat secara teratur dan rutin sesuai dengan dosis yang dianjurkan, serta
mengkonsumsi makanan yang bergizi cukup untuk meningkatkan daya tahan tubuhnya.

Apakah orang yang telah sembuh dari penyakit TBC dapat terjangkit kembali?

Dapat, karena setelah sembuh dari penyakit TBC tidak ada kekebalan seumur hidup. Jadi bila
telah sembuh dari penyakit TBC kemudian tertular kembali oleh kuman TBC, maka orang
tersebut dapat terjangkit kembali.

Apakah flek kecil di paru-paru pada anak balita sudah dapat dikatakan TBC?

Flek kecil di paru-paru balita pada umumnya memang disebabkan oleh TBC. Oleh karena itu
perlu diteliti apakah ada gejala-gejala klinis penyakit TBC atau tidak. Bila tidak ada berarti
pernah tertular penyakit TBC tapi karena daya tahan tubuhnya tinggi sehingga tidak bergejala.
Atau saat ini anak tersebut sudah sembuh dari penyakit TBC dan hanya meninggalkan bekasnya
saja di paru-paru.

Mungkinkan terkena penyakit TBC bila kita hidup di lingkungan yang bersih?

Kemungkinan kita tertular akan tetap ada, karena kita hidup tidak hanya di lingkungan sekitar
rumah kita saja, bisa saja suatu saat kita berada di sekolahan, bioskop, kantor, bus yang belum
tentu terbebas dari kuman TBC. Hidup di lingkungan yang bersih memang akan memperkecil
risiko terjangkit TBC.
Bagaimana efek terhadap janin bila ibu hamil sedang mengidap penyakit TBC?

Biasanya keadaan gizi penderita TBC kurang baik, sehingga hal ini dapat mempengaruhi
perkembangan bagi janin dalam kandungan. Ibu hamil tetap harus diberikan terapi dengan obat
TBC dengan dosis efektif terendah. Obat TBC yang diminum oleh ibu dapat melewati plasenta
dan masuk ke janin dan berdasarkan beberapa kepustakaan disebutkan tidak memberikan efek
yang terlampau berbahaya, akan tetapi pemantauan ketat pada perkembangan janin harus tetap
dilakukan. Setelah bayi dilahirkan dapat dipisahkan terlebih dahulu dari ibu selama TBC masih
aktif.

Bagaimana sikap kita bila di rumah terdapat anggota keluarga yang menderita penyakit
TBC?

Bawa pasien ke dokter untuk mendapatkan pengobatan secara teratur, awasi minum obat secara
ketat dan beri makanan bergizi. Sirkulasi udara dan sinar matahari di rumah harus baik.
Hindarkan kontak dengan percikan batuk penderita, jangan menggunakan alat-alat
makan/minum/mandi bersamaan.

Pola hidup bagaimana yang harus kita miliki agar terhindar dari penyakit TBC?

Pola hidup sehat adalah kuncinya, karena kita tidak tahu kapan kita bisa terpapar dengan kuman
TBC. Dengan pola hidup sehat maka daya tahan tubuh kita diharapkan cukup untuk memberikan
perlindungan, sehingga walaupun kita terpapar dengan kuman TBC tidak akan timbul gejala.
Pola hidup sehat adalah dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi, selalu menjaga
kebersihan diri dan lingkungan hidup kita, rumah harus mendapatkan sinar matahari yang cukup
(tidak lembab), dll. Selain itu hindari terkena percikan batuk dari penderita TBC.

