Anda di halaman 1dari 4

II.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Klasifikasi Ikan Gurame


Ikan gurame (Osphronemus gouramy) merupakan salah satu jenis ikan air tawar
yang biasa dibudidayakan oleh para pembudidaya dan merupakan ikan asli
Indonesia yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi.
Menurut Sitanggang dan Sarwono (2011), ikan gurami (Osphronemus gouramy
Lac.) diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Subkelas : Actinopterygii
Super Ordo : Perciformes
Ordo : Labyrinthici
Sub-Ordo : Anabantoidea
Famili : Anabantidae
Genus : Osphronemus
Spesies : Osphronemus gouramy Lac.

Gambar 1. Ikan Gurami (Osphronemus gouramy Lac.).


B. Morfologi Ikan Gurame
Menurut Amri dan Khairuman (2008) bentuk tubuh dari ikan gurami
(Osphronemus gouramy Lac.). agak panjang, tinggi, dan pipih ke samping. Mulut
berukuran kecil, miring, dan dapat disembulkan. Panjang maksimum ikan gurami
dapat mencapai 65 cm. Ikan gurami memiliki sisik berbentuk stenoid dan garis
lateral (garis gurat sisi) tunggal, lengkap dan tidak terputus, bentuk sirip ekor
membulat, dipangkal ekor terdapat titik bulat bewarna hitam.

Ikan gurami memiliki sepasang benang panjang yang berfungsi sebagai alat
peraba, yang merupakan modifikasi dari sirip perut. Warna badan umumnya biru
kehitam-hitaman, bagian perut berwarna putih, bagian punggung berwarna
kecoklatan. Warna tersebut akan berubah menjelang dewasa, yakni pada bagian
punggung berwarna kecoklatan dan pada bagian perut berwarna keperakan atau
kekuningan (Effendi, 2002).

C. Habitat dan Kebiasaan Makan


ikan gurami dapat hidup di perairan payau dengan kadar garam rendah, dan juga
menyukai perairan yang jernih. Ikan gurami hanya dapat hidup di kolam yang
tidak padat ditumbuhi tumbuhan air dan bersifat pemalas. Ikan gurami sangat
menyukai perairan yang tenang, sementara pada perairan berarus deras ikan
gurami tidak ditemui. Hal ini dibuktikan dengan mudahnya ikan gurami dipelihara
di kolam-kolam tergenang (Sitanggang dan Sarwono, 2011).

Ikan gurame merupakan ikan yang mengalami perubahan kebiasaan makan.


Aslamsyah (2008) menyatakan bahwa ikan gurame pada fase bulan pertama
kehidupannya merupakan ikan karnivora yaitu pemakan detritus. Fase remaja
kebiasaan makannya berubah menjadi omnivora (pemakan detritus dan dedaunan)
dan memasuki fase dewasa ikan gurame menjadi ikan dengan perubahan
kebiasaan makan ini menjadikan pertumbuhannya menjadi lambat.
D. Daun Singkong
Daun singkong merupakan bagian atas tanaman yang pada umumnya terdiri dari
daun dan tangkai/ ranting-ranting muda, jumlahnya berkisar 7% (daun) dan 12%
(ranting). Secara umum, semua bagian dari tanaman singkong dapat dimanfaatkan
sebagai pakan. Bagian tanaman singkong yang biasanya dimanfaatkan berupa
daun dan batang muda tanaman singkong. Antari dan Umiyasih (2009)
melaporkan bahwa protein kasar daun dan batang singkong adalah 12,76%; dan
6,17%.

Daun singkong memungkinkan dijadikan makanan ikan karena bila dilihat dari
nilai nutrisi kandungan proteinnya yang tinggi dengan cara dijadikan tepung daun
singkong sebagai campuran dalam pembuatan pellet. Menurut Sukarman (2012),
kandungan protein daun singkong berkisar 25 – 28%, lemak 7 – 13%; serat kasar
12 – 17%; kalsium 1,3 – 1,4%; fosfor 0,3%; lysin 2%; methionin 0,4%; dan
threonin 3%.

E. Bacillus clausii UG3


Kelemahan utama dari bahan pakan alternatif adalah tingginya kandungan serat
kasar. Serat kasar tidak dapat dicerna oleh ikan budidaya, oleh karena itu
diperlukan cara untuk menurunkan serat kasar. Kemampuan B. clausii UG3 dalam
menghidrolisis serat kasar daun singkong dan kemampuannya berperan sebagai
probiotik dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas daun singkong sebagai
bahan pakan ikan. (Mulyasari, 2017).
DAFTAR PUSTAKA

Amri, K., dan Khairuman. 2008. Buku Pintar Budidaya 15 Ikan Konsumsi.
Jakarta. Agro Media Pustaka.

Antari, R. dan U. Umiyasih. 2009. Pemanfaatan Tanaman Ubi Kayu dan


Limbahnya Secara Optimal Sebagai Pakan Ternak Ruminansia. Loka
Penelitian Sapi Potong, Pasuruan.

Aslamsyah, Siti. 2008. Kontribusi Mikroflora Dalam Saluran Pencernaan Ikan


Gurame (Osphronemus gouramy Lac) pada fase karnifora. Bogor :
Simposium Nasional Bioteknologi Akuakultur II.

Effendi, M. I. 2002. Biologi Perikanan. Yogyakarta. Yayasan Pustaka Nustama.

M. Sitanggang dan B. Sarwono. 2011. Budi Daya Gurami. Jakarta. Penebar


Swadaya.

Mulyasari.2017. Evaluasi Pemanfaatan Daun Singkong (Manihot utilissima) Hasil


Predigest Bacillus clausii UG3 Dalam Pakan Terhadap Performa
Perumbuhan Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Bogor. Institut Pertanian
Bogor.

Sukarman S. H. 2012. Daun Singkong Adalah Bahan Baku Protein Pakan yang
Murah dan Mudah didapat. Jakarta. Balai Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai