TOSS TBC itu sendiri merupakan singkatan dari Temukan dan Obati Sampai
Sembuh TBC.
Bakteri TB ditularkan melalui droplet yang terinfeksi di udara. Begitu tetesan ini
memasuki udara, siapa pun di dekatnya dapat menghirupnya. Seseorang dengan TB dapat
menularkan bakteri melalui bersin, batuk, berbicara, dan nyanyian.
Infeksi primer ketika bakteri masuk melalui hidung dan mulut yang menghirup udara dengan
kandungan bakteri penyebab tuberkulosis. Bakteri ini bisa mencapai paru-paru, lalu mulai
memperbanyak diri.
Infeksi laten, terjadi ketika sistem imun melakukan perlawanan saat bakteri mulai
berkembang biak. Ketika sistem imun kuat, maka bakteri dapat dihancurkan untuk menahan
perkembangan infeksinya.
Infeksi aktif, terjadi ketika sistem imut tidak kuat atau lemah melawan serangan bakteri TB.
Alhasil, bakteri akan lebih bebas memperbanyak diri dan menyerang sel-sel sehat di paru-
paru.
Darah dalam urin dan kehilangan fungsi ginjal, jika TB mempengaruhi ginjal
Sakit punggung dan kekakuan, kejang otot, dan ketidakteraturan tulang belakang jika TB
mempengaruhi tulang belakang
mual dan muntah
Kebingungan
Kehilangan kesadaran, jika TBC menyebar ke otak.
4. Bagaimana cara mencegah penyakit Tuberkulosis ?
Faktanya, 10% masyarakat Indonesia memiliki bakteri TB. Namun, apakah infeksi bersifat laten
atau aktif tergantung pada kondisi penderitanya. Jika mereka memiliki sistem imun yang baik,
maka penyakit ini bisa sembuh bahkan sebelum gejala tersebut muncul.
Maka dari itulah, pencegahan utama agar tidak terjangkit tuberculosis (TB) adalah menjaga pola
hidup, makan cukup, tidur cukup dan berhenti merokok.
Sebagai langkah pencegahan penularan TBC, kita harus memahami etika batuk atau bersin,
sebagai berikut:
1. Gunakan Masker
2. Tutup mulut dan hidung dengan lengan atas bagian dalam
3. Tutup mulut dan hidung dengan tisu
4. Jangan lupa membuangnya ke tempat sampah
5. Cucilah tangan dengan menggunakan sabun dan air mengalir
5. Apa saja pemeriksaan yang dilakukan untuk pasien yang terinfeksi Tuberkulosis ?
Berikut ini beberapa tes yang umumnya dilakukan untuk pemeriksaan penyakit TB paru:
Tes Darah: Melalui tes darah, dokter akan mengukur reaksi sistem kekebalan tubuh
terhadap bakteri Mycobacterium tuberculosis. Dari tes ini akan diketahui apakah
seseorang memiliki TB laten atau aktif.
Tes Dahak: Setelah melakukan rontgen dada dan dokter menemukan indikasi TB, maka
akan dilakukan tes dahak ( Gene Expert)/BTA untuk mengetahui obat yang cocok bagi
pengidapnya.
Tes Mantoux: Tes ini menggunakan alat bernama TST (Tuberculin Skin Test) untuk
menyuntikkan zat tuberkulin di bawah kulit lengan. Kemudian, dalam 48-72 jam, dokter
akan memeriksa pembengkakan pada posisi penyuntikan. Bila timbul benjolan merah
pada ukuran tertentu, maka seseorang dinyatakan kemungkinan positif TBC.
Saat seseorang mengidap TB paru dan tidak mendapatkan penanganan yang tepat, maka
kemungkinan komplikasi saat bisa terjadi. Seiring perkembangannya, bakteri TB paru tidak
hanya menginfeksi paru-paru tetapi juga bisa menyebar ke bagian tubuh lainnya.
Beberapa komplikasi yang mungkin dialami oleh pengidap TB adalah sebagai berikut:
Kerusakan sendi.
Kelainan pada jantung
Nyeri punggung.
Masalah pada ginjal dan hati.
Peradangan selaput otak atau meningitis.
TBC adalah penyakit yang masih bisa disembuhkan asalkan melalui penanganan secara tepat.
Biasanya, dokter akan menganjurkan pengidap TB paru untuk mengonsumsi obat selama 6-12
bulan.
Mereka yang memiliki sistem kekebalan tubuh rendah akibat kondisi medis tertentu menjadi
salah satu kelompok yang paling berisiko mengidap TBC.
Contohnya, seperti pengidap diabetes, gangguan ginjal, pengidap kanker, HIV, hingga orang-
orang yang mengalami malnutrisi