Anda di halaman 1dari 13

Mazmur 126:1-6 (Minggu, 14)

Sekali lagi, kita diajak melihat kembali salah satu pengalaman pahit dalam sejarah bangsa Israel,
yaitu ketika mereka negara mereka dihancurkan dan penduduknya diangkut sebagai tawanan di
Babel. Dalam kondisi demikian, wajar bila mereka kehilangan pengharapan. Namun, setelah
sekitar 50 tahun dalam pembuangan, ternyata mereka bisa kembali ke Yerusalem untuk
beribadah dan membangun negeri mereka. Penulis mazmur ini bersaksi bahwa di dalam
pengalaman pahit itu Tuhan telah melakukan perkara besar bagi umat-Nya.
1. Mengapa pemazmur menggambarkan keadaan pada waktu itu seperti orang-orang yang
bermimpi? (ay.1) Perasaan apa yang hendak diungkapkan di sini? (ay.2-3)
2. Ketika mazmur ini ditulis, rupanya mereka kembali menghadapi masa-masa sukar. Mereka
menggambarkan keadaan mereka seperti batang air kering (ay.4) dan seperti petani yang
menabur benih dengan menangis (ay.5-6). Apa yang hendak diungkapkan melalui dua gambaran
tersebut?
3. Dua gambaran di atas juga mengungkapkan dua macam cara yang berbeda, yang dapat Tuhan
gunakan ketika menolong umat-Nya. Cara-cara apakah itu?
4. Dua gambaran di atas juga mengajarkan bagaimana seharusnya kita bersikap ketika
menantikan pertolongan-Nya. Sikap seperti apakah yang diajarkan melalui masing-masing
ilustrasi itu?
Renungan:
Karya Tuhan dalam kehidupan kita selalu membuat kita terpesona. Selain takjub oleh kebesaran
kuasa-Nya, kita juga selalu terkesan dengan berbagai cara yang digunakan-Nya. Tak diragukan
lagi, Tuhan adalah Pencipta yang kreatif, yang sanggup menolong umat-Nya dengan berbagai
cara. Justru kita, yang karena sempitnya pemikiran kita, sering kali membatasi cara kerja Tuhan
itu. Orang-orang beriman selalu terbuka untuk berbagai kemungkinan yang dapat terjadi oleh
kuasa-Nya. Orang-orang beriman tahu bahwa masih ada pintu yang terbuka, masih ada jalan
keluar untuk persoalan yang dihadapinya.
Hanya dengan menurunkan hujan, Tuhan bisa dengan seketika memulihkan batang air yang
kering menjadi sumber mata air yang berlimpah-limpah. Namun, yang seketika dan sekejap itu
bukanlah satu-satunya cara yang dapat dipakai Tuhan. Bagi para petani, pertolongan Tuhan justru
terjadi berangsur-angsur, nyaris tak terlihat namun nyata, sejak benih ditaburkan hingga waktu
panen tiba. Karena itulah, selain mengharap mujizat-Nya, pemazmur juga mengajak kita
bersikap seperti petani: tetap menabur benih, walau sambil menangis.
Memperhatikan krisis ekonomi yang sedang melanda di seluruh dunia, banyak orang berkata
bahwa kita akan memasuki tahun 2009 dengan awan suram yang menggantung di depan kita.
Tentu saja, pandangan seperti ini tidak dilontarkan secara sembarangan dan karenanya kita juga
harus mempersiapkan diri untuk menghadapinya. Namun, haruskah kita membiarkan hati kita
dihantui oleh kecemasan dan ketakutan? Firman Tuhan mengajar kita untuk tetap bersandar
kepada-Nya dan tetap menabur benih dengan setia. (TW)

Yesaya 61:1-3 (Kamis, 11)


