Anda di halaman 1dari 9

Tuberkulosis atau TBC di Indonesia adalah salah satu jenis penyakit infeksi yang menyerang

banyak orang, bahkan sering kali berakhir dengan kematian. Lalu, apa itu TBC? Tuberkulosis
atau TBC adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium
tuberculosis yang merusak jaringan tubuh manusia dan biasanya menyerang paru-paru.

Di Indonesia, TBC adalah penyakit infeksi yang paling banyak berakhir dengan kematian dan
menjadi nomor 1. Selain itu, perlu diketahui kuman TBC dapat bertahan dalam udara bebas
selama 1-2 jam. Bahkan, setiap detik satu orang terinfeksi penyakit TBC dan membutuhkan
layanan pengobatan selama 6 bulan.

TBC lebih banyak terjadi pada laki-laki (60%) daripada perempuan (40%). Proporsi kasus
tuberkulosis terbanyak tahun 2016 ditemukan pada kelompok usia produktif (25-34 tahun)
yaitu sebesar 18,07%, diikuti kelompok umur 45-54 tahun sebesar 17,25 persen.

Terakhir, saat telah terinfeksi TBC penderita mendapatkan pengobatan selama 6 bulan secara
rutin. Tidak hanya itu, berdasarkan data dari WHO, Indonesia juga menjadi negara kedua
penderita TBC terbanyak di dunia.

TBC adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis)
yang menyerang tubuh manusia, terutama pada paru. TBC ditularkan melalui udara, bukan
penyakit turunan dan bukan juga disebabkan oleh kutukan ataupun guna-guna. TBC dapat
disembuhkan.

Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh
atau bagian tubuh lainnya seperti tulang, kelenjar, kulit, dan lain-lain. TBC dapat
menyerang kepada siapa saja, terutama kepada usia produktif atau usia masih aktif
bekerja (15-50 tahun) dan anak-anak. TBC dapat menyebabkan kematian apabila
tidak segera diobati.

Gejala utama TBC yaitu batuk berdahak maupun tidak berdahak. Gejala lainnya yaitu
terasa nyeri dada, demam meriang, badan lemas, nafsu makan berkurang, dan berat
badan berkurang. Apabila ada salah satu atau lebih gejala tersebut, segera periksa
ke Puskesmas.

Tuberkulosis (TB/TBC) merupakan penyakit yang menginfeksi paru-paru dan tersebar lewat
udara. Sedangkan batuk kerap dialami banyak orang sebagai penyakit musiman yang biasanya
sembuh dengan sendirinya tanpa harus ada perawatan intensif. Gejala-gejala awal yang
dialami seseorang terjangkit TBC adalah batuk-batuk. Lalu, bagaimana cara membedakan
penyakit batuk biasa dengan batuk yang disebabkan TBC?

Pada umumnya, batuk biasa disebabkan oleh virus, polusi, asma, dan penyakit-penyakit
lainnya. Beberapa orang akan mengalami batuk jika memiliki saluran pernapasan yang sensitif
dan terpapar udara yang kotor. Sedangkan, TBC disebabkan oleh bakteri Mycobacterium
tuberculosis. Bakteri ini tersebar melalui udara.
Batuk biasa pada umumnya sembuh dalam beberapa hari tanpa harus meminum obat tertentu
atau melakukan perawatan. Sedangkan, semakin parah seseorang terjangkit TBC, semakin
banyak gejala-gejala yang muncul seperti batuk yang tidak kunjung berhenti hingga 3 minggu.

Batuk biasa bisa batuk kering atau berdahak. Warna dahak biasanya putih atau
bening. Batuk TBC umumnya berdahak kental berwarna hijau kekuningan keruh, sebagai
tanda infeksi. Pengidap TBC bahkan bisa mengeluarkan dahak berdarah karena saluran napas
yang terus-terusan teriritasi.

Terakhir, batuk biasa tidak akan menyerang organ lain. Jika sudah diderita parah, bakteri yang
menyebabkan penyakit TBC bisa mepengaruhi organ tubuh lainnya, seperti ginjal, tulang
belakang dan otak.

