Anda di halaman 1dari 21

YESUS KRISTUS ADALAH PENGHARAPAN KITA :

YESAYA 8:21-9:6

I) Dunia dan pengharapan.

Sebagian dari text yang kita baca mula-mula menunjukkan keadaan menderita dan tanpa
harapan.

· Yesaya 8:21 - ‘lalu lalang’.

NIV: ‘roam through the land’ (= mengembara melalui / di seluruh negeri itu).

Ini menunjukkan bahwa mereka mengembara tanpa tempat tinggal. Tuhan menjanjikan
negeri itu sebagai milik pusaka mereka, tetapi karena dosa maka Tuhan menghukum mereka
sehingga harus mengembara tanpa tempat tinggal.

· Yesaya 8:21 - mereka melarat dan lapar dan mengutuki raja dan Allahnya..

Calvin mengatakan bahwa ‘Allah’ di sini menunjuk kepada dewa-dewa / berhala mereka.
Tadinya mereka mempunyai keyakinan kepada raja maupun dewa mereka, tetapi sekarang
mereka mengutukinya. Ini langkah awal menuju pertobatan.

Tetapi E. J. Young mengatakan bahwa ‘Allah’ di sini betul-betul menunjuk kepada Allah.
Jadi pada waktu mereka dihukum dengan penderitaan, mereka justru menjadi marah kepada
Allah dan mengutukinya.
· Yesaya 8:22 - mereka melihat ke langit / ke atas dan ke bawah / ke bumi, tetapi yang ada
hanya kesesakan, kegelapan, kesuraman yang menghimpit.

· Yesaya 8:23 - ‘kesuraman’, ‘negeri yang terimpit’, ‘Tuhan merendahkan tanah Zebulon dan
tanah Naftali’.

· Yesaya 9:1 - ‘berjalan dalam kegelapan’, ‘diam di negeri kekelaman’.

· Yesaya 9:3 - ‘kuk yang menekannya’, ‘gandar (NIV: ‘bar’; NASB: ‘staff’) yang di atas
bahunya’, ‘tongkat si penindas’.

Sebetulnya keadaan tanpa harapan ini berlaku bukan hanya atas Israel, tetapi atas seluruh
dunia.

Pengharapan yang saya maksud adalah yang bersifat rohani dan kekal, yaitu pengharapan
akan pengampunan dosa, damai dengan Allah, masuk surga, bebas dari hukuman dsb.

1) Dalam dunia ini ada orang-orang yang secara duniawi merasa tidak punya harapan atau
dianggap tidak mempunyai harapan.

Misalnya:

· orang miskin, bodoh, tak berpendidikan.

· orang yang mengalami problem berat, seperti dikeluarkan dari pekerjaan, problem rumah
tangga, dsb.

· orang yang mempunyai penyakit yang tidak mungkin sembuh.

2) Dalam dunia ini ada orang yang merasa mempunyai harapan atau dianggap mempunyai
harapan.

Misalnya:
· seorang yang pandai / berIQ tinggi, yang sekolahnya hebat, selalu juara dsb.

· seorang yang bisnisnya hebat, atau yang sekalipun belum hebat tetapi prospek bisnisnya
bagus.

· seorang yang mempunyai jabatan tinggi.

Orang-orang seperti ini dianggap mempunyai ‘masa depan cerah’, tetapi sebetulnya ini
hanyalah pengharapan duniawi yang semu, palsu, dan sementara, dan karenanya sebetulnya
sama dengan tidak ada pengharapan.

Banyak orang ditipu oleh pengharapan duniawi yang semu / palsu dan sementara ini,
sehingga mereka lalu berjuang mati-matian untuk bisa mempunyai gelar, kedudukan / jabatan
tinggi, kekayaan, dsb!

Untuk membuktikan bahwa orang yang seperti ini tidak mempunyai harapan, sebetulnya
gampang sekali. Mula-mula tanyakan: apa yang sekarang ini kamu kejar / usahakan? Belajar
mati-matian supaya bisa punya gelar yang tinggi. Lalu? Setelah lulus dan mempunyai gelar
tinggi, saya akan bekerja. Lalu? Saya mempunyai bisnis yang hebat, yang menghasilkan
banyak uang. Lalu? Saya menjadi kaya, lalu membeli rumah, mobil, lalu menikah, punya
keluarga yang bahagia, menyekolahkan anak dsb. Lalu? Ya, saya menjadi tua? Lalu? Ya
akhirnya saya akan mati. Lalu?

Pengharapan apa yang bisa diberikan oleh hal-hal itu pada saat saudara mati dan harus
menghadap tahta pengadilan Allah? Amsal 11:4 berkata: “Pada hari kemurkaan harta tidak
berguna, tetapi kebenaran melepaskan orang dari maut”.

Bandingkan semua ini dengan:

· Lukas 12:16-21 - perumpamaan tentang orang kaya yang bodoh.

