EKSEGESIS SURAT
YAKOBUS 1:2-4
OLEH
HANNY DEVID RAWIS
NATANAEL DWI KRISTIAN
FAM YUDHA HARVEST TAMBUNAN
MELIANTY MALUE
MALANG, INDONESIA
11 DESEMBER 2017
EKSEGESIS KITAB
YAKOBUS 1:2-4
Pendahuluan
Surat Yakobus termasuk dalam beberapa surat yang disebut dengan Surat Kiriman
Umum. Meski dalam kanon kitab Kristen surut ini menimbulkan perdebatan tapi pada
akhirnya kitab ini diakui sebagai dalam Perjanjian Baru. Yang merupakan ciri khas dari kitab
Penekanannya dalam hal praktik tentu memiliki alasan yang kuat. Sebab Surat
Kiriman termasuk dalam dokumen yang disebut “dokumen yang tidak berkala”. Artinya ada
situasi dan kondisi khusus yang ingin dijawab yang mendasari penulisan kitab ini. Untuk
itulah, dalam paper ini penulis akan meneliti mengenai latarbelakan penulisan kitab Yakobus.
Penulis
Penulis menyatakan dirinya sebagai Yakobus pada salam pembuka (1:1). Identitasnya
sebagai seorang Yahudi pun dapat dilihat melalui sapaannya kepada kedua belas suku Israel
yang berada di perantauan (1:1). Yakobus nampaknya adalah orang yang cukup terkenal
sehingga tidak perlu penjelasan lebih lanjut tentang siapa dia dalam kitab ini.1
Mengenai identitas penulis, nama Yakobus adalah nama yang umum digunakan,
sehingga pemilik nama Yakobus tidaklah berjumlah sedikit ataupun langka. Hal ini membuat
orang bertanya Yakobus yang mana yang dimaksudkan oleh penulis itu sendiri. Sehingga,
ada tiga pandangan yang dikemukakan oleh para ahli mengenai Penulis.
1
Jasper Klapwijk, Kabar Baik Dari Perjanjian Baru (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2015),
138.
12
Yang pertama adalah Yakobus anak Zebedeus, murid Yesus. (Mat.4: 21). Berkaitan
dengan dugaan bahwa Yakobus anak Zebedeus yang menjadi penulis Kitab Yakobus agak
sulit diterima karena sejarah telah mencatat bahwa murid Yesus ini mati terbunuh di tangan
Herodes pada tahun 42 M (Kis. 12).2 Yakobus anak Zebedeus ini juga yang menjadi murid
pertama yang mati martir di Yerusalem. Dengan demikian, dugaan ini menunjukkan bahwa
Yakobus anak Zebedeus sebagai penulis Kitab Yakobus sangatlah tidak mungkin.
Yang kedua adalah Yakobus anak Alfeus, murid Yesus (Luk. 6:15). Murid Yesus ini
tidak terlalu menonjol dalam kisah kehidupan dan pelayanan Yesus Kristus, bahkan para rasul
di zaman gereja mula-mula, sehingga namanya jarang disebutkan dalam Perjanjian Baru (lih.
Mat. 10:3; Mrk. 3:18; Luk. 6:15; Kis. 1:13).3 Karena itulah, Yakobus anak Alfeus tidak terlalu
Yang ketiga adalah Yakobus, saudara Tuhan Yesus. (Gal. 1:19). Orang ini adalah
kandidat terkuat yang diduga sebagai penulis kitab Yakobus. Para ahli lebih cenderung untuk
menyatakan bahwa penulis Kitab Yakobus adalah Yakobus saudara Yesus, sebagaimana
menurut tradisi ia dianggap sebagai pemimpin sidang (band. Mrk. 6:3; Kis. 15:13). Yakobus
saudara Yesus diyakini baru menjadi percaya setelah kebangkitan Yesus dari antara orang
mati (lihat 1 Kor. 15:7).4 Yakobus meskipun belum menjadi percaya pada waktu Yesus masih
hidup (Yohanes 7: 2-8), adalah saksi dari kebangkitan-Nya (I Korintus 15:7) dan termasuk di
antara mereka yang menantikan Roh Kudus pada hari Pentakosta (Kisah 1:14).5 Yakobus ini
merupakan seorang pemimpin Kristen dari golongan Yahudi di Yerusalem, dan oleh Paulus
dianggap sebagai sokoguru (Gal. 2:9), bahkan Yakobus saudara Yesus ini diakui memiliki
2
Demsy Jura, Mengenal Penulis Kitab Yakobus Dan Pengajarannya, (Shanan Jurnal PAK: Universitas
Kristen Indonesia, 2017), 160-162.
3
Ibid.
4
Ibid.
