DISUSUN OLEH
NIA AYNUR ROHMA
IX 5
SMPN 5 DUMAI
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena hanya dengan
izin dan kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini, dengan judul
“Makalah tentang Teknik Pembenihan Ikan Gurame (Osphronemus
gouramy) ”.
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Subkelas : Actinopterygii
Ordo : Labyrinthici
Sub-ordo : Anabantoidea
Famili : Anabantidae
Genus : Osphronemus
Keterangan : a. mulut
b. operkulum
c. sirip dada
d. sirip perut
e. sirip anal
f. sirip ekor
g. sirip punggung
Berdasarkan Jangkaru (1998), pada dasar sirip dada ikan gurami betina
terdapat tanda sebuah lingkaran hitam, sedangkan pada ikan gurami jantan tidak ada.
Induk betina ditandai dengan bentuk kepala atas datar, ada bintik hitam pada kelopak
sirip dada dan rahang bawah tipis, sedangkan pada induk jantan memiliki benjolan di
atas kepala, tidak ada bintik hitam di kelopak sirip dada dan rahang bawahnya tebal.
Menurut Risky, Julius dan Prasetya (2011), ikan gurami jantan memiliki tutup insang
berwarna kekuningan, dasar sirip dada berwarna lebih putih, warna badan kemerahan,
dan hitam terang, serta gerakannya lebih lincah. Pada ikan gurami betina, tutup insang
berwarna putih kecoklatan, dengan dasar sirip dada berwarna kehitaman, warna badan
yang relatif lebih terang, dan gerakannya cenderung lamban.
Badan gurami pada umumnya berwarna biru kehitaman dan bagian perut
berwarna putih. Warna tersebut akan berubah menjelang dewasa, yakni pada bagian
punggung berwarna kecoklatan dan pada bagian perut berwarna keperakan atau
kekuningan. Jari-jari pertama sirip perut merupakan benang panjang yang berfungsi
sebagai alat peraba. Ujung sirip punggung dan sirip dubur dapat mencapai pangkal
ekor. Sirip ekor berbentuk busur. Pada dasar sirip dada ikan gurami betina terdapat
tanda berupa sebuah lingkaran hitam. (Jangkaru, 1998). Induk jantan ditandai dengan
benjolan di kepala bagian atas, rahang bawah tebal dan tidak adanya bintik hitam di
kelopak sirip dada. Sedangkan induk betina ditandai dengan bentuk kepala atas datar,
rahang bawah tipis dan adanya bintik hitam pada kelopak sirip dada. Untuk lebih
jelasnya, perbedaan ikan gurami jantan dan betina dapat dilihat pada gambar 2 dan 3
berikut.
Habitat asli gurami (Osphronemus gouramy Lac.) adalah perairan tawar yang
tenang dan tergenang seperti rawa dan sungai dengan kadar oksigen yang cukup dan
mutu air yang baik. Apabila dibudidayakan di daerah dataran rendah dengan
ketinggian 50–600 m dari permukaan laut ikan gurami akan berkembang dengan baik.
Ikan gurami juga akan menunjukkan pertumbuhan optimal apabila dikembangkan di
dataran dengan ketinggian 50-400 m dari permukaan laut dengan suhu 24-28 o
C
(Agri, 2011).
Menurut Bachtiar (2010), ikan gurami termasuk hewan omnivora, yakni pemakan
tumbuh-tumbuhan dan daging. Di habitat aslinya, jenis makanan gurami adalah
fitoplankton, zooplankton, serangga, dan daun tumbuhan lunak. Fitoplankton seperti
rotifera, insuforia, dan chlorella, dikonsumsi oleh gurami stadium larva. Sementara
zooplankton, seperti daphnia, cladocera, dan serangga, biasanya dikonsumsi gurami stadium benih,
dari yang berukuran biji oyong, gabah, hingga ukuran kuku jempol.
a. Pengeringan kolam
Kolam diisi air setinggi 70 – 100 cm karena gurami memang memiliki tubuh
yang lebar (tinggi). Gurami juga merupakan ikan yang hidup di perairan dasar (dalam)
dan suka bergerak secara vertikal (naik turun), kadang muncul ke permukaan dan
menyembulkan kepalanya ke atas permukaan air bila perairan miskin oksigen,
sehingga gurami memerlukan perairan yang airnya relatif dalam bagi pergerakannya
tersebut.
Kerangka sarang (sosog) dipasang pada pematang yang sepi, tidak banyak
orang berlalu-lalang agar induk gurami tidak terganggu, sedang bahan pembentuk
sarang dipasang tidak jauh dari sosog untuk memudahkan induk gurami membuat
sarangnya. Kerangka sarang dan bahan pembentuk sarang yang digunakan dapat dilihat
pada gambar 3 :
a b
Sendjaya dan Rizki ( 2002 ) menyebutkan bahwa induk gurami akan membuat
sarangnya sendiri untuk meletakkan telurnya, sehingga petani atau pembudidaya ikan
harus mempersiapkan bahan yang dapat dijadikan sarang oleh induk gurami pada
kolam pemijahan. Kerangka sarang (sosog) dibuat dari bambu yang dianyam berbentuk
kerucut. Sosog dipasang dengan cara menancapkan tangkainya pada pematang kolam.
