Anda di halaman 1dari 3

Khotbah 23 Januari 2022

Lukas 14:25-35
Salam..
Syukur..
Merupakan minggu terakhir ada dalam pelayanan bersama jemaat GSSL, selama kurang lebih 4
minggu, 1 bulan talebeh sadiki kang… bersyukur kita semua ada dalam keadaan yang Tuhan
kenan untuk sehat, bersyukur karena Tuhan yang mengizinkan ini semua terjadi, dan tentu secara
pribadi bersyukur dan berterima kasih untuk kesempatan yang Tuhan b’ri melalui BPMJ, yang
tentu mengizinkan utk ada dalam pelayanan bersama, seluruh jemaat yang boleh menerima saya
ada dalam persekutuan, kebersamaan jemaat yang luar biasa ini. Minggu depan so nda mo ibadah
sama-sama karena smo bale di Bahtera.. karena itu tentu semua ini karena kebaikan Tuhan dalam
kehidupan kita.

 Intro
Memahami arti sebuah komitmen dan konsisten apalagi dalam kehidupan/dunia pelayanan,
barangkali hal ini kita paham betul untuk memaknainya spt apa. Tetapi untuk mempertahankan
hal ini saya kira inilah yang perlu kembali kita renungkan, perlu kembali kita refleksikan, perlu
kembali kita fikirkan dan tentu kembali pada diri kita masing-masing. Tetapi harus kita akui juga
bahwa ada orang, yang barangkali juga torang temui “kurang” paham untuk memaknai “seperti
apa hidup sebagai seorang pelayan”, “seperti apa hidup dengan komitmen dan konsisten untuk
melayani Tuhan”. Sebab untuk melayani Tuhan bukan sembarang pekerjaan, bukan sesuatu yang
mudah saja untuk dilakukan, bukan hanya “iyo, kita mo melayani Tuhan”.. melainkan ada rasa
ini sebuah tanggung jawab dan kewajiban. Dan..

