Anda di halaman 1dari 3

Renungan Kristen, Senin 31 Oktober 2022, Filipi 3:10

TB: Mengenal Allah yang setia dan Mahakuasa adalah kebahagiaan sejati
Renungan kali ini mengingatkan kita bahwa pengenalan akan Allah adalah kebahagiaan yang tak
dapat ditandingkan dengan hal lain bagi umat Kristen.
Belajar kepada Tuhan untuk mengenal Dia lebih lagi tentang betapa kita bersyukur
kepada Tuhan dengan segala kebaikan-Nya
Bangun hubungan yang intim dengan Tuhan lewat doa kita setiap hari, dan mengenalnya lewat
membaca serta merenungkan firman Tuhan senantiasa.
Dia tidak menyembunyikan diri-Nya dari kita tetapi Dia yang Maha Kuasa mau datang
memperkenalkan diriNya kepada kita melalui Yesus Kristus.
Keintiman kita bersama Tuhan di dalam doa,
Filipi 3:10 TB
Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam
penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya,
MENGENAL ALLAH YANG SETIA
Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam
penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya. (Filipi 3:10)
Iklan untuk Anda: Warga Riau Yang Sakit Lutut dan Pinggul Wajib
Membaca Ini!
Advertisement by

Rasul Paulus, yang paling banyak menulis surat dan pengajaran kepada jemaat, mempunyai satu
hasrat yang besar yaitu ingin mengenal Tuhan lebih lagi.
Meskipun sudah banyak pengajaran yang disampaikan oleh Rasul Paulus namun hal yang paling
penting bagi dirinya adalah dimana dia secara pribadi mengalami pengenalan akan Tuhan lebih lagi.
Itu seharusnya menjadi kerinduan kita juga sebagai umat percaya, sekalipun kita banyak terlibat di
dalam pelayanan, atau banyak mengajar seperti Paulus, atau sebaliknya kita banyak mendengarkan
pengajaran dari para hamba Tuhan.
Apakah kita merindukan pengalaman pribadi untuk lebih mengenal Tuhan?
Hosea pun menyampaikan hal yang sama, dimana dia mengajak umat Israel untuk
mengenal Tuhan dengan benar.

Artikel ini telah tayang di TribunManado.co.id dengan judul Renungan Kristen, Filipi 3:10 TB:
Mengenal Allah yang Setia dan Mahakuasa adalah Kebahagiaan
Sejati, https://manado.tribunnews.com/2022/10/31/renungan-kristen-filipi-310-tb-mengenal-allah-
yang-setia-dan-mahakuasa-adalah-kebahagiaan-sejati?page=1.

Mengenal Tuhan yang benar, mengenal Tuhan yang setia bukan sesuatu yang sukar bagi kita umat
percaya.
Ini adalah tentang sikap hati yang haus dan lapar kepada Tuhan.
Alkitab menuliskan bahwa mereka yang haus dan lapar akan dipuaskan oleh Tuhan.
Kita meminta kepada Tuhan supaya Tuhan memberikan kepada kita hati yang lapar dan haus
kepadaNya.
Tuhan Yesus mengatakan bahwa Dia lemah lembut dan Dia mengajak supaya kita datang dan
belajar kepadaNya.
Belajar kepada Tuhan untuk mengenal Dia lebih lagi.
Betapa kita bersyukur kepada Tuhan
Dia Bapa yang sangat baik
Dia tidak menyembunyikan diri-Nya dari kita tetapi Dia yang Maha Kuasa mau datang
memperkenalkan diriNya kepada kita melalui Yesus Kristus.
Iklan untuk Anda: Warga Riau Yang Sakit Lutut dan Pinggul Wajib
Membaca Ini!
Advertisement by

Keintiman kita bersama Tuhan di dalam doa, penyembahan dan perenungan FirmanNya akan
membuat kita mengenal Tuhan lebih dalam lagi.
Haleluyah, Tuhan Yesus memberkati
Artikel ini telah tayang di TribunManado.co.id dengan judul Renungan Kristen, Filipi 3:10 TB:
Mengenal Allah yang Setia dan Mahakuasa adalah Kebahagiaan
Sejati, https://manado.tribunnews.com/2022/10/31/renungan-kristen-filipi-310-tb-mengenal-allah-
yang-setia-dan-mahakuasa-adalah-kebahagiaan-sejati?page=2.

Perjumpaan Pribadi
 October 22, 2021
 Renungan Harian
Firman Tuhan mengatakan, “Carilah TUHAN selama Ia berkenan ditemui” (Yes. 55:6). Jadi, ada satu wilayah
dalam hidup kita yang itu bagian Tuhan dimana Tuhan mencari kita dan menyelamatkan kita. Bukan kita yang
mencari Allah, melainkan Allah yang mencari kita. Jadi keselamatan yang kita miliki, anugerah yang kita miliki
itu berangkat dari Allah semata-mata. Tetapi setelah kita ditemukan oleh Tuhan, maka bagian kita adalah
mencari Tuhan. Ketika Allah menemukan kita; kita belum menemukan Dia. Jadi jangan merasa kalau kita sudah
ditemukan Tuhan, berarti kita telah menemukan Dia. Allah menemukan kita, tetapi kita belum menemukan Dia.
Itulah sebabnya, dalam suratnya Paulus mengatakan di Filipi 3:12, “Bukan seolah-olah aku telah memperoleh
hal ini atau telah sempurna, melainkan aku mengejarnya kalau-kalau aku dapat juga menangkapnya, karena
aku pun telah ditangkap oleh Kristus Yesus.” Tulisan Paulus mengungkapkan bahwa ada usaha aktif dari pihak
manusia untuk menemukan Tuhan setelah dirinya telah ditemukan oleh Tuhan.

