Anda di halaman 1dari 9

Khotbah untuk Minggu II

setelah Epiphanias
Di HKBP Sukajadi Resort Sukajadi
Distrik XXII Riau - Pekanbaru
Tgl. 14 Januari 2007
Ev. 2 Tawarikh 34: 1 - 7; Ep. Kisah Para Rasul 19: 13 - 20

Lakukanlah apa yang benar di mata


Tuhan, Tahirkanlah segala sesuatu di
hadapanNya!
1. Hari ini kita telah sampai pada Minggu Epiphanias yang kedua,
yang artinya: Tampaklah kasih setia Allah menyertai kita di
dalam diri Yesus Kristus. Untuk itu kita diajak: “Melakukan apa
yang benar di mata Tuhan, dan kita akan mentahirkan segala
sesuatu di hadapanNya”.
 Nas, ini menerangkan kepada kita tentang kisah kepemim-
pinan seorang raja muda yang bernama Yosia, artinya:
YAHWEH MENOPANG = JAHOWA MANGURUPI, yang mela-
kukan segala pekerjaannya dengan hati yang tulus dan
murni di hadapan Tuhan. Dialah raja yang terakhir dari raja
Yehuda yang benar di hadapan Allah.
 Yosia, tidak mau tutup mata melihat kekacauan yang
sedang terjadi ditengah kehidupan umat Allah. Tugas
utamanya adalah: “Melakukan apa yang berkenan di mata
Tuhan”.
2. Penyerahan Yosia kepada Allah menunjukkan bahwa seorang
pemuda, bisa memiliki semangat untuk mengadakan
REFORMASI atau PEMBAHARUAN di tengah kehidupan umat
Allah. Tetapi bagaimana ini dapat terjadi? Pada awal
pemerintahannya, ia mempersiapkan dirinya semaksimal
mungkin untuk mewujudkan kehendak Allah. Dalam hal ini ada
dua hal yang perlu kita pahami bersama:
1. Ia melakukan apa yang benar di mata Tuhan:
 Kita terpanggil menjadi pembawa pembaharuan dalam
hidup ini. Untuk menjalankan tugas mulia ini, kita harus
mengikuti prinsip-prinsip alkitabiah, bahwa pertobatan
untuk dosa-dosa kita adalah sangat perlu sekali.
Tujuannya adalah: Untuk membangun kembali kehidu-
1
pan rohani kita. Pertobatan, adalah dasar utama
kepemimpinan kita dalam kehidupan keluarga, masya-
rakat dan Kerajaan Allah.
 Apabila pertobatan sejati telah terjadi, dosa-dosa kita
akan kita ketahui, perbuatan-perbuatan yang palsu akan
kita buang, kebiasaan-kebiasaan duniawi akan segera
kita tinggalkan. Kita akan hidup sesuai dengan standar-
standar rohani kita yang berkenan di hati Allah.
 Sebagai hamba Tuhan, orang tua, pemimpin di disetiap
instansi bidang pelayanan, prinsif dasarnya, kita harus
bertobat. Apapun pekerjaan kita, status kita, semua
harus bertobat. Jika tidak, segala pekerjaan kita pasti
akan gagal.
 Jika kita mau bertobat, mari kita lihat dulu perbuatan
dan tindakan kita yang sering dibenci Tuhan untuk kita
jauhkan dari lingkungan kehidupan kita. Menurut Kitab
Amsal 6: 16 – 19, ada tujuh hal yang dibenci Tuhan,
yang sering kita lakukan, yaitu: (1) Mata sombong; (2)
Lidah dusta; (3) Tangan yang menumpahkan darah
yang tidak bersalah; (4) Hati yang membuat rencana-
rencana jahat; (5) Kaki yang segera lari menuju
kejahatan; (6) Saksi dusta yang menyembur-nyembur-
kan kebohongan; (7) Orang yang menimbulkan per-
tengkaran saudara.
2. Tidak menyimpang ke kiri atau ke kanan: Setiap orang
percaya kepada Tuhan terpanggil untuk berjalan terus
sampai kepada tujuan. Tujuan kita harus sama, yaitu
KEHENDAK ALLAH. Di jalan Allah kita akan beroleh selamat,
sebab kepada kita telah diberikanNya hikmat dan
kebijaksanaan. Hikmat yang dari Allah memberikan
keamanan untuk menjaga kita, tetap berjalan di dalam
kehendak Allah yang baik, menyenang-kan dan sempurna.
