Iman bermaksud kembali kepada Tuhan. Tuhan berkata kepada Nabi Yesaya,“Di sini Aku ! Di sini Aku ! Kembalilah kepada-Ku.“ Kepada mereka yang tidak mencari Allah maka akan diberi kesempatan. Tuhan juga mengatakan bagi mereka yang tidak memanggil Tuhan, maka Tuhan akan memperkenalkan diri. Ini merupakan sebuah berita yang utama dari zaman ke zaman. Orang Krsiten mempunyai julukan sebagai orang beriman dan orang percaya. Oleh karena itu, maka dapat kita lihat bahwa adanaya perbedaan antara agama Kristen, dengan agama-agama lain. Semua agama lain memegang teori antroposentris, sedangkan agama kristen memegang teori theosentris. Agama yang antroposentris merupakan agama yang awalnya adalah agama yang awalnya inisiatif dari manusia. Hal ini menyatakan semua agama yang memegang konsep ini berusaha untuk mereka yang mencari Tuhan, berbuat baik, menumpuk jasa, berubah, dan mereka yang kemungkinan mencapai pemahaman tentang Tuhan melalui meditasi, dan akibatnya diperkenan oleh Allah mereka. Sehingga, manusia menjadi pusat, titik tolak, inisiator dan sumber kegiatan keagamaan. Seluruh Alkitab sangat menolak pemahaman ini. Alkitab tidak mengakui manusia sebagai inisiator, melainkan Allahlah yang menjadi inisiator. Karena Alkitab telah mengatakan tidak mungkin manusia berbalik kepada Tuhan melalui jasa dan kekuatannya sendiri. Oleh karena itu, Alkitab menawarkan sebuah pengertian agama yang disebut dengan theosentris. Theosentris adalah Tuhan yang menjadi pusat, inisiator, asali, memberikan anugerah, dan yang mencari manusia. Sehingga, Tuhan yang mencari manusia bukan manusia yang mencari Tuhan. Kita sekarang harus kembali kepada Tuhan sehingga Dia tetap bertakhta, dan menjadi titik pusat dalam hidup kita. Kembali kepada Tuhan akan dibicarakan dalam beberapa poin : 1. Kembali kepada kebenaran Tuhan. Kita tanpa sadari selama ini menjadi free thinker. Kita banyak melihat pemikiran yang secara sementara diterima oleh orang sebagai ide yang hebat, tetapi di dalam beberapa puluh tahun selanjutnya akan terlupakan. 2. Kembali dengan emoisu yang disesuaikan dengan kasih suci dari Tuhan. Emosi terhilang yang kembali kepada Allah harus dikuasai oleh kasilh suci dari Allah. Oleh karena itu, kita akan beremosi sesuai dengan cinta kasih dan kemarahan Tuhan. Apa yang Tuhan benci, kita harus membencinya juga, dan lain-lain. Kita seharusnya sedih, bersukacita, berarti kita bukan orang yang dipenuhi Roh Kudus. Jadi, pada saat kita bertobat menangisi dosa, silakan bersedih. Sebaliknya, saat Tuhan memberikan sukacita A mmmmmmpengharapan saat ada orang yang kita cintai meninggal dunia, kita tetap bileh bersukacita bukan berarti tertawa seperti orang gila, melainkan karena ada pengharapan dan tahu bahwa Tuhan tidak meninggalkan. 3. Kembali menaklukan diri kepada keadilan Tuhan. Kembali kepada Tuhan artinya penilaian keadilan kita dikuasai oleh keadilan Tuhan. Kembali kepada Tuhan berarti menghanyutkan diri di dalam ketidaksadaran. 4. Kehendak kita Kembali kepada kehendak Tuhan. Setiap orang pastinya mempunyai keinginan, tetapi kita harus mengutarakan kehendak Tuhan yang terjadi di dunia ini. Inilah salah satu isi dalam Doa Bapa Kami. Jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di Surga. 