Anda di halaman 1dari 21

Yeremia 1:4-10

Konteks
Yeremia dipanggil dan diutus

1:4 Firman TUHAN datang kepadaku, bunyinya: 1:5 "Sebelum Aku


membentuk engkau dalam rahim  ibumu, Aku telah mengenal  engkau , dan
 g   h   1 

sebelum engkau keluar  dari kandungan, Aku telah menguduskan  engkau,


 i   j 

Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa. " 1:6 Maka  k 

aku menjawab: "Ah, Tuhan ALLAH! Sesungguhnya aku tidak pandai


berbicara,  sebab aku ini masih muda. " 1:7 Tetapi TUHAN berfirman
 l   m 

kepadaku: "Janganlah katakan: Aku ini masih muda, tetapi kepada siapapun
engkau Kuutus, haruslah engkau pergi, dan apapun yang Kuperintahkan
kepadamu, haruslah kausampaikan. 1:8 Janganlah takut  kepada mereka,  2  n 

sebab Aku menyertai engkau  untuk melepaskan  engkau, demikianlah firman


 o   p 

TUHAN. " 1:9 Lalu TUHAN mengulurkan tangan-Nya dan


 q 

menjamah  mulutku; TUHAN berfirman kepadaku: "Sesungguhnya, Aku


 r 

menaruh perkataan-perkataan-Ku ke dalam mulutmu .  1:10 Ketahuilah,  3   s 

pada hari ini Aku mengangkat engkau atas bangsa-bangsa  dan atas kerajaan-  t 

kerajaan untuk mencabut  dan merobohkan , untuk membinasakan dan


 u   4 

meruntuhkan, untuk membangun dan menanam. "  v 

Yeremia 1:4-10 | Pesan dari Surga


Renungan Khotbah Tafsir Yeremia 1:4-10 Pesan dari Surga seperti apa yang sekarang diberikan kepercayaan dari

Tuhan untuk kita sampaikan?

 4 min read

Pesan dari Surga — Lomba-lomba dan beragam kontes: nyanyi, sulap, lawak, apalagi? Masak, persahabatan, uji

nyali, uji kesetiaan, ah semuanya sudah bertebaran di tv yang biasa kita tonton itu.

Yang mau saya ajak untuk kita perhatikan bersama hari ini, karena berkaitan dengan bahan perenungan kita

bersama tentang Yeremia 1:4-10 adalah Pildacil - Pemilihan Dai Cilik.

Wuiiihhhh, saya gak terlalu ngikutin sih memang, tapi tahulah sedikit-sedikit mah tentang pildacil. Kemarin saya lihat
di youtube, anak umur 5 tahun sudah ikutan Pildacil!?! Hebat bener! Ada yang pernah lihat dai cilik yang lebih kecil

lagi tidak?

Dan ini tak hanya terjadi di teman-teman dan adik-adik kecil Muslim saja, tapi juga terjadi di kita. Orang-orang Kristen

pun ada lho Pendeta cilik nya.

Saya punya link videonya.

Lumayan ya, bisa membuat kita senyum-senyum sedikit dan kagum: Wah, anak sekecil itu sudah berani tampil

melayani di depan jemaat?! Hebat!

Yeremia 1:4-10
Gentar
Yang saya mau katakan adalah mari kita lihat apa yang terjadi dalam diri Yeremia ketika Allah berkata di ayat 4-5:

Yeremia 1:4-5

Firman TUHAN datang kepadaku, bunyinya: "Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah

mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku telah

menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa."

Lalu di jawab oleh Yeremia di ayat 6:

Yeremia 1:6

Maka aku menjawab: "Ah, Tuhan ALLAH! Sesungguhnya aku tidak pandai berbicara, sebab aku ini masih muda."

Saya sempat bertanya-tanya tentang seberapa muda sih Yeremia pada waktu Tuhan panggil dia itu? Kemudian saya

dapatkan data ini:

Dalam bahasa Ibrani, kata "masih muda" adalah "Na'ar".

Artinya masa anak-anak, muda belia (remaja - usia belasan). Kata Na'ar menunjukkan bahwa umur Yeremia pada

waktu itu belum mencapai umur rata-rata seorang nabi. Menurut pemahaman suku Lewi, garis imam di Israel, usia

nabi itu di mulai dari tahun 20 tahun (di atas umur 20 tahun).

Jadi berapa usia Yeremia waktu itu?? 19 tahun?? 18 tahun? Yang jelas di bawah 20 tahun! - Usia anak SMA.

Dan tidak seperti video yang kita lihat tadi, Yeremia tidak semudah itu untuk berkata "Ya". Coba saja bapak dan ibu

yang baru jadi anggota majelis jemaat, apa langsung bilang iya, waktu itu? Mungkin ada yang langsung ok, mungkin
ada juga yang proses nya panjang, ada juga yang akhirnya "belum berani sekarang."

Hari ini saya mau ajak kita untuk merenungkan apa yang dilakukan Allah untuk meyakinkan Yeremia bahwa Allah

memang memilih dia.

Yeremia punya alasan untuk takut dan gak berani maju? Jelas Yeremia punya.

Lihat saja apa yang terjadi pada israel di zaman Yeremia. Misalnya: Judul pasal 2 kitab Yeremia ini yang berbunyi:

Israel murtad kepada Tuhan.

Yeremia menghadapi seluruh bangsa dan orang-orang besar dan mereka yang jauh lebih tua di Israel! Siapa yang

gak ngeri dengan tantangan kepercayaan macam itu?

Pertanyaannya: Kenapa Tuhan se percaya diri itu berani memilih Yeremia sebagai "Penyampai Pesan dari Surga" ??

Setiap Kita Memiliki Pesan dari Surga


Satu hal yang mau kita renungkan: ayat 5

Yeremia 1:5

"Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari

kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa."

Ternyata, bahkan sebelum kita "keluar dari kandungan" ... Tuhan sudah mempunyai rencana untuk kita.

 Kenapa ya, kok saya di tempatkan di Indonesia? Ppadahal pengen banget lahir di inggris!

 Kenapa kita di tempatkan di jemaat kita di sini? Kok ya tidak di Lakewood tempat Pendeta Joel Osteen saja.

 Kenapa kita di tempatkan di keluarga kita di sini? Hadeuuuhhhh, keluarga saya mah saban hari ribut mulu,

tengkar kagak ada habisnya! - misalnya.


Justru di situlah Pesan dari Surga itu mewujud dalam hidup kita. Di situlah rencana Allah datang dalam diri kita:

Jadilah pembaca damai, bukan biang ribut.

Ada begitu banyak Pesan dari Surga yang sebetulnya siap untuk diberitakan ketika kita menyambut kepercayaan

dari Allah.

"Aduh, bagaimana nih Indonesia?! Kapan majunya kalau korupsi merajalela!?" Itulah pesan dari surga! Jangan jadi

salah satu yang ikut-ikutan korupsi!

Pertanyaan buat saya dan kita semua hari ini: Pesan dari Surga yang seperti apa yang sekarang ini diberikan

kepercayaan dari Tuhan untuk kita sampaikan dalam hidup kita??

Jadilah pembawa Pesan dari Surga!

Andalah satu-satunya orang di antara semua ciptaan yang mempunyai perangkat kemampuan Anda.

Anda istimewa. Anda langka, dan dalam semua ke-langka-an ada nilai yang besar. Andalah satu-satunya

orang yang paling memenuhi syarat di muka bumi ini untuk mengerjakan apa yang ditakdirkan untuk

Anda kerjakan. (John L. Mason, Mustahil Menjadi Mungkin, 64)

Renungan Yeremia 1: 4-10 | Bisa Karena Bapa


Kontributor

Daftar Isi
 kita ditetapkan oleh TUHAN
 kita disertai oleh TUHAN
 kita diperlengkapi oleh TUHAN

Renungan Yeremia 1: 4-10 | Bisa Karena Bapa. Pernahkah saudara-saudari melihat kedai atau warung makan dengan nama yang unik?
Miisalnya, Warung Bakso Pak Gundul, Mie Ayam Pak Pendek, dan sebagainya. Masyarakat Indonesia memang kadang kala menggunakan
nama-nama unik untuk usahanya demi menarik minat pembeli, salah satunya dengan menonjolkan kekurangan fisik pemiliknya. Ini merupakan
hal yang baik, oleh karena para pedagang tersebut tidak lagi memandang “kekurangan” fisik sebagai kelemahan yang membuat minder,
melainkan berbesar hati menerimanya dan menjadikannya daya tarik tersendiri untuk usahanya. Sementara ada banyak orang, tidak terkecuali
orang-orang percaya, yang merasa bahwa dirinya sangat kurang dan tidak berdaya. Entahkah itu dikarenakan bentuk fisik, kognitif/kecerdasan,
dialeg/logat, latar belakang keluarga, dan masih banyak lagi. Perasaan-perasaan seperti ini menghalangi atau menghambat orang percaya untuk
melaksanakan tugas pelayanan di dunia ini, yaitu untuk memberitakan kabar sukacita kepada semua makhluk dan menjalankan fungsi dalam
persekutuan tubuh Kristus. Untuk itu mari belajar dari kisah keterpanggilan Yeremia sebagai nabi Allah, dan bagaimana Allah meneguhkannya
untuk bisa keluar dari rasa minder yang menghalanginya melayani.
Keadaan bangsa Allah pada saat itu telah terbagi menjadi 2 kerajaan yakni kerajaan Israel (10 suku) di Utara dan kerajaan Yehuda (2 suku) di
Selatan. Dalam pasal 1:2 kita mengetahui bahwa raja yang memerintah Yehuda waktu itu adalah Yosia. Dia adalah raja yang naik takhta pada
usia muda dan merupakan seorang yang takut TUHAN. Kemudian dari pasal 1:3 kitab Yeremia ini kita juga mengetahui bahwa firman TUHAN
datang kepada Yeremia tidak hanya dalam masa pemerintahan Yosia, tetapi sampai pada masa pemerintahan Zedekia. Yosia memang raja yang
takut TUHAN. Tapi tidak demikian dengan raja-raja setelahnya sampai kepada raja Zedekia. Mereka semua melakukan apa yang jahat dimata
Tuhan, dan berujung pada pembuangan ke Babel. Tidak berlebihan jika kita katakan bahwa situasi pemanggilan Yeremia ini merupakan situasi
yang genting bagi seorang nabi atau utusan Tuhan. Apalagi setelah matinya raja Yosia. Ini bisa menjadi salah satu pertimbangan tentang
kegentaran hati Yeremia ketika dia dipanggil menjadi nabi Tuhan. Tapi alasan yang lebih jelas dan tegas diungkapkan oleh Yeremia pada ayat 6
dari bacaan kita hari ini. Alasan yang diungkapkannya adalah “tidak pandai berbicara” dan “usia yang masih muda.”