Seperti penjelasan bacaan minggu yang lalu, sejak pasal 60 sebagian besar nubuatan Yesaya
berbicara mengenai kemuliaan bangsa Israel di masa yang akan datang. Kepulangan mereka ke
Yerusalem mendapat perhatian khusus dari Yesaya. Dalam pasal 61 diuraikan keadaan mereka
setelah mereka mendapat perkenan Tuhan. Seorang penafsir memberikan judul isi pasal ini
sebagai Tahun Perkenan Tuhan. Berdasarkan isi ayat 1 dan 2, para penafsir pada umumnya
sepakat bahwa gambaran dari pasal ini didasarkan pada perayaan tahun Yobel (tentang tahun
Yobel, lihat Imamat 25), tahun ketika kebebasan dan pemulihan diproklamasikan.
1. Ay. 1a. Ayat ini menggambarkan sebuah peristiwa khusus, yaitu pengurapan yang
diterima oleh hamba Tuhan yang akan mewartakan kabar baik kepada umat-Nya.
Menurut Anda, mengapa seorang pemberita kabar baik perlu mendapatkan pengurapan
seperti ini? (Pertimbangkanlah dari dua sisi: si pemberita itu sendiri dan orang-orang
yang menerima berita tersebut).
2. Ay. 1b-3. Apa isi berita yang harus disampaikan kepada umat-Nya? Bagaimanakah
kondisi mereka pada waktu itu?
3. Kabar baik seperti apakah yang diperlukan oleh masyarakat di sekitar kita sekarang ini?
4. Apa yang harus kita lakukan agar kita dapat dipakai Tuhan untuk menyampaikan kabar
baik bagi mereka?
Renungan
Tahun Yobel yang disebut juga Tahun Pembebasan adalah tahun yang ditunggu-tunggu oleh
umat Tuhan. Pada tahun Yobel umat Tuhan mengenang, merayakan,dan mengalami kembali
kasih dan kuasa Tuhan yang membebaskan umat-Nya dari berbagai macam penindasan. Agar
umat Tuhan dapat mempersiapkan diri menyambut Tahun Yobel, maka Tuhan mengirim hambaNya untuk mewartakannya pada masa-masa menjelang datangnya saat pembebasan tersebut.
Hamba Tuhan yang memberitakan kabar baik itu harus mendapat pengurapan Roh Tuhan.
Pengurapan ini diperlukan agar kuasa Tuhan senantiasa menyertai hamba Tuhan itu sehingga ia
mampu melakukan tugas perwartaan itu dengan baik. Kuasa ilahi ini diperlukan karena pada
waktu itu umat Tuhan sedang tertindas oleh penderitaan yang hebat. Mereka berada dalam
kondisi tidak berdaya dan putus asa. Hal ini nampak jelas dari serangkaian panjang kata-kata
yang dipergunakan di ayat 1b-3: sengsara, remuk hati, tawanan, dari penjara, berkabung, dan
semangat yang pudar.
Kabar baik yang berisi pemulihan, pembebasan, dan penghiburan itu juga diperlukan bagi
masyarakat masa kini. Di sekitar kita begitu mudah ditemui orang-orang yang terhimpit oleh
berbagai macam penderitaan: kesulitan ekonomi, sakit-penyakit, kekurangan pangan, dan
sebagainya. Tidak sedikit dari mereka yang tidak berdaya dan putus asa. Siapakah yang harus
memberitakan kabar baik bagi mereka? Tentu saja Tuhan tetap mengutus hamba-Nya, yaitu
gereja dan kita, orang-orang percaya. Sudahkah kita mengerjakan tugas ini dengan baik? Terus
terang, masih jauh dari yang semestinya. Bahkan, tidak sedikit gereja dan orang-orang Kristen

tidak peduli dengan keadaan masyarakat di sekitar mereka. Bagaimana dengan gereja kita?
Bagaimana dengan Anda sendiri? (TW)
Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat
kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari
Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib. (1
Petrus 2:9)

Yohanes 1: 19-28 (Rabu, 10)


Bacaan hari ini adalah dialog yang terjadi antara Yohanes Pembaptis dengan
para imam dan orang-orang Lewi, para pemuka agama Yahudi pada waktu
itu. Melalui dialog ini kita akan belajar dari seorang Yohanes Pembaptis
bagaimana menempatkan diri dengan tepat di hadapan Tuhan dan juga
sesama, sebagai seorang pelayan Tuhan.
1. Ay. 19-20: Jawaban apa yang diberikan oleh Yohanes ketika ia ditanya
mengenai siapa dia sebenarnya?
2. Ay. 21-23: Jawaban apa yang diberikan oleh Yohanes ketika ia ditanya
mengenai pekerjaannya?
3. Ay. 24-28: Jawaban apa yang diberikan oleh Yohanes ketika ia diminta
pertanggungjawaban tugasnya tentang membaptis, dalam hubungannya
dengan Mesias maupun Elia sebagai nabi yang mereka hormati?
4. Dari jawaban-jawaban Yohanes ini, apa yang bisa Anda teladani dalam hal
bagaimana menempatkan diri sebagai seorang pelayan Tuhan di
hadapanNya?
Renungan
Melalui jawaban-jawaban Yohanes Pembaptis, kita akan melihat beberapa
teladan darinya untuk kita praktikkan dalam kehidupan kita sebagai pelayan
Tuhan, yaitu:
- Seorang pelayan Tuhan mengetahui dan menyadari status dirinya sebagai
hamba Allah. Ini bukanlah sesuatu yang memalukan, tetapi membanggakan
karena ada kepercayaan yang besar dari Tuhan untuk kita. Bukan hanya
mengetahui dan menyadari, tetapi terus membawa dirinya demikian.
- Seorang pelayan Tuhan mengetahui pelayanan apa yang telah
dipercayakan kepadanya dan melakukannya. Yohanes bukan melakukan
pelayanan dengan sembarangan. Ia melakukannya dengan baik seperti yang
dinubuatkan tentang keberadaannya. Apalah artinya menempatkan diri
dengan status yang jelas sebagai pelayan Tuhan, tetapi tidak melakukan
pekerjaanNya. Identitas saja tidaklah cukup.
- Seorang pelayan Tuhan mengetahu tujuan dari status dan pelayanannya. Ia
bekerja untuk kebesaran nama Tuhan, bukan nama dirinya sendiri. Bukan
hanya ketika dalam keberhasilan, tetapi juga pada saat situasi terancam
atau tidak menguntungkan bagi dirinya sendiri. Ada pelayan-pelayan Tuhan