5
Merril C. Tenney. Survei Perjanjian Baru, (Malang: Gandum Mas, 1992), 326-327.
peranan penting dalam sidang Yerusalem (Kis.15:13; Gal. 2:9).6 Oleh karena Yakobus
merupakan seorang pemimpin umat Tuhan, maka ia merasa berkewajiban untuk memberikan
nasehat, bahkan teguran kepada orang-orang Kristen yang berlatar belakang Yudaisme.
Penerima
Dalam salam pembuka, Penulis dengan jelas menyatakan bahwa suratnya ditujukan
kepada kedua belas suku di perantauan -di luar Palestina- (1:1). Bila diartikan secara harfiah
berarti seluruh umat Yahudi yang tersebar di seluruh dunia.7 Para ahli mengatakan: Mereka
adalah orang-orang Kristen yang berlatar belakang Yudaisme yang sedang mengalami
tekanan di Yerusalem, karena penawanan, atau hanya sebagai perantau biasa yang perlu
diperhatikan.8
Waktu Penulisan
Dalam salam pembuka, Penulis dengan jelas menyatakan bahwa suratnya ditujukan
kepada kedua belas suku di perantauan—di luar Palestina (1:1). Bila diartikan secara harfiah
berarti seluruh umat Yahudi yang tersebar di seluruh dunia.9 Para ahli mengatakan: Mereka
adalah orang-orang Kristen yang berlatar belakang Yudaisme yang sedang mengalami
tekanan di Yerusalem, karena penawanan, atau hanya sebagai perantau biasa yang perlu
diperhatikan.10
Tujuan Penulisan
6
Merril C. Tenney. Survei Perjanjian Baru, 328.
7
John Drane, Memahami Perjanjian Baru, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996), 468.
8
9
John Drane, Memahami Perjanjian Baru, 468.
10
penderitaan. Yakobus menulis untuk membantu gereja-gereja yang sebagian besar terdiri dari
orang-orang Kristen Yahudi yang menderita penindasan dari luar dan menghadapi
perselisihan dari dalam. Yakobus memberikan instruksi kepada orang-orang Yahudi yang
tersebar atau menyebar ke luar dan jauh di luar gereja Yerusalem dan karena itu ia ingin
mereka tetap terhubung dengan tubuh Kristus. Terlebih khusus Yakobus menyoroti hal-hal
yang bersifat praktika. Paulus juga menekankan iman yang disertai dengan perbuatan untuk
memperbaiki kekeliruan dari ortodoksi yang mati yaitu pengakuan iman tidak menghasilkan
apa-apa.11
Konteks Jauh
Pasal selanjutnya, Yakobus menekankan bahwa orang percaya seharusnya tidak hanya
berdiam diri. Tetapi harus melakukan tindakan nyata melalui tindakan mereka yang dapat
dilihat orang lain. Yakobus mengatakan di pasal yang ke dua bahwa orang percaya harus
telah Allah tetapkan. Paulus menekankan iman yang ada pada mereka harus dinyatakan
dengan tindakan sebab iman tanpa perbuatan pada hakikatnya adalah mati. Untuk itu
seharusnya orang percaya mempraktikan dalam kehidupan mereka iman yang benar (2:8-26).
Konteks Dekat
Ayat sebelumnya yaitu pasal 1:1, disini penulis memperkenalkan dirinya sebagai
seorang “Hhamba Allah dan Tuhan Yesus. Kemudian menunjukan kepada siapa tujuan surat
11
Donald Guthrie, Pengantar Perjanjian Baru Volume 3, (Surabaya: Momentum, 2004) 80.
ini ditulis yaitu kepada “kedua belas suku di perantauan”. Kemudian penulis menyampaikan
salam yang merupakan salam yang secara umum terdapat pada surat-surat pada saat itu.
Mulai dari ayat 5-8, bagian ini mengenai hikmat atau kebijaksanaan yang diperoleh
melalui doa. Hubungan dengan paragraph sebelumnya adalah lanjutan yang merupakan
antisipasi jika para pembaca tidak menemukan maksud Tuhan dalam pencobaan yang dialami.
Oleh sebab itu Yakobus mengatakan hendaknya mereka memohon hikmat kepada Allah dan
Analisa Kata
kata ini merupakan sesuatu yang tidak asing di zaman PL dan menjadi hal yang umum dalam
agama Yahudi. Namun sapaan ini bagi orang Kristen kata ini memiliki arti yang lebih dalam
lagi dari sekedar sapaan. Kata ini menyatakan kasih terhadap Yesus dan keanggotaan
keluarga Allah di dalam Dia.12 Dengan menggunakan kata ini, Yakobus mengingatkan bahwa
hubungan antara dia dan orang percaya yang membaca surat ini berada dalam sebuah
Kata “pencobaan” berasal dari kata peirasmos yang berarti ujian atau godaan. Makna
pencobaan dalam ayat yang ke dua adalah lebih mengarah pada ujian. Jika Tuhan
mengizinkan sebauh pencobaan terjadi dalam kehidupan orang percaya maka patut dipahami
bahwa pencobaan ini bersifat ujian dan tidak akan menghancurkan umat-Nya.