5. Kelakukan dan hidup sehari-hari di dalam pimpinan Roh Kudus. Inilah definisi kembali kepada Tuhan. Kita harus mengembalikan kelakuan, perbuan, hidup, ke dalam pimpinan Tuhan. Bab 2 : Penglihatan Rohani Iman berarti pengarahan rohani, pemulangan jiwa seseorang kepada sumber dan tujuan hidup. Karena Tuhan adalah Alfa dan Omega, jadi kita harus kembali kepada awal hidup dan akhir kita. Manusia di dalam kelancaran selalu memahami segala anugerah Tuhan itu hanya untuk dipermainkan saja. Manusia dalam kelancaran dalam hidupnya selalu lupa siapakah Tuhan yang semestinya menjadi Sumber yang harus kita taati. Ini menyebabkan kekayaan, kelancaran, kemudahan dan kesuksesan yang temporal selalu menyebabkan “ketiduran rohani” rohani orang- orang Kristen jauh dan keluar dari jalur yang seharusnya tanapa disadari. Iman kepercayaan adalah iman buka saja arah rohani, tetapi juga penglihatan rohani. Seluruh agama mempunyai pengeritan bahwa apa yang dilihat mata luar tidak penting, tetapi mata di dalam lebih penting. Tetapi, dimanakah mata tersebut ? Yesus memberikan janji, bagi saiapa yang bersih hatinya, ia akan melihat Allah. Kita dating ibadah semestinya untuk membuka hati, agar mendapatkan esensi yang dapat memberikan kekuatan baru untuk bersaksi bagi Tuhan di dalam dunia ini. Kita membutuhkan penglihatan, bukan penglihatan di luar, melainkan penglihatan di dalam. Tuhan menciptakan hal-hal yang sangat penting, tetapi Ia juga menciptakan hal-hal yang kita anggap remeh dan tidak penting, yaitu debu. Namun, debu yang sangat kecil itu masih bisa dilihat, tetapi Tuhan yang maha besar tidak bisa dilihat. Lalu, apa gunaya mata ? Mata merupakan kemungkinan kesanggupan untuk melihat, mengerti, setelah itu bereksperimen, maka baru bisa memikirkan lebih lanjut semua sesuatu yang dilihat, diamati, atau yang dimengerti. Tetapi mata ini diciptakan sebagai sesuatu yang ironis. Mengapa ? Karena mata dapat melihat semua tetapi, mata tidak pernah bisa melihat mata itu sendiri. Untuk menciptakan kemungkinan mat amelihat, Tuhan Allah harus menciptakan sesuatu yang dibutuhkan yang tidak mungkin dilihat tetapi ada, yaitu udara. Ini ironi kedua. Udara itu ada, udara pasti dibutuhkan, tetapi tidak bisa dilihat. Justru agar kita bisa melihat orang lain, maka udara yang memisahkan kita dengan orang lain. Mata kita dengan mata orang lain tidak boleh terlihat agar mata bisa melihat objek lain. Namun, jika udara bisa dilihat, maka setiap hari kita semua hanya akan melihat udara, kita tidak bisa melihat apa- apa karena udara yang bisa dilihat akan menghalangi pendangan kita. Yang bukan materi, tetapi dapat dilihat adalah cahaya. Apakah cahaya itu materi ? Jika cahaya itu materi, mengapa tidak bisa diukur beratnya ? Mengapa ada kecepatan cahaya yang dapat dihitung? Mengapa cahaya tidak berbobot ? Jika cahaya bukan materi, mengapa cahaya dapat dilihat ? Materi yang disebut udara tidak dapat dilihat, terang yang supramaterial malah bisa dilihat. Alkitab mengatakan kepada kita,“ God is Light ”. Allah adalah cahaya (terang), kasih, hidup. Ketiga hal