TBC adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium


Tuberculosis). Kuman ini menyerang tubuh manusia, terutama pada paru. TBC bukan penyakit
turunan, bukan disebabkan oleh kutukan ataupun guna-guna. Sebagian besar kuman TB
menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh bagian lainnya seperti tulang,
kelenjar, kulit, dan lain-lain. TBC dapat menyerang siapa saja terutama usia produktif atau
masih aktif bekerja (15-50 tahun) dan anak-anak. TBC dapat menyebabkan kematian bila tidak
diobati segera.

Penularan TBC terjadi jika kuman TB keluar ke udara pada saat penderita TB batuk, bersin,
berbicara. Kemudian kuman TB terhirup oleh orang lain melalui saluran pernafasan menuju
paru-paru dan dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya. Ketika di dalam tubuh, kuman TB
dilawan oleh daya tahan tubuh. Jika daya tahan tubuh kuat, orang tersebut tetap sehat. Jika daya
tahan tubuh lemah, orang tersebut menjadi sakit TB.

Setiap orang tua menginginkan anaknya sehat. Akan tetapi terkadang ada saja masalah
kesehatan yang muncul tiba-tiba dan tidak terduga, misalnya ketika si anak menderita penyakit
Tuberkulosis (TB). Perlu diketahui bahwa penyakit ini berbahaya karena merupakan salah satu
penyakit yang paling mematikan.

Anak dapat terkena penyakit TB karena tertular orang dewasa. Oleh karena itu, jika anak
didiagnosa menderita penyakit TB, maka orang tua harus melakukan pemeriksaan (screening)
pada seluruh anggota keluarga di rumah. Nah sebelum itu, kita juga harus mencermati gejala
TB pada anak yang memunculkan gejala khas dan agak sulit dikenali, berbeda dengan gejala
TB pada orang dewasa.

Pertama yang harus dicermati adalah saat pertumbuhan anak terlihat terhambat. Yakni bila
berat badan anak di bawah standar anak seusianya, juga anak tidak atau kurang memiliki nafsu
makan yang baik atau memilki nafsu makan yang baik tapi berat badan tidak juga bertambah.
Berikutnya yang harus dicermati adalah ketika anak menunjukkan gejala batuk berkepanjangan
selama lebih dari tiga minggu.

Gejala selanjutnya yang harus dicermati adalah suhu tubuh anak, yaitu ketika mengalami
demam sampai dua minggu namun suhu tubuh anak berada di bawah angka normal (37,5
derajat Celcius). Pun orang tua harus menyadari tingkah laku anak apakah tidak seaktif
biasanya dalam jangka waktu cukup lama serta terlihat mudah lelah. Terkadang muncul
pembengkakan pada kelenjar getah bening anak di sekitar leher atau di bagian bawah
rahang. Diinformasikan oleh Kementerian Kesehatan RI bahwa TB dapat menyerang paru atau
organ tubuh lain, misalnya: kelenjar, kulit, selaput otak, atau tulang. Gejala yang ditimbulkan
pun sesuai dengan organ yang terkena TB.

TBC adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman TB. Kuman TB ditularkan melalui
udara apabila seorang pasien TB aktif batuk, ketawa, bersin atau menyanyi. Gerakan TOSS TB
(Temukan TB Obati Sampai Sembuh) merupakan kegiatan kampanye penemuan kasus TB
secara aktif dan masif yang melibatkan seluruh pihak baik pemerintah maupun masyarakat.

Yang menjadi pokok-pokok kegiatan TOSS TB yaitu, penemuan dini orang terduga TB melalui
intensifikasi penemuan secara aktif, pengobatan pasien TB sesuai standar, promosi kesehatan
melalui penyuluhan kepada keluarga dan masyarakat, penggalangan kemitraan agar kegiatan
dilakukan bersama dan terkoordinasi dengan lintas sektor dan organisasi kemasyarakatan,
mobilisasi tokoh masyarakat/agama dan anggota masyarakat, monitoring dan evaluasi secara
intensif.

Akses pelayanan cek dahak gratis dan berkualitas di seluruh Puskesmas. Obat TBC berkualitas
disediakan oleh Pemerintah dan gratis di seluruh Puskesmas.