· Bandingkan dengan kitab Pengkhotbah: ‘segala sesuatu adalah kesia-siaan dan usaha
menjaring angin; memang tak ada keuntungan di bawah matahari’ (Pengkhotbah 2:11b).
· 1Yohanes 2:17 - ‘dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya’.

3) Dalam dunia ini ada orang yang mempunyai agama tertentu (non Kristen), yang berharap
akan masuk surga.

Dari sudut agamanya sendiri tidak ada kepastian masuk surga, dan dari sudut kristen / Kitab
Suci kita, ia bahkan pasti masuk neraka, karena tanpa Kristus tidak ada orang sampai kepada
Bapa / Surga (Yohanes 14:6).

Kesimpulan: dunia ini tidak mempunyai pengharapan! Mengapa semua ini terjadi? Waktu
Tuhan menciptakan Adam dan Hawa, dalam Kejadian 1:31 dikatakan ‘sungguh amat baik’.
Manusia tidak mempunyai penderitaan, bersekutu dengan Tuhan, juga Adam dan Hawa
mempunyai hubungan yang baik. Tetapi Kej 3 lalu menceritakan bahwa dosa masuk ke
dalam dunia. Apa yang diakibatkan oleh hal itu?

· Manusia putus hubungan dengan Allah.

· Terjadi pertengkaran antar manusia. Adam melemparkan kesalahan kepada Hawa, yang
tentunya menyebabkan Hawa jengkel. Kain membunuh Habil dsb.

· Penderitaan masuk ke dalam dunia, baik penderitaan batin (takut, gelisah, dsb) maupun fisik
(penyakit, kemiskinan dsb).

· Kematian.
II) Yesus Kristus adalah pengharapan kita

Sekarang mari kita kembali kepada text khotbah hari ini. Text ini bukan hanya
menggambarkan keadaan orang yang menderita dan tidak mempunyai pengharapan, tetapi
juga menunjukkan bahwa keadaan lalu berbalik.

· Yesaya 8:23a - ‘Tetapi tidak selamanya akan ada kesuraman’.

· Yesaya 8:23b - ‘Kalau dahulu TUHAN merendahkan tanah Zebulon dan tanah Naftali,
maka di kemudian hari Ia akan memuliakan jalan ke laut, daerah seberang sungai Yordan,
wilayah bangsa-bangsa lain’. Jangan pusingkan istilah ‘jalan ke laut’ dsb. Pokoknya ini
adalah wilayah yang sama, yang tadinya direndahkan tetapi sekarang dimuliakan.

· Yesaya 9:1 - ‘Bangsa yang berjalan di dalam kegelapan telah melihat terang yang besar;
mereka yang diam di negeri kekelaman, atasnya terang telah bersinar’.

· Yesaya 9:2 - ‘Engkau telah menimbulkan banyak sorak-sorak, dan sukacita yang besar;
mereka telah bersukacita di hadapanMu, seperti sukacita di waktu panen, seperti orang
bersorak-sorak di waktu membagi-bagi jarahan’.

· Yesaya 9:3 - ‘kuk yang menekannya dan gandar yang di atas bahunya serta tongkat si
penindas, telah Kaupatahkan ...’.

· Yesaya 9:4 menunjukkan bahwa semua peralatan perang dimusnahkan, dan ini
menunjukkan adanya damai.

Mengapa keadaan penderitaan dan tanpa harapan itu bisa berbalik? Jawabnya ada dalam
Yesaya 9:5 - ‘Karena seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan
untuk kita’. Ini jelas menunjuk pada kelahiran Yesus. Jadi, Natal / kelahiran Yesus
memberikan pengharapan.

Catatan: Kitab Suci Indonesia benar dengan menterjemahkan ke dalam bentuk lampau (‘telah
lahir’ dan ‘telah diberikan’). Ini memang merupakan suatu nubuat, tetapi untuk menunjukkan
kepastian terjadinya hal itu, maka digunakan bentuk lampau.

E. J. Young: “He speaks of the birth as though it had already occurred, even though from his
standpoint it was yet to take place in the future” (= Ia berbicara tentang kelahiran itu seakan-
akan itu telah terjadi, sekalipun dari sudut pandangnya itu masih akan terjadi di masa yang
akan datang) - hal 329.