Insidensi Tuberculosis (TBC) dilaporkan meningkat secara drastis pada

dekade terakhir ini di seluruh dunia termasuk juga di Indonesia. Penyakit ini

biasanya banyak terjadi pada negara berkembang atau yang mempunyai tingkat

sosial ekonomi menengah ke bawah. Tuberculosis (TBC) merupakan penyakit infeksi

penyebab kematian dengan urutan atas atau angka kematian ( mortalitas) tinggi,

angka kejadian penyakit (morbiditas), diagnosis dan terapi yang cukup lama.anda

bisa juga baca selengkapnya di sini

Di Indonesia TBC merupakan penyebab kematian utama dan angka kesakitan

dengan urutan teratas setelah ISPA. Indonesia menduduki urutan ketiga setelah

India dan China dalam jumlah penderita TBC di dunia. Jumlah penderita TBC paru
dari tahun ke tahun di Indonesia terus meningkat. Saat ini setiap menit muncul satu

penderita baru TBC paru, dan setiap dua menit muncul satu penderita baru TBC

paru yang menular. Bahkan setiap empat menit sekali satu orang meninggal akibat

TBC di Indonesia. Mengingat besarnya masalah TBC serta luasnya masalah semoga

tulisan ini dapat bermanfaat.

Tuberculosis (TBC) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri

Mycobacterium tuberculosis. TBC terutama menyerang paru-paru sebagai tempat

infeksi primer. Selain itu, TBC dapat juga menyerang kulit, kelenjar limfe, tulang,

dan selaput otak. TBC menular melalui droplet infeksius yang terinhalasi oleh orang

sehat. Pada sedikit kasus, TBC juga ditularkan melalui susu. Pada keadaan yang

terakhir ini, bakteri yang berperan adalah Mycobacterium bovis.

Etiologi

Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap
asam pada pewarnaan (Basil Tahan Asam). Kuman TB cepat mati dengan sinar
matahari langsung tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap
dan lembek. Dalam jaringan tubuh, kuman ini dapat dorman selama beberapa tahun.
Kuman dapat disebarkan dari penderita TB BTA positif kepada orang yang berada
disekitarnya, terutama yang kontak erat.

TBC merupakan penyakit yang sangat infeksius. Seorang penderita TBC dapat
menularkan penyakit kepada 10 orang di sekitarnya. Menurut perkiraan WHO, 1/3
penduduk dunia saat ini telah terinfeksi M. tuberculosis. Kabar baiknya adalah
orang yang terinfeksi M. tuberculosis tidak selalu menderita penyakit TBC. Dalam
hal ini, imunitas tubuh sangat berperan untuk membatasi infeksi sehingga tidak
bermanifestasi menjadi penyakit TBC.

Manifestasi Klinis

Penderita TBC akan mengalami berbagai gangguan kesehatan, seperti batuk


berdahak kronis, demam subfebril, berkeringat tanpa sebab di malam hari, sesak
napas, nyeri dada, dan penurunan nafsu makan. Semuanya itu dapat menurunkan
produktivitas penderita bahkan kematian.

Gejala Umum :

 Batuk terus menerus dan berdahak selama 3 minggu atau lebih

Gejala lain yang sering dijumpai :

 Dahak bercampur darah

 Batuk darah

 Sesak nafas dan rasa nyeri dada

 Badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan menurun, rasa kurang enak
badan (malaise), berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan, demam
meriang lebih dari satu bulan.

Gejala-gejala tersebut diatas dijumpai pula pada penyakit paru selain TBC.
Oleh sebab itu orang yang datang dengan gejala diatas harus dianggap sebagai
seorang “suspek tuberkulosis” atau tersangka penderita TB, dan perlu dilakukan
pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung. Selain itu, semua kontak penderita
TB Paru BTA positif dengan gejala sama, harus diperiksa dahaknya.

Pemeriksaan Klinis

Pemeriksaan pertama terhadap keadaan umum pasien mungkin ditemukan


konjungtiva mata atau kulit yang pucat karena anemia, suhu demam (subfibris),
badan kurus atau berat badan menurun.

Tempat kelainan lesi TB yang perlu dicurigai adalah bagian apeks paru. Bila dicurigai
infiltrat yang agak luas, maka akan didapatkan perkusi yang redup dan auskultasi
nafas bronkial. Akan didapatkan juga suara nafas tambahan berupa ronkhi basah,
kasar, dan nyaring. Tetapi bila infiltrat ini diliputi oleh penebalan pleura, suara
nafasnya menjadi vesikular melemah.