Allah tidak akan membiarkan orang yang mengandalkan
Dia terjebak atau dibinasakan oleh jebakan-jebakan yang
dipasang musuh-musuh kita.
 Kita harus memperlihatkan perilaku yang berkenan di
hati Allah. Ini semuanya dapat terjadi, jika kita mau
2
merendahkan diri di hadapan Allah. Merendahkan diri,
adalah syarat mutlak untuk mengalami pembaharuan
dan menerima kasih karunia Allah.
 Yang dimaksud dengan kerendahan diri, mencakup
empat hal, yaitu: (1) Kita harus percaya, bahwa
hukuman Allah atas kita tepat dan adil, sesuai dengan
apa yang patut kita terima; (2) Kita harus menyadari
bahwa kita, tanpa kasih karuniaNya, akan menjadi
tawanan dosa dan kejahatan; (3) Kita akan merasa
sedih dan menyesal di hadapan Allah karena keadaan
rohani kita malang; (4) Kita sungguh lebih takut akan
Firman Allah dengan kesungguhan hati yang mendalam.
3. Sebagai raja muda ia punya program yang khusus:
1. Pada tahun yang ke delapan: Ia mulai mencari Allah:
Sepanjang umat Allah berada dalam perbudakan dosa,
seruan untuk mencari Tuhan, selalu dikumandangkan:
Nabi Amos pernah berkata: “Sebab beginilah Firman
Tuhan kepada kaum Israel: Carilah Aku, maka kamu
akan hidup”. (Amos 5: 4). Di dalam hidup ini, mencari
Tuhan setiap hari diperlukan untuk menerima kasih
karunia dan kasih sayangNya. Kita semua seharusnya
khwatir jikalau mulai mengabaikan doa dan perenungan
Firman Allah.
 Sewaktu Saya Sekolah Minggu, ada sebuah lagu
yang berjudul: ”APA YANG DICARI”, dalam lagu
tersebut ada dua pertanyaan yang mengatakan:
Dalam ayat 1 dikatakan: Apa yang dicari orang?
Jawabnya adalah Uang. Tetapi yang menarik bagi
Saya adalah ayat 2: Siapa yang di cari Tuhan, siang
malam petang? Jawabnya adalah: Saya orang
berdosa.
 Kita semua adalah orang berdosa. Maka sekarang
kita diajak untuk mencari Allah, dan melakukan
kehendakNya setiap waktu. Tuhan Yesus mengata-
kan kepada orang yang selalu sibuk mencari
3
kehidupan dunia ini, dalam Mateus 6: 33: “Tetapi
carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenaranNya,
maka semuanya itu akan dtambahkan kepadamu”.
2. Pada tahun ke duabelas: Ia mulai mentahirkan Yehuda
dan Yerusalem, merobohkan mezbah-mezbah baal,
menghancurluluhkan tiang-tiang berhala, patung-patung
pahatan, patung-patung tuangan dan menghamburkan-
nya ke kuburan orang yang mempersembahkan korban
kepada berhala, membakar habis-habis tulang-tulang
para imam-imam berhala.
 Jikala Saya bertanya kepada kita semua, jemaat
Tuhan yang bersekutu hari ini: “Pada tahun ke
berapakah hari-hari yang kita peroleh ini, kita
khususkan untuk mencari Allah dan mentahirkan
seluruh kehidupan kita menjadi kemuliaan Allah?”
 Dalam persaingan IPTEK, EKONOMI sekarang,
banyak orang yang terlibat untuk memperhambakan
diri pada kekuatan OKULTISME, magis-magis, jimat-
jimat, katanya untuk mempercepat kaya, dapat
pekerjaan, jodoh, dll.
 Penyembahan kepada OKULTISME, adalah penyem-
bahan terhadap roh-roh jahat, dan ini sangat
berkaitan dengan ketamakan dan keserakahan.
Karena itu, kuasa roh-roh jahat berada di balik sikap
cinta akan harta milik, kehormatan dan kedudukan
duniawi. Sehingga apa pun kata Firman Tuhan, tidak
dapat diterima.