Posisi sosog yang baik adalah terendam air sedalam 10 – 30 cm, untuk
memudahkan pengawasan dan pemanenannya. Selain itu juga untuk menjaga agar telur
yang berada dalam sarang tidak terlalu banyak terkena partikel lumpur. Satu ekor
induk betina, biasanya hanya membutuhkan satu sarang untuk meletakkan telur, namun
dalam kolam pemijahan sebaiknya dipasang 3 – 4 buah kerangka sarang (sosog) agar
induk gurami mudah menentukan pilihannya. Tidak jauh dari sosog, dibuat para- para
dari bambu untuk meletakkan ijuk, sabut kelapa atau bahan sejenis yang dapat
dijadikan sarang oleh induk gurami.
Menurut Khairuman dan Amri (2003), sarang untuk meletakkan telur sebaiknya
berupa sarang buatan, yaitu sosog yang telah dibuat kemudian ke dalamnya
dimasukkan bahan sarang yang disusun menyerupai sarang burung sehingga induk
jantan tinggal memperbaiki sarang tersebut. Hal ini dimaksudkan agar induk jantan
lebih cepat dalam membuat sarangnya sehingga waktu yang ada dapat digunakan oleh
induk jantan untuk memikat induk betina dan diharapkan dapat mempercepat proses
pemijahan.
Gurami yang akan dijadikan induk berumur kurang lebih 4 tahun dengan berat
2 – 3 kg untuk jantan, dan umur minimal 3 tahun dengan berat 2– 2,5 kg untuk betina
(Sendjaya dan Rizki , 2002). Sedang menurut Khairuman dan Amri (2003), bobot
gurami yang pantas untuk dijadikan induk adalah 1,5 – 2 kg/ekor. Masa produksi
optimal induk betina berlangsung selama 5 – 7 tahun. Semakin tua umur induk gurami,
jumlah telur yang dihasilkan semakin menurun, tetapi kualitas telurnya semakin baik.
Ciri-ciri fisik induk jantan dan betina pada ikan gurami menurut Sendjaya dan Rizki
(2002) dapat dilihat pada tabel 1 berikut :
a. Kriteria kualitatif
Asal : hasil pembesaran benih sebar yang berasal dari induk ikan kelas induk
dasar.
Kesehatan : anggota atau organ tubuh lengkap, tubuh tidak cacat dan tidak ada
kelainan bentuk, alat kelamin tidak cacat (rusak), tubuh bebas dari jasad
patogen, insang bersih, tubuh tidak bengkak/memar dan tidak berlumut, tutup
insang normal dan tubuh berlendir.
b. Kriteria kuantitatif
Kriteria kuantitatif sifat reproduksi dapat dilihat pada tabel 2 berikut:
Tabel 2. Kriteria kuantitatif induk siap dipijahkan
Jenis Kelamin
Jantan Betina
Kriteria Satuan
1. Umur Bulan 24 – 30 30 – 36
2. Panjang standar Cm 30 – 35 30 – 35
Habitat asli ikan gurami adalah rawa di dataran rendah yang berair dalam.
Salah satu faktor yang membedakan antara dataran rendah dan tinggi adalah suhu
airnya. Berkaitan dengan suhu, ikan gurami akan tumbuh dengan baik pada suhu 25 –
28 º C. Ikan gurami sangat peka terhadap suhu rendah sehingga jika dipelihara dalam
air dengan suhu kurang dari 15 º C, ikan ini tidak berkembang dengan baik ( Jangkaru,
1998 ).
3.3 Pemijahan
Induk dapat dipelihara pada kolam tembok/ tanah, baik secara massal maupun
berpasangan dengan sistem sekat. Kolam pemeliharaan induk sekaligus berfungsi
untuk kolam pemijahan dengan kepadatan penebaran 1 ekor/m2. Untuk kegiatan
pemijahan dapat menggunakan perbandingan induk jantan : betina = 1 : 3-4. Pakan
yang diberikan berupa pelet terapung (kadar protein ± 28% sebanyak 2% biomass/hari
dan daun sente/talas sebanyak 5% bobot biomass/hari.
Induk gurami akan melakukan pemijahan jika kedua induk siap dan kondisi
memungkinkan. Induk jantan akan mencari tempat yang aman dan tenang untuk membuat
sarang sebagai tempat menyimpan telur, dengan memungut bahan sarang (ijuk, sabut
kelapa dll) yang telah dipersiapkan di atas permukaan kolam.