Tuberkulosis (TB atau TBC) yang juga sering disebut “flek paru” adalah gangguan pernapasan
kronis yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit TBC
merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di dunia. Saat ini Indonesia
menduduki peringkat kedua sebagai negara dengan penderita tuberkulosis terbanyak setelah
India.

Data terbaru dari Profil Kesehatan Indonesia keluaran Kemenkes melaporkan bahwa
ada 351.893 kasus TBC di Indonesia per tahun 2016, meningkat dari tahun 2015 sebesar
330.729 kasus. Saat menderita penyakit TBC, dokter akan menyarankan untuk melakukan
beberapa pemeriksaan. Apa saja? Pertama, pemeriksaan darah untuk mendeteksi adanya
infeksi TB dengan ditemukan peningkatan sel darah putih dan laju endap darah.

Kemudian, dilakukan pemeriksaan dahak untuk menentukan adanya kuman TB. Dilanjutkan
tes tuberculin yang biasanya banyak dipakai untuk mendiagnosis TB pada anak. Terakhir,
dilakukan pemeriksaan rontgen dada atau tes radiologi untuk diagnosis TB.

Apabila telah dipastikan menderita TB, akan dilakukan pengobatan TB yang berlangsung
selama 6 – 8 bulan. Pengobatan terbagi dalam 2 tahap, tahap pertama disebut tahap awal / fase
intensif dimana obat diminum setiap hari selama 2 atau 3 bulan. Tahap kedua disebut fase
lanjutan, obat diminum 3 kali seminggu selama 4 atau 5 bulan.

TBC adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman TB dan dapat menular paling
mudah melalui udara. Meskipun saat ini sudah terdapat pengobatan yang efektif terhadap
penyakit TBC, namun penyakit ini dapat berdampak fatal hingga mematikan. Orang dapat lebih
mudah terinfeksi penyakit TBC dengan kondisi sistem kekebalan tubuh yang lemah dimana
orang tersebut kekurangan gizi, sudah berusia tua, dan terinfeksi HIV.

Untuk mencegah penyakit TBC, kita harus menjemur alat tidur yang kita gunakan seperti kasur,
bantal, bantal guling. Setiap pagi membuka jendela dan pintu agar udara dan sinar matahari
masuk. Makan makanan yang bergizi, tidak merokok dan minum minuman keras, dan harus
olahraga secara teratur.
Pasien yang terkena TBC harus menutup mulutnya pada waktu bersin dan batuk, tidak
membuang dahak di sembarang tempat tetapi dibuang pada tempat khusus dan tertutup. Dan
jangan lupa untuk minum obat secara lengkap dan teratur sampai sembuh.

Menjalankan perilaku hidup bersih dan sehat serta memiliki daya tahan tubuh yang kuat dapat
mencegah penularan penyakit TBC.

Tahukah kamu? TBC adalah infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh
bakteri Mycobacterium tuberculosis dan bisa diobati dengan antibiotik. Namun, berobat
saja tanpa memastikan asupan nutrisi yang baik tetap berisiko membuat penyakit susah
sembuh. Pasalnya, tubuh tidak memiliki cukup energi untuk mampu melawan infeksi tersebut
sepenuhnya.

Berikut ini merupakan nutrisi penting yang dibutuhkan oleh pengidap TBC:

1. Kalori alias energi adalah kebutuhan nutrisi untuk TBC yang paling penting dan wajib
dipenuhi. Meningkatkan asupan kalori akan membantu meningkatkan kekebalan tubuh
2. Protein juga dapat membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh Anda, sehingga
tubuh dapat melawan infeksi lebih baik
3. Vitamin dan mineral sangat dibutuhkan dalam jumlah banyak. Kekurangan vitamin dan
mineral dapat menyebabkan sistem kekebalan tubuh menurun
4. Seng mempunyai peranan penting dalam sistem kekebalan tubuh dalam melawan
infeksi dan juga radikal bebas. Pada penderita TBC ditemukan bahwa mereka
mempunyai kadar seng yang lebih rendah dalam tubuhnya dibandingkan dengan orang
yang tidak menderita TBC
5. Vitamin A, D, dan C diperlukan dalam fungsi limfosit T dan B, aktivitas makrofag, dan
respon antibodi. Kesemuanya itu merupakan bagian dari sistem kekebalan tubuh
6. Penderita TBC membutuhkan lebih banyak zat besi untuk mencegah anemia. Perlu
diketahui bahwa anemia sangat umum terjadi pada penderita TBC
7. Selenium juga memiliki peran penting dalam sistem kekebalan tubuh. Sehingga,
selenium juga menjadi salah satu nutrisi untuk TBC yang paling dibutuhkan