Bersyukur bahwa TUHAN meneguhkan Yeremia dan tetap bersedia memakai dia untuk menyampaikan firman-Nya ditengah-tengah situasi yang
menegangkan, diantara bangsa dan raja yang keras kepala. Dan dia menerima dirinya sebagai orang yang istimewa di hadapan TUHAN, Allah
Israel. Nah saudara-saudari, melalui panggilan Yeremia ini kita juga mau belajar akan status kita di hadapan Bapa kita. Bahwa kita adalah anak-
Nya yang sangat dikasihi-Nya. Dia tidak mau kita merasa terpuruk dan merasa rendah diri dengan semua penilaian negatif kita terhadap diri
sendiri. Seperti halnya Yeremia, kita pun berharga dimata-Nya. Untuk itu setiap kita orang percaya seharusnya tidak perlu takut dan ragu
dalam melaksanakan tugas pelayanan di dunia ini. Mengapa kita seharusnya tidak perlu takut dan ragu dalam melaksanakan tugas pelayanan
kita di dunia ini? Oleh karena bacaan kita hari ini menyingkapkan pada kita 3 kebenaran.

kita ditetapkan oleh TUHAN


Kebenaran yang pertama adalah bahwa kita ditetapkan oleh TUHAN. Ini dapat kita lihat dalam ayat 5 dari bacaan kita ini. Saudara-saudari
sekalian, kalau kita perhatikan ayat 5 ini dengan seksama, kita akan mendapati 4 kata kerja yang Allah ucapkan yakni: membentuk, mengenal,
menguduskan dan menetapkan. Saudara-saudari, kata ‘membentuk’ dalam bahasa aslinya mengandung arti ‘sesuatu yang dibuat oleh jari-jari
tangan seseorang.’ Kata ini biasa digunakan untuk merujuk atau menjelaskan pekerjaan seorang panjunan atau penjura yang membentuk keramik
atau bejana tanah liat dengan tangannya. Tapi dalam hal ini Allah mengidentifikasi pekerjaan-Nya dengan kata ini. Bahwa Dia sendirilah yang
membentuk kita dalam rahim ibu kita masing-masing. Dia tahu pasti setiap bagian diri kita. Tapi pernyataan Allah yang lebih mengagumkan lagi
adalah bahwa sebelum kita ada dalam rahim, bahkan sebelum kehadiran kita terfikirkan oleh orang tua kita, Allah telah mengenal kita
sepenuhnya. Kata ‘mengenal’ disini tidak sama artinya dengan kata mengenal yang biasa kita gunakan: saya kenal si A, dsb. Kata mengenal
diterjemahkan dari kata Yada. Artinya adalah mengenal secara dalam, mengenal berdasarkan pengalaman, atau mengenal sepenuhnya. Dalam
kitab Kejadian 4:1 kata ini juga digunakan untuk menunjuk pada hubungan suami-istri antara Adam dengan Hawa. Ketika Allah menyatakan
bahwa Dia mengenal kita, itu berarti bahwa Dia mengenal kita lebih baik dari siapa pun. Sebelum kita terbentuk di dalam kandungan pun Allah
sudah menguduskan kita. Dikuduskan artinya dipisahkan untuk suatu maksud tertentu. Ini kembali menunjukkan bahwa Allah begitu mengenal
kita dan rancangan-Nya bagi kita telah tersedia jauh sebelum kehadiran kita di dunia. Pernyataan-pernyataan Allah ini pun mengerucut kepada
suatu pernyataan utama bahwa Dia “sudah menetapkan.” Kalau saudara-saudari di suruh untuk menetapkan atau memilih satu bunga di taman
untuk diberikan kepada seseorang, kira-kira bunga mana yang akan saudara-saudari pilih? Yang ungu mungkin, atau yang kuning, atau yang
merah. Anda memilihnya karena mungkin bunga itu lebih indah dari yang lain, atau lebih wangi dari yang lain. Paling tidak ada kualifikasi atau
keunggulan tertentu dari bunga tersebut yang menyebabkan anda memilihnya. Bagaimana dengan Bapa kita di sorga? Bapa tahu bahan tubuh kita
ini, karena Dia yang membentuk kita. Dia juga mengenal kita lebih dari siapa pun. Dan anugerah-Nya bagi kita adalah bahwa Dia sudah
menguduskan kita yaitu menetapkan kita untuk maksud dan tujuan tertentu. Kata ‘menetapkan’ dalam bacaan ini diterjemahkan dari kata Natan,
yang dapat juga diartikan ‘memberi’. Kata Natan ini sendiri memiliki arti yang jauh lebih dalam. Ini menunjukkan otoritas orang yang memberi.
Tidak ada syarat atau kualifikasi apa pun untuk orang pertama memberi kepada orang kedua. Itu semua terjadi hanya karena orang pertama mau
dan rela memberi. Jadi ketika Allah berfirman bahwa Dia menetapkan kita, itu menunjukkan bahwa Dia memilih kita karena anugerah-Nya. Dia
bisa pilih siapa saja. Tidak ada kualifikasi atau hal yang membuat kita layak untuk dipilih Allah. Itu semua hanya karena anugerah. Kita tidak
mempengaruhi dan tidak menghakimi Dia. Dialah yang menghakimi kita. Kita semua telah ditetapkan Allah menjadi mitra-Nya untuk
mengabarkan Injil kepada segala makhluk. Ini merupakan anugerah bagi kita semua. Menyadari hal ini, segala rasa rendah diri akan lenyap ganti
sukacita karena penetapan Tuhan atas kita tanpa syarat atau tanpa melihat segala kelemahan kita.
BACA JUGA:  Renungan Matius 5: 17-48 | Menghancurkan Kekakuan, Melampaui Kesetimbangan

kita disertai oleh TUHAN


Kebenaran yang kedua, mengapa kita sebagai orang percaya sehausnya tidak perlu takut dan ragu dalam melaksanakan tugas pelayanan di
dunia ini, adalah karena kita disertai oleh TUHAN. Dalam ayat 8 kita melihat pernyataan Allah kepada Yeremia, bahwa ketika Dia
menetapkannya menjadi nabi, Dia tidak sekali-kali membiarkan Yeremia berjalan seorang diri. Dia akan menyertainya. Deklarasi TUHAN yang
kedua ini (menyertai) terwakili oleh sebuah kata atau artikel sederhana, yakni Et (dalam bahasa Ibrani) atau Meta (dalam bahasa Yunani). Namun
dalam kesatuan kalimat, kedua kata ini menunjukkan kedekatan atau kehadiran pribadi yang menyampaikan firman. Jadi dapat dipahami bahwa
Yeremia, bahkan juga kita semua, tidak berbuat segala sesuatu sendirian, tetapi Pribadi Bapa sendiri bersama dengan kita.
Dulu waktu masih SMP saya bersama bapak sering ke kebun, apalagi kalau libur sekolah. Tapi saya tidak berani untuk pergi sendiri. Kebun di
Sulawesi Tengah itu kebanyakan di daerah gunung, dan disekitarnya adalah hutan. Jadi pergi kebun dan pergi hutan hampir sama. Suatu kali saya
disuruh untuk pergi ke kebun ambil ayam. Hari itu semua orang di rumah sibuk untuk persiapan pesta panen, maka hanya saya yang bisa untuk
pergi. Hari kira-kira sudah pukul 4 sore. Cahaya matahari sudah mulai redup. Dan saya yakin di gunung mataharinya lebih ‘cepat tidur.’
Perjalanan ke kebun membutuhkan waktu 30 menit naik motor, ditambah sekitar 15 menit jalan kaki. Kalau saya pergi bersama bapak saya tidak
merasa takut walaupun harus pergi malam. Tapi kali ini saya sendiri. Sensainya sungguh luar biasa. Saya keluar dari kebun sekitar pukul setengah
6 sore dan sampai di rumah sekitar setengah 7 malam. Tapi semenjak itu saya berani untuk pergi kebun sendirian. Poinnya adalah ada perbedaan
besar antara pergi kebun sendirian dengan pergi bersama bapak. Bagaimana dengan Yeremia? Bagaimana kita sebagai umat Tuhan? Kalau kita
membaca ayat 7 kita seolah-olah melihat bahwa Yeremia disuruh untuk pergi sendiri. Dia harus pergi ke tempat yang Allah perintahkan. Tetapi
ayat 8 menunjukkan bahwa Pribadi TUHAN pergi bersama dia juga. Bapa pergi bersama-sama dengan kita. Selalu. Untuk apa? Untuk menonton
saja? Tidak. Tetapi untuk turut bekerja dengan kita, yaitu melepaskan kita. Kata ‘melepaskan’ dalam bacaan ini berdasarkan bahasa aslinya dapat
juga diterjemahkan sebagai ‘menyelamatkan’ atau ‘melindungi.’ Dari apa? Dari berbagai macam tantangan yang kita hadapi dalam menjalankan
tugas pelayanan kita. Kita mungkin bertemu dengan orang-orang yang senang menghakimi kita dengan semua kekurangan kita, masa lalu kita,
atau orang-orang yang mengancam nyawa kita. Mungkin orang terdekat yang membatasi kita untuk bekerja bagi Tuhan. Bapa akan selalu
melindungi dan melepaskan kita dari berbagai tantangan yang kita hadapi. Bukan hanya yang berasal dari luar diri kita tetapi yang utama yang
berasal dari dalam diri sendiri. Tantangan tersulit yang dihadapi dalam menjalankan panggilan pelayanan sering berasal dari dalam diri sendiri.
Mungkin bukan hanya rasa rendah diri. Tetapi juga mungkin ada kesombongan di dalam. Tidak mau menerima saran. Atau mungkin adiksi-
adiksi, kecanduan-kecanduan. Bapa pasti akan melepaskan kita dari semua hal tersebut dan menyelamatkan kita dari kecenderungan yang
merusak. Bapa hadir bersama-sama dengan kita, sehingga Dia turut merasakan pergumulan kita, baik tentang lingkungan di luar kita maupun
tentang hal-hal internal dalam diri kita.