 Kita terpanggil untuk mempersembahkan persem-
bahan yang sejati kepada Tuhan. Penyem-bahan
sejati harus kita lakukan dalam: “Kekudusan”, sebab
Allah menerima penyembahan rohani yang penuh
sukacita yang disertai dengan sikap batin yang
terhormat dan murni, keinginan yang sungguh-
4
sungguh untuk dekat kepadaNya dan kita harus
mempunyai komitmen yang teguh untuk menolak
segala yang bertentangan dengan kehendak Allah.
4. Kita telah menikmati betapa indahnya tahun 2007 ini.
Mungkin, suka dan duka sudah kita alami. Kita akan sama
dengan Yosia yang merasakan makna sebuah panggilan untuk
membawa perubahan di tengah kekacauan umat Allah, ia
dapat membuat hidup umatNya teduh, nyaman, penuh
sukacita karena dia pertama sekali melakukan hal-hal yang
berkenan di hadapan Allah, dan mencari Allah setiap saat.
Artinya ia mau memakai waktunya semaksimal mungkin untuk
melukukan kehendak Allah dan mencari Allah. Jika Tuhan
berkenan mengantar kita untuk menikmati tahun 2007 ini, kita
sekarang sedang berjalan menuju hadirat Allah.
 Sekarang kita dapat membayangkan, bahwa saat ini kita
adalah bagaikan seorang yang menempuh perjalanan
mendaki gunung atau melintas alam. Tentunya kita tidak
terus menerus berjalan. Ada saat-saat dimana kita berhenti
dan duduk sejenak. Selain beristirahat, apa yang kita
perbuat pada saat perhentian?
 Kita mempelajari peta dan lokasi; di mana kita
berada sekarang? Sudah berapa jauh jarak yang kita jalani?
Kita menoleh ke lembah-lembah yang telah kita lewati dan
kita memandang ke bukit-bukit yang harus kita daki. Kita
pasti membuat evaluasi dan menentukan orientasi. Kita
pasti mengkonsolidasi diri. Apa yang akan kuperbuat?
 Hidup adalah ibarat perjalanan. Ada saat atau momen
di mana kita berhenti sejenak dan merenung kembali
tentang hidup yang sedang kita jalani. Apa saat-saat itu?
Pergantian tahun, itulah saatnya kita “Tutup buku”, sambil
merenungkan apa yang sudah dan apa yang belum kita
perbuat sepanjang tahun ini? Atau apa “Debet dan Kredit”
kita di hadapan Tuhan? Saat inilah yang paling tepat bagi
kita membuat refleksi darimana dan mau ke mana
5
perjalanan hidup kita ini. Tiap kali kita membuka babak
baru dalam hidup ini, seperti Sekolah, Pernikahan, memulai
pekerjaan baru, pindah rumah, kelahiran anak.
 Itu semuanya merupakan saat-saat perhentian untuk
merenungkan: Apa arti hidup kita bagi Tuhan dan bagi
sesama kita? Juga tiap minggu ketika kita menundukkan
diri di hadapan Tuhan, itu pun saat kita menyimak ulang
arah perjalanan hidup kita. Bahkan sebenarnya tiap hari
perlu ada saatnya di mana kita berhenti sejenak dan
merenungkan langkah-langkah kita dalam perjalanan hidup
ini.
 Lalu apa dan bagaimana perasaan kita pada saat
perhentian itu? Dengan lega kita menarik nafas panjang
dan mengaku bahwa walaupun perjalanan hidup kita berat
dan susah, namun kita tiba dengan selamat di saat dan
tempat yang kita tempuh itu?
 Mungkin saja dalam perjalanan ini kita tergelincir dan
tersandung, jatuh bangun, mengalami pahit getir, bahkan
barangkali babak belur, namun kita sudah berhasil
melewati semua itu dengan selamat, karena kita
mengandalkan arahan, petunjuk Allah, yang ditentukanNya
di dalam Yesus Kristus. Tuhan sudah menolong kita sampai
sejauh ini. Oleh karena itu, kita sadar, bahwa begitu
banyak problem yang sedang atau hal-ha yang harus kita
hadapi. Dalam hal tersebut, kita sering melakukan
kehendak kita sendiri, mencari kebutuhan pribadi atau
keluarga kita sendiri, sehingga kita sering mengabaikan
kehendak Allah.
 Perjalanan hidup kita belum selesai. Ini hanya sebuah saat
perhentian. Kita masih perlu meneruskan perjalanan itu.