yang mudah menyaksikan nama Tuhan ketika pekerjaannya berhasil, tetapi


tidak demikian ketika karena statusnya sebagai pelayan Tuhan dan apa yang
dikerjakannya bagi Tuhan ternyata membuat dirinya dalam posisi sulit.
Terkadang nama Tuhan itu tidak disebutkan lagi, tetapi akunya yang
dikedepankan. Sebaliknya, ada pelayan Tuhan yang pada saat melakukan
sesuatu yang sulit dalam pekerjaan Tuhan seperti perintisan, pengorbanan
(dll) mudah sekali mengingat Tuhan dan menyaksikan nama Tuhan. Tetapi
ketika pelayanannya berhasil dan dipuji banyak orang, muncullah arogansi
diri yang bersuara dalam hati, Semua itu karena saya yang mengurus, coba
kalau tidak ada saya, belum tentu hasilnya seperti ini. Masing-masing orang
bergumul dengan pengendalian dirinya terhadap keinginan untuk
memuliakan dirinya, entah dalam situasi yang sulit maupun pada saat
meraih keberhasilan. Yang pasti Yohanes Pembaptis terbukti lulus dalam dua
keadaan tersebut.
Seorang pelayan tidak pernah lebih tinggi dari Tuannya: dalam
kemuliaanNya, maupun dalam kesengsaraanNya
1 Tesalonika 5: 14-28 (Selasa, 9)

Di bagian yang kedua ini, Paulus lebih berbicara pada soal-soal yang umum dalam kehidupan
jemaat sebagai orang-orang yang percaya pada Kristus, yang sedang menderita aniaya dan
menantikan kedatanganNya yang kedua kali.
1. Ayat 14-15: Membaca isi nasihat Paulus, ketidakseimbangan atau masalah apa yang terjadi
dalam persekutuan jemaat yang mungkin saja terjadi pada waktu itu karena penderitaan yang
terjadi? Bagaimana cara mengatasi keadaan tersebut? Siapa yang harus melakukan hal tersebut?
2. Dengan demikian, menjaga keseimbangan dan keharmonisan persekutuan di antara orang
percaya merupakan tanggung jawab siapa?
3. Penderitaan jemaat Tesalonika karena aniaya pasti memberikan dampak secara sosial seperti
yang sudah kita bahas di atas. Dan juga akan membawa dampak secara spiritual. Karena itu, apa
yang harus dijaga dalam kehidupan masing-masing jemaat? (ay. 16-22)
4. Ayat 23: Pengharapan apa yang ada dalam diri orang percaya walau kita sedang menderita
dalam dunia ini? Berdasarkan renungan dan panduan pertanyaan hari ini, simpulkan 3 hal yang
harus dimiliki orang Kristen dalam menghadapi penderitaan? (ay.23; 16-22; 14-15)
Renungan
Penderitaan seringkali membawa dampak bagi kehidupan seseorang, baik secara psikis, secara
sosial dan bahkan secara spiritual. Dalam kehidupan jemaat Tesalonika, ada jemaat yang mulai
hidup tidak tertib (kata ini diterapkan kepada seorang prajurit yang tidak mau mengikuti barisan
dan ingin keluar mengikuti jalannya sendiri), yang menjadi tawar hati, putus asa dan menyerah,
lemah iman, jahat kepada sesamanya karena hidup yang serba sulit. Dalam keadaan yang
demikian, bukan orang-orang tertentu yang harus memikul tanggung jawab, melainkan semua
anggota harus memainkan peranannya sebagai bagian dari persekutuan itu sendiri. Adapun yang
harus tetap dimiliki oleh masing-masing anggota adalah: (1) Ay.23: memiliki pengharapan dalam

Kristus bahwa Ia senantiasa memelihara kita dan menghayati semua kesulitan hidup ini adalah
bagian dari proses pengudusan hidup kita menyerupai Kristus yang sedang kita nantikan
kedatanganNya. (2) Ay. 16-22: dalam pengharapan kepada Kristus yang tetap utuh dan tak
tergoyahkan, maka kita bisa tetap menjaga kualitas iman dan persekutuan kita denganNya
melalui doa, ucapan syukur, yang pada akhirnya melahirkan sukacita dan kesediaan kita menjaga
kekudusan hidup kita sendiri bagi Tuhan. (3) Ay. 14-15: jika pengharapan kepada Kristus dan
kehidupan spiritual kita tetap terjaga, maka dalam hubungan dengan sesama anggota yang lain
akan ada kepedulian untuk saling menjaga agar hidup tetap lurus dalam jalan Tuhan, kesabaran
untuk memahami dan menolong orang-orang yang mulai lemah dalam iman, kasih dan
pengampunan kepada orang yang telah berbuat jahat kepada dirinya. Dengan demikian, dampak
penderitaan secara sosial bisa diredam dan diolah menjadi sesuatu yang justru membangun
kehidupan jemaat, baik sebagai gereja maupun perorangan didalamnya.
Walau persoalan datang silih berganti, Gereja tetap dapat menjaga kekudusannya selama
pengharapan kepada Kristus tidak pernah tergantikan.