ini kebetulan dalam basa inggris dimuali dengan huruf L. God is Light, God is Love, God is Life. Pada saat kita membicarakan tentang cahaya, pastinya kita berbicara tentang cahaya yang dapat dilihat oleh kedua mata kita ini. Tetapi, Alkitab selalu membicarakan cahaya (terang) Allah yang lebih jau hari kemungkinan yang kita lihat. Oleh karena itu, pada Pengakuan Iman Westminster diakatakan “ The natural light is not adequate. ” Cahaya natural tidak cukup. Kita membutuhkan cahaya supranatural yaitu, Firman Tuhan yang diwahyukan Tuhan. Dan Kristus adalah cahaya besar di dunia ini. Apa itu iman ? Iman adalah menemui, menghadap, dan melihat kemuliaan Tuhan. Dalam kesusahan, biarlah iman kita terus melihat Tuhan. Jiak kita sudah kecewa, melihat sekitara kita, masih ada satu arah yaitu lihatlah ke atas. Tuhan mengatakan, ,“ Barangsiapa memandang-Ku, dan melihat air muka-Ku, dia tidak akan kecewa ”. Dari zaman ke zaman, semua nabi Perjanjian Lama hingga Perjanjian Baru, hanya ada suatu kuasa yaitu selalu melihat keatas, selalu melihat Tuhan, akhirnya mereka mendapatkan keberanian yang berlebihan denganorang biasa. Bab 3 : Berpegang pada Tangan Tuhan Manusia diciptakan oleh Tuhan dengan sifat relativitas, sehingga tidak mungkin dapat hidup sendiri. Di dalam kejiwaan manusia terdapat unsur di mana kita membutuhkan satu sandaran. Satu pegangan, satu jaminan kekuatan dan rasa aman. Alkitab mengajari kita kita untuk kembali kepada Tuhan Allah-mu. Semua yang di dunia ini bukan Allah. Ketika bermiliar manusia mengarahkan keadaan yang sebenarnya mereka tujuan kepada Tuhan menjadi kepada manusia. Yeremia berkata “ Matamu memandang kerajaan yang kaukira bisa menolongmu, tetapi ternyata hampa, tidak dapat memberikan pertolongan kepadamu.” Kembali kepada Allah adalah sebuah pengarahan yang terus-menerus menjadi peringatan dari pada nabi dan rasul. Jika arah rohani kita salah, maka semua hidup kita menjadi kacau. Selain itu, nabi berkata, lihatlah kepada Dia. Banyak orang berkuasa di dunia ini, semakin mereka berkuasa semakin mereka menyimpang Tindakan mereka. Jadi, saat mereka tersadar, sejarah sudah memutuskan mereka; waktunya sudah habis, kau harus turun dari permainan sejarah. Sejarah merupakan guru semua manusia. Sejarah selalu mengajarkan hal ini dari zaman ke zaman. Tetapi, kita selalu tidak percaya, selalu tidak mengindahkan firman Tuhan. Kita hanya berpegang pada diri kita sendiri. Oleh karena itu, marilah kita merenungkan tema pada bab ini ,“ Berpegang pada Tuhan ”. Orang yang beriman memiliki keyakinan dalam jiwanya sedalam-dalamnya, yang tidak bisa dilihat oleh orang lain. Orang lain tidak bisa melihat yang kita pegang. Orang lain tidak tahu mengapa kita selalu beriman kepada Tuhan. Mereka bertanya, “ Di mana Tuhan? Kami tidak melihat-Nya. Kami tidak merasakan-Nya. Kami tidak bisa membuktikan-Nya.