Pada waktu manusia pertama kali jatuh ke dalam dosa, Tuhan memberikan suatu janji dalam
Kej 3:15, yang memberikan pengharapan. Mesias ini dinanti-nantikan selama ribuan tahun
oleh orang Yahudi, lalu datang pada Natal yang pertama, sekitar 2000 tahun yang lalu. Tetapi
Yesus lalu ditangkap dan mati disalib. Sepertinya pengharapan yang tadinya muncul lalu
hilang lagi. Tetapi tidak demikian, karena Ia lalu bangkit dari antara orang mati. Jadi kalau
dikatakan bahwa Natal memberikan pengharapan, ingat bahwa Natal tidak bisa dipisahkan
dari Jum’at Agung dan Paskah. Mengapa? Karena tadi sudah kita lihat bahwa dosalah yang
menyebabkan semua kekacauan, penderitaan, dan keadaan tanpa harapan ini. Jadi dosa itu
harus dibereskan. Tetapi upah dosa itu maut (Roma 6:23 Kejadian 2:16-17), sedangkan Allah
tidak bisa mati. Jadi Allah harus menjadi manusia, dan itu yang terjadi pada Natal yang
pertama, sekitar 2000 tahun yang lalu. Yesus memang datang dengan tujuan untuk mati
menebus dosa kita. Tetapi setelah Ia mati, Ia lalu bangkit dan menunjukkan kemenanganNya
atas setan, dosa dan maut. Melalui semua itu Ia membereskan dosa dan menyediakan
pengharapan dan keselamatan bagi manusia.

Karena itulah Kitab Suci menyebut Kristus sebagai pengharapan kita.

· 1Timotius 1:1 - “Dari Paulus, rasul Kristus Yesus menurut perintah Allah, Juruselamat kita,
dan Kristus Yesus, dasar pengharapan kita”.

Catatan: kata ‘dasar’ seharusnya tidak ada.

· Kolose 1:27b - “Kristus ada di tengah-tengah kamu, Kristus yang adalah pengharapan akan
kemuliaan”.

Catatan: ‘di tengah-tengah kamu’ seharusnya adalah ‘di dalam kamu’.

Kata ‘kemuliaan’ tentu tidak menunjuk pada kemuliaan duniawi, tetapi menunjuk pada
kemuliaan di sorga. Ada orang yang ikut Kristus hanya untuk hal-hal duniawi seperti
kekayaan, kesembuhan dari penyakit jasmani, bebas dari problem dsb. Tetapi Paulus berkata
dalam 1Korintus 15:19 - “Jikalau kita hanya dalam hidup ini saja menaruh pengharapan pada
Kristus, maka kita adalah orang-orang yang paling malang dari segala manusia”.

Kalau 2 ayat di atas ini kita perhatikan dengan seksama, maka kita akan melihat bahwa tidak
dikatakan bahwa ‘Kristus membawa / memberikan pengharapan’, tetapi dikatakan bahwa
‘Kristus adalah pengharapan’. Kalau dikatakan bahwa ‘Kristus membawa / memberikan
pengharapan’, maka bisa saja kita menerima pengharapannya tetapi menolak Kristusnya.
Tetapi kalau dikatakan bahwa ‘Kristus adalah pengharapan’, maka itu berarti bahwa
menerima Kristus berarti menerima pengharapan dan menolak Kristus berarti menolak
pengharapan.

Dalam suatu buku Saat Teduh ada suatu cerita sebagai berikut:

Seorang pendeta tertidur di ruang kerjanya, pada pagi hari, di suatu hari Natal, dan ia
bermimpi tentang dunia dimana Yesus tidak pernah datang. Dalam mimpinya, ia melihat-
lihat dalam rumahnya, dan ia tidak menjumpai hiasan-hiasan Natal. Ia lalu berjalan-jalan di
jalan raya, tetapi tidak ada gereja-gereja. Ia kembali ke ruang belajarnya dan ia menjumpai
bahwa semua buku-buku tentang Juruselamat sudah hilang. Tiba-tiba ada bel, dan seorang
utusan memintanya untuk mengunjungi seorang ibu yang sedang sekarat. Ia cepat-cepat pergi
ke rumah itu, dan ia berkata kepada anak dari ibu yang sedang sekarat itu: “Aku mempunyai
sesuatu disini yang akan menghibur kamu”. Ia membuka Alkitabnya untuk mencari ayat-ayat
hiburan yang sudah biasa ia gunakan, tetapi Alkitabnya berhenti pada Maleakhi, dan di sana
tidak ada Injil maupun janji tentang pengharapan dan keselamatan dan ia hanya bisa
menundukkan kepalanya dan menangis bersama anak itu di dalam keputusasaan yang pahit.
Dua hari setelah itu, ia berdiri di sebelah peti mati ibu itu dan memimpin kebaktian
penguburan, tetapi disana tidak ada berita penghiburan, tidak ada firman tentang kebangkitan
yang mulia, tidak ada surga yang terbuka, tetapi hanya ada “engkau debu dan engkau akan
kembali menjadi debu” dan suatu perpisahan yang panjang dan kekal. Akhirnya ia menyadari
bahwa Kristus tidak datang, dan ia menangis dengan pahit dalam mimpinya yang
menyedihkan itu. Tiba-tiba ia terbangun, dan ia mendengar nyanyian Natal dari paduan suara
gereja yang membuatnya sadar bahwa sebetulnya Kristus sudah datang! - ‘Streams in the
Desert’, vol I, tgl 25 Desember.

