Sekali lagi, kita diajak melihat kembali salah satu pengalaman pahit dalam sejarah bangsa Israel,
yaitu ketika mereka negara mereka dihancurkan dan penduduknya diangkut sebagai tawanan di
Babel. Dalam kondisi demikian, wajar bila mereka kehilangan pengharapan. Namun, setelah
sekitar 50 tahun dalam pembuangan, ternyata mereka bisa kembali ke Yerusalem untuk
beribadah dan membangun negeri mereka. Penulis mazmur ini bersaksi bahwa di dalam
pengalaman pahit itu Tuhan telah melakukan perkara besar bagi umat-Nya.
1. Mengapa pemazmur menggambarkan keadaan pada waktu itu seperti orang-orang yang
bermimpi? (ay.1) Perasaan apa yang hendak diungkapkan di sini? (ay.2-3)
2. Ketika mazmur ini ditulis, rupanya mereka kembali menghadapi masa-masa sukar. Mereka
menggambarkan keadaan mereka seperti batang air kering (ay.4) dan seperti petani yang
menabur benih dengan menangis (ay.5-6). Apa yang hendak diungkapkan melalui dua gambaran
tersebut?
3. Dua gambaran di atas juga mengungkapkan dua macam cara yang berbeda, yang dapat Tuhan
gunakan ketika menolong umat-Nya. Cara-cara apakah itu?
4. Dua gambaran di atas juga mengajarkan bagaimana seharusnya kita bersikap ketika
menantikan pertolongan-Nya. Sikap seperti apakah yang diajarkan melalui masing-masing
ilustrasi itu?
Renungan:
Karya Tuhan dalam kehidupan kita selalu membuat kita terpesona. Selain takjub oleh kebesaran
kuasa-Nya, kita juga selalu terkesan dengan berbagai cara yang digunakan-Nya. Tak diragukan
lagi, Tuhan adalah Pencipta yang kreatif, yang sanggup menolong umat-Nya dengan berbagai
cara. Justru kita, yang karena sempitnya pemikiran kita, sering kali membatasi cara kerja Tuhan
itu. Orang-orang beriman selalu terbuka untuk berbagai kemungkinan yang dapat terjadi oleh
kuasa-Nya. Orang-orang beriman tahu bahwa masih ada pintu yang terbuka, masih ada jalan
keluar untuk persoalan yang dihadapinya.
Hanya dengan menurunkan hujan, Tuhan bisa dengan seketika memulihkan batang air yang
kering menjadi sumber mata air yang berlimpah-limpah. Namun, yang seketika dan sekejap itu
bukanlah satu-satunya cara yang dapat dipakai Tuhan. Bagi para petani, pertolongan Tuhan justru
terjadi berangsur-angsur, nyaris tak terlihat namun nyata, sejak benih ditaburkan hingga waktu
panen tiba. Karena itulah, selain mengharap mujizat-Nya, pemazmur juga mengajak kita
bersikap seperti petani: tetap menabur benih, walau sambil menangis.
Memperhatikan krisis ekonomi yang sedang melanda di seluruh dunia, banyak orang berkata
bahwa kita akan memasuki tahun 2009 dengan awan suram yang menggantung di depan kita.
Tentu saja, pandangan seperti ini tidak dilontarkan secara sembarangan dan karenanya kita juga
harus mempersiapkan diri untuk menghadapinya. Namun, haruskah kita membiarkan hati kita
dihantui oleh kecemasan dan ketakutan? Firman Tuhan mengajar kita untuk tetap bersandar
kepada-Nya dan tetap menabur benih dengan setia. (TW)
tidak peduli dengan keadaan masyarakat di sekitar mereka. Bagaimana dengan gereja kita?
Bagaimana dengan Anda sendiri? (TW)
Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat
kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari
Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib. (1
Petrus 2:9)
Di bagian yang kedua ini, Paulus lebih berbicara pada soal-soal yang umum dalam kehidupan
jemaat sebagai orang-orang yang percaya pada Kristus, yang sedang menderita aniaya dan
menantikan kedatanganNya yang kedua kali.