Allah yang mengejar, menangkap, dan menemukan kita. Itu bagian Allah di wilayah hidup kita, bukan bagian
kita. Tetapi ada bagian kita di wilayah hidup kita, yaitu kita mencari Allah. Ini yang harus kita usahakan dengan
sungguh-sungguh. Dengan cara bagaimana? Mendengarkan Firman, belajar kebenaran Firman, doa, meditasi.
Ini bagian dari usaha untuk mencari dan menemukan Allah. Di samping itu juga kesempatan lain dimana kita
menyediakan diri untuk mengoreksi pikiran, perkataan, dan perbuatan kita kalau-kalau ada yang salah. Selalu
saja ada tantangan, serangan, dan kejatuhan. Tetapi, kita tidak mau berbuat salah karena itu membuat hubungan
kita dengan Tuhan menjadi tidak harmonis. Jadi, kita harus mencari Allah dengan sungguh-sungguh.

Pengalaman perjumpaan dengan Allah itu luar biasa yang tidak akan pernah bisa diungkapkan kepada orang lain
secara lengkap atau utuh. Jadi, perjumpaan pribadi kita dengan Allah itu luar biasa. Tidak bisa diungkapkan
kepada orang lain, tidak bisa dilukiskan atau diucapkan dengan kata-kata, karena itu dirasakan. Jadi, saat kita
terus bertumbuh dalam Tuhan sehingga kita bisa face to face atau heart to heart, bisa pribadi ke pribadi dengan
Tuhan; itu merupakan pengalaman yang luar biasa. Hal ini tidak dapat digantikan dengan memiliki jabatan
gerejawi sebagai pendeta atau aktivis. Tetapi ketika kita sungguh-sungguh mencari Tuhan, melepaskan semua
dosa dan ikatan percintaan dunia, segala kesenangan, semua ambisi, berusaha hidup suci, tak bercacat, tak
bercela, menyediakan waktu untuk menyembah Tuhan, berfokus hanya kepada Tuhan dalam hidup ini, maka
kita bisa mengalami perjumpaan dengan Tuhan.

Perjumpaan dengan Tuhan itulah yang dapat membuat kita lebih mengoreksi diri kita, kalau-kalau ada
yang salah dalam hidup kita. Disadari atau tidak, itu adalah suasana yang mendekati dengan suasana
perjumpaan dengan Tuhan, muka dengan muka nanti di pengadilan takhta Kristus. Kita akan menghadap Tuhan
Yesus, dan kita akan bertemu muka dengan muka dengan Tuhan. Bagaimana suasana perjumpaan itu bisa kita
alami? Paling tidak, sebagian dalam hidup kita hari ini, buah atau hasil pencarian akan Allah. Jadi, kita bisa
benar-benar memperlakukan Allah sebagai Pribadi yang hidup, bukan dalam khazanah teologi atau
pengetahuan. Ini memang tidak bisa dijelaskan secara lengkap, mengingat betapa pribadinya perjumpaan
seseorang dengan Tuhan. Tetapi seperti kita bertemu dengan orangtua kita muka dengan muka, bertemu dengan
pasangan hidup kita, bertemu dengan teman, bagaimana kita memiliki perjumpaan dengan pribadi-pribadi di
sekitar kita; kita mengalami perjumpaan pribadi dengan Allah yang tidak kelihatan.
Kalau dulu kita pernah sesat atau menyimpang karena begitu mengandalkan pengetahuan teologi, berdoa kepada
bayang-bayang, kepada fantasi Allah di dalam pikiran—dimana doanya bisa lancar dan bagus, tetapi tidak ada
perjumpaan dengan Allah secara pribadi—maka sekarang Tuhan mau kita mengalami perjumpaan dengan Dia
secara pribadi. Perjumpaan itu membuat kita bisa merasakan sebagian suasana dimana nanti kita menghadap
takhta pengadilan Kristus. Oleh karenanya, perjumpaan ini dapat dikatakan sebagai bekal untuk masuk
dalam kekekalan yang dengannya kita merasakan suasana perjumpaan dengan Allah.

Ketika kita sungguh-sungguh mencari Tuhan, melepaskan semua dosa dan ikatan percintaan dunia,
segala kesenangan, semua ambisi, berusaha hidup sucim tak bercacatm tak bercela, menyediakan
waktu untuk menyembah Tuhan, berfokus hanya kepada Tuhan dalam hidup ini, maka kita bisa
mengalami perjumpaan dengan Tuhan.

Anda mungkin juga menyukai