 Teks Alkitab
Injil Lukas 14:25-35 ini menghentar kita utk memaknai dan merenungkan hal ini. Menarik dari
bacaan kita saat ini karena di perikop pun telah tertulis dengan jelas “segala sesuatu harus
dilepaskan untuk mengikuti Yesus” dan ini dikuatkan pada keseluruhan ayat pasal 14 ini.
Lukas mencatat dimana Yesus dan murid-muridNya diikuti oleh orang-orang yang berduyun-
duyun dan mengerumuni Yesus dengan harapan mereka akan diterima menjadi murid Yesus dan
mendapatkan tenaga katakanlah tenaga/kekuatan supranatural, sebab mereka juga tentu
menyaksikan bagaimana Yesus beserta murid-muridNya menyembuhkan orang sakit,
memberi makan lima ribu orang mengusir roh-roh jahat apalagi membangkitkan orang
mati. Dan ini dicatat dalam kesaksian kitab-kitab Injil. Maka tentu orang-orang ini
membayangkan dan mengharapkan jika terlibat sebagai murid Yesus, disaksikan banyak orang,
melakukan berbagai mujizat yang membuat banyak orang takjub, pasti akan menjadi orang-
orang yang terpandang, akan mendapat kedudukan, akan dkenal, akan mendapat jabatan, dan
hal-hal duniawi yang mereka inginkan.
Namun Yesus, mengarahkan pengajaranNya sebagai tindakan untuk menghilangkan sebuah pola
pikir yang “kalau menjadi murid Yesus akan menjadi orang terpandang” “menjadi murid
Yesus pasti disegani dan dikenal orang”, Cuma kwa mo iko-iko Yesus kong orang banyak
lia, pasti akan dikenal. Dan melupakan bahwa mengikut Yesus tidak semudah itu, bahwa
mengikut Yesus harus diiringi komitmen dan konsisten. Yesus menyampaikan (ay. 26 baca)
mengandung arti bukan sesungguh kita membenci orang yang kita kasihi dan yang mengasihi
kita, walaupun memang dengan jelas di tuliskan (baca ulang). Para penafsir Alkitab
menyampaikan bahwa Yesus dalam hal ini memakai gaya bahasa hiperbola, yaitu gaya bahasa
untuk melebih-lebihkan sesuatu untuk menekankan makna, dan Yesus sering memakai gaya
bahasa hiperbola ini. Contoh yang kerap kali kita dengar: ketika Yesus berfirman kalau
matamu menyesatkan engkau, cungkillah. kakiMu menyesatkan engkau, potonglah dan
buanglah. Torang manusia yang melakukan dosa setiap hari, jika melihat hal ini berarti …..
Padahal yang dimaksud Yesus, ini adalah sebuah penegasan agar kita janganlah bersikap toleran
terhadap dosa, ini yang dimaksud dengan gaya bahasa hiperbola agar maknanya memang kena.
Demikian juga dengan firman renungan kita saat ini, Yesus memberi sebuah penegasan bahwa
ketaatan kepada Kristus merupakan hal yang utama, yang lain boleh kesampingkan dulu. Taat
dulu. Bahwa relasi antar manusia perlu dikalahkan demi relasi dengan Tuhan. Sebab harus kita
pahami hubungan-hubungan antar manusia sekalipun, yang paling akrab (keluarga, bapanya,
ibunya, isterinya, suaminya, anaknya, saudara, sahabat, teman) pun harus tunduk pada hubungan
dengan Kristus, artinya dlm persekutuan terdekat pun harus membangun hubungan dengan
Tuhan. Mencari relasi disana-disini demi kepentingan pribadi, kepentingan sebuah kelompok,
demi maksud pribadi, demi tujuan pribadi dan melupakan relasi dengan Tuhan sama halnya tidak
mau hidup dengan maunya Tuhan, menyangkal diri dan memikul salib. Sehingga kata membenci
disini lebih mengarah kepada tidak mengasihi apa yang diberi melebihi kasih kepada yang
memberi. Artinya, rela meninggalkan materi, rela meninggalkan keluarga, rela meninggalkan
keakuan diri, kesombongan diri daripada kehilangan kesempatan untuk menjadi pengikuti Yesus.
Ini konsekuensinya. Ini tanggung jawabnya. Bahwa mengikut Yesus akan diiringi dengan 1)
pengorbanan dan 2) penderitaan, ini hal yang pasti. Karena itu Yesus tegaskan (ay. 27 baca)
pikul salib, pikul penderitaan, menyangkal diri, tinggalkan kepentingan pribadi, tinggalkan
keakuan diri, rela mengorbankan segala sesuatu untuk mengikut Yesus. Dan tentu yang
dimaksud Yesus untuk menjadi muridNya yang setia, Yesus memberikan perumpamaan berupa
sebuah pertimbangan ternyata bukan hanya sekedar ikut-ikut saja dan melepaskan segala sesuatu,
dan bukan pertimbangan yang mudah untuk diputuskan. Dalam ay. (28&31 baca) perlu
pertimbangan, perlu perencanaan, perlu strategi yang matang. Nyanda asal2 apalagi iming2 iko
Yesus supaya dikenal dan disegani. Yang ragu-ragu atau tidak sanggup melepaskan diri dari
materi yang ada, apalagi telah dicapai, segala sesuatu.. maka tidak dapat menjadi muridnya (ay.
33 baca) menjadi penegasan Yesus mengenai hal ini.