1 Tesalonika 5: 12-13 (Senin, 8)


Surat ini ditulis Paulus untuk mengajar jemaat mengenai kedatangan Kristus yang kedua kali,
dan meyakinkan mereka akan perhatian serta doa-doa Paulus bagi mereka, juga mendorong
mereka supaya hidup dalam kehidupan yang patut sebagai orang Kristen. Pasal 5 secara
merupakan nasihat-nasihat yang diberikan Paulus dalam konteks hidup berjemaat atau
persekutuan orang-orang percaya. Di bagian yang pertama ini kita akan merenungkan tanggung
jawab kita sebagai bagian dari persekutuan Kristen terhadap para pemimpin rohani kita, dan
sebaliknya.
1. Ayat 12: Siapa yang dimaksud dengan pemimpin-pemimpin rohani di ayat ini?
2. Ayat 12-13: Apakah tanggung jawab kita terhadap para pemimpin rohani tersebut?
3. Bagaimana 2 tanggung jawab tersebut Anda wujudkan terhadap orang-orang yang Anda
tempatkan sebagai pemimpin rohani dalam hidup Anda?
4. Menurut Anda, mengapa Paulus perlu menasihatkan hal seperti ini? Apa yang menjadi tujuan
Paulus atas nasihat tersebut, baik bagi pemimpin maupun orang-orang yang dipimpin? Cobalah
Anda renungkan!
Renungan
Melalui nasihat yang diberikan Paulus terkait dengan hubungan antara jemaat dengan para
pemimpin rohaninya, baik dalam kehidupan bergereja maupun secara pribadi, maka kita dapat
merenungkan beberapa hal prinsip yaitu:
Hanya seorang pemimpin yang menjaga hidupnya dalam Tuhan dapat memimpin orang lain
untuk memiliki kehidupan yang sama. Setiap kita mengambil posisi dan peranan sebagai
pemimpin rohani, setidaknya bagi satu orang: bagi istri dan anak, bagi adik, bagi karyawan,
rekan kerja, orangtua, dll. Prinsip ini akan tetap berlaku.

Kharisma seorang pemimpin yang menjaga hidupnya dalam Tuhan akan membuat orang lain
menghormati dan mengasihinya tanpa perlu dikondisikan khusus. Bahkan termasuk ketika sudah
tidak ada lagi jabatan/kedudukan sebagai pemimpin secara formal, orang lain tetap akan
menghormati dan mengasihinya.
Bila tidak ada hormat dan kasih, maka fungsi kepemimpinan itu tidak akan berjalan dan
menghasilkan sesuatu yang baik. Paulus berkata, ... menjunjung mereka dalam kasih karena
pekerjaan mereka. Sikap menghormati dan kasih kepada para pemimpin adalah demi
tercapainya tujuan membawa kita semua yang dipimpinnya benar-benar hidup dalam Tuhan.
Terkait dengan poin pertama dan kedua di atas, bila seorang pemimpin itu sendiri tidak hidup
dalam Tuhan, ia tidak akan mungkin bisa memimpin orang dalam Tuhan, dan akan sulit sekali
mendapat hormat dan kasih dari orang-orang yang dipimpinnya. Jikalau ada, tentu membutuhkan
usaha yang keras, baik dari pihak yang dipimpin untuk bisa menerima pemimpin yang demikian,
maupun dari pihak pemimpin yang biasanya terjebak dalam pemaksaan terhadap orang lain
untuk mau menghormati dan mengasihinya. Dan pada akhirnya yang terjadi adalah kekacauan
dan perpecahan umat Tuhan. Karena itu Paulus mengakhiri nasihatnya di bagian ini dengan
kalimat, Hiduplah selalu dalam damai seorang dengan yang lain.
Keberhasilan seorang pemimpin dalam memimpin ditentukan oleh seberapa besar
kesediaannya menundukkan diri di bawah pimpinan oleh Allah

Mazmur 85: 1-13 (Minggu, 7)