BEDA

TB Anak

TB salah satu penyebab kesakitan dan kematian yang sering pada anak. Anak lebih beresiko untuk menderita TB
berat seperti TB milier dan meningitis TB sehingga menyebabkan tingginya kesakitan dan kematian pada anak.
Anak sangat rentan terinfeksi TB terutama yang kontak erat dengan pasien TB BTA positif. Anak dengan infeksi
TB saat ini menunjukkan sumber penyakit TB di masa depan. Beban kasus TB Anak di dunia tidak diketahui
karena kurangnya alat diagnostik yang “child-friendly” dan tidak adekuatnya sistem pencatatan dan pelaporan
kasus TB Anak. Diperkirakan banyak anak menderita TB yang tidak mendapatkan penanganan yang benar. Lebih
dari 1 juta kasus baru TB Anak setiap tahun. Pada 2010, terdapat 10 juta anak menjadi yatim piatu akibat
orangtuanya meninggal karena TB.
Gejala TB pada anak tidak khas. Penurunan berat badan, lemah, letih. Lesu merupakan gejala utama TB pada
anak. Batuk pada anak jarang merupakan gejala utama TB pada anak. Pada anak dengan gejala utama batuk dan
atau anak dapat mengeluarkan dahak WAJIB diperiksa dahak mikroskopis SPS. Apabila terbukti anak dengan
BTA positif, maka anak tersebut termasuk sumber penularan bagi lingkungan di sekitarnya. Anak <3 tahun dan
dengan malnutrisi atau kondisi immunosupresan memiliki resiko paling tinggi untuk menderita TB. TB terutama
menyerang paru, tapi 20-30% TB pada anak menyerang organ lain. Bayi dan balita paling beresiko terkena TB
berat seperti meningitis TB yang mampu menyebabkan buta, tuli serta kelumpuhan

Situasi TB Anak di Indonesia Saat Ini

 Proporsi kasus TB Anak diantara semua kasus yang diobati di Indonesia dari 2007 sampai 2013
berkisar pada 7,9% sampai 12%. Angka ini masih berada pada batas normal proporsi kasus TB anak
diantara semua kasus.
 Proporsi kasus TB Anak diantara semua kasus TB yang diobati sangat bervariasi pada level Provinsi,
Kabupaten/Kota sampai Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Fasyankes).

 Dari grafik di atas menunjukkan bahwa beberapa provinsi memiliki proporsi kasus TB anak <5% dan
beberapa provinsi lain menunjukkan >15%
 Dari data tersebut menunjukkan kecenderungan adanya overdiagnosis, underdiagnosis maupun
underreported kasus TB Anak

Diagnosis TB Anak

Kendala utama dalam tatalaksana TB pada anak adalah penegakan diagnosis. Kesulitan menemukan kuman
penyebab pada TB anak menyebabkan penegakan diagnosis TB pada anak memerlukan kombinasi dari gambaran
klinis dan pemeriksaan penunjang yang relevan. Diagnosis pada Anak TIDAK BOLEH hanya berdasarkan pada
Foto Rontgen Dada

Pendekatan diagnosis TB pada Anak menggunakan Sistem Skoring yang disusun Kementerian Kesehatan bersama
dengan IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia). Sistem Skoring TB Anak merupakan pembobotan terhadap gejala,
tanda klinis dan pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan di Sarana Pelayanan Terbatas. Masing-masing
gejala pada sistem skoring harus dilakukan analisis untuk menentukan apakah termasuk dalam parameter sistem
skoring.