BACA JUGA:  Renungan Keluaran 25: 9 | Ziarah Ke Kemah Suci

kita diperlengkapi oleh TUHAN


Kebenaran yang ketiga, mengapa kita sebagai orang percaya sehausnya tidak perlu takut dan ragu dalam melaksanakan tugas pelayanan di
dunia ini, adalah karena kita diperlengkapi oleh TUHAN. Dalam ayat 9 kita melihat bahwa TUHAN menjamah mulut Yeremia dan menaruh
perkataan-Nya dalam mulut Yeremia. Ini adalah sebuah penggambaran tindakan Allah. Poinnya adalah bahwa Yeremia yang tidak fasih berbicara
telah dikaruniakan kemampuan untuk berkata-kata menyampaikan firman-Nya. Allah memberikan apa yang diperlukan Yeremia untuk
menjalankan tugas pelayanannya. Dia diperlengkapi. Tapi apa sebenarnya arti diperlengkapi? Kita melihat bahwa mulut Yeremia dijamah oleh
TUHAN, dan dia dikaruniakan kemampuan berbahasa. Kata menjamah dalam bagian ini diambil dari kata Ibrani Naga. Tapi dalam Septuaginta
(Alkitab PL berbahasa Yunani) kata yang digunakan adalah Hepsato, yang berasal dari kata Hapto. Uniknya, kata ini tidak selalu diterjemahkan
menyentuh atau menjamah, tetapi juga bisa diterjemahkan ‘menyalakan, menghidupkan atau mengobarkan.’
Bapa mengasihi kita. Dia tahu semua beratnya tantangan dan pergumulan yang kita hadapi. Untuk itu Dia mengaruniakan Roh Kudus kepada kita
masing-masing. Kita dipersatukan dengan Dia. Roh Kudus itu menyalakan semangat pelayanan dalam hati kita. Dia memperlengkapi kita dengan
karunia-karunia rohani untuk dipakai memuliakan Dia dalam menjalankan panggilan pelayanan kita. Masing-masing kita diutus untuk suatu tugas
yang berbeda, sehingga karunia rohani yang diberikan Roh Kudus kepada kita pun berbeda-beda. Untuk itu kita tidak perlu merasa kita tidak
terlalu penting dalam tubuh Kristus karena kita tidak memiliki karunia yang sama dengan orang lain. Kita punya panggilan dan fungsi masing-
masing, dan setiap kita penting. Kalau saudara dan saya mencoba untuk menjadi orang lain, bisa dipastikan tugas pelayanan yang ada di depan
kita tidak akan mampu kita laksanakan karena kita tidak menjadi sesuai lagi untuk tugas pelayanan itu. Atau mungkin kita merasa bahwa kita
tidak memiliki karunia rohani sama sekali. Itu sangat salah. Ketika Allah menetapkan dan mengutus kita untuk suatu tugas khusus, Dia juga akan
memperlengkapi kita. Kita semua punya karunia masing-masing. Bahkan kehadiran kita pun adalah karunia bagi sesama kita. Belum mengetahui
karunia rohani bukan berarti tidak memilikinya. Allah akan dan sudah menyatakannya pada kita masing-masing. Saudara-saudara, dengan
berbagai keunikan kita masing-masing, Allah Roh Kudus mengobarkan semangat yang sama kepada kita untuk melaksanakan tugas pelayanan
yang dikaruniakan Bapa pada kita. Jangan biarkan semangat itu redup dan pudar oleh karena perasaan-perasaan rendah diri.

Renungan: Panggilan Menjadi Hamba (Yeremia 1:4-


10)
Written By Trisman  Thursday, 3 February 2022  Add Comment

Renungan Kristen tentang panggilan menjadi hamba Tuhan dalam Kitab Yeremia 1:4-10. Menjadi
seorang hamba Tuhan agak sulit karena kebenaran itu bertentangan dengan dunia ini. Misalkan kisah
Paulus ketika ia menjadi hamba Tuhan, akhirnya ia dibenci oleh kaumnya sendiri.

Hal ini pernah dialami oleh Tuhan Yesus Kristus ketika Ia menjadi manusia. Kebenaran yang Dia
sampaikan ditolak oleh umat Tuhan pada waktu itu.

Menjadi seorang hamba bukan hanya sekedar kerinduan yang berapi-api untuk mau mencoba. Harus
benar-benar panggilan dalam kehidupannya.

Demikian juga yang alami oleh nabi Yeremia, ketika Tuhan berfirman kepadanya. Tuhan berkata
kepadanya bahwa ia telah ditakdirkan dan ditetapkan menjadi nabiNya.

Nabi adalah seorang pembawa pesan Allah kepada umat-umat Tuhan, bisa juga jurubicara Tuhan
kepada umat-Nya. Kalau kita memperhatikan Yeremia 1:4-10 ini, sepertinya Yeremia belum siap dan
menolak untuk menjadi hamba-Nya.
Dengan alasan berkata ia tidak pandai berbicara dan ia masih muda. Kisah ini juga pernah dilakukan oleh
Musa ketika Tuhan berfirman kepada Musa, berbagai alasan Musa berkata kepada Tuhan, siapakah aku
ini Tuhan, aku ini tidak pandai bicara (Kel.3:11; 4:10). Namun Tuhan tetap memberikan pengertian
kepadanya sebab Ia akan selalu menyertai dirinya.

Yeremia menyadari tugas yang Tuhan berikan kepadanya, sangat berat dan agak sulit. Tentu ia telah
mengetahui kisah nabi-nabi Allah sebelumnya yang diperlakukan tidak adil. Akibatnya ia tidak siap
menjadi utusan Tuhan.

Namun Tuhan menjawab kepadanya di ayat 8 "jangan takut kepada mereka, sebab Aku menyertai engkau
untuk melepaskan engkau".

Penyertaan Tuhan itu pasti, jangan anda takut ketika saudara menjadi utusan Tuhan atau menjadi
hambanya Tuhan. Sebab Tuhan bersamamu yang selalu menyertai kehidupanmu.

Mungkin saat ini anda belum siap menjadi hambanya Tuhan karena berbagai faktor. Jangan jadikan itu
alasan bagimu untuk tidak mau menjadi hambanya Tuhan. Jangan takut sebab Tuhan menyertai engkau
dan melindungi engkau.

Memang agak berat menjadi hambanya Tuhan, memikirkan masa depanmu, memikirkan kehidupanmu
kelak. Jangan kuatir dan gelisa hatimu sebab Tuhan menyertai engkau.

Sekianlah renungan Kristen tentang panggilan menjadi hambanya Tuhan. Semoga memberkati
kehidupan saudara. Tuhan Yesus memberkati.
Bacaan Firman Tuhan: Yeremia 1: 4-10
Berita tentang pengutusan Yeremia menjadi nabi dinyatakan melalui dialog antara Tuhan yang
mengutus dengan Yeremia yang diutus. Dari dialog tersebut kita akan melihat penekanan
penting yang disampaikan oleh Tuhan dan juga respon Yeremia.

Tuhan memulai penjelasan tentang pemanggilannya menjadi nabi yaitu Tuhan telah mengenal,
menguduskan dan menetapkan Yeremia menjadi nabi sebelum dia dibentuk dalam kandungan.
Bahwa Tuhan sudah mempersiapkannya jauh sebelum dia lahir, maka pengutusan itu
bukanlah hal yang tiba-tiba.