Pemeriksaan penunjang

- Tuberculin skin testing


Dilakukan dengan menginjeksikan secara intracutaneous 0.1ml Tween-stabilized
liquid PPD pada bagian punggung atau dorsal dari lengan bawah. Dalam wkatu 48 – 72
jama, area yang menonjol (indurasi), bukan eritema, diukur. Ukuran tes Mantoux ini
sebesar 5mm diinterpretasikan positif pada kasus-kasus :

1. Individu yang memiliki atau dicurigai terinfeksi HIV

2. Memiliki kontak yang erat dengan penderita TBC yang infeksius

3. Individu dengan rontgen dada yang abnormal yang mengindikasikan gambaran


proses penyembuhan TBC yang lama, yang sebelumnya tidak mendpatkan
terapo OAT yang adekuat

4. Individu yang menggunakan Narkoba dan status HIV-ny tidak diketahui

Sedangkan ukuran 10mm uji tuberculin, dianggap positif biasanya pada kasus-kasus
seperti :

1. Individu dengan kondisi kesehatan tertentu, kecuali penderita HIV

2. Individu yang menggunakan Narkoba (jika status HIV-ny negative)

3. Tidak mendapatkan pelayanan kesehatan, populasi denganpendapatan yang


rendah, termasuk kelompok ras dan etnik yang beresiko tinggi

4. Penderita yang lama mondokdirumah sakit

5. Anak kecil yang berusi kurang dari 4 tahun

Uji ini sekarang sudah tidak dianjurkan dipakai,karena uji ini haya menunjukkan ada
tidaknya antibodi anti TBC pada seseorang, sedangkan menurut penelitian, 80%
penduduk indosia sudah pernah terpapar intigen TBC, walaupun tidak
bermanifestasi, sehingga akan banyak memberikan false positif.

- Pemeriksaan radiologis

1. Adanya infeksi primer digambarkan dengan nodul terkalsifikasi pada bagian


perifer paru dengan kalsifikasi dari limfe nodus hilus

2. Sedangkan proses reaktifasi TB akan memberikan gambaran :


a) Nekrosis

b) Cavitasi (terutama tampak pada foto posisi apical lordotik)

c) Fibrosis dan retraksi region hilus

d) Bronchopneumonia

e) Infiltrate interstitial

f) Pola milier

g) Gambaran diatas juga merupakan gambaran dari TB primer lanjut

3. TB pleurisy, memberikan gambaran efusi pleura yang biasanya terjadi secara


massif

4. Aktivitas dari kuman TB tidak bisa hanya ditegakkan hanya dengan 1 kali
pemeriksaan rontgen dada, tapi harus dilakukan serial rontgen dada. Tidak
hanya melihat apakah penyakit tersebut dalam proses progesi atau regresi.

Pemeriksaan darah

Pemeriksaan ini kurang mendapat perhatian karena hasilnya kadang-kadang


meragukan, tidak sensitif, tidak juga spesifik. Pada saat TB baru mulai (aktif) akan
didapatkan jumlah leukosit yang sedikit meninggi dengan hitung jenis pergeseran ke
kiri. Jumlah limfosit masih dibwah normal. Laju endap darah mulai meningkat. Jika
penyakit mulai sembuh, jumlah leukosit kembali normal, dan jumlah limfosit masih
tinggi. Laju endap darah mulai turun ke arah normal lagi. Bisa juga didapatkan
anemia ringan dengan gambaran normokron dan normositer, gama globulin meningkat
dan kadar natrium darah menurun.

Pemeriksaan sputum

Pemeriksaan sputum adalah penting, karena dengan ditemukannnya kuman BA,


diagnosis tuberkulosis sudah dapat dipastikan. Kriteria BTA positif adalah bila
sekurang-kurangnya ditemukan 3 batang kuman BTA pada satu sediaan.