Mazmur ini berasal dari zaman sesudah pembuangan. Keadaan mereka sudah dipulihkan, tetapi
belum pulih seperti keadaan semula.
1. Ayat 5-8: Apa yang menjadi permohonan pemazmur?
2. Bagaimana kesan Anda terhadap keseriusan doa permohonan pemazmur? Bagaimana bila
Anda coba membandingkan dengan doa pengakuan dosa Anda?
3. Ayat 1-4: Keyakinan apa yang melatarbelakangi permohonan pemazmur?
4. Ayat 9-13: Apa yang menjadi kerinduan dan ajakan pemazmur kepada seluruh umat setelah
mengalami pemulihan dari Tuhan?
5. Kehidupan kita sebagai orang Kristen tidak luput dari dosa, karena itu melalui renungan hari
ini, simpulkanlah apa yang harus dilakukan orang Kristen terhadap Tuhan dalam jatuh bangun
perjuangannya hidup dalam kekudusan?
Renungan
Mazmur ini dibuka dengan pengakuan iman pemazmur yang melatarbelakangi keberanian
pemazmur menaikkan permohonan kepada Allah. Pemazmur meyakini bahwa Tuhan sudah
memulihkan keadaan Yakub, ini berarti Tuhan mengampuni umatNya. Tuhan tidak terus
menyatakan murkaNya. Namun pengakuan iman ini tidak disampaikan dengan nada gembira,
tetapi dengan kepedihan hati. Mengapa? Karena pengakuan iman ini diucapkan oleh orang yang
menderita (ay.6-7). Apa yang menjadi penderitaannya tidak dikatakan, tetapi bagaimanapun juga
pemazmur sedang memohon agar mereka kembali mengalami kasih setia Allah dan keselamatan
yang dariNya. Permohonan agar Tuhan memulihkan umatNya. Permohonan seperti pemazmur
ini mengajak kita untuk merenungkan betapa seriusnya dosa di hadapan Allah dan seserius itu

pula kita harus mengakui dan memohon pengampunan Tuhan. Bukan doa asal mengakui dan
memohon.
Di ayat-ayat selanjutnya, pemazmur menyatakan tekad dan kerinduannya agar umat tidak jatuh
kembali dalam kebodohan, melainkan hidup makin dekat dengan Tuhan. Hidup dalam suasana
keadilan dan kasih dengan sesama, sehingga murka Tuhan tidak akan terjadi lagi dan mereka
semua mengalami kebaikan Tuhan. Semua pengalaman pahit membuat pemazmur sadar
bagaimana umat harus menjalani kehidupan yang lebih di masa yang akan datang, walau ia tahu
Allah tidak akan menolak memberikan pengampunan dan pemulihanNya. Kasih setia dan
kebaikan Allah bukan untuk dipermainkan, tetapi untuk membuat kita sadar bagaimana
meresponi kasih setia Allah. Pengampunan yang diberikan tidak membuat kita bermain-main
dengan anugerahNya, melainkan hidup dalam kebenaran firmanNya.
Keseriusan kita memandang kekudusan Allah akan melahirkan keseriusan yang sama dalam
pengakuan ketidakkudusan kita dan permohonan pengampunanNya.

Markus 1: 1-8 (Sabtu, 6)


Kedatangan Yohanes Pembaptis merupakan penggenapan dari apa yang pernah tertulis dalam
Yesaya pasal 40. Hal ini sekaligus ingin menunjukkan kepada kita bahwa kedatangan Mesias itu
sudah sejak lama dinubuatkan dalam kitab Suci dan kini sudah tergenapi.
1. Ayat 1-4: Siapa Yohanes Pembaptis dan apa yang menjadi tugasnya? Apa inti pemberitaan
yang dilakukan Yohanes Pembaptis?
2. Ayat 5: Perubahan apa yang terjadi pada orang-orang di daerah Yudea setelah mereka
mendengar seruan Yohanes Pembaptis?
3. Ayat 4 dan 7-8: Apa hubungan antara isi pemberitaan Yohanes Pembaptis dengan peristiwa
kedatangan Yesus itu sendiri?
4. Bagaimana pula dengan kedatangan Yesus dalam hidup Anda? Perubahan seperti apa yang
Anda alami setelah Anda menyambutNya masuk dalam hidup Anda?
Renungan
Sebelum Mesias datang, Allah terlebih dahulu mempersiapkan kedatanganNya dengan mengutus
Yohanes Pembaptis. Ia adalah nabi yang mendapat tugas untuk memberitakan mengenai
kedatanganNya dengan seruan, Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis, dan Allah akan
mengampuni dosamu. Seruan ini menyatakan bahwa kedatangan Kristus membawa perubahan
dalam kehidupan di dunia ini, dan itu ditunjukkan dengan pertobatan mereka yang percaya pada
kedatangan Mesias itu. Dan Yohanes menyadari bahwa ia hanyalah utusan untuk mempersiapkan
kedatangan Mesias, sehingga ia berkata, Sesudah aku akan datang Ia yang lebih berkuasa
daripadaku...Aku akan membaptis kamu dengan air, tetapi Ia akan membaptis kamu dengan Roh

Kudus. Tindakan pembaptisan yang dilakukan Yohanes hanyalah tindakan simbolik pertobatan,
tetapi Kristus itu sendiri yang akan melahirbarukan mereka di dalam kuasa Roh Kudus sehingga
mereka bukan lagi menjadi milik Iblis dengan cengkraman dosa dan hukumannya, melainkan
sepenuhnya menjadi milik Allah dan ada dalam pengampunan Allah. Sejak awal Allah sudah
menyatakan bahwa Mesias itu datang membawa perubahan dan pemulihan. Pemulihan yang
bersifat menyeluruh dalam hidup manusia, baik di kehidupan sekarang maupun kehidupan yang
akan datang, baik tubuh maupun jiwa. Sebuah pemulihan yang membuktikan bahwa hanya
Tuhanlah Allah penguasa hidup kita, dan memang hanya Allah saja yang sanggup mengadakan
pemulihan yang demikian. Demikian pula dengan kita, kedatangan Kristus dalam hidup kita pun
membawa perubahan karena adanya pemulihan demi pemulihan yang Ia kerjakan. Setiap orang
yang menerimaNya masuk dalam hati akan mengalami perubahan, dan perubahan yang paling
awal itu adalah kelepasan kita dari perbudakan dosa dan hukumannya, dan keterikatan kita
dengan kasih Allah yang terus menerus. Bagaimana dengan Anda? Sudahkah perubahan ini
menjadi bagian dalam hidup Anda?
Kedatangan Kristus dalam hidup Anda membuat hidup Anda tidak pernah sama lagi
dengan yang dulu