Sistem skoring untuk mendiagnosis TB Anak di Indonesia adalah sebagai berikut:

Parameter 0 1 2 3 Skor
Kontak TB tidak jelas – Laporan BTA (+)
keluarga,BTA (-)
/BTA tidak jelas/
tidak tahu
Ujituberkulin Negatif – – Positif (≥10 mm atau ≥5
(Mantoux) mm pada
imunokompromais)
Berat – BB/TB<90% atau Klinis gizi buruk atau –
Badan /Keadaan BB/U<80% BB/TB<70% atau
Gizi BB/U<60%
Demam yang tidak – ≥ 2 minggu – –
diketahui
penyebabnya
Batuk kronik – ≥ 3 minggu – –
Pembesaran kelenjar – ≥ 1cm, >1, tidak – –
limfe kolli, aksila, nyeri
inguinal
Pembengkakan – Ada – –
tulang/sendi pembengkakan
panggul,lutut, falang
Foto toraks Normal/kelainan Gambaran sugestif – –
tidak jelas TB
Skor Total

Tata Laksana TB Anak

Algoritma Tata Laksana TB Anak di Indonesia

Keterangan :

(*) Gejala TB anak sesuai dengan parameter sistem skoring

(**) Pertimbangan dokter untuk mendapatkan terapi TB anak pada skor < 6 bila ditemukan skor 5
yang terdiri dari kontak BTA positif disertai dengan 2 gejala klinis lainnya pada fasyankes yang tidak
tersedia uji tuberkulin.

 Pada anak yang pada evaluasi bulan ke-2 tidak menunjukkan perbaikan klinis sebaiknya diperiksa lebih
lanjut adanya kemungkinan faktor penyebab lain misalnya kesalahan diagnosis, adanya penyakit
penyerta, gizi buruk, TB MDR maupun kepatuhan berobat dari pasien. Apabila fasilitas memungkinkan,
pasien dirujuk ke RS. Yang dimaksud dengan perbaikan klinis adalah perbaikan gejala awal yang
ditemukan pada anak tersebut pada awal diagnosis.
 Anak dengan pembesaran kelenjar leher tidak selalu menderita TB Anak. Pertimbangkan kemungkinan
diagnosis yang lain misalnya infeksi leher, amandel, dan keganasan. Pembesaran kelenjar leher yang
mendukung gejala TB Anak bersifat tidak nyeri, multiple, diameter lebih dari 1 cm.
 Fasilitas Pelayanan Kesehatan dengan fasilitas terbatas (misalnya tidak terdapat Uji Tuberkulin, Rontgen
Dada) diperbolehkan untuk mendiagnosis menggunakan Sistem Skoring, apabila terdapat keraguan maka
dokter agar merujuk pasien ke fasyankes sekunder (RS, BKPM, BBKPM).
 Pemeriksaan tuberkulin dilakukan pada anak dengan gejala TB untuk melihat adanya infeksi TB pada
anak.
 Pemeriksaan tuberkulin menggunakan larutan Tuberkulin PPD RT 23 2TU
 Pemeriksaan tuberkulin dapat dilakukan di Puskesmas, Rumah Sakit, BKPM dan fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya.
 Hasil pemeriksaan tuberkulin dapat diketahui setelah 48-72 jam sejak penyuntikan.
 Larutan Tuberkulin yang sudah dibuka dapat digunakan sampai 1 bulan dengan memperhatikan cara
penyimpanan, masa kadaluarsa, tindakan aseptik dan antiseptik saat pengambilan. Catat tanggal
penggunaan larutan tuberkulin untuk pertama kalinya.
o Anak dengan hasil uji tuberkulin yang positif berarti anak tersebut terbukti terinfeksi TB. Untuk
membuktikan apakah anak sakit TB, dokter menggunakan pendekatan sistem skoring.
o Pemeriksaan serologis tidak diperbolehkan untuk diagnosis TB Paru maupun TB Ekstra Paru.
 Penyuntikan Tuberkulin disusun dalam jejaring Fasyankes dan Fasyankes Rujukan Tuberkulin.
Fasyankes Rujukan Tuberkulin dapat berupa Puskesmas, Rumah Sakit, BKPM/BBKPM. Fasyankes
Rujukan Tuberkulin menerima Rujukan dari Fasyankes untuk menyuntik tuberkulin.