1. Ayat 14-15: Membaca isi nasihat Paulus, ketidakseimbangan atau masalah apa yang terjadi
dalam persekutuan jemaat yang mungkin saja terjadi pada waktu itu karena penderitaan yang
terjadi? Bagaimana cara mengatasi keadaan tersebut? Siapa yang harus melakukan hal tersebut?
2. Dengan demikian, menjaga keseimbangan dan keharmonisan persekutuan di antara orang
percaya merupakan tanggung jawab siapa?
3. Penderitaan jemaat Tesalonika karena aniaya pasti memberikan dampak secara sosial seperti
yang sudah kita bahas di atas. Dan juga akan membawa dampak secara spiritual. Karena itu, apa
yang harus dijaga dalam kehidupan masing-masing jemaat? (ay. 16-22)
4. Ayat 23: Pengharapan apa yang ada dalam diri orang percaya walau kita sedang menderita
dalam dunia ini? Berdasarkan renungan dan panduan pertanyaan hari ini, simpulkan 3 hal yang
harus dimiliki orang Kristen dalam menghadapi penderitaan? (ay.23; 16-22; 14-15)
Renungan
Penderitaan seringkali membawa dampak bagi kehidupan seseorang, baik secara psikis, secara
sosial dan bahkan secara spiritual. Dalam kehidupan jemaat Tesalonika, ada jemaat yang mulai
hidup tidak tertib (kata ini diterapkan kepada seorang prajurit yang tidak mau mengikuti barisan
dan ingin keluar mengikuti jalannya sendiri), yang menjadi tawar hati, putus asa dan menyerah,
lemah iman, jahat kepada sesamanya karena hidup yang serba sulit. Dalam keadaan yang
demikian, bukan orang-orang tertentu yang harus memikul tanggung jawab, melainkan semua
anggota harus memainkan peranannya sebagai bagian dari persekutuan itu sendiri. Adapun yang
harus tetap dimiliki oleh masing-masing anggota adalah: (1) Ay.23: memiliki pengharapan dalam
Kristus bahwa Ia senantiasa memelihara kita dan menghayati semua kesulitan hidup ini adalah
bagian dari proses pengudusan hidup kita menyerupai Kristus yang sedang kita nantikan
kedatanganNya. (2) Ay. 16-22: dalam pengharapan kepada Kristus yang tetap utuh dan tak
tergoyahkan, maka kita bisa tetap menjaga kualitas iman dan persekutuan kita denganNya
melalui doa, ucapan syukur, yang pada akhirnya melahirkan sukacita dan kesediaan kita menjaga
kekudusan hidup kita sendiri bagi Tuhan. (3) Ay. 14-15: jika pengharapan kepada Kristus dan
kehidupan spiritual kita tetap terjaga, maka dalam hubungan dengan sesama anggota yang lain
akan ada kepedulian untuk saling menjaga agar hidup tetap lurus dalam jalan Tuhan, kesabaran
untuk memahami dan menolong orang-orang yang mulai lemah dalam iman, kasih dan
pengampunan kepada orang yang telah berbuat jahat kepada dirinya. Dengan demikian, dampak
penderitaan secara sosial bisa diredam dan diolah menjadi sesuatu yang justru membangun
kehidupan jemaat, baik sebagai gereja maupun perorangan didalamnya.
Walau persoalan datang silih berganti, Gereja tetap dapat menjaga kekudusannya selama
pengharapan kepada Kristus tidak pernah tergantikan.
Kharisma seorang pemimpin yang menjaga hidupnya dalam Tuhan akan membuat orang lain
menghormati dan mengasihinya tanpa perlu dikondisikan khusus. Bahkan termasuk ketika sudah
tidak ada lagi jabatan/kedudukan sebagai pemimpin secara formal, orang lain tetap akan
menghormati dan mengasihinya.
