Anda di halaman 1dari 5

Pembaruan budi adalah kekuatan yang terjadi dalam jiwa seseorang yang dimulai dari

memasukkan kebenaran, menyetujui dan melakukan kebenaran secara sadar dan seimbang ke
arah yang menakjubkan.

Dalam teks ini setiap orang percaya di Roma, diajak oleh Rasul Paulus supaya mereka tidak
menjadi serupa dengan dunia ini tetapi memperbaharui pikiran mereka.

Bagaimanakah seseorang bisa mengalami pembaruan budi??

Melepaskan keduniawian

Melepaskan keduniawian yang dimaksudkan disini bukan berarti kita harus beraskes, atau
menyendiri di hutan, digunung, atau di gua-gua, menjauhi diri dari keramaian manusia.
Orang yang beraskese atau menyiksa diri dengan berpuasa tujuanya adalah mencari nilai diri
seakan akan-akan dialah yang paling hebat di antara manusia lain dan dengan demikian
menjadi kudus dan suci. Orang yang menyendiri dihutan, digua-gua, bertapa seumur
hidupnya adalah orang yang egois dan sombong karena mereka tidak memanusiakan orang
lain. Dengan demikian orang seperti itu dianggap istimewa padahal dalam kehidupannya
mereka tidak pernah melakukan yang seharusnya mereka lakukan kepada manusia lain. Maka
dalam konsep ini mereka menjaga kekudusan hidupnya dengan mengasingkan diri dari
kehidupan manusia lain.

Maksud rasul Paulus menuliskan “janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini,” tidak
bermaksud seperti demikian. Karena kata “dunia” dalam teks ini menggunakan istilah Aion –
very long time – waktu yang sangat panjang. Maksud rasul Paulus mengemukakah ini adalah
janganlah orang percaya menjadi seperti sistim dunia ini yang telah terbentuk dalam waktu
yang sangat lama, yang digerakkan oleh filosofi dunia yang berfokus pada pemenuhan
kebutuhan sementara di dunia. Paulus berbicar tentang Sistim dunia yang telah tercemar oleh
dosa dan kecenderungannya adalah melawan kehendak Allah dan kedaulatan-Nya.

Sehingga pemikiran kebanyakan jemaat Roma adalah bagaimana mereka mendapat


keamanan dan kenyamanan di dunia ini. Jemaat Roma sedang mengalami penganiayaan oleh
kaisar Nero (56-68), di susul oleh Domitianus (81-96). Menurut tradisi Kristen, surat Roma di
tulis sekitar tahun 53-57 masehi. Di dalam keadaan terjepit ini rasul Paulus mengingatkan
jemaat Roma supaya hati mereka tidak melekat pada dunia ini dan segala yang mereka miliki,
tetapi memfokuskan diri mereka kepada Allah dan kehendak-Nya supaya kekika kematian
melanda mereka siap.

Akibat penganiayaan yang berat yang dilakukan kaisar Nero kepada orang Kristen, banyak
dari orang percaya pada waktu itu meninggalkan imanya. Sehingga mereka lebih memilih
hidup aman di dunia ini dari pada mati dan hidup aman bersama Tuhan.
Menjadi seperti dunia ini adalah merasa aman dengan dunia ini, fasilitasnya, kemegahannya,
dan merasa bahwa dunia inilah tempat kita menikmati hidup. Maka banyak orang kristen
berurusan dengan Tuhan supaya:

Hidupnya aman di dunia ini.

Hartanya tidak di bongkar maling,

Mendapatkan fasilitas yang layak di dunia ini.

Mencari nilai diri dari segala filosofi dunia ini. Misalnya pangkat, gelar dll.

Semuanya ini duniawi. Apakah kita tidak boleh pintar, cerdas, berpangkat, sekolah yang
bagus, kaya, terhormat ?? harus pintar, harus cerdas, harus berpangkat, harus sekolah yang
baik, sangat kaya, harus terhormat. Semuanya ini adalah fasilitas untuk membangun
pengapdian kita kepada Tuhan. Maka sekristenan bukan bagian hidup tetapi sepenuh hidup.
Melayani Tuhan adalah segenap hidup kita disita oleh pengapdian kepada Tuhan.

