Anda di halaman 1dari 3

HAMBA TUHAN YANG MENDERITA

Bacaan kita saat ini merupakan suatu tema nyanyian atau sajak yang disampaikan Nabi
Yesaya tentang Hamba Yang Menderita dan merupakan nubuatan dalam PL, dimana
nubuatan ini bercerita ttg kesengsaraan yang dialami “hamba yang menderita” tsb. Nabi
Yesaya menulis nyanyian atau sajak ini kepada orang-orang Yehuda yang akan hidup dalam
pembuangan di Babel. Mereka dalam keadaan hancur tanpa harapan. Pada konteks ini,
Yesaya memberitakan bahwa tak lama lagi Tuhan akan membebaskan umatNya dan
membawa mereka pulang ke Yerusalem untuk memulai hidup yang baru.

Nyanyian atau Sajak tentang Hamba Tuhan yang menderita ini bisa dibagi menjadi lima
bagian.
Pertama: 52:13-15. Bagian pendahuluan ini menyimpulkan bahwa hamba Allah ini harus
mengalami direndahkan dan dihina sebelum ia ditinggikan dan dimuliakan.
Kedua: 53:1-3. Hamba Allah ini sejak awal pelayanannya sudah menderita penolakan yang
dahsyat dari orang-orang yang dilayaninya.

Ketiga: 53:4-6. Orang-orang itu menyangka dia jahat dan berdosa sehingga ia menderita
dihukum Allah, padahal dosa-dosa merekalah yang dipikulnya.
Keempat: 53:7-9. Demi menyelamatkan orang-orang itu, ia tidak memberontak ketika ia
diperlakukan seperti penjahat. Dan kematiannya pun dianggap sebagai kematian yang
pantas bagi orang jahat.

Kelima: 53:10-12. Bagian penutup ini mengungkapkan keberhasilan hamba Allah tersebut
dalam misinya. Kematiannya tidak sia-sia karena merupakan kurban penebusan yang
memerdekakan para tawanan dosa.
Siapakah hamba Allah ini, yang telah menderita bahkan mati demi menyelamatkan umat
yang dikasihi Allah dan bangkit mengalahkan kuasa dosa secara tuntas? Dalam Perjanjian
Baru dan sampai sekarang hanya Yesus satu-satunya yang menggenapi Nyanyian Hamba
ini. Yesuslah gambaran totalitas hamba Allah yang menderita itu. Tidak ada tokoh atau
pahlawan mana pun yang bisa diidentikkan dengan hamba Tuhan yang digambarkan oleh
nabi Yesaya. Allah menjanjikan kedatangan Mesias yang menjadi Hamba yang mengalami
kehinaan, kesengsaraan dan kematian. Yesus adalah :
1. Hamba yang ditolak oleh sesamanya (Yes.53:1-3). Dalam kenyataan hidup, kehinaan adalah
hal yang sangat menyakitkan. Orang yang hina, adlh menjijikkan bagi orang lain dan
dianggap batu sandungan untuk disingkirkan serta sumber malapetaka yang harus
dimusnahkan. Seluruh pengalaman kehinaan itu dialami Yesus Kristus semasa hidup di
dunia. Dalam peristiwa salib, tak ada seorangpun yang membantu Dia dan Dia ditinggalkan.
Bagi dunia, Ia adalah manusia yang hina. Untuk perbuatan yang luar biasa bagi manusia,
hamba Tuhan itu ditolak. Tuhan Yesus yang sudah berjasa saja ditolak apalagi kalau
manusia yang tidak berjasa dan buruk rupanya maka pasti akan mendapatkan perlakukan
yang menyedihkan dari sesamanya.
2. Hamba yang menderita (Yes.53:4-6), artinya bhw Mesias harus memikul hukuman agar kita
dapat dilepaskan dari kelemahan dan penyakit serta dosa-dosa kita. Ia harus menderita
sebagai ganti kita dan oleh bilur-bilurNya kita menjadi sembuh.
3. Hamba yang ditinggikan (Yes.53:10-12), artinya bhw setelah peristiwa-peristiwa
penderitaan, maka Mesias akan ditinggikan Penyelamatan manusia dari dosa-dosanya telah
direncanakan Allah sejak awal. Penyelamatan itu pasti berhasil karena sudah menjadi
penetapan Allah. Penyelamat itu akan ditinggikan, disanjung dan dimuliakan.
PERTANYAAN
1. Mengapa sbg orang percaya (sy & Bpk) harus mengalami pergumulan/penderitaan hdp
(entah itu sakit, bangkrut dsb), sepertinya mutlak/wajib kita alami dan tidak bisa ditawar?
2. Komitmen apa yang sbg pribadi akan kita ambil setelah kita memahami penderitaan Tuhan
Yesus untuk penebusan dosa kita?
 