A. F. Wells: “Take Christ out of Christmas, and December becomes the bleakest and most
colorless month of the year” (= Ambillah / buanglah Kristus dari Natal, dan Desember
menjadi bulan yang paling suram dan paling tak berwarna dalam sepanjang tahun) - ‘The
Encyclopedia of Religious Quotation’, hal 116.

Puji Tuhan karena Natal itu ada! Puji Tuhan karena Kristus sudah datang! Banyak orang
mempersoalkan tanggal kelahiran, tempat kelahiran dari Kristus. Semua itu memang tidak
diketahui dan tidak penting. Yang penting adalah fakta bahwa Kristus sudah datang, sebagai
pengharapan bagi manusia, termasuk bagi saudara dan saya.
III) Tanggapan apa yang harus kita berikan?

1) Sadarilah bahwa saudara adalah orang berdosa, yang membutuhkan Kristus sebagai
Juruselamat / Penebus dosa.

Kalau saudara merasa diri baik, saudara tidak akan merasa butuh seorang Juruselamat /
Penebus, dan Kristus juga tidak datang untuk saudara (Matius 9:12-13).

Ada seorang yang berkata:

“There is more hope for a self-convicted sinner than there is for a self-conceited saint” (=
Ada lebih banyak harapan untuk orang berdosa yang sadar akan dosanya sendiri dari pada
untuk orang kudus / suci yang menipu dirinya sendiri) - ‘The Encyclopedia of Religious
Quotation’, hal 345.

Charles Haddon Spurgeon: “Nothing is more deadly than self-righteousness” (= Tidak ada
yang lebih mematikan dari perasaan / anggapan bahwa diri sendiri itu benar) - ‘Morning and
Evening’, September 29, morning.

Dalam membahas 1Yohanes 1:8-10 William Barclay berkata:

“Any number of people do not really believe that they have sinned and rather resent being
called sinners. Their mistake is that they think of sin as the kind of thing which gets into the
newspapers” (= Banyak orang tidak sungguh-sungguh percaya bahwa mereka telah berbuat
dosa dan tersinggung / marah pada waktu disebut sebagai orang berdosa. Kesalahan mereka
adalah bahwa mereka menganggap dosa sebagai hal-hal yang dimasukkan ke surat kabar) -
hal 33.

Kata dosa dalam 1Yohanes 1:8,9,10 adalah HAMARTIA, yang arti hurufiahnya adalah ‘a
missing of the target’ (= suatu keluputan dari sasaran). Luputnya sedikit atau banyak, itu tetap
namanya dosa. Sasaran seharusnya adalah Kitab Suci. Jadi kalau hidup kita tidak sesuai
dengan Kitab Suci, apakah tidak sesuainya sedikit atau banyak, itu tetap adalah dosa.

Dalam arti seperti ini, tidak ada orang yang tidak berdosa (kecuali Kristusnya sendiri).
2) Percayalah kepada Kristus sebagai Juruselamat / Penebus dosa saudara.

Tidak cukup hanya sadar bahwa diri saudara adalah orang berdosa, tidak cukup bagi saudara
untuk sekedar tahu / mengerti secara intelektual bahwa Yesus adalah Juruselamat dosa.

Saudara harus datang kepada Juruselamat dunia satu-satunya, yaitu Yesus Kristus, dan
percaya kepada Dia sebagai Juruselamat dosa saudara dengan segenap hati saudara.

Ada seorang yang berkata:

“Christmas began in the heart of God. It is complete only when it reaches the heart of man”
(= Natal dimulai dalam hati Allah. Itu lengkap / sempurna hanya pada waktu itu mencapai
hati manusia) - ‘The Encyclopedia of Religious Quotation’, hal 113.

Kalau saudara percaya kepada Dia, maka saudara mendapatkan pengampunan dosa,
perdamaian dengan Allah, keselamatan, dan saudara mempunyai pengharapan bahwa suatu
saat kelak saudara akan masuk ke surga, dan terbebas dari segala penderitaan dan problem
yang saudara alami di dunia ini / dalam hidup ini.

Kalau saya katakan ‘pengharapan’ itu bukan sekedar kemungkinan. Pengharapan kristen
adalah sesuatu yang pasti, karena dilandasi oleh janji Tuhan. Janji apa / yang mana?

Yohanes 3:16 - “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah
mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak
binasa, tetapi beroleh hidup yang kekal”.

Pengharapan seperti ini bisa dimiliki oleh setiap orang, yang bagaimanapun jahatnya, dan
bahkan pada saat hampir mati.

Penjahat yang mau mati di salib kelihatannya sudah tidak ada harapan. Ia adalah orang yang
sangat jahat, dan ia hampir mati. Tetapi ia lalu datang kepada Kristus, dan berharap kepada
Kristus. Ia berkata: “Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja” (Lukas
23:42). Dan Yesus menjawab: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau
akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus” (Lukas 23:43).