Namun demikian, Yeremia merasa bahwa pemanggilannya menjadi nabi Tuhan belum layak
baginya karena dia belum pandai berbicara karena masih muda. Dan dari respon Yeremia ini,
Tuhan lebih jauh menjelaskan kembali tentang pemanggilan Tuhan, bahwa pemanggilan Tuhan
itu bukanlah soal kesanggupan maupun kecakapan tetapi soal penyerahan diri untuk mau
dipakai oleh Tuhan. Sebab ketika Yeremia menerima panggilan itu, maka Tuhanlah yang akan
memberikan petunjuk kepada siapa dia akan pergi dan apa yang akan disampaikan, Tuhan
yang akan menaruh perkataanNya ke dalam mulutnya. Yeremia juga tidak perlu takut
terhadap tantangan yang dihadapinya sebab Tuhan yang menyertainya.

Renungan

      1.     Mengenal diri
Jika kita mengikuti kisah pemanggilan Yeremia ini memiliki kesamaan juga dengan
pemanggilan tokoh-tokoh Alkitab yang lainnya, bahwa semua yang dipanggil oleh
Tuhan merasa tidak sanggup jika mengandalkan kemampuannya, tetapi dalam
kelemahan mereka ada Tuhan yang menguatkan, seperti yang dikatakan oleh Paulus
“kesanggupan kami adalah pekerjaan Allah” (2 Kor. 3: 5-6). Kita juga mengimani
panggilan Yeremia ini sebagai panggilan kita orang yang beriman, bahwa kita
menyambut panggilan Tuhan sehingga kita menjadi anak-anakNya. Ketika kita
beriman kepada Tuhan, maka kita percaya bahwa dalam kelemahan dan kekurangan
kita ada kuasa Tuhan yang selalu menopang kita.
Maka adalah baik dan bijak jika kita mengenal siapa diri kita, sebelum kita dibentuk di
dalam rahim, Tuhan sudah mengenal siapa kita ini, Tuhan dengan persis sudah tahu
bagaimana dan apa kelehaman kita. Kita adalah anak-anak Allah yang ditebus dengan
harga yang mahal yaitu darah Kristus.  
      2.     Setia mendengar tuntunan firman Tuhan
Ketika Yeremia mengatakan “aku ini masih muda”, disini Yeremia mengungkapkan
pengenalan dirinya akan kelemahan dan ketidakmampuannya mengemban panggilan
Tuhan itu. Bisa saja kita seperti Yeremia ini yang mengeluhkan ketidakmampuan,
kelemahan kita dalam menghadapi berbagai hal dalam hidup kita. Tetapi melalui nas
ini kita seperti firman Tuhan kepada Yeremia “janganlah katakan aku ini masih muda”,
jangan katakan kamu tidak bisa, jangan katakan kamu tidak mampu. Mengapa? Yang
memanggil kita adalah Tuhan dan yang mengutus kita juga adalah Tuhan, selama kita
setia pada pengutusan Tuhan, kepada siapa pun kita diutus dan apapun yang
diperintahkan kita jalankan, maka keluhan tentang kelemahan kita itu tidak akan ada
artinya, sebab dalam kelemahan dan kekuarangan kita selalu ada firman Tuhan yang
memberikan kepada kita petunjuk dan jalan yang harus kita lalui. Maka kelemahan dan
kekurangan kita itu tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan ketaatan kita kepada
perintah dan petunjuk Tuhan. Melakukan perintah Tuhan itu bukan beban, tetapi
justru firman Tuhan berkata “berbahagialah orang-orang yang mendengarkan firman
Allah dan yang menaatinya” (Lukas 11:28).
      3.     Diutus untuk memberitakan firman Tuhan
Kemudian keluhan Yeremia yang mengatakan “aku tidak pandai berbicara”, Yeremia
menganggap dirinya masih muda maka bagaimana mungkin orang lain akan percaya
dan mendengarkan perkataanya. Namun keraguan itu dijawab oleh Tuhan
“Sesungguhnya, Aku menaruh perkataan-perkataan-Ku ke dalam mulutmu” bahwa
Tuhan mengutus Yeremia bukan untuk menyampaikan perkataan manusia tetapi
perkataan Tuhan.
Tuhan memanggil kita menjadi anak-anakNya tentu tidak hanya sebatas agar kita
beroleh keselamatan, tetapi Tuhan mau pakai hidup kita ini juga menjadi pewarta
kerajaan sorga, Tuhan mau pakai setiap orang yang percaya untuk memberitakan kabar
baik (Injil) kepada semua orang. Kemanapun dan dimanapun orang kristen itu berada
maka disitu juga ada berita tentang kabar baik Tuhan. Memberitakan Injil bukan hanya
sebatas memberitakan tentang yang tertulis dalam Alkitab, tetapi kehadiran kita adalah
kehadiran yang tidak membenarkan kejahatan, kehadiran yang membangun dan
memberi pertumbuhan (ayat 10).
Artikel Terkait
 Kisah Para Rasul 9: 1-6 Berubah Oleh Perjumpaan Dengan Yesus
 Yesaya 52:13-15 Hamba Tuhan Yang Menderita
 Keluaran 15: 19-21 Bernyanyilah Bagi Tuhan
 Kisah Para Rasul 9: 36-43 Kuasa Tuhan Yang Menghidupkan
 Mazmur 4:2-9 Percayalah Kepada Tuhan

Yeremia 1:4–10 (Khotbah Minggu, 31 Jan 2016)


                   DIPILIH SEJAK DARI KANDUNGAN

Ketika kita mengajak seseorang menjadi hamba Tuhan, entah sebagai Pendeta, Penatua, atau Majelis ;
cenderung menolak. Alasannya sangat klasik : belum/tidak terpanggil. Memang, menjadi hamba
Tuhan butuh panggilan pribadi. Tanpa ada panggilan hati maka tugas yang mestinya diemban akan menjadi
beban berat. Lepas dari panggilan hati, ada alasan yang terukur untuk menolak panggilan itu, seperti yang
diungkapkan Yeremia ; ‘aku tidak pandai bicara dan masih muda’.  

Pandai berbicara memang keharusan bagi seorang nabi, sebab ia akan menyampaikan firman Tuhan dengan


kata-kata. Firman Tuhan selalu berkaitan dengan nasehat, bimbingan, kritik, pengajaran ; semua
itu membutuhkan kemampuan berbicara. Demikian juga pengalaman sangat penting. Pengalaman bisa
berkaitan dengan kematangan usia. Oleh sebab itu, alasan Yeremia menolak panggilan Tuhan itu sangat
logis, karena ia masih muda.

Tetapi perlu juga dipahami, menjadi hamba Tuhan bukan ditentukan oleh diri sendiri dan bukan berdasarkan
kemampuan sendiri. Tuhan memiliki kuasa untuk memilih hambaNya. Itu sebabnya, menjadi hamba Tuhan
bukan pilihan tetapi panggilan. Menarik atas penetapan Yeremia menjadi nabi : (a) ‘sebelum engkau keluar
dari kandungan, …., Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa" (ay.7). Ini sangat
luar biasa. Sekali pun masih di dalam kandungan, Allah mampu menetapkan kehidupan seseorang, terlebih
menjadi hambaNya. Setiap hamba Tuhan memiliki keunikan atas panggilannya. (b) Yeremia diutus Tuhan
untuk menyampaikan firman Tuhan. Utusan adalah duta atau yang mewakili yang berwewenang. Ia
mempunyai tugas menyampaikan pesan yang mengutus.  (c) Aku menyertai engkau. Seorang hamba yang
diutus Tuhan sesungguhnya disertai Tuhan. Dalam penyertaan itu, seorang hamba Tuhan harus sungguh-
sungguh menyerahkan dirinya kepada Tuhan. Seorang hamba Tuhan harus berserah dalam menjalani hidup
dan pelayanannya.

Dalam nas ini disebutkan, ‘Jangan takut kepada mereka’. Firman Tuhan cenderung mengkritisi orang-orang
yang jahat. Orang-orang jahat itu selalu memiliki kekuatan : entah itu kuasa, kelompok, lihai bicara. Ketika
firman Tuhan disampaikan kepada orang jahat, sangat mungkin mereka tersinggung, sakit hati ; lalu
menyerang balik yang menyampaikan firman itu. Karena itu, Tuhan mengingatkan Yeremia : ‘Jangan takut
kepada mereka’. Jaminannya, para hamba Tuhan akan selalu disertai oleh Tuhan. Tuhan mengulurkan
tangan-Nya (memberkati), dan menjamah mulut (memberi kemampuan berbicara).  Para hamba Tuhan
tidak perlu menjadi kecut sebab seluruh kata yang diungkapkan bersumber dari Tuhan (9) :
"Sesungguhnya, Aku menaruh perkataan-perkataan-Ku ke dalam mulutmu’. Dengan penyertaan dan berkat
yang diterima Yeremia, maka ia siap diutus melakukan tugas panggilannya.

Tugas Yeremia : merubah-membaharui.

Pembaharuan adalah pekerjaan yang ‘ngeri-ngeri sedap’.  Ngeri karena masih banyak manusia anti


pembaharuan, apalagi jika yang baru itu dianggap merugikan dirinya. Sedap karena akan
melihat/menikmati sesuatu yang baru. Yeremia yang masih muda itu akan berhadapan dengan tantangan.
Terlebih Tuhan mengembankan tugas yang teramat berat bagi Yeremia untuk melakukan perubahan
total (10) : “mencabut dan merobohkan, untuk membinasakan dan meruntuhkan ; lalu kemudian
membangun dan menanam." Inilah tugas Yeremia yang diutus Tuhan.