Pencobaan yang disebutkan oleh Yakobus, jika dikaitakan dengan 1 Petrus 1:6-7,
dimaknai sebagai penderitaan yang berwujud penganiayaan. Situasi ini dapat dipahimi
Tafsiran Alkitab Masa Kini, Tafsiran Alkitab Masa Kini: Matius-Wahyu, (Jakarta: Yayasan
12
Kata “kebahagiaan” dari kata kara yang memliki arti “sukacita”. Penggunaan kata ini
bukan berarti bahwa orang percaya merasa bahagia karena mengalami penderitaan atas
penganiayaan, tetapi orang percaya bersukacita karena Allah sedang mengerjakan sesuatu
yang indah dan bernilai bagi kehidupan orang percaya melalui pengalaman sulit yang
dialami.13
mereka agar mereka menanggapinya dengan kebahagiaan. Karena pencobaan yang mereka
alami adalah alat yang Allah gunakan untuk membawa iman mereka semakin bertumbuh.
Kata “apabila” (hoton) artinya pencobaan dapat terjadi kapan saja dan tidak dapat
dihindarkan. Orang Percaya suatu saat pasti akan “jatuh dalam pencobaan. Sedangkan ”Kata
“berbagai-bagai” menegaskan bahwa pencobaan itu bukan hanya terjadi satu atau dua kali
saja, tetapi bisa dalam berbagai macam bentuk. Demikian pula dengan penggunaan kata
“jatuh” memperjelas bahwa pencobaan asalnya dari luar sama seperti “orang yang jatuh
Dapat disimpulkan bahwa ayat ini merupakan sebauh penguatan dari Yakobus kepada
mereka alami semua terjadi atas izin Tuhan bukanlah hal yang akan menghancurkan orang
Librecht Anthony, Tafsiran Surat Yakobus: Ciri-ciri Iman yang Dewasa, (Yogyakarta: Penerbit
13
Rainer Scheunemann, Tafsiran Surat Yakobus: Iman dan Perbuatan. Menjadi Pelaku Firman dan
14
Ayat 3. sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan.
Kata Yunani yang dipakai di ayat ketiga ini berbeda dengan dengan ayat kedua. Kata
“ujian” di sini berasal dari kata dokimion. Kata ini digunakan untuk pembuatan mata uang
logam agar menghasilkan uang logam yang murni dan bukan campuran.15 Digunakan untuk
Tujuan ujian di sini adalah untuk memurnikan dari kecemaran dan kenajisan.
Pencobaan yang diizinkan Tuhan dengan maksud untuk menguji, memerikas dan mengetes.
Iman hanya dapat diuji melalui melalui pencobaan sebab pencobaan akan membuktikan
Kata “ketekunan” berasal dari kata Yunani Hupomone yang sering diterjemahkan
dengan “sabar” atau “tabah”, juga dapat diartikan “berada di bawah, menahan”. Artinya,
kemampuan untuk jalan terus dalam iman, walaupun dalam kesulitan. Tapi kata ini tidak
menunjukan tunduk berdiam diri tanpa berbuat apapun dia dalam berbagai keadaan.
Sebaliknya ini merupakan sikap yang tetap bertahan dengan teguh melewati keadaan yang
paling sulit dan paling menantang.16 Kata ini menunjukan bukan semata-mata kemampuan
keangungan dan kemuliaan. Kata ini juga digunakan dalam mengambarkan ketekunan Ayub
ditengah keadaan dan bencana yang paling menyedihkan (5:11). Paulus juga menyebutkan
dalam Roma5:4 bahwa “ketekunan” sebagai sesuatu yang “menimbulkan tahan uji”.
William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari: Surat Yakobus, 1 dan 2 Petrus, (Jakarta: BPK
15
16
I-Jin Loh dan Howard A. Hatton, Pedoman Penafsiran Alkitab: Surat Yakobus, (Jakarta: Lembaga
Alkitab Indonesia dan Yayasan Kartidaya, 2009), 12.
Ketekunan merupakan hasil dari orang percaya yang tahan menderita, menghadapi
ujian dengan cara yang benar. Hasil dari ujian melahirkan kekuatan untuk menanggung lebih
banyak beban dan untuk memenangkan perjuangan-perjuangan yang lebih berat.17 Hal yang
menjadi tujuan dari setiap ujian dalam kehidupan orang percaya adalah pendewasaan rohani
4. Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi
sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apa pun.