Kita memandang ke depan, ke lembah-lembah dan bukit-
bukit yang terbentang luas dan jauh. Perjalanan kita masih
panjang. Mungkin akan ada banyak rintangan dan
kesulitan. Jalan di depan kita tidak mudah. Bagian yang
6
terberat dan tersulit mungkin justru masih harus kita
hadapi. Akibatnya bisa jadi kita merasa cemas, kuatir dan
tak menentu.
 Itulah perasaan-perasaan yang wajar muncul di saat
perhentian. Kita menoleh ke belakang lalu kita merasa lega
dan bersyukur. Kita menatap ke depan lalu kita merasa
cemas dan tak menentu. Karena itu selain menoleh ke
belakang dan menatap ke depan, saat perhentian juga
pada waktu kita menengadah ke atas dan mempercayakan
perjalanan hidup kepada tuntunan tangan Tuhan.
 Merenung seperti ini, pada saat perhentian menjadikan
perjalanan hidup kita bukan sekedar asal jalan saja dan
asal maju. Perjalanan memerlukan tujuan yang jelas dan
motivasi yang kuat dan pasti. Pada saat perhentian itu, kita
pasti melakukan tiga hal yang perlu untuk perjalanan hidup
kita: (1) Menoleh ke belakang, (2) Menatap ke depan, dan
(3) Menengadah ke atas. Lalu kita merasa mantap.
 Hidup memang tidak mudah. Namun kalau kita
menoleh ke belakang, menatap ke depan dan mengadah ke
atas dengan beriman, maka hidup ini terasa indah. Kita jadi
merasa bahwa hidup ini sungguh berharga. Buktinya Allah
sendiri menghargai hidup kita. Ia menolong kita menapaki
perjalanan hidup ini dengan tuntunanNya yang penuh cinta
kasih untuk menyertai kita, selamat kepada tujuan.
 Merenung seperti ini, membuka mata kita untuk mengaku:
Perjalanan hidup ini sebetulnya sangat indah. Kita harus
dapat merasakan, bahwa hidup ini patut disyukuri. Hidup
itu, sungguh berharga, pakailah semaksimal mungkin untuk
memuji dan memuliakan Allah.
 Bagaimana kita memakai hidup ini semaksimal mungkin
untuk memuji dan memuliakan Allah? Buanglah segala
dosa, jangan sampai ada hari-hari kita yang menjadi sia-
sia, karena kita hanya bermalas-malas, tidak peduli pada
kehendak Allah, tidak memberi isi dan makna kepada hari-
hari kita. Jangan sampai ada hari yang menjadi rusak
7
karena kita mewarnainya dengan rasa benci, iri atau cuma
memikirkan diri sendiri. Jangan sampai ada hari yang
terlewat tanpa sukacita.
 Orang yang terus-menerus melakukan kehendak Allah dan
mencariNya setiap waktu, tentu akan dapat membawa
kebahagian dan perdamaian dan penyembahan yang benar
di hadapan Allah. Kita sekarang telah memperoleh sikap
baru, mencari kehendak Allah, menghancurluluhkan segala
kekuatan okultisme yang dapat mengacaukan iman percaya
kita kepada Allah.
 Sebagai rasa syukur kita kepada Tuhan, kepada kita telah
dibagaikan Amplop yang kita isi dengan hati yang ikhlas,
tulus dan murni di hadapan Allah. Sekaranglah saatnya kita
membuka hati, mengenal betapa besarnya kasih Tuhan
menyertai kita. Persembahkanlah yang terbaik bagi Tuhan,
itu semuanya akan menjadi kemuliaan namaNya yang
kudus.
 Mari kita buahkan hari-hari hidup kita menjadi berkat bagi
semua orang, sebab dengan demikian kita dapat mem-
buahkan kebahagiaan, perdamaian di alam sekitar kita dan
kita akan lebih mampu mempersembahkan, persembahan
yang benar kepada Allah. Untuk itu: Lakukanlah yang
sesuai dengan kehendakNya, Carilah Tuhan selagi ada
kesempatan, persembahkanlah hidupmu menjadi kemulia-
an namaNya. Amin.

8
Doc: Grh. Letare Hutabarat/HKBP Sukajadi

Anda mungkin juga menyukai