Kita seluruhnya umat Tuhan, sesungguhnya telah dipanggil menjadi hambaNya. Memang ada panggilan
khusus seperti Yeremia, dan ia memang harus memiliki kemampuan khusus. Kita bisa belajar dari Yeremia
yang tidak pandai bicara dan masih muda itu. Tetapi dalam prakteknya, Yeremia mampu dengan luar biasa
menyampaikan firman Tuhan.

Menjadi perenungan bagi kita; sejauh mana firman Tuhan yang kita baca atau kita dengar membaharui
hidup kita. Apakah Firman Tuhan itu membuat kita bertumbuh, atau apakah kita mengalami perubahan ?

Seorang Jemaat berbicara kepada sesama jemaat tentang pendeta mereka. Jemaat yang satu berkata
kepada temannya, ‘iman saya tidak bertumbuh sejak pendeta kita ini melayani di sini’. Lalu jemaat yang
seorang menyahut, ‘Ah….pendeta di jemaat kita sudah silih berganti, tapi anda begitu-begitu saja kok… Soal
pertumbuhan iman, itu kan pribadi bapak, bukan soal pendeta. Alkitab juga sudah cukup menjelaskan.
Tinggal bagaimana kita menghidupi diri kita dengan firman itu…....na godang hatam’.

Rasul Paulus mengatakan dalam Galatia 5 : 22-23, bahwa orang yang percaya kepada Yesus Kristus harus
menghasilkan BUAH ROH, yaitu : kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan,
kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaan diri. Artinya, Firman Tuhan yang kita baca atau Firman Tuhan
yang kita dengar harus mengubah diri kita. FT tidak berarti jika ia sekedar menjadi pengetahuan, tetapi FT
bermanfaat apabila di dalam diri kita ada perubahan. AMIN
Pendahuluan
Nabi Yeremia adalah anak Imam Hilkia dari Anatot-Tanah Benyamin. Yeremia adalah salah seorang Nabi besar di Perjanjian lama.
Arti nama Yeremia ialah: “Tuhan Adalah Tinggi (Luhur).” Pelayanannya meliputi masa waktu 40 tahun, sekitar tahun 626 SM-587
SM; pada pemerintahan raja Yehuda: Raja Yosia, Yoahas, Yoyakhin, Yoyakhim dan Zedekia. Pada masa itu kerajaan-kerajaan
sekitar Yehuda mulai berkembang, dan bangkit ingin menguasai Yehuda. Kerajaan tersebut antara lain: Asyur, Mesir dan Babel.
Situasi Yehuda pada saat itu berada dalam krisis moral, kepemimpinan, agama, tidak memperdulikan hak-hak orang miskin, janda,
yatim piatu, dll. Dalam situasi yang demikianlah Yeremia dipanggil Allah dengan tugas: “Ketahuilah, pada hari ini Aku mengangkat
engkau atas bangsa-bangsa dan atas kerajaan-kerajaan untuk mencabut dan merobohkan, untuk membinasakan dan meruntuhkan,
untuk membangun dan menanam. Bagaimana sikap dan reaksi Yeremia atas tugas tersebut? Inilah yang menjadi bahan renungan
kita pada minggu ini.

Uraian Nats: Yeremia 1: 4-10

Ayat 5
Mengenal: Kata ini hampir sama dengan “memilih” atau “mengasihi”. Dalam Kejadian 18: 19 kata kerja yang sama diterjemahkan
dengan “memilih”. Bandingkan juga Mazmur 1:6, “sebab TUHAN mengenal jalan orang benar, tetapi jalan orang fasik menuju
kebinasaan.”
Menguduskan: Kata ini berarti bahwa Yeremia ditetapkan untuk memainkan pernan yang khusus dalam rencana TUHAN. Jadi,
tidak diartikan bahwa Yeremia disucikan secara batin. Nabi: Tugas seorang nabi ialah menerima firman dari Tuhan dan
memberitahukannya kepada orang-orang lain. Yeremia justru untuk tugas yang demikian.

Ayat 6
Muda: Kata ini tidak menjelaskan umur Yeremia secara persis. Tetapi kemungkinan besar bahwa Yeremia belum berumur 20 tahun,
sebab di Israel kuno biasanya seseorang kawin pada umur 18 atau 19 tahun dan Yeremia tidak kawin karena
pemanggilannya/panggilannya (16: 1-2). Diperhadapkan dengan tugas yang berat ini, Yeremia mengajukan protes/keberatan.
Alasannya bahwa dia masih muda, merasa belum matang dan belum sanggup, sebab di Israel kuno tua-tualah, bukan pemuda yang
memberi perintah dan nasihat yang patut dihormati. Yeremia mempunyai sifat yang sensitif dan dia ingin hidup dengan tenang
sehingga tidak disalahpahami, dibenci dan diolok-olokkan. Pergolakan antara kehendak Yeremia dan kehendak Tuhan telah mulai
pada saat itu dan akan berlangsung lama.

Ayat 7
Dan apa pun yang Kuperintahkan kepadamu, haruslah kausampaikan.
Tuhan tidak membebaskan Yeremia dari tugasnya karena keberatannya itu; sebalikna, Dia tidak memberikan kepadanya pilihan
lain, kecuali menanti kehendak-Nya. Tentu Yeremia akan mengalami perlawanan dan bahaya, tetapi dia tidak boleh takut karena
Tuhan akan menyertai dan menolongnya.

Ayat 8
Janganlah takut kepada mereka.
Yeremia selalu mengingat panggilan Tuhan padanya dan mengingat begitu besar kasih Allah padanya, yang menyertai dan
memberikan kekuatan baginya. Karena tetap terngiang di telinganya janji-janji Tuhan pada waktu pemanggilannya mengatakan
“jangan takut.” Janji inilah yang menguatkan hatinya sehingga dia tidak gentar dan takut, tetapi malah membuatnya ulet dan
tangguh, karena bukan dirinya yang ditonjolkan tetapi Roh Tuhan yang menyertai, memberikan kekuatan untuk supaya rencana-
Nya dapat tercapai di dunia ini.

Ayat 9
Aku menaruh perkataan-perkataan-Ku ke dalam mulutmu.
Yeremia mengakui; Tuhan dapat melihat batin dan hati, dapat mengetahui yang benar dan salah, tidak ada rencana manusia yang
tidak diketahui Tuhan, karena tidak ada yang tersembunyi dari hadapan Allah. Oleh karena itu Yeremia memasrahkan diri kepada
tangan pengasihan Tuhan, segala tantangan, segala perkara, segalanya dipasrahkan kepada Tuhan; “sebab kepadamulah
kuserahkkan perkaraku.” Yeremia mengetahui bahwa setiap perkataan-perkataan yang disampaikan kepada orang banyak adalah
berasal dari Allah, bukan dari dirinya.

Ayat 10
Mencabut, merobohkan, membinasakan, meruntuhkan: Keempat kata kerja ini menunjuk kepada hukuman yang akan Tuhan
jatuhkan atas bangsa-bangsa dan kerajaan-kerajaan yang tidak taat.
Membangun, menanam: kedua kata kerja ini menunjuk kepada keselamatan yang akan mengikuti hukuman tersebut.

Bacaan: Matius 10: 5-15


Hubungan pribadi murid-murid dengan Yesus mendapat penekanan yang utama dan pertama. Hubungan pribadi itu harus
terpelihara secara ketat, terus terang dan tidak ada penyesalan di kemudian hari. Di dalam hubungan itu ada ikatan ikatan
bersyarat, yang menghubungkan pelayanan kesaksian seseorang di hadapan manusia dengan statusnya kemudian di akhir zaman.
Artinya, dituntut adanya kejujuran dan ketulusan dalam pelayanan seorang murid Yesus (orang Kristen); menghindari ancaman
dan penderitaan dengan bersikap kompromis dengan kejahatan adalah berarti pengkhianatan yang memutuskan hubungan kita
dengan Yesus. Kesetiaan seseorang dalam menyaksikan Nama Yesus di hadapan manusia akan menentukan statusnya di depan
Allah pada akhir zaman.
Seorang murid Yesus yang setia menyaksikan Nama-Nya memperoleh hak dan kuasa sebagai duta Kristus di dunia ini. seorang
murid yang setia memiliki wibawa dan kuasa yang penuh untuk mewakili Yesus di dalam pelayanannya di dunia ini. Murid-murid
Yesus di manapun dan kapanpun melayani adalah duta Kristus yang berkuasa penuh. Oleh karena itu, menyambut seorang murid
Yesus yang setia adalah berarti menyambut Kristus sendiri. Sebaliknya, menolak pelayaan seorang Kristen yang setia adalah berarti
menolak Yesus sendiri. Implikasi teologis dari wibawa dan kuasa yang besar seperti itu adalah: di dalam dirinya seorang murid
Yesus (seorang Kristen) harus memelihara “citra” (lebih tepatnya: gambar dan rupa) Yesus di dalam segala aspek hidupnya,
sehingga siapapun yang bertemu dan berkomunikasi dengan seorang murid Yesus akan mengenal dengan tepat gambar dan rupa
Yesus yang sesungguhnya.