BACA JUGA: PENGHARAPAN DAN KEPASTIAN KESELAMATAN (IBRANI 6:19-20,


YOHANES 14:1-6)

Tetapi jangan menjadi ‘orang pinter’ dengan berpikir lebih baik sekarang hidup dalam dosa,
dan kalau mau mati baru bertobat dan percaya kepada Kristus. Mengapa? Karena saudara
tidak tahu kapan maut itu akan datang. Bagaimana kalau maut datang dengan mendadak
sehingga tak ada kesempatan untuk bertobat? Dan sekalipun maut tidak datang secara
mendadak, jangan kira gampang untuk percaya / bertobat pada saat terakhir. Yes 55:6 -
“Carilah TUHAN selama Ia berkenan ditemui; berseru-lah kepadaNya selama Ia dekat!”.

J. C. Ryle: “I know that people are fond of talking about deathbed evidences. They will rest
on words spoken in the hour of fear and pain and weakness, as if they might take comfort in
them about the friends they lose. But I am afraid in ninety-nine cases out of a hundred such
evidences are not to be depended on. I suspect that, with rare exceptions, men die just as they
have lived” (= Saya tahu bahwa banyak orang senang membicarakan bukti-bukti ranjang
kematian. Mereka bersandar pada kata-kata yang diucapkan pada saat ketakutan dan sakit dan
kelemahan, seakan-akan mereka bisa mendapatkan hiburan dalam kata-kata itu tentang
sahabat mereka yang hilang / mati. Tetapi saya takut / kuatir bahwa 99 kasus dari 100 bukti-
bukti seperti itu tidak bisa diandalkan. Saya menduga bahwa dengan perkecualian yang
sangat jarang, orang mati sama seperti mereka telah hidup) - ‘Holiness’, hal 40.

Kitab Suci juga mengatakan bahwa kalau saudara menolak / mengabaikan Kristus, dan
karenanya tidak mempunyai Kristus, saudara tidak mempunyai harapan. Dengan kata lain
saudara akan dihukum selama-lamanya di dalam neraka.

Efesus 2:12 - “bahwa waktu itu kamu tanpa Kristus, tidak termasuk kewargaan Israel dan
tidak mendapat bagian dalam ketentuan-ketentuan yang dijan-jikan, tanpa pengharapan dan
tanpa Allah di dalam dunia”.

Orang kafir disebut ‘tanpa Kristus’, ‘tanpa pengharapan’, dan ‘tanpa Allah’.
Memang ‘tanpa Kristus’ sama dengan ‘tanpa Allah’ (1Yohanes 2:23), dan karena itu jelas
juga sama dengan ‘tanpa pengharapan’.

Mengomentari Efesus 2:12 ini Calvin berkata:

“for him that is without Christ, there remains nothing but destruction” (= untuk dia yang
tanpa Kristus, tidak ada yang tertinggal / tersisa selain penghancuran / pembinasaan) - hal
233.

Ada seseorang yang berkata:

“Life with Christ is an endless hope, without Him a hopeless end” (= Hidup dengan Kristus
adalah pengharapan yang tidak ada akhirnya, tanpa Dia suatu akhir tanpa harapan) - ‘The
Encyclopedia of Religious Quotation’, hal 345.

3) Jangan miliki keselamatan dan pengharapan ini hanya bagi diri saudara sendiri.
Bagikanlah juga kepada orang lain, dengan memberitakan Injil kepada mereka.

Charles Haddon Spurgeon: “I will not believe that you have tasted of the honey of the gospel
if you can eat it all yourself” (= Aku tidak akan percaya bahwa engkau sudah mengecap
madu Injil jika engkau bisa memakan sendiri semuanya) - ‘Morning and Evening’, February
19, evening
Pengharapan Orang Benar

Apa itu pengharapan? Kita tahu bahwa pengharapan merupakan salah satu hal penting dan
menjadi dasar utama dalam kehidupan kekristenan. Alkitab mencatat ada tiga hal paling
mendasar dalam Kekristenan, yaitu IMAN, PENGHARAPAN dan KASIH (1 Korintus
13:13).

Namun jika kita lihat, pengharapan ini juga merupakan hal yang umum dimiliki oleh seorang
manusia. Mereka yang tidak mengenal Tuhan pun memiliki pengharapan dalam kehidupan.
Pengharapan merupakan kata yang umum dan dipahami oleh semua orang. Bahkan bisa
dikatakan pengharapan itu nampak seperti sebuah kebutuhan manusia sehubungan dengan
masa depannya.

Setiap orang pasti memiliki pengharapan yang baik untuk masa depan mereka. Dalam KBBI
sendiri pengharapan diartikan sebagai suatu keinginan agar sesuatu terjadi atau keinginan
agar dapat menerima sesuatu.

Lalu apa bedanya pengharapan secara umum dengan pengharapan yang dimaksud oleh
Alkitab dimana menjadi dasar penting kehidupan Kekristenan yang sejajar dengan iman dan
kasih?