Ayat 4 dimulai dengan kata “Dan” yang menunjukan bahwa ada kaitan erat dengan
ayat sebelumnya. Kata “Dan” dapat juga diterjemahkan dengan “lalu” atau “jadi”. Maksud
anak kalimat ini rupanya agar membiarkan “ketekunan” itu berkembang sepenuhnya sampai
Di ayat 4, kata Yunani untuk “sempurna” dari kata teleios yang memiliki arti “yang
sempurna” jika dikenakan untuk benda-benda, atau “dewasa”, “matang” jika dikenakan pada
orang. Kata ini juga dapat berarti sikap moral atau akhlak yang sempurna, atau “berkembang
sepenuhnya”. Kata ini merujuk kepada hasil atau tujuan yang dicapai.19
Kata “sempurna” pada ayat ini digunakan dua kali. Kata “sempurna” kedua, disusul
dengan kata “utuh”, kemudian kata-kata “tak kekurangan suatu apapun”. Ini semua
rohani orang Kristen. Ini memang merupakan sasaran yang harus dicapai oleh orang
percaya.20
17
William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari: Surat Yakobus, 1 dan 2 Petrus, 66.
18
I-Jin Loh dan Howard A. Hatton, Pedoman Penafsiran Alkitab: Surat Yakobus, 13.
19
Ibid, 13.
20
Hasan Sutanto, Surat Yakobus: Berita Perdamaian yang Patut Didengar, (Malang: Literatur SAAT,
2006), 190.
Holokleros adalah kata Yunani untuk “utuh” yang berarti menyeluruh, sempurna
dalam setiap bagian. Ungkapan ini digunakan bagi hewan yang pantas dipersembahkan
kepada Allah dan imam yang pantas untuk melayani Tuhan. Kata ini sering disandangkan
dengan kata “sempurna” yang memiliki makna yang berkaitan dengan akhlak atau tata susila
Tuhan menghendaki setiap orang percaya dewasa rohani dan menjadi sempurna.
Sempurna di sini bukanlah keadaan yang tanpa dosa, tetapi maksudnya adalah memiliki
karakter Tuhan. Karakter Tuhan ini seharusnya menjadi karakter dari setiap orang percaya.22
Kedewasaan rohani, atau dewasa dalam iman lewat karakter orang percaya inilah yang
Kesimpulan
Dari ayat 2-4, ada kemajuan tingkat pemikiran dimana iman yang bertahan terhadap
ujian menghasilkan ketekunan, yang selanjutnya memungkinkan untuk mencapai tujuan yang
lebih tinggi yaitu sempurna dan utuh. Orang-orang Kristen diperintahkan untuk mengangap
cobaan sebagai kesempatan untuk berbahagia. Sebab cobaan itu mungkin daapt menjadi alat
untuk menempa atau menbangun sifat-sifat orang Kristen agar berkembang menjadi lebih
baik.
21
I-Jin Loh dan Howard A. Hatton, Pedoman Penafsiran Alkitab: Surat Yakobus, 14.
Rainer Scheunemann, Tafsiran Surat Yakobus: Iman dan Perbuatan. Menjadi Pelaku Firman dan
22
Anthony, Librecht. Tafsiran Surat Yakobus: Ciri-ciri Iman yang Dewasa. Yogyakarta:
Penerbit ANDI, 2018.
Barclay, William. Pemahaman Alkitab Setiap Hari: Surat Yakobus, 1 dan 2 Petrus. Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 1983.
Drane, John. Memahami Perjanjian Baru. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996.
Jura, Demsy. Mengenal Penulis Kitab Yakobus Dan Pengajarannya. Shanan Jurnal PAK:
Universitas Kristen Indonesia, 2017.
Klapwijk, Jasper. Kabar Baik Dari Perjanjian Baru. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina
Kasih, 2015.
Loh, I-Jin dan Howard A. Hatton, Pedoman Penafsiran Alkitab: Surat Yakobus, (Jakarta:
Lembaga Alkitab Indonesia dan Yayasan Kartidaya, 2009), 12.
Scheunemann, Rainer. Tafsiran Surat Yakobus: Iman dan Perbuatan. Yogyakarta: Andi,
2013.
Sutanto, Hasan. Surat Yakobus: Berita Perdamaian yang Patut Didengar. Malang: Literatur
SAAT, 2006.
Tafsiran Alkitab Masa Kini. Tafsiran Alkitab Masa Kini: Matius-Wahyu. Jakarta: Yayasan
Komunikasi Bina Kasih/OMF, 1988.