“ Mereka tidak bisa membukitan, ini masalah mereka. Merka tidak memiliki pengalaman rohani, tidak punya visi rohani, konfiden rohani, pengakuan rohani. Ini adalah suatu kesungguhan relasi saya dan Engkau. Saya sekarang berpegang tangan dengan Dia. Inilah yang disebut sebagai berpegang kepada Tuhan, percaya kepada Tuhan. Mengapa kita harus berpegang pada Tuhan ? Karena di dunia ini tidak ada satu pun yang dapat kita pegang teguh selamanya. Dunia ini merupakan dunia yang dapat berguncang. Iman berarti Kembali kepada Tuhan. Iman berarti memandang takhta Tuhan. Iman berarti memegang tangan Tuhan. Mengapa kita tidak boleh bersandar kepada dunia ini ? Mengapa kita harus berpegang kepada Tuhan ? 1. Dunia ini berguncang dan berubah. Alkitab mengatakan, firman Tuhan tidak berguncang dari kekal sampai kekal. Perkataan Tuhan tidak perlu diganti, tidak perlu dikoreksi. Perkataan Tuhan kekal untuk selama-lamanya. Kalau tidak mengerti firman Tuhan, masalahnya bukan pada Alkitab, melainkan pada diri kita sendiri, pada kerohanian dan pada iman. Jadi, jika kita tidak mengerti firman Tuhan, janganlah mengeluh, mengejek, menolak, melarikan diri, dan bersungut-sungut. Lebih baik berlutut dengan merendahkan hati di hadapan Tuhan, minta pertolongan Roh Kudus untuk membuka mata kita sehingga bisa mengerti dan taat kepada-Nya. 2. Sifat Allah yang setia itu diak berubah. Tidak hanya perkataan-Nya tidak berubah, bahkan Dia yang berkata-kata juga tidak berubah. Ini merupakan jaminan bahwa perkatan-Nya dapat dipercaya. Jika perkataan-Nya bisa berubah, tidak ada gunanya kita memegang perkataan-Nya. Kita berani memegang tangan Tuhan karena apa yang Dia katakan tidak berubah dan Dia yang berkata-kata juga tidak berubah. Jika Allah tidak berubah, maka terlihatlah di sini ada pengganti yang utama atas proses perubahan. Itulah yang menjadi jaminan kita berpegang kepada-Nya. Bab 4 : Berisitirahat di dalam Tuhan Orang yang beriman merupakan orang yang kembali kepada Tuhan, yang memindahkan arah hidupnya kepada Tuhan. Krisis iman terjadi karena roh manusia tidak mempunyai arah yang tetap. Krisis iman terlaksana saat manusia membelokkan dirinya dari takhta dan rencana Allah. Oleh karena itu, iman yang sejati adalah iman yang kembali kepada Tuhan, hidup dan menghadap kepada Tuhan, memandang kepada Tuhan, memusatkan dirinya kepada kekekalan. Iman merupakan semacam penglihatan rohani. Kita tidak hanya menghadap Tuhan, melainkan kita juga melihat. Apa yang kita lihat ? Kita melihat Allah yang duduk di atas takhta-Nya. Saat tahun Raja Uzia meninggal, Yesaya masuk ke dalam Bait Allah. Pada saat itulah ia melihat Tuhan berada di tempat yang paling tinggi. Iman menujukan pandangan ke atas, menemukan takhta Tuhan lebih tinggi daripada segala kesusahan disekitar kita. Apabila kita tidak lagi menemukan pertolongan. Jika kita tidak menemukan pertolongan, janganlah kita lupa bahwa kita diciptakan oleh Tuhan menjadi ciptaan Tuhan yang berbeda dengan ciptaan-Nya yang lain. Bagi siapa yang memandang Tuhan, dia tidak akan dipermalukan. Bagi siapa dengan sungguh mencari Tuhan, pasti dia tidak akan ditinggalkn Tuhan. Iman adalah memegang Tuhan. Kita mempunyai pegangan, kekuatan, kepastian di dalam jiwa dan kerohanian kita karena dalam iman kita sedang memegang tangan yang tidak terlihat. Tangan kita yang kelihatan sedang memegang tangan Tuhan yang tidak kelihatan, yang meciptakan langit dan bumi, menguasai sejarah, melindungi dan