Bagaimana melaksanakan Uji Tuberkulin

 Pemeriksaan tuberkulin dilakukan pada anak dengan gejala TB untuk melihat adanya infeksi TB pada
anak.
 Pemeriksaan tuberkulin menggunakan larutan Tuberkulin PPD RT 23 2TU
 Pemeriksaan tuberkulin dapat dilakukan di Puskesmas, Rumah Sakit, BKPM dan fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya.
 Hasil pemeriksaan tuberkulin dapat diketahui setelah 48-72 jam sejak penyuntikan.
 Larutan Tuberkulin yang sudah dibuka dapat digunakan sampai 1 bulan dengan memperhatikan cara
penyimpanan, masa kadaluarsa, tindakan aseptik dan antiseptik saat pengambilan. Catat tanggal
penggunaan larutan tuberkulin untuk pertama kalinya.
 Anak dengan hasil uji tuberkulin yang positif berarti anak tersebut terbukti terinfeksi TB. Untuk
membuktikan apakah anak sakit TB, dokter menggunakan pendekatan sistem skoring.
 Pemeriksaan serologis tidak diperbolehkan untuk diagnosis TB Paru maupun TB Ekstra Paru.
 Penyuntikan Tuberkulin disusun dalam jejaring Fasyankes dan Fasyankes Rujukan Tuberkulin.
Fasyankes Rujukan Tuberkulin dapat berupa Puskesmas, Rumah Sakit, BKPM/BBKPM. Fasyankes
Rujukan Tuberkulin menerima Rujukan dari Fasyankes untuk menyuntik tuberkulin.

Bagaimana mencegah terjadinya TB pada Anak?

 Anak sangat beresiko terkena TB terutama apabila terdapat kontak pasien TB menular (pasien dewasa
atau anak BTA positif).
 Dengan mengobati setiap pasien TB BTA positif secara benar, berarti juga mengurangi resiko terjadinya
TB pada Anak.
 Sistem imunitas pada anak juga mempengaruhi terjadinya infeksi atau sakit TB pada anak.
 Vaksinasi BCG tidak dapat mencegah terjadinya penyakit TB pada anak, tetapi dapat mencegah
timbulnya penyakit TB berat pada anak.

Apakah TB Anak dapat disembuhkan ?

TB Anak dapat disembuhkan. Pengobatan TB pada Anak membutuhkan waktu 6-12 bulan tergantung dari berat
atau ringannya penyakit.

Apakah TB pada anak dapat menular kepada anak yang lain?

Pada lokasi dengan banyak kasus TB anak, yang terjadi adalah terdapat kasus TB dewasa BTA positif yang belum
ditemukan dan diobati, sehingga menjadi sumber penularan ke anak yang tinggal berdekatan dengan pasien
tersebut. Sebagian orang tua menganggap hal ini adalah kasus TB pada anak yang menular ke anak yang lain.

Sebagian besar kasus TB pada anak tidak dapat menular ke anak yang lain, kecuali pada anak yang menderita
“adult type TB” atau TB tipe dewasa, yaitu TB pada anak dengan gambaran menyerupai TB pada dewasa dan
ditemukan BTA pada pemeriksaan dahak.

Tatalaksana TB Anak

 Penanganan pasien TB Anak terdiri dari pemberian terapi obat dan pemberian gizi yang adekuat
 Penyakit penyerta yang sering diderita anak juga harus ditatalaksana secara bersamaan
 Pemberian terapi obat terdiri dari pemberian Obat Anti TB (OAT) dan terapi pencegahan dengan INH
profilaksis.
 OAT diberikan dalam bentuk kombinasi minimal 3 macam obat dan diberikan setiap hari baik pada tahap
intensif maupun lanjutan.
 Obat dalam bentuk KDT (Kombinasi Dosis Tetap) harus diberikan secara utuh, tidak boleh dibelah atau
digerus. Obat dapat diberikan dengan cara ditelan secara utuh atau dilarutkan dengan air sesaat sebelum
diminum.
 Apabila obat diberikan dalam bentuk puyer, harus dibuat terpisah untuk masing-masing obat. Tidak
diperbolehkan mencampur beberapa macam obat dalam satu puyer.
 Apabila ada kenaikan berat badan pada Anak, maka dosis menyesuaikan dengan berat badan terakhir.
 Pada anak obesitas, dosis KDT sesuai dengan berat badan ideal sesuai dengan umur.
 OAT kategori Anak dalam bentuk KDT terdiri dari kombinasi INH, Rifampisin dan Pirazinamid masing-
masing 50mg, 75mg dan 150mg untuk fase intensif dan kombinasi INH dan Rifampisin masing-masing
50mg dan 75mg untuk fase lanjutan yang diberikan kepada anak sesuai dengan berat badan anak tersebut
 Terapi pencegahan dengan INH diberikan kepada anak Balita yang kontak dengan pasien TB BTA positif
tetapi tidak terinfeksi TB dan anak yang terinfeksi TB tetapi tidak sakit TB (profilaksis primer dan
sekunder)
 INH profilaksis diberikan dngan dosis 10mg/kgBB/hari selama 6 bulan
 Bukti adanya infeksi TB diperoleh dari hasil uji tuberkulin (Mantoux tes) yang positif yaitu munculnya
indurasi dengan diameter ≥ 10mm.