Bila tidak ada hormat dan kasih, maka fungsi kepemimpinan itu tidak akan berjalan dan
menghasilkan sesuatu yang baik. Paulus berkata, ... menjunjung mereka dalam kasih karena
pekerjaan mereka. Sikap menghormati dan kasih kepada para pemimpin adalah demi
tercapainya tujuan membawa kita semua yang dipimpinnya benar-benar hidup dalam Tuhan.
Terkait dengan poin pertama dan kedua di atas, bila seorang pemimpin itu sendiri tidak hidup
dalam Tuhan, ia tidak akan mungkin bisa memimpin orang dalam Tuhan, dan akan sulit sekali
mendapat hormat dan kasih dari orang-orang yang dipimpinnya. Jikalau ada, tentu membutuhkan
usaha yang keras, baik dari pihak yang dipimpin untuk bisa menerima pemimpin yang demikian,
maupun dari pihak pemimpin yang biasanya terjebak dalam pemaksaan terhadap orang lain
untuk mau menghormati dan mengasihinya. Dan pada akhirnya yang terjadi adalah kekacauan
dan perpecahan umat Tuhan. Karena itu Paulus mengakhiri nasihatnya di bagian ini dengan
kalimat, Hiduplah selalu dalam damai seorang dengan yang lain.
Keberhasilan seorang pemimpin dalam memimpin ditentukan oleh seberapa besar
kesediaannya menundukkan diri di bawah pimpinan oleh Allah
pula kita harus mengakui dan memohon pengampunan Tuhan. Bukan doa asal mengakui dan
memohon.
Di ayat-ayat selanjutnya, pemazmur menyatakan tekad dan kerinduannya agar umat tidak jatuh
kembali dalam kebodohan, melainkan hidup makin dekat dengan Tuhan. Hidup dalam suasana
keadilan dan kasih dengan sesama, sehingga murka Tuhan tidak akan terjadi lagi dan mereka
semua mengalami kebaikan Tuhan. Semua pengalaman pahit membuat pemazmur sadar
bagaimana umat harus menjalani kehidupan yang lebih di masa yang akan datang, walau ia tahu
Allah tidak akan menolak memberikan pengampunan dan pemulihanNya. Kasih setia dan
kebaikan Allah bukan untuk dipermainkan, tetapi untuk membuat kita sadar bagaimana
meresponi kasih setia Allah. Pengampunan yang diberikan tidak membuat kita bermain-main
dengan anugerahNya, melainkan hidup dalam kebenaran firmanNya.
Keseriusan kita memandang kekudusan Allah akan melahirkan keseriusan yang sama dalam
pengakuan ketidakkudusan kita dan permohonan pengampunanNya.
Kudus. Tindakan pembaptisan yang dilakukan Yohanes hanyalah tindakan simbolik pertobatan,
tetapi Kristus itu sendiri yang akan melahirbarukan mereka di dalam kuasa Roh Kudus sehingga
mereka bukan lagi menjadi milik Iblis dengan cengkraman dosa dan hukumannya, melainkan
sepenuhnya menjadi milik Allah dan ada dalam pengampunan Allah. Sejak awal Allah sudah
menyatakan bahwa Mesias itu datang membawa perubahan dan pemulihan. Pemulihan yang
bersifat menyeluruh dalam hidup manusia, baik di kehidupan sekarang maupun kehidupan yang
akan datang, baik tubuh maupun jiwa. Sebuah pemulihan yang membuktikan bahwa hanya
Tuhanlah Allah penguasa hidup kita, dan memang hanya Allah saja yang sanggup mengadakan
pemulihan yang demikian. Demikian pula dengan kita, kedatangan Kristus dalam hidup kita pun
membawa perubahan karena adanya pemulihan demi pemulihan yang Ia kerjakan. Setiap orang
yang menerimaNya masuk dalam hati akan mengalami perubahan, dan perubahan yang paling
awal itu adalah kelepasan kita dari perbudakan dosa dan hukumannya, dan keterikatan kita
dengan kasih Allah yang terus menerus. Bagaimana dengan Anda? Sudahkah perubahan ini
menjadi bagian dalam hidup Anda?