memelihara kita yang beriman kepada-Nya. Lalu, siapakan yang bisa kita pegang ? Bisakah kita berpegang pada uang ? Pemerintah ? Tokoh-tokoh politik ? Dan semua yang ada didalam dunia ? Alkitab mengatakan : Tidak ! Semua itu adalah sia-sia. Dunia ini memang sia-sia. Kita hanyalah tamu yang beberapa tahun di dunia. Dunia ini bukan milik kita. Selain kita harus bekerja dengan betul-betul jujur, setia, dan rajin di dunia, jangna lupa kita masih memiliki rumah yang kekal di sana. Apa itu iman ? Iman adalah beristirahat di dalam Tuhan. Iman berarti bersandar pada Tuhan dan beristirahat di dalam Tuhan. Apakah kita sudah istirahat, sejahtera, yang begitu tenang dan stabil dalam jiwa kita ? Orang yang beriman adalah orang yang mengetahui bagaimana mempunyai kerohanian yang tenang dan stabil. Ornag yang beriman adalah orang yang tidak mau diguncangkan oleh segala kejadian. “ Bersandarlah pada Tuhan “, kalimat ini gampang dikeluarkan saat menjenguk orang yang dalam kesulitan. Kita menasehati dia untuk bersandar kepada Tuhan, tetapi dia tidak pernah diberi tahu bagaimana besandar pada Tuhan. Bersandar pada Tuhan termasuk keadaan antara menggunakan bakat, melaksanakan tuggas dan kewajiban yang Tuhan berikan dan menyerahkan semua itu untuk Tuhan pelihara. Yesus Kristus berkata “ Pikulah salibmu, sangkallah dirimu, dan ikutlah Aku. “ Setiap orang harus memikul salib-Nya dan mengikuti Kristus. Ini merupakan pengajaran yang paling utama, yang berbeda dengan ajaran-ajaran sekarang yang tidak bertanggung jawab, yang mengajar orang untuk berserah kepada Tuhan tetapi tidak memberikan maksudtentang apa sebenarnya arti berserah kepada Tuhan. Jika seseorang tidak siap untuk menghadapi hari yang gelap, jika jiwa kita tidak bersiap menghadapi kesusahan-kesusahan, jika kesulitan itu datang kita tidak tahu bagaimana mengatasinya. Pada saat itulah kenyamanan, ketenangan, akan hilang sehingga tidak ada kestabilan dal diri. Marthin Luther mengenal Kristus dari dua bagian yaitu : the Christ of glory and the Christ of cross. Kristus mulia dan Kristus yang sengsara. Kristus yang mati dan Kristus yang bangkit. Kristus yang ada di sablib dan Kristus yang meninggalkan kubur kosong. Kristus yang memberikan mahkota dan Kristus yang mengajak kita memikul salib untuk mengikuti Dia. Kedua bagian ini harus seimbang, sehingga iman kita tidak main-main. Banyak tantangan dalam Kekristenan yang tidak pernah membuahkan orang Kristen yang akil balik. Bab 5 : Bertindak di dalam Tuhan Iman adalah isitirahat, perasaan tenang, sejahtera yang kita rasakan di dalam Tuhan. Segala kesusahan, ketakutan, kekhawatiran, dan semua hal yang membuat kita kecil hai sebenarnya tidak pernah membantu kita dan tidak membuat kerohanian kita bertumbuh menjadi lebih kuta dan maju, tetapi justru mengikat dan membuat kita tidak bisa melaksanakan kehendak Tuhan. Iman adalah ketaatan. Iman adalah sumber dari tindakan rohani. Orang yang beriman, tidaklah orang yang tinddal diam, mengaku percaya Tuhan dari mulut saja, melainkan orang yang bertindak dan menyesuaikan langkah-langkah rencananya dengan rencana Allah di dalam kehendak-Nya yang kekal. Allah adalah Allah