Mari kita bandingkan dua ayat Alkitab dalam kitab Amsal berikut ini untuk mengerti
perbedaan pengertian pengharapan secara umum dengan pengharapan yang dimaksud dalam
Alkitab.
Amsal 11:7 Pengharapan orang fasik gagal pada kematiannya, dan harapan orang jahat
menjadi sia-sia.

Amsal 23:18 Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang.

Kedua ayat tersebut berbicara tentang pengharapan, namun memiliki perbedaan dimana
Amsal 11:7 berbicara tentang pengharapan orang yang tidak mengenal Tuhan sedangkan
Amsal 23:18 berbicara mengenai pengharapan dari orang yang percaya.

Pengahrapan orang fasik dikatakan akan gagal pada saat dia mati, sehingga harapannya
menjadi sia-sia. Sedangkan pengharapan orang benar dikatakan menjamin adanya masa
depan dan tidak akan hilang. Mengapa pengharapan orang fasik dikatakan akan gagal pada
saat dia mati sedangkan pengharapan orang percaya dikatakan tidak akan hilang?

Pengharapan Orang Benar Tertuju Kepada Kekekalan

Apa yang diharapkan oleh orang fasik itu hanyalah sebatas hal-hal fana yang akan
ditinggalkan ketika seseorang mati. Seperti kekayaan, kesuksesan dalam pekerjaan, serta
berbagai kesenangan dan kenyamanan selama hidup didunia ini. Hal-hal yang bersifat
sementara seperti itu bukanlah pengharapan sejati, sebab semua hanya sementara.

Itulah sebabnya dikatakan bahwa pengharapan orang fasik akan gagal pada hari kematiannya
dan kemudian menjadi sia-sia. Bahkan jika pengharapan-pengharapan semacam itu tercapai
sekalipun, tetaplah dikatakan kesia-siaan. Sebab semua pencapaian itu akan berhenti dan
ditinggalkan selamanya.

Matius 16:26 (TB) Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan
nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?
Berbeda halnya dengan orang percaya yang menaruh harapan tidak hanya pada hal-hal yang
bersifat fana selama di dunia ini, tetapi juga kepada hal-hal kekal setelah kematian.
Kehidupan kekal, kehidupan bersama Tuhan yang penuh dengan sukacita inilah yang menjadi
pengharapan utama bagi orang percaya.

Jika sebagai orang percaya kita hanya berharap mengenai hal-hal yang bersifat fana, maka
Firman Tuhan sendiri mengatakan kita adalah orang yang paling malang. Sebab kita punya
pengharapan yang jauh lebih mulia dan lebih kekal namun justru hanya berharap mengenai
hal-hal yang sementara.

1 Korintus 15:19 (TB) Jikalau kita hanya dalam hidup ini saja menaruh pengharapan pada
Kristus, maka kita adalah orang-orang yang paling malang dari segala manusia.

Bagaimana dengan hidup saudara? Pengharapan seperti apa yang ada dalam hidup saudara?
Adakah pengharapan saudara tertuju kepada hal-hal kekal atau hanya sebatas mengenai hal-
hal yang bersifat sementara?

Hal ini bukanlah berarti kita tidak boleh berharap untuk menjadi kaya dan sukses dalam dunia
ini, namun jangan fokuskan pengharapan kita hanya kepada hal-hal itu, sebab hal-hal seperti
itu hanya bersifat sementara saja. Janganlah seperti orang yang malang yang memiliki
pengharapan sampai kepada kekekalan, namun hanya berharap untuk hal yang fana semata.

Dasar Pengharapan Orang Benar

Dasar pengharapan orang fasik itu adalah keinginan mereka sendiri yang terkadang bahkan
bersifat seperti angan-angan belaka. Tentu hal ini tidak akan kuat untuk menjadi dasar bagi
sebuah pengharapan. Biasanya juga akan nampak keragu-raguan dalam berharap seperti
“semoga” atau “mudah-mudahan”. Mereka juga sering mendasarkan pengharapan mereka
kepada sesuatu yang terlihat secara kasat mata.

Berbeda dengan orang percaya yang mendasarkan perngharapannya itu dalam iman kepada
Kristus Yesus yang telah bangkit dan menang atas maut. Ibrani 11:1 mengatakan bahwa iman
adalah dasar dari pengharapan orang percaya. Iman kepada siapa? Iman kepada Kristus
Yesus seperti yang tercatat dalam 1 Timotius 1:1.

Ibrani 11:1 Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala
sesuatu yang tidak kita lihat.

1 Timotius 1:1 Dari Paulus, rasul Kristus Yesus menurut perintah Allah, Juruselamat kita,
dan Kristus Yesus, dasar pengharapan kita,

Inilah yang membuat perbedaan diantara pengharapan orang fasik dan pengharapan orang
percaya. Tentu pengharapan yang berdasar kepada keinginan diri sendiri dan angan-angan
belaka akan gagal dan hilang begitu saja ketika orang tersebut mati.