Kedatangan Kristus dalam hidup Anda membuat hidup Anda tidak pernah sama lagi
dengan yang dulu
yang dariNya. Permohonan agar Tuhan memulihkan umatNya. Permohonan seperti pemazmur
ini mengajak kita untuk merenungkan betapa seriusnya dosa di hadapan Allah dan seserius itu
pula kita harus mengakui dan memohon pengampunan Tuhan. Bukan doa asal mengakui dan
memohon.
Di ayat-ayat selanjutnya, pemazmur menyatakan tekad dan kerinduannya agar umat tidak jatuh
kembali dalam kebodohan, melainkan hidup makin dekat dengan Tuhan. Hidup dalam suasana
keadilan dan kasih dengan sesama, sehingga murka Tuhan tidak akan terjadi lagi dan mereka
semua mengalami kebaikan Tuhan. Semua pengalaman pahit membuat pemazmur sadar
bagaimana umat harus menjalani kehidupan yang lebih di masa yang akan datang, walau ia tahu
Allah tidak akan menolak memberikan pengampunan dan pemulihanNya. Kasih setia dan
kebaikan Allah bukan untuk dipermainkan, tetapi untuk membuat kita sadar bagaimana
meresponi kasih setia Allah. Pengampunan yang diberikan tidak membuat kita bermain-main
dengan anugerahNya, melainkan hidup dalam kebenaran firmanNya.
Keseriusan kita memandang kekudusan Allah akan melahirkan keseriusan yang sama dalam
pengakuan ketidakkudusan kita dan permohonan pengampunanNya.
kepada kebangkitan dan kedatanganNya kembali, berarti kehancuran dunia ini tidak dapat
dihindari oleh mereka yang mengeraskan hati memberontak terhadap Allah. Petrus menyebutkan
peristiwa ini bukan untuk menakut-nakuti orang Kristen, melainkan untuk mengingatkan mereka
bahwa segala sesuatu yang mereka perbuat atau bangun di atas bumi ini hanya bersifat
sementara. Hanya hidup dalam ketaatan sepenuhnya kepada Allah akan memberikan hidup
kekal, dan "hari Allah" merupakan saat mereka menerima ganjaran tersebut. Dengan demikian,
penantian kedatangan Kristus ini akan dinanti dengan penuh pengharapan bagi orang percaya,
sebaliknya, menjadi kengerian bagi orang-orang yang tidak percaya.
Karena itu melalui renungan hari ini Tuhan ingin mengingatkan kita agar waspada dan setia
dalam masa-masa penantian ini. Waspada berarti tidak mempergunakan waktu-waktu ini dengan
sembarangan, apalagi dengan bergelimang dosa. Waspada berarti tidak menunda-nunda waktu
untuk membereskan hidup di hadapan Tuhan. Setia berarti menghayati bahwa sepanjang hidup
kita dengan segala sesuatu yang kita lakukan adalah bagian dari perwujudan hidup untuk Tuhan,
hidup yang tidak terus kedapatan cacat cela dan noda, melainkan hidup yang makin bersih dan
indah dari hari ke hari. Bukan hanya aktivitas hidup belaka yang berlalu begitu saja tanpa makna
dan guna. Sebab waktu yang masih kita miliki ini adalah ungkapan kesabaran Tuhan yang masih
memberi kesempatan kepada kita untuk percaya dan hidup dalam pertobatan.