Keberpihakan Yesus kepada murid-Nya secara tegas dinyatakan dengan memberikan jaminan bagi siapa saja yang mendukung
pelayanan murid-murid yang setia itu, maka mereka akan menerima upahnya. Apa yang diakukan seseorang terhadap seorang
murid-Nya yang setia tidak akan diabaikan oleh Yesus. Tuhan akan memperhitungkan dukungan yang diberikan siapa saja terhadap
pelayanan seorang murid-Nya. Oleh karena itu, firman ini hendak mengajak setiap orang untuk menyambut hamba-hamba Tuhan
dengan mendukung pelayanannya di tengah-tengah jemaat dan dunia ini.

Introitus: Yeremia 20:9


Tetapi apabila aku berpikir: “Aku tidak mau mengingat Dia dan tidak mau mengucapkan Firman lagi demi nama-Nya”. Berdasarkan
ini dari sudut lahirlah karena begitu berat tantangan yang dihadapi, seakan-akan dia pesimis, kecewa, karena dia menjadi bahan
perguncingan dan tertawaan, diolok, terlebih lagi Firman Tuhan yang disampaikannya menjadi cemoohan bagi orang yang akan
binasa (bnd. I Kor. 1: 18). Tetapi pada saat dia akan jatuh, dia dapat merasakan “maka dalam hatiku ada sesuatu yang seperti api
yang menyala-nyala, terkurung dalam tulang-tulangku; aku berlelah-lelah untuk menahannya, tetapi aku tidak sanggup.
Ancaman dari pihak pemerintah, demikian juga dengan sahabat karibnya sendri yang dianggap sebagai teman penghiburan telah
berganti menjadi sahabat yang mengintai kesalahannya supaya dapat diadukan dan akan menjatuhkannya. Dia tersingkir dari
kehidupan teman-temannya/pergaulan setiap hari. Tetapi walau berbagai taktik untuk menjatuhkannya karena Tuhan
menyertainya segalanya dapat teratasi. Seperti Raja Salomo mengatakan (dalam Amsal 16 : 9).

Renungan
Persoalan kehidupan yang sangat aktual dan menjadi wacana yang hangat saat ini adalah bagaimana menata kehidupan kebangsaan
kita di tengah-tengah negeri ini.

Kalau kita bicara dalam konteks khusus yakni bangsa Indonesia, maka boleh dikatakan bahwa waktu dan dana bahkan harga diri
dan nyawa telah begitu banyak dipertaruhkan (baca: menjadi korban) secara sia-sia. Sementara itu, tidak ada seorangpun dari
komponen bangsa ini yang tidak merasa bahwa ia sedang memperjuangkan keadilan dan hak azasi; apakah itu dalam arah
perpolitikan, apakah itu Legislatig, Eksekutif, Judikatif, dunia akademisi, bisnis, LSM, kelompok agama masyaraat adat
hingga :parengge-rengge”. Yang aneh, adalah hampir semuanya selalu mengharapkan berada di pihak yang diuntungkan. Dan
sungguh ironis bahwa semua yang merasa sedang memperjuangkan rakyat sekalipun tumbal mereka adalah rakyat juga. Kehidupan
yang damai, aman, sejahtera telah seolah-olah hanya sebuah cita-cita belaka yang diwujudkan. Dan tidak kurang orang yang
menjadikannya menjadi komoditi yang dapat menghasilkan keuntungan pribadi dan kelompok.

Nabi Yeremia adalah seorang yang turut dalam perjuangan meraih keadilan dan damai sejahtera. Ia bahkan menjadi korban
penindasan dalam upaya meraih cita-cita tersebut. Ia tidak berbicara atas nama pribadi atau kelompoknya. Ia berbicara atas nama
Tuhan Allah untuk kesejahteraan umat Allah. Kesejahteraan umat telah sedemikan berharga bagi Allah, sebab hal itu maksud dari
semula dijanjikannya untuk umat ciptaan-Nya. Allah melihat betapa umat Israel telah sedemikian menderita dalam pembuangan.
Sebab sejak zaman raja Zedekia dan Yoyakim memerintah, bahkan sejak mereka terbuang dan menjadi tawanan. Kehidupan yang
aman, damai, adil dan sejahtera telah begitu jauh terenggut dari kehidupan mereka. Keadilan menjadi kata kunci dalam seluruh
gerak dan dinamika hubungan mereka dengan TUHAN. Keadilan adalah teriakan mereka, sebab mereka diperlakukan tidak adil.

Perikope ini jelas mengatakan bahwa barang siapa yang tidak mau hidup dalam terang Tuhan tidak akan mengalami penerangan
dalam hidupnya. Bangsa yang selalu berpaling dari Firman Tuhan akan mengalami pembuangan dan jauh dari keselamatan. Tetapi
bangsa yang selalu dekat dengan Firman Tuhan akan memperoleh keselamatan, bahkan Tuhan akan berkenan kepadaNya
senantiasa. Sesungguhnya tidak ada damai yang sejati kalau tidak hidup bersama-sama dengan Tuhan. Sehingga tidak ada tawar
menawar harus bulatkan hati dan tekad untuk hidup bersama-sama dengan Tuhan.

Keberpihakan Yesus kepada murid-muridNya perlu juga dipahami sebagai kesempatan untuk berpartisipasi dalam pekerjaan Allah
lewat pelayanan murid-muridNya. Artinya, seseorang yang tidak memiliki kesempatan untuk menjadi pendeta, evanglis atau
pemberita firman, baik di tengah-tengah jemaat maupun ke tengah-tengah bangsa yang belum pernah mendengarkan Injil Kristus,
maka ia tetap dapat berpartisipasi di dalam pelayanan itu dengan berbagai dukungan moral, material dan lain sebagainya. Hal itu
dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Secara tidak langsung misalnya dengan mengkampanyekan solidaritas
sosial, mmenghentikan kekerasan, korupsi dan membela kebenaran serta keadilan sosial, di tempat atau lingkungan kerjanya,
sudah dapat diperhitungkan menyambut murid-murid Yesus, dan mereka akan menerima upah sebagaimana diterima seorang nabi
atau orang benar.

Kesempulan
1. Tuhan memberitahukan kepada geraja dan orang percaya, bahwa di dunia ini selalu akan ada ancaman yaitu rancangan sitematis
penghancuran gereja/orang percaya secara moral dan spiritual. Hanya orang yang dengar-dengaran akan Firman Tuhanlah yang
dapat menyadari hal ini dan diselamatkan.
2. Tuhanlah yang bentuk dan berkuasa untuk menghakimi dunia ini. KepadaNya gereja harus percaya dan menaruh harap akan
keadilan, kebenaran, serta mohon perlindungan.
3. Panggilan dan suruhan gereja secara organisasi dan gereja secara pribadi untuk Bersukutu, Bersaksi dan Melayani harus menjadi
pola hidup orang percaya setiap saat.
4. Tuhan selalu bersedia dan selalu mendengar segala keluh kesah kita jika kita berserah kepadaNya. Amin.

GBKP DEPOK-L.A.
Pdt. Abdi E. Sebayang, M.Th

Bagaimana Memahami Panggilan Allah


 Unknown    10/28/2015

Bagaimana memahami panggilan Allah – Bagian Firman Tuhan yang baru kita baca ( Yeremia 1:4-10) tadi
mengkisahkan tentang panggilan Allah kepada Yeremia. Ketaatan Yeremia di dalam memenuhi panggilan
Allah bukannya tidak melewati berbagai tantangan dalam hidupnya. Dan pelayanan Yeremia justru adalah
pelayanannya yang selama 40 tahun tidak pernah sekalipun ia  merasakan keamanan dan kenyamanan di
dalam pelayanannya.

Isi kitabnya dipenuhi dengan pertanyaan-pertanyaan dan keluhan-keluhannya kepada Allah. Hal ini dapat kita
lihat dalam kitab Ratapan yang ditulis oleh Yeremia sendiri. Satu-satunya alasan mengapa ia mau taat pada
panggilan Tuhan adalah karena ia tahu bahwa panggilkan Allah untuk menjadi rekan sekerja-Nya atau rekan
kerja Allah adalah panggilan yang istimewa. Melalui panggilan Yeremia di dalam bagian ini kita akan melihat
panggilan Allah itu seperti apa, sehingga perlu bagi kita untuk meresponi panggilan Allah

1. Panggilan Allah adalah tanpa syarat – Yeremia 1:5.


Perlu kita ketahui bahwa Yeremia adalah anak dari seorang Imam di Anatot (Anatot kira-kira 4 km dari sebelah
timur kota Yerusalem dan sekarang disebut Anata). Dari keterangan latar belakang keluarga Yeremia ini, kita
dapat mengetahui bahwa Yeremia lahir dan dididik di tengah-tengah tradisi Yahudi dan Hukum Taurat yang
ketat. Sejak kecil ia akrab dengan suasana religius dan dipersiapkan untuk menjadi imam. Sehingga kita
mungkin dapat mengambil kesimpulan bahwa bukanlah hal yang mengherankan kalau ia dipilih Allah untuk
menjadi seorang nabi.
Namun yang menjadi pertanyaan adalah, benarkah Yeremia dipanggil menjadi Nabi disebabkan oleh kerena
latar belakang itu?! Jika benar demikian, mengapa hanya Yeremia yang dipilih dari sekian banyak anak-anak
Iman di Anatot yang berpotensi untuk menjadi Iman?! Dari ayat 5 inilah kita bisa melihat dan mendapatkan
jawabannya  bahwa pilihan Allah tidaklah tergantung pada status, pendidikan dan latar belakang keluarga 
seseorang. Malainkan oleh kehendak Allah.