RELEVANSI
Pertama, dalam hubungan dengan penderitaan Yesus, keberhasilan Yesus dalam
menyelamatkan manusia melalui peristiwa penderitaan salib adalah keberhasilan yang unik.
Keberhasilan itu unik karena diperoleh melalui jalan ‘kekalahan’ menurut pandangan
manusia. Jadi proses memenangkan melalui jalan derita memang kekalahan menurut versi
manusia tapi itu adalah proses yang dipakai Allah untuk membuktikan pada manusia bahwa
Allah mengasihi manusia dan tanda kasih Allah adalah Ia rela menderita dan mati bagi dan
demi manusia.
Allah kita adalah Allah yang bekerja melalui proses dan ditinggikan dalam proses. Dengan
demikian siapa yang tidak mencintai proses akan sulit untuk ditinggikan. Penderitaan Yesus
Ia jalani secara sukarela sebagai proses pertunjukkan kasih. Ia melakukannya tanpa dipaksa
dan bukan karena terpaksa melainkan karena kasih.
Kedua, keberhasilan Tuhan Yesus menjalankan misi penyelamatan melalui jalan salib adalah
teladan yang agung bagi kita semua. Artinya bhw sbg orang Kristen seharusnya kita tidak
mengejar kesuksesan dengan cara menjatuhkan orang lain. Kita tidak harus mengejar
kesuksesan dengan memanfaatkan dan mengekploitasi orang lain. Yesus sangat mungkin
memanfaatkan kuasaNya, namun Ia tidak melakukannya. Hendaklah kita mengejar cita-cita
dengan mengangkat, menolong, melayani dan menjadi berkat bagi orang lain. Bila niat baik
kita disalahmengerti/disalahartikan oleh orang lain, kita tidak perlu heran, tidak usah takut,
cemas dan tidak usah putus asa karena Yesus saja ditolak apalagi kita.
Ingatlah bila kita suka meninggikan diri untuk mengejar kesuksesan dengan menghalalkan
segala cara maka Tuhan Allah akan merendahkan kita.
Ketiga, manusia adalah makluk yang diciptakan mulia. Yang membuat manusia tidak mulia
adalah sesamanya. Itu terjadi melalui penghinaan dan cercaan yang kita nyatakan kepada
sesama. Manusialah yang membuat wajah sesamanya buruk maka diperlukan dari manusia
adalah pribadi yang berhati mulia untuk menghormati sesama sebagai makluk mulia.
Berhentilah mencederai sesama dan tidak memberi hormat. Untuk itu setiap orang butuh
pengurapan khusus dari Allah supaya setiap pribadi yang suka mencederai sesama diurapi
dengan Roh yang baru.
Keempat, sejak manusia memilih untuk tidak taat maka kebaikan tidak mendapat tempat di
hati manusia. Mereka yang berkata tentang hal yang tidak baik justru mereka juga yang
melakukan ketidakbaikan itu maka kita tidak usah berharap bahwa kebaikan yang kita
lakukan akan mendapat balasan. Tetaplah lakukan kebaikan meskipun orang mencurigai.
Seperti Allah tetap menjalankan penyelamatan melalui jalan salib. Tidak perlu bertanya
kenapa Tuhan memilih jalan salib namun bagaimana memaknai salib. Kecenderungan kita
adalah menghabiskan waktu untuk berdiskusi tentang  salib sehingga kita kehilangan waktu
untuk memahami salib.
Kelima, penderitaan adalah cara yang mesti kita pilih. Kalau tidak mau menderita maka
jangan jadi orang Kristen (hamba Tuhan). Konsekwensinya adalah kadang kita lelah,
tertekan, kecewa, sakit hati, marah, tidak suka. Berhadapan dengan hal itu terkadang kita