Namun pengharapan yang didasarkan dalam iman kepada Kristus yang sudah bangkit
diantara orang mati dan terbukti dari kubur yang kosong itu tidak akan hilang. Sebab
kematian sudah dikalahkan, kematian bukan akhir segalanya sebab ada kebangkitan dari
antara orang mati.

Pengharapan orang percaya terhadap kehidupan sesudah kematian, terhadap kekekalan dan
hidup bersama Tuhan tentu harus didasarkan kepada sebuah fakta iman mengenai adanya
kebangkitan dari antara orang mati. Sehingga kita dapat percaya bahwa ada kehidupan
setelah kematian.
Percayakah saudara kepada kebangkitan Kristus? Adakah kebangkitan Kristus itu menjadi
dasar pengharapan saudara akan kehidupan yang kekal?

Jika kita menjadikan kebangkitan Kristus dasar pengharapan kita, maka segala pengharapan
kita yang lainnya pun akan dibangun di atas iman kita kepada Tuhan Yesus yang telah
bangkit dan hidup. Pengharapan kita bukan hanya berdasarkan keinginan dan angan-angan,
bukan hanya untuk memuaskan diri sendiri, namun untuk memuaskan Tuhan yang sudah
berkorban bagi kita.
Yesus Kristus Sumber Kekuatan Kita di masa Pandemi

Umat Kristen di seluruh Indonesia yang dikasihi Tuhan Yesus. Tema khotbah Mimbar
Kristen hari ini adalah Yesus Kristus Sumber Kekuatan Kita di Masa Pandemi Covid-19.
Tema ini didasarkan pada pembacaan Alkitab dari Yohanes 15:1-8;

"Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya. Setiap ranting pada-Ku
yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya
ia lebih banyak berbuah. Kamu memang sudah bersih karena firman yang telah Kukatakan
kepadamu. Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak
dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga
kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku. Akulah pokok anggur dan
kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia
berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. Barangsiapa tidak
tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian
dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar. Jikalau kamu tinggal di
dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki,
dan kamu akan menerimanya. Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu
berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku."

Demikianlah pembacaan Alkitab, Tuhan Yesus berkata: “Yang Berbahagia ialah mereka
yang mendengarkan Firman Allah dan yang memeliharanya.” (Lukas 11:28)
Umat Kristen di seluruh Indonesia. Kita semua mengalami dampak Covid-19 dan banyak dari
kita yang sudah mendengar bahwa dalam menghadapi Covid-19 kita perlu melakukan 3 wajib
yaitu wajib iman, wajib aman, dan wajib imun. Wajib aman kita harus memakai masker
secara benar, selalu mencuci tangan dengan sabun dan air yang mengalir, selalu menjaga
jarak, membatasi mobilitas dan menjauhi kerumunan atau tidak menyebabkan kerumunan.

Wajib imun, kita wajib berolah raga secara teratur, makan makanan bergizi, tidur cukup
supaya kita kuat. Lalu bagaimana dengan wajib iman? Wajib iman artinya kita harus kuat di
dalam Tuhan sebagaimana dikatakan oleh Rasul Paulus di dalam Efesus 6:10, “Akhirnya,
hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan, di dalam kekuatan kuasa-Nya.”

Karena itu kita perlu bertanya kepada diri kita sendiri, seberapa kuat hubungan kita dengan
Tuhan Yesus Kristus? Apakah dalam pergumulan kita menghadapi Covid-19 ini kita
memiliki keyakinan atau iman yang kokoh di dalam Yesus Kristus Tuhan kita?

Injil Yohanes 15:1-8 yang sudah kita baca tentu tidaklah asing bagi kita umat Kristiani. Kita
sudah sering membaca dan mendengarkan khotbah dari Firman Tuhan ini. Namun pada
kesempatan ini, kita kembali membaca, kita kembali memperhatikan dan merenungkan
Firman Tuhan ini.

Injil Yohanes 15:1-8 ini menggambarkan hubungan Tuhan Yesus dengan para muridnya,
Tuhan Yesus sebagai Pokok Anggur dan para muridnya adalah ranting-rantingnya. Sebagai
Pokok Anggur, Yesus adalah sumber kekuatan bagi para murid yang adalah ranting-ranting.

Demikian juga kita sebagai pengikut Kristus. Kekuatan kita dalam menghadapi segala
kesulitan dan tantangan di dalam hidup ini, terutama dampak dari Covid-19 ini, kekuatan kita
hanya datang dari Yesus Kristus. Ranting-ranting hanya mendapat kekuatan untuk hidup dari
pokok anggur. Demikian juga kita, kita hanya mendapat kekuatan dari Yesus Kristus Tuhan
kita.
Ayat 1-5 dari bacaan ini menekankan bahwa Yesuslah sumber kekuatan kita. Sebagaimana
ranting tidak mungkin berbuah jika tidak melekat dan tertanam pada pokok anggur, demikian
juga kita tidak dapat berbuah jikalau tidak kokoh tinggal tetap di dalam Yesus Kristus atau
bersekutu erat dengan dia sumber kehidupan dan kekuatan.