yang berkehendak, berencana, dan rencana Allah tidak pernah dibuat untuk sementara. Tuhan kita bukanlah Tuhan yang dihasilkan dari waktu dan diikat oleh waktu. Tuhan bisa melakukan hal yang mendadak sehingga kitalah yang dikagetkan. Tetapi tidak ada satu manusia pun dan tidak ada keadaan, tidak ada satu unsur yang diluat membuat-Nya terkejut. Allah itu kekal, tidak berubah, paling bijaksana-Nya Ia yang menciptakan semua alasan yang logis. Jika Tuhan adalah Tuhan yang kekal, tidak berubah mempunyai rencana, sumber bijaksana, tidak pernah mempunyai sesuatu diluar pengetahuan- Nya sendiri, sempurna, maka bagi kita mungkin ada hal-hal yang mengkagetkan kita karena sebelumnya kita tidak tahu. Oleh karena itu, kita harus menyesuaikan diri dengan sifat ilahi yang kita kenal. Kehendak Tuhan yang dibuat didalam kekekalan itu harus didapatkan di dalam kesementaraan. Sebab, orang yang beriman tidak hanya melihat lingkungan dan proses waktu, tetapi, akan melihat keseimbangan antara keselamatan dan kekekalan. Di dalam kekekalan ada rencana, dan di dalam kesementaraan ada perwujudan. Di dalam kekekalan ada kehendak Allah, di dalam kesementaraan ada pelaksanaannya. Jadi rencana Allah pasti terjadi di dalam sejarah. Karena Yesus Kristus telah mengajar kita berdoa “ Jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di Sorga.“ Orang yang memiliki iman seperti ini, saat panggilan Tuhan datang pada dirinya, waktu rencana Tuhan terjadi dirinya, akan bersedia bertindak dan menyerahkan dirinya ke dalam pimpinan Tuhan, sesuai yang Tuhan kehendaki. Tindakan iman dalam panggilan Tuhan, bukan berati tindakan melarikan diri. Tindakan rohani sama sekali tidak identik dengan melarikan diri dari kehendak Allah. Sebaliknya, justru bertindak utuk melaksanakan kehendak Allah agar rencana yang sudah ditetapkan di dalam kekekalan boleh terlaksanakan. Mengapa orang Kristen yang beriman mempunyai kemungkinan untuk bertindak seperti ini ? Karena pad pemikirannya ada pengertian yang jelas melalui beberapa hal : 1. Allah adalah Allah yang menguasai sejarah. Allah yang menguasai sejarah membuat manusia tidak harus takut dan tidak dikagetkan oleh hal yang dia tidak tahu sebelumnya. Sejarah terus terlaksana. Kesulitan kita didorong oleh kemarin menjadi hari ini, lalu di dorong lagi olah hari ini menjadi besok. Itulah sebabnya Ia mengatakan, “I am that I am. I am who I am. Aku melampaui sejarah. Kau harus beriman kepada-Ku. ” 2. Allah adalah Allah yang adil. Jika kita diperlakukan dengan tidak adil, takut diperlakukan tidak beres, takut diperlakukan tidak sesuai dengan keinginan kita, dan tidak sesuai dengan keadilan yang dikatakan dalam Kitab Suci, tidak apa-apa karena kita tahu Allah kita yang adil, sehingga pada akhirnya Dia pasti akan menyatakan kemuliaan-Nya yang melampaui semua kuasa yang melanggar pemahaman. Cinta kasih dan anugerah Tuhan harus dipahami sebagai kekuatan-Nya sehingga kita tidak boleh bertahan dan tidak akan dibinasakan oleh apa pun dengan perlindungan dan pernyertaan Tuhan sendiri yang lebih penting dari segala harta yang diberikan kepada kita. Bab 6 : Bersukacita karena Tuhan Pada bagian Alkitab