Anggaplah kesabaran Tuhan kita sebagai kesempatan bagimu untuk beroleh
selamat 2 Petrus 3:15 -
hal yang mistis dan spektakuler, melainkan menyusup dengan perlahan melalui pandangan hidup
(worldview), gaya hidup (lifestyle) yang bebas dan menyangjung pemenuhan ego dan nafsu
manusia di atas segala-galanya. Ajaran-ajaran yang menyesatkan juga banyak beredar, baik dari
yang terselubung hingga yang terang-terangan melawan kekristenan. Dan tidak sedikit yang
munculnya dari orang-orang dalam tubuh persekutuan itu sendiri yang tidak murni imannya
sehingga mencemari gereja dan memecah belahnya. Sama seperti guru-guru dan nabi palsu yang
menyusup di kalangan jemaat pada waktu itu. Nasihat yang diberikan rasul Petrus tetap berlaku
hingga sekarang. Dalam menghadapi tantangan terhadap ajaran kekristenan, maka tidak ada cara
lain selain kita membentengi diri dengan ajaran Kristen itu sendiri. Mengingat perkataan Tuhan
yang disampaikan para rasul dan nabi-nabi. Mengingat disini mengandung penekanan arti
sepenuhnya mengingat, bukan sekedar mengingat begitu saja. Bahkan bukan hanya mengingat,
tetapi menghidupkan pengertian yang murni. Ada banyak pengaruh dunia yang mengotori hati
dan pikiran kita, termasuk dalam memahami firman Tuhan. Karena itu, kita harus memiliki
pengertian yang murni, benar dan tepat atas firman Tuhan, bukan dipahami sesuka kita.
Mengingat dan mengerti firman Tuhan dengan murni adalah senjata ampuh untuk bertahan dari
kecemaran dunia ini. Sebelum Anda mampu memiliki dua senjata ini, maka langkah awal yang
kecil namun penting adalah memiliki waktu untuk mengetahui isi firmanNya dengan membaca
Alkitab dengan rajin. Jika ada bagian yang sulit Anda mengerti, jangan ragu untuk bertanya
kepada para pengajar/pembimbing rohani Anda.
Atas petunjuk peringatan-peringatanMu aku bergembira, seperti segala harta.
Mzm.119:14
Dalam penderitaannya, bangsa Yehuda merasa bahwa Allah meninggalkan mereka. Bangsa
Yehuda berkata Hidupku tersembunyi dari Tuhan dan hakku tidak diperhatikan Allah. Mereka
merasa bahwa Allah tidak lagi peduli, bahkan hak-hak mereka sudah tidak diperhitungkan lagi
oleh Allah. Tetapi Allah tidak tinggal diam, Allah tidak seperti yang mereka pikirkan. Melalui
nabi Yesaya, Allah menyampaikan bahwa Ia adalah penguasa hidup mereka dan tidak pernah
lelah memperhatikan kehidupan umatNya, sekalipun umatNya cenderung memberontak terhadap
pimpinanNya. Ia mengajak umatNya untuk terus menantikan pertolongan Tuhan dan tidak
menjadi lelah. Sebab orang yang tetap berharap pada Tuhan akan kuat seperti burung rajawali.
Terkadang bila kita mendapati kesulitan dalam hidup ini, tidak jarang kita melakukan hal yang
sama seperti bangsa Yehuda. Kita menilai Allah dalam penilaian kita sendiri, memikirkan tentang
Allah seperti yang kita kehendaki. Sehingga kita sampai pada kesimpulan bahwa penderitaan
menjadi tanda bahwa Allah mengabaikan kita. Kita dengan mudahnya menyamakan pikiran
Allah dengan pikiran kita. Sehingga akhirnya kita menjadi lelah dan lesu, bahkan menyerah. Hal
seperti itu terkadang tidak bisa dihindari, tetapi firman Tuhan mengingatkan kepada kita, jika
saat ini kita letih lesu karena beban hidup kita, mari tetap percaya kepada Allah untuk
mendapatkan kekuatan kembali. Jangan batasi Allah dengan pikiran manusia yang terbatas untuk
menyelami hikmat dan rencanaNya. Jika kita mengetahui ada orang-orang tertentu yang sedang
lelah dalam pergumulan, mari kita menyampaikan berita penghiburan Allah ini kepada mereka,
sama seperti Yesaya menyampaikan kepada bangsa Yehuda.
Ketika Anda mulai membatasi Allah dalam pikiran Anda sendiri, maka keadaan Anda
akan benar-benar menjadi terbatas