Panggilan Allah adalah panggilan istimewa. Kenyataan ini ditegaskan dalam tiga hal. Yaitu: Mengenal,
menguduskan dan menetapkan. Kata “mengenal” adalah kata yang menurut saya memiliki arti yang dalam,
makna dibelakang kata ini mengandung arti mengingat, menghargai dan mengasihi. Dan Allah mengenal kita
dengan sempurna. Hal ini berarti, Allah mengerti siapa kita sesungguhnya.

Ia tahu kelemahan dan kelebihan kita. Ia tahu batas-batas kemampuan kita dan ia tidak menuntut kita, karena
itu ia menuntut kita apa adanya. Kesempatan yang Allah berikan kepada kita untuk melayani Dia semata-mata
karena anugerah dan kehendak-Nya untuk memakai kata kita sebagai alat di dalam tangan-Nya.

Dan jika Allah mau memilih dan memakai saudara dari sekian banyak orang untuk melayani Dia, itu berarti
Allah mengenal saudara dengan segala kekurangan dan kelebihan saudara. Kata “Menguduskan” berarti Allah
memisahkan atau mengasingkan secara khusus dan untuk mengerjakan tugas-tugas khusus. Demikian halnya
kita ada yang dipanggil khusus atau di asingkan secara khusus. Misalnya menjadi Guru SM, ada yg dipanggil
khusus memaikan alat musik, dll.

Kata “Menetapkan” berarti Yeremia diberi kepercayaan yang besar untuk menjalankan tugas dan tanggung
jawab yang mulia. Tetapi sekali lagi, kepercayaan yang diberikan Allah bukan karena Yeremia mampu untuk
melaksanakannya dengan baik, tetapi karena Allah sendirilah yang memberikan anugerah itu kepadanya.
Dan kalau Allah memberikan kepercayaan kepada kita untuk mengerjakan 2 atau 3 bahkan lebih tugas
pelayanan, itu bukan karena kita mampu, tetapi karena anugerah Tuhan semata kapada kita. Menyadari
bahwa panggilan Allah adalah panggilan yang jauh sebelum kita lahir. (Ayat 5) dan kita tidak memiliki syarat
apapun untuk dipakai oleh-Nya. Maka dengan tidak memperdulikan apapun latar belakang kita, dan status
sosial kita, kalau Allah sudah memanggil kita tidak ada alasan apapun untuk menolak panggilan-Nya.

2. Panggilan Allah adalah panggilan yang memiliki tujuan – Yeremia 1:10.


Orang yg dipanggil untuk bermain bola biasanya mereka mempunyai tujuan, yaitu untuk bermain dengan baik
dan untuk mencetak gool sebanyak-banyaknya. Di dalam Alkitab kita dapat melihat bahwa Allah tidak pernah
datang kepada seseorang hanya untuk bercakap-cakap saja, tetapi Allah selalu mempunyai tujuan tertentu di
dalam menemui dan berbicara.

Ketika Allah berbicara kepada Abraham (Kej 12) apa yang dilakukan Allah?! Allah akan segera membangun
suatu bangsa. Ketika Allah berbicara kepada Musa (Kel 3) apa yang akan Allah lakukan?! Allah akan segera
membebaskan umat-Nya. Demikian juga tatkala Allah berbicara kepada Yeremia, apa yang Allah katakan?!
Yaitu bahwa Allah akan segera memulihkan umat-Nya (Yer 1:10)

Di dalam ayat 9  Allah mengulurkan tangan-Nya dan menjamah mulut Yeremia, pada saat itulah Allah siap
mengutus Yeremia menjadi rekan sekerja-Nya. Inilah panggilan Allah buat saya dan saudara, adakah kita
meresponi panggilan Allah?! Ingat panggilan Allah memiliki tujuan kepada kita semua.

3. Panggilan Allah disertai dengan janji penyertaan – Yeremia 1:6-9.


Ketika Yeremia dipanggil Tuhan untuk melayani, mungkin usianya saat itu masih sangat muda. Jadi adalah hal
yang wajar ketika Allah memanggilnya ia berdalil dengan berkata, “Aku ini tidak pandai bicara, aku masih
muda”

Tetapi walaupun demikian Yeremia mau taat akan panggilan Allah (kita bisa lihat dalam alkitab semua orang
yg dipanggil Allah walaupn dengan berbagai alasan tetap Allah memakai mereka). Dan akhirnya selama
kurang lebih 40 tahun pelayanannya Yeremia banyak mengalami:  Penderitaan, Kelaparan, Terpenjara,
diancam berkali-kali untuk dibunuh dan dikucilkan dari lingkungan sosial. Tetapi walaupun demikian Yeremia
tetap taat dan menjalani semua itu. Kenapa Yeremia tetap melayani Tuhan?! Karena ia ingat Allah pernah
berkata kepada-Nya  “Jangan takut, sebab Aku akan menyertai engkau untuk melepaskan engkau” (ayat 8)

Di dalam pelayanan, banyak hal yang akan kita terima, mungkin itu penolakkan, mungkin itu fitnah, mungkin itu
caci maki yang kita dengar, dls. Tetapi satu hal yang perlu kita ingat, di dalam mengerjakan tugas yang Allah
berikan kepada kita, ada berkat-berkat yang Allah curahkan kepada kita, ada berkat-berkat yang mengalir
dalam kehidupan kita yang mengasihi Dia.

Maka, kalau Allah memanggil saudara untuk melayani, baik di gereja sini atau dimana saja, layanilah Tuhan
dengan sungguh. “Aku akan menyertai engkau” inilah yang menjadi panggilan Allah itu istimewa. Kiranya
Tuhan menolong saudara, selamat melayani Tuhan, Tuhan memakai saudara sebagai alat di tangan-Nya.
Panggilan Hidup (Yeremia 1:4-16)
            Segala sesuatu yang dibuat pasti memiliki tujuan pembuatan. Misalnya sebuah pena dibuat untuk
keperluan menulis. Memang pena bisa saja dipakai sebagai selipan pembatas halaman buku yang dibaca,
namun sesungguhnya bukan itu tujuan pembuatan sebuah pena. Satu yang pasti pena tidak tepat digunakan
sebagai alat pancing. Ada yang membagi kategori penggunaan sesuatu berdasarkan tujuan
kegunaannya: usefull, misuse, useless. Pena yang dipakai untuk keperluan menulis termasuk
kategori usefull. Pena yang dipakai sebagai selipan pembatas buku termasuk kategori missuse. Sedangkan
penggunaan pena sebagai alat pancing adalah useless.

            Untuk sebuah benda sederhana, seperti pena, dibuat dengan suatu tujuan tertentu, apalagi manusia
yang diciptakan oleh Allah. Tentulah manusia dibuat untuk suatu tujuan tertentu. Seseorang yang memahami
tujuan penciptaannya dan maksud Allah dalam hidupnya, ia adalah ciptaan yang usefull. Sebaliknya bisa
termasuk misuse, ataupun useless. Kita rindu menjadi ciptaan yang usefull, karena itu penting bagi kita
menggumulkan dengan serius tujuan penciptaan kita di dunia ini.

            Kitab Yeremia, khususnya 1:4-16, memberikan gambaran tentang bagaimana panggilan Allah itu
dinyatakan, sekaligus menunjukkan bagaimana kita mengetahui panggilan Allah dalam hidup kita.

I.            Rencana Allah dalam kehidupan kita selalu dimulai dari Allah: merencanakan, memanggil,
memperlengkapi dan mengutus.

            Jika kita memperhatikan bagian yang kita baca, Rencana Allah untuk kehidupan Yeremia dimulai dari
Allah. Ayat 4 menyatakan, “Firman Tuhan datang kepadaku,” Kalimat ini menunjukkan dari mana rencana
ini bermula. Allah menyatakan rencanaNya kepada Yeremia.

            Selanjutnya ayat 5 menunjukkan bahwa rencana ini telah ada jauh sebelum Yeremia lahir. Dari
semula Allah telah merencanakan bagaimana Yeremia seharusnya menjalani kehidupannya kelak. Ia
dirancang untuk menjadi nabi bagi bangsa-bangsa. Ini suatu rencana yang besar, suatu rencana yang agung,
suatu rencana yang telah lama disiapkan.

            Bagaimana respon Yeremia atas rencana Allah ini? Yeremia berkata, “sesungguhnya aku tidak pandai
bicara, sebab aku ini masih muda.” Diperkirakan usia Yeremia pada waktu itu kurang lebih 20 tahun. Dan
jika kata-kata Yeremia ini dicermati dalam konteksnya, maka bisa berarti: Saya tidak belajar teologia di
sekolah nabi, sehingga tidak punya kemampuan berbicara seperti nabi-nabi. Usia saya baru 20 tahun, orang
didengar omongannya dalam budaya Yahudi hanya orang di atas 30 tahun. Saya bisa dilempari jika berbicara
atas nama Tuhan. Bagaimana mungkin saya bisa melakukan rencana Allah yang besar itu?”

            Respon Yeremia ini bersifat manusiawi. Ketika kepada seseorang dinyatakan rencana Allah yang
agung dan besar, yang telah ada sejak semula, maka seseorang segera melihat keterbatasan dirinya. Yeremia
baru berumur 20 tahun sudah dipanggil menjadi nabi bagi bangsa-bangsa. Ia masih kecil tetapi ditetapkan
dalam rencana Tuhan untuk melayani bangsa-bangsa.