 Implikasi
Sehingga apa yang hendak kita maknai dari firman ini?
1. Sesunggunya, Yesus mau memberi kita semua, orang-orang percaya sebuah tanggung
jawab bahwa kita memiliki panggilan yang suci dan mulia untuk menjadi “Garam” bagi
dunia. Garam torang tau samua dpe manfaat. Demikian yang dimaksud Yesus untuk kita.
Untuk menjadi pengikutnNya, untuk menjadi muridNya harus ada manfaat bagi orang
lain. Harus berpengaruh baik bagi orang lain. Tidak hanya sekedar “sudah yang penting
kita ini murid Tuhan” “sudah yang penting kita dorang tau pengikut Yesus, orang
percaya, orang Kristen”. Namun yang dituntut adalah kualitasnya menjadi orang yang
mengaku percaya dan taat pada Yesus. Bahwa inilah sejatinya orang percaya. Menjadi
buah-buah kesaksian dimana2. Bukan menjadi garam yang kemudian tawar dan tidak ada
gunanya. Nemau pikul salib, ada penderitaan & pergumulan langsung mengeluh. Nemau
jadi “garam”. Cuma suka terima2 upah, terima2 berkat dan nda mau jadi berkat. Tuhan
titipkan berkat, namun torang terlalu mencintai berkat itu, jadi gegabah, jadi serakah, jadi
merasa karena ini torang pe pencapaian dan melupakan kepada yang memberi berkat.
Karena banyak orang yang barangkali kita temui, Tuhan da titipkan berkat pe banya,
tetapi karena terlalu mencintai berkat itu melebihi cinta kepada Tuhan yang telah
memberi itu kong 1x Tuhan ambe. Abis. Nda ada apa2. Karena lupa membangun
hubungan dengan Tuhan. Lupa bahwa segala sesuatu dari Tuhan dan karena Tuhan.
2. Dan dari firman ini pun, mau memperlihatkan kepada kita bahwa setiap pilihan pasti ada
konsekuensinya. Demikian pula dengan pilihan kita untuk menjadi murid Yesus. Pelayan
Tuhan. Yang dipakai Tuhan dan dipilih Tuhan untuk melakukan pekerjaan yang mulia
ini. Bahwa memang mempertahankan komitmen dan konsisten melayani, nyanda akan
pernah surut dari yang namanya tekanan, cobaan, tantangan dan godaan. Karena itu kita
perlu melihat diri, kesiapan kita, tekat kita, komitmen kita dan tentu keputusan yang
matang. Dan memohon hikmat. Memohon kekuatan, meminta petunjuk. Sebab melayani,
pelayanan, bukan pekerjaan yang hanya yang penting bagitu, yang penting sudah.
Namun perlu menyangkal diri, mo pikul tu salib bukan beban yang mudah, mo sangkal tu
diri bukan hal yang mudah. Dan perlu ada pengorbanan. Korban sakithati, korban
perasaan, korban tenaga, korban kase tinggal ego diri, korban melepaskan diri dari
keluarga.
3. Maka betapa penting firman ini untuk kita renungkan dan lakukan. Yesus menutup
pengajaranNya ini dengan (ay. 35 akhir baca). Jangan pernah menutup telinga terhadap
firman. Jangan pernah menutup hati untuk ditegur dan dinasehati oleh firman, oleh
sesama, oleh pelayan, oleh jemaat dan merasa “kita kwa tau”. Dari hal ini kita diajak
untuk lebih peka, lebih peduli, lebih menghargai dan tidak ada gunanya mengedepankan
kepentingan-kepentingan pribadi. Kalau firman bilang pikul salib, jangan tutup mata hati
telinga. Jangan menghindar, jangan mengeluh “Tuhan kalo siksa bagini kita so nemau
mo melayani” jangan mengeluh kalau salibmu terlalu berat. Namun itu konsekuensinya.
Kalau firman bilang, bangun relasi dengan Tuhan, bangun itu. Sangkal tu diri, jangan
pernah mengeraskan hati dan bangun komitmen dengan Tuhan.
 Closing
Dari firman ini, kita belajar bahwa jangan pernah mencintai apa yang diberi Tuhan melebih cinta
kepada Tuhan yang memeberi. Segala sesuatu hanya dari Tuhan, karena itu sebuah komitmen
dan kewajiban untuk melayani harus tetap kita bangun dengan tetap terus mengandalkan Tuhan.
Harus menyangkal diri, untuk layak disebut murid Tuhan. Artinya, tidak ada jalan lain selain
harus mo lawan tu diri sandiri untuk pikul salib. Sapa kwa kang di antara torang yang ingin
hidup menderita? Hidup pikul salib terus? Namun ini realitanya. Lawan keinginan daging, lepas
segala sesuatu untuk ikut Yesus. Siksa? Iya! Sakit? Iya! Namun penderitaan, rasa sakit itu tidak
akan pernah sebanding dengan penderitaan Yesus yang telah lebih dahulu memikul salibNya
untuk kita semua. Karena itu, sudah menjadi kewajiban kita, orang-orang percaya, orang2 yang
dipakai Tuhan untuk menghadapi hal ini. Akan banyak hal yang harus kita hadapi kedepan. Baru
minggu ketiga kita ada di tahun yang baru ini, masih panjang perjalanan kita. Namun yakin,
ketika dengan setia kita berkomitmen untuk ikut Tuhan, maka pasti kita akan dimampukan.
Tidak akan Tuhan biarkan kita sampai tergeletak. Karena itu teruslah jadi berkat, sekalipun
mengorbankan segala sesuatu.. teruslah jadi garam yang bermanfaat, bermakna, berpengaruh
baik dan berbuah baik dimana pun kita diutus Tuhan untuk jadi alat yang dipakai Tuhan. Tuhan
dimuliakan, Tuhan memberkati firmanNya dan menolong kita semua. Amin.

Anda mungkin juga menyukai