Mazmur 85: 1-13 (Minggu, 7)


Mazmur ini berasal dari zaman sesudah pembuangan. Keadaan mereka sudah dipulihkan, tetapi
belum pulih seperti keadaan semula.
1. Ayat 5-8: Apa yang menjadi permohonan pemazmur?
2. Bagaimana kesan Anda terhadap keseriusan doa permohonan pemazmur? Bagaimana bila
Anda coba membandingkan dengan doa pengakuan dosa Anda?
3. Ayat 1-4: Keyakinan apa yang melatarbelakangi permohonan pemazmur?
4. Ayat 9-13: Apa yang menjadi kerinduan dan ajakan pemazmur kepada seluruh umat setelah
mengalami pemulihan dari Tuhan?
5. Kehidupan kita sebagai orang Kristen tidak luput dari dosa, karena itu melalui renungan hari
ini, simpulkanlah apa yang harus dilakukan orang Kristen terhadap Tuhan dalam jatuh bangun
perjuangannya hidup dalam kekudusan?
Renungan
Mazmur ini dibuka dengan pengakuan iman pemazmur yang melatarbelakangi keberanian
pemazmur menaikkan permohonan kepada Allah. Pemazmur meyakini bahwa Tuhan sudah
memulihkan keadaan Yakub, ini berarti Tuhan mengampuni umatNya. Tuhan tidak terus
menyatakan murkaNya. Namun pengakuan iman ini tidak disampaikan dengan nada gembira,
tetapi dengan kepedihan hati. Mengapa? Karena pengakuan iman ini diucapkan oleh orang yang
menderita (ay.6-7). Apa yang menjadi penderitaannya tidak dikatakan, tetapi bagaimanapun juga
pemazmur sedang memohon agar mereka kembali mengalami kasih setia Allah dan keselamatan

yang dariNya. Permohonan agar Tuhan memulihkan umatNya. Permohonan seperti pemazmur
ini mengajak kita untuk merenungkan betapa seriusnya dosa di hadapan Allah dan seserius itu
pula kita harus mengakui dan memohon pengampunan Tuhan. Bukan doa asal mengakui dan
memohon.
Di ayat-ayat selanjutnya, pemazmur menyatakan tekad dan kerinduannya agar umat tidak jatuh
kembali dalam kebodohan, melainkan hidup makin dekat dengan Tuhan. Hidup dalam suasana
keadilan dan kasih dengan sesama, sehingga murka Tuhan tidak akan terjadi lagi dan mereka
semua mengalami kebaikan Tuhan. Semua pengalaman pahit membuat pemazmur sadar
bagaimana umat harus menjalani kehidupan yang lebih di masa yang akan datang, walau ia tahu
Allah tidak akan menolak memberikan pengampunan dan pemulihanNya. Kasih setia dan
kebaikan Allah bukan untuk dipermainkan, tetapi untuk membuat kita sadar bagaimana
meresponi kasih setia Allah. Pengampunan yang diberikan tidak membuat kita bermain-main
dengan anugerahNya, melainkan hidup dalam kebenaran firmanNya.
Keseriusan kita memandang kekudusan Allah akan melahirkan keseriusan yang sama dalam
pengakuan ketidakkudusan kita dan permohonan pengampunanNya.

Petrus 3: 8-18 (JUmat, 5)


Janji kedatangan Tuhan Yesus untuk kedua kali yang belum juga mereka dapati pada akhirnya
menjadi bahan ejekan dari guru-guru palsu. Mereka mempertanyakan kebenaran janji tersebut.
1. Ayat 8: Apa maksud perkataan Petrus di ayat ini? Lihat juga ayat 10a.
2. Ayat 10, 13: Apa yang akan terjadi pada saat kedatanganNya yang kedua?
3. Apa arti keadaan tersebut bagi Anda secara pribadi?
4. Ayat 9: Bagaimana kita menghayati masa-masa penantian kedatangan Kristus yang kedua
kali?
5. Ayat 9, 14-15: Dalam penghayatan seperti tersebut di atas, bagaimana kita seharusnya
menjalani hidup dalam masa penantian tersebut?
Renungan
Penghitungan waktu Tuhan tidak dapat disamakan dengan hitungan waktu manusia. Karena itu
tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui kapan Tuhan akan datang kembali. Masa penantian
seperti ini bagi sebagian orang akan digunakan sebagai kesempatan untuk meragukan
kebenarannya dan kemudian menganggapnya tidak akan pernah ada kedatangan kembali. Namun
tidak sedikit pula orang percaya yang tetap antusias menanti kedatangan Kristus.
Firman Tuhan menjelaskan bahwa pada saat kedatanganNya nanti, akan ada kehancuran atas
bumi yang sekarang dan ada pemulihan hidup yang baru, yang tidak tercemari oleh dosa dan
penderitaan. Langit dan bumi yang baru itu hanya dijanjikan kepada orang-orang yang percaya