ini ( Raja-raja 19: 14-19), kita membaca raja Asyur menulis surat ini untuk menakut-nakuti Raja Hizkia. Waktu ada kesulitan kemankah kita pergi ? Kepada orang kayakah ? Kepada kekuasaan militerkah ? Hidup ini merupakan perjuangan, pergumulan, dan tantangan. Tidak ada orang Kristen yang hidup tanpa mengalami pergumulan, dan tantangan. Jika setiap hari kita diperbolehkan menghadapi hidup yang lancar dan tidak ada kesulitan, sebenarnya hidup ini tidak ada arti lagi. Sebaliknya, setelah kita mempunyai banyak pengalaman, Tuhan mengatakan bahwa engkau adalah orang yang tidak ada apa-apa. Di dalam terang cahaya Kristus di atas bukit Golgota, kita meemukan filsafat dari Socrates, Plato dan Aristoteles menjadi suram karena tidak ada etika yang llebih tinggi dari pada apa yang Yesus nyatakan. Bagaimana kita menghadap dalam kesulitan ? 1. Percaya bahwa Tuhan kita adalah Tuhan yang jujur dan setia. Kestiaan Tuhan inilah yang yang menarik kita datang kepada-Nya. Mengapa kita harus datang kepada Tuhan ? Karena Dia adalah Tuhan yang setia. Kesetiaan Tuhan memberitahukan bahwa Dia adalah Allah yang tidak berubah. 2. Menyadari bahwa kita berhak untuk berdoa kepada-Nya. Kita adalah anak-anak Allah. Sebagai anak, kita dapat datang untuk memberitahukan kesulitan, meminta pertolongan, dan pertimbangan juga nasihat kepada Bapa. Ini adalah hak kita. Kita harus sadar bahwa kita bukanlah anak pungut. Kita adalah anak yang dperkenan oleh Roh Allah sendiri. Inilah yang membuat kita mendapatkan hak istimewa untuk datang kepada-Nya. Oleh karena itu, dalam Roma 8:14 dikatakan bahwa Roh Kudus, dia adalah anak Allah. Karena kita adalah anak, kita dapat datang kepada Bapa. Jangan takut untuk berdoa, merasa minder. 3. Meyakini janji Allah kepada kita. Doa, permintaan, dan permohonan apa pun yang dinaikkan dengan tidak mengenal janji Tuhan atau berada diluar janji Tuhan adalah doa orang kafir. Orang kafir berpikir, jika doa panjang pasti akan diterima oleh allah mereka. Tetapi, Alkitab mengatakan hal yang berlawanan, ,“Allah ada di sorga, kamu ada di bumi, jadi jangan banyak bicara“ (Pengkhotbah 5:1). Artinya, jika kita beroda, hendaklah berdoa dengan kalimat-kalimat yang pasti, bukan menggunakan kalimat yang menurut kesukaan hati. Oleh karena itu, saat berdoa hendaklah mengaitkannya dengan seluruh ajaran Alkitab dan menjadikannya fondasi sebagai dasar doa kita. 4. Berjanji kepada Tuhan di dalam doa kita. Banyak orang yang hanya tahu meminta saja, tetapi tidak mau memberikan perngorabanan apa yang akan dia berikan kepada Tuhan. Kita datang kepada Tuhan karena Dia di sorga dan kita di bumi. Jadi, baiknya perkataan kita sedikit. Karena, sama dengan mimpi terlalu banyak kesibukan, begitu juga perkataan bodoh yang disebabkan oleh banyak bicara. Karena dalam perkataan yang banyak, kita menyatakan kebodohan kita. 5. Menyaksikan bagaimana Tuhan bekerja. Banyak orang yang setelah berdoa, mereka ingin Tuhan segera menunjukkan kehebatan- Nya, kuasa-Nya, padahal kita harus menunggu. 6. Setelah berdoa dan menantikan Dia saat bekerja, kita harus langsung melaksanakan tugas kita. 7. Setelah Tuhan memimpin, jangan lupa memuliakan Dia.