Sebagai pengikut Kristus, kita dipanggil untuk tinggal tetap di dalam Dia, sumber kekuatan
kita supaya kita berbuah banyak. Istilah berbuah banyak disebutkan di ayat 5 dan ayat 8. Di
ayat 8 disebutkan “Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak
dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku." Artinya Bapa menghendaki kita para
pengikut Kristus supaya berbuah banyak. Di ayat-ayat selanjutnya, ayat 9-17 disebutkan
mengenai buah-buah rohani yang dimaksudkan yakni sukacita dalam kasih Kristus dan saling
mengasihi sesuai perintah Tuhan.

Umat Kristen di manapun berada. Di masa Pandemi Covid-19 ini, kita sangat memerlukan
sukacita di dalam kasih Kristus. Di ayat 11, Tuhan Yesus mengatakan “Semuanya itu Ku-
katakan kepadamu, supaya sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh.”
Tuhan Yesus adalah sumber dari sukacita yang kita perlukan di masa pandemi ini karena
Dialah sumber kekuatan kita.

Selanjutnya kita membaca mengenai buah kasih, saling mengasihi. Mulai ayat 9 sampai
dengan ayat ke 17 disebutkan mengenai saling mengasihi. Saling mengasihi sebagai wujud
ketaatan kita kepada perintah Yesus Kristus. Di ayat 17, Tuhan Yesus berkata, "Inilah
perintahku kepadaMu, kasihilah seorang akan yang lain, betapa kita memerlukan atau
membutuhkan buah kasih, saling mengasihi di masa pandemi Covid-19 ini."

Pemirsa Mimbar Kristen. Wajib aman (pakai masker secara tepat, menjaga jarak, mencuci
tangan, membatasi mobilisasi, menjauhi kerumunan), semua itu dengan mudah dapat
dijalankan, jika kita meningkatkan wajib iman. Karena iman kita kepada Tuhan Yesus yang
berwujud, yang nyata di dalam hubungan erat dengan Dia akan membuahkan sukacita di
dalam kasih Tuhan dan kasih kepada sesama berdasarkan ketaatan kepada perintahNya.

Mungkin kita bertanya bagaimana supaya bisa berbuah banyak? Bagaimana supaya kita tetap
memiliki sukacita dan tetap saling mengasihi secara terus menerus?

Ayat 7 bacaan kita memberi jawabannya. Di ayat 7, Tuhan Yesus berkata, “Jikalau kamu
tinggal di dalam Aku dan Firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu
kehendaki dan kamu akan menerimanya.” Perkatan Tuhan Yesus ini menekankan bahwa jika
kita tetap tinggal di dalam Yesus Kristus, bersekutu erat dengan Dia sebagai sumber
kekuatan kita dan jika Firman-Nya tetap tinggal di dalam kita, maka kita akan selalu berdoa
sesuai kehendak Bapa, yaitu berdoa supaya berbuah banyak untuk memuliakan Bapa.

Perkataan Tuhan Yesus dalam Injil Yohanes 15:7 ini mendorong kita untuk selalu bersekutu
dengan Dia yang adalah sumber kekuatan kita. Misalnya, ibadah minggu, meskipun secara
online, harus kita ikuti dengan sungguh-sungguh. Kita harus semakin tekun berdoa dan
semakin erat bersekutu dengan Dia. Perkataan Tuhan Yesus ini juga mendorong kita untuk
selalu membaca Firman Tuhan, membaca Alkitab secara teratur setiap hari. Tidak hanya
membaca, kita juga mentaati perintah-perintahNya.

Umat Kristen yang Tuhan Yesus kasih. Marilah, kita melakukan 3 wajib yang dimulai
dengan wajib iman supaya kita didorong untuk melakukan wajib aman dan wajib imun.
Marilah kita mengevaluasi diri kita, sekuat apakah, sedalam apakah iman kita kepada Tuhan
Yesus Kristus, sumber kekuatan dalam kesulitan dan penderitaan termasuk dalam
menghadapi dampak dari Covid-19.

Yesus Kristus adalah Imanuel (Matius 1:23), Dia adalah Allah yang menyertai kita, dalam
kehidupan kita menghadapi kesulitan, tantangan, menghadapi Covid-19 ini dan Dia tidak
akan pernah meninggalkan kita, karena Dia menyertai kita selama-lamanya (Matius 28:20).
Marilah kita terus beriman hanya kepada-Nya, selalu bersekutu dengan Dia, dengan erat
bersandar dan menyerahkan diri kita hanya kepada-Nya. Yesus Kristus sumber kekuatan kita
hari ini sampai selama-lamanya.. Amin

Anda mungkin juga menyukai