Integrasi TB Anak dalam Tim DOTS Rumah Sakit

 Semua kasus TB Anak di RS harus tercatat dalam program TB agar terjamin pemantauan pengobatannya.
 Bagian Anak di RS harus terlibat dalam Tim DOTS RS.
 Saat ini diperkirakan banyak kasus TB Anak yang tidak tercatat dan terlaporkan, akibatnya pemantauan
terhadap kasus tersebut tidak dapat dilakukan.

Fokus pada TB dan Kehamilan

 Wanita sangat rentan menderita TB selama kehamilan atau segera setelah melahirkan
 TB sering menjadi penyebab kematian pada kehamilan dan persalinan, terutama pada wanita dengan
HIV pos
 TB pada kehamilan meningkatkan resiko bayi lahir premature atau BBLR
 Sakit TB selama kehamilan meningkatkan resiko penularan baik TB maupun HIV kepada bayi

Kewaspadaan TB Resisten Obat pada anak

 Kasus TB resisten obat terutama TB MDR yang mulai meningkat di Indonesia menyebabkan resiko
terjadinya TB resisten obat pada anak.
 Kewaspadaan terjadinya TB resisten obat pada anak pada kondisi sebagai berikut:
o kontak dengan pasien terbukti TB MDR,
o kontak dengan pasien TB yang resiko tinggi terjadinya TB MDR misalnya pasien Kambuh,
Gagal, Default
o anak dengan riwayat pengobatan TB berulang
o anak yang tidak menunjukkan pebaikan klinis setelah 2-3 bulan terapi obat lini pertama
o Diagnosis dan tatalaksana TB MDR pada anak sesuai dengan dewasa.

Mengapa TB pada Anak terpinggirkan:

 Kesulitan mendiagnosis TB pada Anak. Anak sulit untuk berdahak, seandainya bisa berdahak belum
tentu TB pada Anak memberikan hasil BTA positif
 Belum diketahuinya beban masalah TB Anak di masyarakat
 TB Anak dianggap tidak menular, sehingga bukan prioritas pengendalian TB
 Ketersediaan dana
 Kebanyakan Anak yang terdampak TB adalah anak-anak miskin dengan kesulitan akses ke pelayanan
kesehatan

Upaya untuk “Menuju Nol Kematian Pada Anak Akibat TB”

Apa yang harus kita lakukan:


1. Mulai melihat TB pada anak merupakan bagian dari penyakit keluarga. Anak terinfeksi TB dari orangtua
atau keluarga yang tinggal serumah. Setiap kasus TB dewasa terutama BTA positif harus dilakukan
pemeriksaan kontak serumah, terutama anak di bawah 5 tahun. Anak yang sakit TB harus segera
didiagnosis dan diterapi OAT sedangkan anak tanpa sakit TB, baik terinfeksi maupun sehat yang kontak
serumah dengan pasien TB BTA positif harus diberikan terapi INH profilaksis.
2. Meningkatkan pelayanan TB dengan menjangkau semua masyarakat yang terdampak TB yaitu kaum
urban, pekerja migrant, tahanan dan kaum minoritas ethnic. Dengan cara ini kita juga dapat menjangkau
semua bayi dan anak yang terdampak TB
3. Prioritas utama untuk anak dengan HIV pos
4. Integrasi pelayanan kesehatan ibu dan anak, HIV dan TB secara bersama-sama

Anda mungkin juga menyukai