kepada kebangkitan dan kedatanganNya kembali, berarti kehancuran dunia ini tidak dapat
dihindari oleh mereka yang mengeraskan hati memberontak terhadap Allah. Petrus menyebutkan
peristiwa ini bukan untuk menakut-nakuti orang Kristen, melainkan untuk mengingatkan mereka
bahwa segala sesuatu yang mereka perbuat atau bangun di atas bumi ini hanya bersifat
sementara. Hanya hidup dalam ketaatan sepenuhnya kepada Allah akan memberikan hidup
kekal, dan "hari Allah" merupakan saat mereka menerima ganjaran tersebut. Dengan demikian,
penantian kedatangan Kristus ini akan dinanti dengan penuh pengharapan bagi orang percaya,
sebaliknya, menjadi kengerian bagi orang-orang yang tidak percaya.
Karena itu melalui renungan hari ini Tuhan ingin mengingatkan kita agar waspada dan setia
dalam masa-masa penantian ini. Waspada berarti tidak mempergunakan waktu-waktu ini dengan
sembarangan, apalagi dengan bergelimang dosa. Waspada berarti tidak menunda-nunda waktu
untuk membereskan hidup di hadapan Tuhan. Setia berarti menghayati bahwa sepanjang hidup
kita dengan segala sesuatu yang kita lakukan adalah bagian dari perwujudan hidup untuk Tuhan,
hidup yang tidak terus kedapatan cacat cela dan noda, melainkan hidup yang makin bersih dan
indah dari hari ke hari. Bukan hanya aktivitas hidup belaka yang berlalu begitu saja tanpa makna
dan guna. Sebab waktu yang masih kita miliki ini adalah ungkapan kesabaran Tuhan yang masih
memberi kesempatan kepada kita untuk percaya dan hidup dalam pertobatan.
Anggaplah kesabaran Tuhan kita sebagai kesempatan bagimu untuk beroleh
selamat 2 Petrus 3:15 -

II Petrus 3: 1-3 (Kamis, 4 )


Jemaat penerima surat ini sedang menghadapi guru-guru palsu yang mengajarkan ajaran-ajaran
lain yang menentang keilahian Kristus dan mempengaruhi orang banyak untuk hidup mengikuti
hawa nafsunya sendiri dengan bebas. Surat ini ditulis oleh rasul Petrus untuk mengarahkan
jemaat agar tetap hidup sesuai iman mereka dalam Kristus.
1. Ayat 3: Situasi seperti apa yang akan dihadapi jemaat pada hari Tuhan? Bagaimana dengan
zaman kita sekarang menurut Anda?
2. Ayat 2: Apa yang harus dilakukan oleh orang-orang percaya dalam menghadapi tantangan
yang demikian?
3. Ayat 1: Apa yang dimaksud Petrus dengan menghidupkan pengertian yang murni oleh
peringatan-peringatan?
4. Simpulkanlah, dengan cara apa orang Kristen membentengi dirinya dari berbagai pengaruh
yang menyesatkan di zaman ini? Apakah benteng pertahanan ini sudah Anda bangun dari
sekarang? Bagaimana caranya Anda membangunnya?
Renungan
Guru-guru dan nabi-nabi palsu memasukkan pengajaran yang membinasakan jemaat pada waktu
itu. Mereka mengarang cerita untuk menyangkal Kristus, Jalan Kebenaran. Menyebarkan gaya
hidup bebas, yang penting hawa nafsu mereke terpenuhi. Situasi yang tidak jauh berbeda pula
dengan tantangan yang dihadapi orang Kristen sekarang. Iblis bekerja bukan semata dengan hal-