Klasifikasi penyakit dan tipe penderita


Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe penderita TB memerlukan “definisi
kasus” yang memberikan batasan baku dari setiap klasifikasi dan tipe penderita.

Ada empat hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan definisi kasus-yaitu

1. Organ tubuh yang sakit : paru atau ekstra paru

2. Hasil pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung : BTA positif atau BTA
negative

3. Riwayat pengobatan sebelumnya : baru atau sudah pernah diobati

4. Tingkat keparahan penyakit : penyakit ringan atau berat

a. KLASIFIKASI

A. Tuberculosis Paru

Tuberculosis paru adalah tuberculosis yang menyerang jaringan paru, tidak


termasuk pleura (selaput paru)

Berdasarkan pemeriksaan dahak, TB Paru dibagi menjadi 2 yaitu :

1. Tuberkulosis Paru BTA positif

2. Tuberkulosis Paru BTA negative

B. Tuberculosis Ekstra Paru

Tuberculosis ekstra paru adalah tuberculosis yang menyerang organ tubuh


selain jaringan paru,, misalnya pleura (selaput paru), selaput otak, selaput
jantung, kelejar limfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing,
alat kelamin dan lain-lain.

Berdasarkan tingkat keparahannya, TB Ekstra Paru dibagi menjadi 2 yaitu :

1. Tuberkulosis Ekstra Paru Ringan

Misal : TB kelenjar limfe, pleuritis eksudatif unilateral, tulang (kecuali


tulang belakang), sendi dan kelenjar adrenal
2. Tuberkulosis Ekstra Paru Berat

Misal : meningitis, milier, perikarditis, peritonitis, pleuritis eksudatif


dupleks, TB tulang belakang, TB usus, TB saluran kencing dan alat
kelamin.

b. TIPE PENDERITA

Tipe penderita ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya. Ada


beberapa tipe penderita, yaitu :

1. Kasus baru

Adalah penderita yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah
menelan OAT kurang dari satu bulan (30 dosis harian)

2. Kambuh (relaps)

Adalah penderita TB yang sebelumnya pernah mendapatkan terapi TB dan


etlah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, kemudian kembali lagi
berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif

3. Pindahan (transfer in)

Adalah penderita TB yang sedang mendapatkan pengobatan disuatu


kabupaten lain dan kemudian pindah berobat ke kabupaten ini. Penderita
tersebut harus membawa surat rujukan/pindahan (FORM TB 09)

4. Kasus berobat setelah lalai (pengobatan setelah default/drop-out)

Adalah penderita TB yang kembali berobat dengan hasil pemeriksaan dahak


BTA positif setelah putus berobat 2 bulan atau lebih.

5. Gagal

 Adalah penderita BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi
positif pada akhir bulan ke-5 atau lebih.

 Adalah penderita BTA negative, rontgen positif yang menjadi BTA positif pada
akhir bulan ke-2 pengobatan.
6. Lain-lain

Semua penderita lain yang tidak memenuhi persyaratan tersebut diatas.


Termasuk dalam kelompok ini adalah kasus kronik (adalah penderita yang
masih BTA positif setelah menyelesaikan pengobatan ulang dengan kategori
2)

Pengobatan tuberkulosis

Saat ini telah dapat dilakukan pengobatan TBC secara efektif dan dalam waktu yang
relatif singkat. Program pengobatan tersebut dikenal dengan nama DOTS ( Direct
Observed Treatment Shortcourse). Obat yang digunakan adalah kombinasi dari
Rifampicin, Isoniazid, Pyrazinamid, Ethambutol, dan Streptomycin. Pengobatan
dilakukan dalam waktu 6-8 bulan secara intensif dengan diawasi seorang PMO
(Pengawas Menelan Obat) untuk meningkatkan ketaatan penderita dalam minum
obat.

Anda mungkin juga menyukai