mengungkapkan dengan tidak tepat atau menyimpan dengan cara yang salah. Banyak
orang baik yang mati muda karena suka menyimpan kekecewaan dengan cara yang tidak
tepat. Di lain pihak menyalurkan kemarahan dengan cara yang tidak tepat juga tidak
terhormat. Segala hal baiknya diterima sebagai kesempatan berefleksi dan belajar menerima
penderitaan sebagai cara Tuhan menyempurnakan kita.
Kelima, Hamba Tuhan tidak mungkin tanpa penderitaan maka mesti ada pembaharuan
panggilan dan motivasi melayani. Tidak mungkin kita jadi Hamba Tuhan tapi menghindari
resiko. Tidak ada pelayanan tanpa tantangan walau ada juga yang suka cari enak dan
menghindari hal yang menyulitkan. Akhirnya kata yang ia dapatkan dari Tuhan adalah : hai
hamba yang jahat. Seringkali jalan kompromi dipilih sehingga kebenaran didiamkan.
Berhenti jadi hamba Tuhan kalau menghindari resiko kehambaan. Hati-hati bagi kita yang
suka cari aman. Dosa kalau menghindari penderitaan. Hamba Tuhan yang tidak mengalami
resiko  maka ia bukan hamba Tuhan.
Ketujuh, Dimana-mana selalu ada benturan antara kebaikan dan kebenaran. Kesengsaraan
bukan tujuan tapi sebuah jalan untuk kita bisa memahami iman yang sejati.
Refleksi-Aplikasi (Pembelajaran Jemaat) :
1.      Umat Kristen harus menyadari bahwa dirinya adalah seorang hamba Tuhan, yang mana
harus turut terhadap kehendak Tuhan yang menjadi tuannya. Yesus sebagai hamba Tuhan
telah turut atas rencana-Nya, sama seperti yang telah dinubuatkan oleh Yesaya melalui
penderitaan-Nya. Dengan demikian, umat Kristen juga harus meneladani Kristus, agar turut
kehendak Tuhan saja, walaupun mengalami sukacita maupun kesengsaaraan hidup. Melalui
suka-duka hidup, rencana Tuhan membuat manusia menjadi lebih berarti (Yesaya 52:13);
2.      Kesengsaraan adalah bagian dari hamba Tuhan. Yesus telah memikul salib-Nya dengan
sabar, maka umat Kristen juga harus sanggup memikul salibnya sendiri. Yesaya telah
bernubuat hamba Tuhan itu akan menderita, dengan demikian tidak ada jaminan kepada
hamba Tuhan untuk tidak menderita. Hal ini sangat bertolakbelakang jikalau ada umat
Kristen yang mengaku hamba Tuhan, namun tidak kuat dan tabah dalam menghadapi
penderitaan hidup. Dalam kesengsaraan Yesus, kita melihat kebesaran hati-Nya. Hal penting
itu yang harus dapat diyakini oleh umat Kristen ketika sedang menghadapi sengsara.
(Yesaya 53:7);
3.      Berdoa adalah nafas hidup umat Kristen. Selama ini konsep mengenai berdoa oleh umat
Kristen dipahami sebagai suatu tuntutan kepada Tuhan agar mengabulkan permintaan. Dari
perikop ini terlihat bahwa Yesaya bernubuat seorang hamba Tuhan akan mendoakan orang
yang berbuat jahat. Yesus sebagai hamba Tuhan yang dimaksud telah menggenapi nubuat
itu dengan mendoakan mereka yang menganiaya-Nya. Sebagaimana Yesus adalah hamba
Tuhan, umat Kristen juga adalah hamba Tuhan. Umat Kristen harus mendoakan orang-
orang yang telah menganiaya mereka, jadi doa umat Kristen bukan hanya berisi tuntutan
untuk kepentingan pribadi, namun juga berisi penguatan serta bagi orang-orang yang telah
berbuat jahat kepadanya.

Anda mungkin juga menyukai