Selanjutnya Sendjaya dan Rizki ( 2002 ) menyatakan, bila sarang sudah siap,
induk yang akan memijah saling berkejar-kejaran dan induk betina akan mengeluarkan
telur dalam sarang, kemudian akan dibuahi oleh induk jantan. Sarang yang telah berisi
telur dapat ditandai bila pada permukaan air di atas sarang terdapat lapisan minyak,
atau dengan cara menusuk sarang dengan lidi. Jika lidi yang ditusukkan mengandung
minyak, atau muncul minyak dari dalam sarang ke permukaan air, maka bisa
dipastikan sarang tersebut telah berisi telur. Lapisan minyak tersebut berasal dari telur-
telur yang pecah. Selain itu sarang yang telah berisi telur biasanya tertutup bahan
sarang ( ijuk ) yang dibuat oleh induk jantan, dan induk jantan akan menjaga sarang
tersebut. Sarang yang telah berisi telur dipindahkan ke dalam baskom atau ember
untuk diambil telurnya dan selanjutnya memindahkan telur ke tempat penetasan.
3.4 Penetasan Telur dan Pemeliharaan Larva
Bila sudah dipastikan bahwa sarang sudah berisi telur, maka sarang dapat
dipanen untuk dipindahkan ke tempat penetasan telur. Panen dilakukan dengan
mengangkat sarang secara hati-hati ke dalam ember yang berisi air kolam. Penggunaan
air kolam dimaksudkan agar kondisi air tidak berubah (sama) untuk mengurangi
kematian telur. Penggunaan air yang diambil dari luar kolam dikhawatirkan akan
memiliki suhu dan pH yang berbeda dengan tempat sarangnya sehingga faktor
lingkungan yang fluktuatif dapat mengakibatkan kematian telur ikan (dapat dilihat
pada Gambar 6A).
Untuk membedakan telur yang hidup dan mati dapat dilihat dari warnanya.
Telur yang hidup berwarna kuning cerah bening atau transparan, telur yag mati/rusak
berwarna kusam, kuning muda agak keputih-putihan. Telur mengalami kematian
karena tidak dibuahi. Telur tersebut dengan cepat diserang cendawan berwarna putih
yang disebut Saprolegnia. Setelah terserang, telur mati akan membusuk dan akan
mengganggu perkembangan telur yang hidup ( dapat dilihat pada Gambar 6B).
Telur-telur yang rusak dan mati dibuang, kemudian telur yang hidup
diletakkan pada wadah penetasan yang sebelumnya telur telah dihitung jumlahnya
(dapat dilihat pada Gambar 6C). Wadah penetasan yang digunakan bisa berupa bak-
bak atau ember plastik bervolume 20 liter, paso berdiameter 50 cm yang terbuat dari
tanah liat, atau akuarium dengan ukuran 100 x 50 x 40 cm. Kepadatan telur 150-175
butir per liter. Wadah penetasan ini telah dipersiapkan 1-2 hari sebelumnya dengan
diisi air kolam dan air bersih. Ketinggian air disarankan sekitar 20 cm, kemudian
diberi larutan methylene blue sebanyak 1 cc/ liter untuk mensucihamakan air di wadah
penetasan. Sehari sebelum telur dimasukkan, air dalam bak penetasan diaerasi terlebih
dahulu agar cukup mengandung oksigen. Telur akan menetas dalam waktu 30 – 36
jam.
B
Setelah telur menetas, terbentuk larva yang masih mempunyai kantong kuning
telur. Kuning telur akan habis 10 - 12 hari kemudian dan pada saat itulah larva mulai
membutuhkan pakan yang disesuaikan dengan bukaan mulut ikan. Untuk pertama kali,
pakan alami sangat baik diberikan pada larva. Fitoplankton dan zooplankton
merupakan pakan alami yang dapat diperoleh dengan cara memupuk kolam dengan
pupuk kandang, misalnya kotoran ayam pedaging. Pakan selanjutnya yang diberikan
pada larva adalah cacing sutera, dapat pula diberikan pelet yang dihaluskan, agar
ukurannya sesuai dengan bukaan mulut ikan. Menurut Khairuman dan Amri (2003)
tingkat penetasan telur dalam wadah terkontrol ( akuarium ) bisa mencapai 90 %
(dapat dilihat pada Gambar 6D).
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan laporan yang saya buat ini dapat disimpulkan bahwa ikan gurame
memiliki 6 macam varieteas atau strain berdasarkan daya produksi telur, kecepatan
tumbuh, ukuran/bobot maksimal gurame dewasa. Masing-masing adalah Angsa (soang,
geese, gourami), Jepun (jepang,jeponica), Blausafir, Paris, Bastar (pedaging) dan
Porselan. Berdasarkan warna terdapat warna hitam, albino (putih) dan belang. Dan
kehidupan organisme akuatik termasuk ikan sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan
seperti suhu, oksigen terlarut, karbondioksida bebas, derajat keasaman (pH), dan salinitas.
Oleh karena itu, faktor-faktor tersebut harus dikendalikan dalam hal budidaya. Dan pakan
tambahan dari ikan gurame yaitu pellet, keong mas dan serangga. Dan juga penyakit pada
ikan gurame yaitu bintik putih (white spot) yang disebabkan jenis protozoa lchtyopthirius
yang menyerang benih dan induk ikan gurame.
B. Saran
Semoga laporan paper yang sangat sederhana ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Dan tidak lupa kami berharap laporan paper ini memberikan sedikit gambaran kepada
taruna, tentang bagaimana teknik pembenihan ikan gurami.