Rencana Allah untuk kita sudah ada sejak semula. Ini suatu rencana besar karena menyangkut
Kerajaan Allah. Jika Tuhan menyatakan rencanaNya bagi kita, maka respon kita, bisa demikian: Tuhan saya
ini sangat berdosa/bukan seorang rohaniwan, tidak mungkin layak untuk rencanaMu; Tuhan keluarga saya
hancur, orangtua saya bisa marah, jika saya mengikuti rencana Tuhan; Tuhan, saya ini pemalu dan tidak bisa
ngomong depan umum; Tuhan, saya ini terlalu muda atau saya terlanjur sudah tua: tidak mungkin cocok
dengan rencana Tuhan; saya tidak punya bakat pemimpin. Dan berbagai alasan yang lain. Ini suatu respons
yang manusiawi. Tetapi bagaimana Allah menyelesaikan kegelisahan manusiawi ini?
            Jawaban Allah kepada Yeremia tertulis di ayat 7-8, perhatikan kata-kata “jangan,”“tetapi” atau
“sebab.”]. Jawaban ini mengajak Yeremia mengubah fokus pada kelemahan diri kepada fokus akan Allah dan
kuasa-Nya. Allah seakan-akan berkata: “jangan kuatirkan kelemahan dan keterbatasanmu, tetapi fokus pada
rencanaKu dan andalkan penyertaanKu.”

             Jawaban Allah ini kemudian diikuti dengan tindakan-Nya memperlengkapi dan mengutus Yeremia. Di
ayat 9 dinyatakan bahwa Allah mengulurkan tangan dan menjamah mulut Yeremia. Allah memperlengkapi
Yeremia dengan “menaruh perkataan-perkataan” artinya Yeremia diberikan kemampuan mengatakan firman
Allah yang diterimanya kepada bangsa-bangsa. Di sini Allah memperlengkapi Yeremia. Allah memberikan
hikmat kata-kata kepada Yeremia sehingga kendatipun ia muda, ia mampu berbicara dan diberi otoritas dari
Allah.

            Selanjutnya di ayat 10 Allah mengutus Yeremia. [baca ayat 10, “mengangkat ... untuk”]. Ia dipanggil
untuk mencabut, merobohkan, membinasakan dan meruntuhkan segala sesuatu yang tidak sesuai dengan
firman Tuhan. Ia ditetapkan untuk menanamkan firman Tuhan dan membangun bangsa-bangsa dengan firman
Tuhan.

Pelajaran bagi Kita

Dalam bagian pertama ini kita melihat bagaimana rencana Allah dalam kehidupan Yeremia, dimulai
dari Allah sendiri. Allah yang merencanakan, Allah yang memanggil, Allah yang memperlengkapi dan Allah
yang mengutusnya.

Erik Rees, penulis buku Finding and Fulfilling Your Unique Purpose for Life, menyatakan Allah tidak pernah
menciptakan apapun tanpa maksud. Ia mendisain kita secara spesifik dalam menggenapi rencanaNya untuk menyatakan
kerajaan Allah di dunia. Kunci untuk memahami rencana Allah dengan penciptaan kita adalah look to God. Kita
seharusnya bertanya kepada Allah bagaimana kita harus menjalani hidup ini.

            Rencana Allah dalam hidup kita selalu dimulai dari Allah. Seorang yang tidak look to God tidak akan mungkin
menemukan maksud keberadaannya di dunia ini. Dan seorang yang tidak menemukan maksud keberadaannya di dunia
ini, kata Tom Paterson, adalah seorang yang tidak sungguh-sungguh hidup dan seorang mengecewakan hati Tuhan.

            Rencana Allah juga selalu diikuti oleh tindakanNya untuk memperlengkapi kita. Kita perlu look in
us untuk menemukan perlengkapan yang Allah lakukan dalam diri kita. Rick Warren merumuskan bagaimana
Allah memperlengkapi kita untuk melakukan rencanaNya melalui, “SHAPE.” Spiritual
Gift, Heart, Abilities, Personality, Experiences [Karunia Rohani, Beban hati, Kemampuan/skill,
Kepribadian/Temperamen, Pengalaman].

Allah punya rencana dalam hidup kita. Kita lebih berharga sebuah pena. Allah menetapkan kita
dengan satu tujuan tertentu bagi kerajaanNya. Kita bisa saja hidup, kita bisa saja tertawa, bersenang-
senang, melakukan ini itu, kuliah atau kerja. Tetapi yang jadi pertanyaan penting bagi kita sebagai orang
Kristen adalah: apakah kehidupan kita berguna bagi kerajaan Allah?

Bagaimana mempunyai hidup yang berguna bagi kerajaan Allah? Dimulai dengan  look to God.
Seorang yang memahami rencana Allah atas hidupnya adalah seorang yang dekat pada Tuhan. Bukan hanya
dekat, tetapi bertanya pada Tuhan akan tujuan penciptaannya. Selanjutnya look in us untuk menemukan
perlengkapan-perlengkapan yang telah Allah kerjakan dalam diri kita. Dua poin menolong kita melihat tujuan
khusus Allah untuk hidup kita, atau yang biasa disebut panggilan hidup kita.
             

II.            Rencana Allah dalam hidup kita diteguhkan oleh kebutuhan ladang pelayanan di sekitar kita.

            Rencana Allah dalam kehidupan kita bisa dianalogikan seperti sebuah puzzle. Ada suatu pola-pola
unik yang selalu cocok dengan papan puzzle. Demikian juga dengan rencana Allah bagi kita, dan cocok
dengan kebutuhan ladang pelayanan. Ada satu tempat kosong yang harus kita isi dalam “papan  puzzle“. Ada
suatu kebutuhan ladang pelayanan yang harus kita isi.

            Rencana Allah atas hidup Yeremia juga diteguhkan oleh kebutuhan ladang pelayanan pada masanya.
Yeremia hidup pada tiga masa bangsa Yahudi. Masa ketaatan, masa Yosia; masa ketidaktaatan, masa
Yoyakim, Yoyakhin dan Zedekia; dan masa penghukuman yakni masa pembuangan. Pada masa ketidaktaan,
ia menyuarakan suara kebinasaan, keruntuhan jika Yehuda tidak berbalik; Pada masa penghukuman di
pembuangan, ia menyuarakan adanya harapan dan bagaimana seharusnya sikap Yehuda di pembuangan.
Inilah ruang kosong yang akan diisi oleh Yeremia. Inilah masa dimana Yehuda membutuhkan seorang nabi.

            Selanjutnya, Yeremia melihat dua penglihatan yaitu sebatang dahan pohon Badam dan periuk
mendidih dari Utara. Dahan pohon Badam menunjukkan bahwa kehendak Tuhan segera akan dilaksanakan.
“badam” dalam bahasa Ibrani berarti “mempercepat.” Yeremia harus segera mengambil bagian dalam
rencana Tuhan. Ia harus segera menyuarakan supaya Yehuda bertobat. Periuk yang mendidih dari Utara
menunjukkan bangsa Babilonia yang akan datang dari Utara untuk menyerang. Penglihatan ini menunjukkan
ada ancaman yang datang bagi Yehuda yang tidak bertobat. Yeremia dipanggil menyatakan bahaya ini moga-
moga Yehuda dapat insaf. Kedua penglihatan ini meneguhkan sisi urgensi dari panggilan Yeremia.

            Jika kita membaca kitab Yeremia, kita akan melihat bahwa Yeremia berperan penting dalam
menenangkan Yehuda yang masuk ke dalam pembuangan. Yehuda bingung, gelisah, putus asa ketika diangkut
ke pembuangan. Yeremia berperan untuk menenangkan Yehuda, menyadarkan bahwa pembuangan adalah
akibat mereka tidak mengindahkan peringatan Tuhan. Yeremia juga mengingatkan Yehuda bahwa suatu saat
Tuhan akan membawa mereka kembali dari pembuangan. Yeremia memberikan petunjuk bagaimana hidup di
pembuangan. Salah satu ayat terkenal dalam kitab Yeremia, “Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana
kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada TUHAN, sebab kesejahteraannya adalah
kesejahteraanmu” (Yer.29:7).  

Rencana Allah dalam hidup Yeremia diteguhkan kebutuhan Yehuda akan teguran dan tuntunan
Firman Allah. Yeremia dipanggil untuk mengisi papan puzzle rencana Allah di Yehuda. Yeremia diciptakan
untuk menjawab kebutuhan Yehuda.            

Millard Fuller menyatakan hidup adalah suatu pemberian dan suatu tanggung jawab. Tanggung
jawab kita adalah menggunakan apa yang Allah anugerahkan kepada kita untuk menolong orang yang
membutuhkan.

Pelajaran bagi Kita

Bagaimana mengetahui rencana unik Allah bagi kita? Cara untuk mengetahuinya sangat sederhana
tetapi tidak mudah untuk dilakukan. Caranya: buka mata, buka telinga, buka hati untuk mengerti realita
yang terjadi di sekitar kita (look around).  Kita tidak bisa memastikan rencana Allah dalam hidup kita jika
kita terlalu tertutup, kurang peduli dengan realita yang terjadi di sekitar kita: di keluarga kita, di
lingkungan kita, di kabupaten kita, di bangsa kita, di dunia ini. Jika kita membuka mata, telinga, hati
lebar-lebar akan realita sekitar kita, maka kita akan diyakinkan akan rencana Allah dalam hidup kita.Kita
akan dengan mudah melihat kemana Allah memimpin kita untuk menghidupi rencanaNya.

Anda mungkin juga menyukai