hal yang mistis dan spektakuler, melainkan menyusup dengan perlahan melalui pandangan hidup
(worldview), gaya hidup (lifestyle) yang bebas dan menyangjung pemenuhan ego dan nafsu
manusia di atas segala-galanya. Ajaran-ajaran yang menyesatkan juga banyak beredar, baik dari
yang terselubung hingga yang terang-terangan melawan kekristenan. Dan tidak sedikit yang
munculnya dari orang-orang dalam tubuh persekutuan itu sendiri yang tidak murni imannya
sehingga mencemari gereja dan memecah belahnya. Sama seperti guru-guru dan nabi palsu yang
menyusup di kalangan jemaat pada waktu itu. Nasihat yang diberikan rasul Petrus tetap berlaku
hingga sekarang. Dalam menghadapi tantangan terhadap ajaran kekristenan, maka tidak ada cara
lain selain kita membentengi diri dengan ajaran Kristen itu sendiri. Mengingat perkataan Tuhan
yang disampaikan para rasul dan nabi-nabi. Mengingat disini mengandung penekanan arti
sepenuhnya mengingat, bukan sekedar mengingat begitu saja. Bahkan bukan hanya mengingat,
tetapi menghidupkan pengertian yang murni. Ada banyak pengaruh dunia yang mengotori hati
dan pikiran kita, termasuk dalam memahami firman Tuhan. Karena itu, kita harus memiliki
pengertian yang murni, benar dan tepat atas firman Tuhan, bukan dipahami sesuka kita.
Mengingat dan mengerti firman Tuhan dengan murni adalah senjata ampuh untuk bertahan dari
kecemaran dunia ini. Sebelum Anda mampu memiliki dua senjata ini, maka langkah awal yang
kecil namun penting adalah memiliki waktu untuk mengetahui isi firmanNya dengan membaca
Alkitab dengan rajin. Jika ada bagian yang sulit Anda mengerti, jangan ragu untuk bertanya
kepada para pengajar/pembimbing rohani Anda.
Atas petunjuk peringatan-peringatanMu aku bergembira, seperti segala harta.
Mzm.119:14

Yesaya 40: 27-31 (Rabu, 3)


Walau bangsa Yehuda mengetahui bahwa penderitaan yang terjadi tidak luput dari kesalahan
mereka sendiri yang tetap melawan Allah, namun itu bukan berarti penderitaan itu menjadi
mudah bagi mereka. Tetap saja penghukuman Allah itu terasa menyakitkan bagi mereka dan
berat untuk dilalui. Tetapi dalam kondisi demikianlah, Tuhan justru semakin dapat menyatakan
kasih dan penghiburan kepada bangsa yang dikasihiNya.
1. Ayat 27: Apa yang dikeluhkan bangsa Yehuda pada saat menerima kenyataan penghukuman
Allah tersebut?
2. Pernahkah Anda memiliki perasaan dan pikiran yang demikian terhadap Allah saat Anda
dihadapkan dengan kesulitan hidup? Bagaimana akhirnya Anda dapat bangkit kembali dalam
kepercayaan Anda kepada Allah?
3. Ayat 28: Apa isi berita penghiburan dari Allah kepada umatNya? Bagaimana Allah
menyampaikan berita tersebut kepada umatNya?
4. Ayat 30-31: Apa perbedaan yang akan terjadi pada diri orang-orang yang tetap berharap
kepadaNya dan yang putus asa tidak mau lagi berharap kepada Allah?
5. Bersediakah Anda berperan seperti Yesaya hari ini: menyampaikan penghiburan Allah kepada
seseorang yang Anda kenal sedang lelah dalam pergumulannya? Sampaikanlah dengan berbagai
cara-kemudahan yang Anda miliki!
Renungan

Dalam penderitaannya, bangsa Yehuda merasa bahwa Allah meninggalkan mereka. Bangsa
Yehuda berkata Hidupku tersembunyi dari Tuhan dan hakku tidak diperhatikan Allah. Mereka
merasa bahwa Allah tidak lagi peduli, bahkan hak-hak mereka sudah tidak diperhitungkan lagi
oleh Allah. Tetapi Allah tidak tinggal diam, Allah tidak seperti yang mereka pikirkan. Melalui
nabi Yesaya, Allah menyampaikan bahwa Ia adalah penguasa hidup mereka dan tidak pernah
lelah memperhatikan kehidupan umatNya, sekalipun umatNya cenderung memberontak terhadap
pimpinanNya. Ia mengajak umatNya untuk terus menantikan pertolongan Tuhan dan tidak
menjadi lelah. Sebab orang yang tetap berharap pada Tuhan akan kuat seperti burung rajawali.
Terkadang bila kita mendapati kesulitan dalam hidup ini, tidak jarang kita melakukan hal yang
sama seperti bangsa Yehuda. Kita menilai Allah dalam penilaian kita sendiri, memikirkan tentang
Allah seperti yang kita kehendaki. Sehingga kita sampai pada kesimpulan bahwa penderitaan
menjadi tanda bahwa Allah mengabaikan kita. Kita dengan mudahnya menyamakan pikiran
Allah dengan pikiran kita. Sehingga akhirnya kita menjadi lelah dan lesu, bahkan menyerah. Hal
seperti itu terkadang tidak bisa dihindari, tetapi firman Tuhan mengingatkan kepada kita, jika
saat ini kita letih lesu karena beban hidup kita, mari tetap percaya kepada Allah untuk
mendapatkan kekuatan kembali. Jangan batasi Allah dengan pikiran manusia yang terbatas untuk
menyelami hikmat dan rencanaNya. Jika kita mengetahui ada orang-orang tertentu yang sedang
lelah dalam pergumulan, mari kita menyampaikan berita penghiburan Allah ini kepada mereka,
sama seperti Yesaya menyampaikan kepada bangsa Yehuda.
Ketika Anda mulai membatasi Allah dalam pikiran Anda sendiri, maka keadaan Anda
akan benar-benar menjadi terbatas

Anda mungkin juga menyukai