Memiliki kepekan terhadap kehendak Allah.

Memiliki kepekaan terhadap kehendak Tuhan di awali dengan relasi yang intim dengan
Tuhan (Coveant – relasi suami istri). Tanpa relasi yang demikian seseorang akan sulit
membedakan manakah kehendak Allah atau dunia ini. Karena iblis dapat menyeruai malaikat
terang. Untuk mendeteksi ini membutuhkan kecerdasan secara rohani, dan menempatkan
kebenaran Allah secara proporsional dalam hidup kita.

Untuk menunjang hal tersebut perlu adanya:

Melakukan apa yang baik.

Melakukan apa yang baik adalah menunjukkan kualitas kehidupan seorang manusia Allah.
Tuhan Yesus berkata: “kasihilah musuhmu, dan berdolah bagi mereka yang membenci dan
menganiaya kamu” (Lukas 6:27;Lukas 6:35; Matius 5:44; ). Inilah perbuatan baik yang
dikehendaki Allah. Ini Hidup berkualitas versi orang Kristen, versi Tuhan Yesus. Kalau
orang dunia mengasihi orang yang mengasihi dia, itu wajar dan normal. Tetapi mengasihi
musuh adalah hidup yang tidak wajar. Dan Tuhan mau, kita hidup tidak wajar begitu, itulah
arti dari kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.

Sesamamu itu, termasuk didalamnya, sahabat, kerabat, kenalan dan musuh. Maka kalau
sampai pada titik mengasihi musuh, bagi yang mengasihi kita tidak ada masalah lagi. Rasul
Paulus mendorong Jemaat Roma supaya memiliki kualitas hidup yang menakjubkan.
Meskipun dianiaya, mereka tetap bersikap baik dan kebaikannya menakjubkan.
Untuk membawa seseorang dapat berbuat baik sampai pada tahap yang menkjubkan, perlu
adalanya hukum yang mengatur itu. Minggu lalu kita sudah belajar tentang hukum yang
dimiliki penduduk kerajaan Allah.

Yang berkenan kepada Allah

Berkenan kepada Allah adalah segenap gerak, langkah, pikiran dan perasaan kita sesuai dan
seirama dengan pikiran dan perasaan Allah. Hal ini tidak cukup hanya di tunjukkan dengan
ikut kebaktian, misa, PA, Misi, doa dan puasa. Tidak. Karena hal ini berkaitan dengan
pengapdian dan kerelaan kita untuk berjuang demi kepentingan Tuhan dan kerajaan-Nya.

Contoh: dalam sebuah negara, ada seorang anggota DPR yang masuk kantor setiap hari, tidak
pernah alpa. Datang tepat waktu dan pulang tepat waktu. Isi daftar hadir. Apakah secara
otomatis negara tersebut bisa maju. Tidak bisa. Apa yang harus dilakukan. Orang tersebut
harus memikirkan, merumuskan dan melakukan sesuatu untuk kemajuan negaranya. Dia
harus memaksimalkan segala potensi diri untuk mengembangkan pengapdianya kepada
negara tempat dia mengapdi. Tetapi kalau hanya sekedar masuk kantor dan mengisi daftar
hadir, negera tersebut pasti akan hancur.

Demikiannya dengan kekristenan. Untuk berkenan kepada Allah harus diperjuangkan dengan
serius dampai segala gerak, langkah pikiran dan kehendak kita sesuai dengan gerak, pikiran
dan perasaan Tuhan.

Dan yang sempurna.

Sempurna yang dimaksud Rasul Paulus dalam teks ini adalah sama dengan sempurna yang
dimaksud Tuhan Yesus dalam Matius 5:48. Jadi tingkatanya adalah Baik → berkenan →
sempurna. Jadi yang pertama diproses dalam hidup kita adalah pemabaharuan pikiran.
Pikiran diperbaharui menjadi baik, (baik menurut Tuhan) → berkenan → sempurna. Ada
pemikiran yang baik tetapi tidak berkenan kepada Allah.

Jangankan sempurna, baik saja belum. Apa yang ada dalam pikiran kita menentukan cara
hidup kita, budaya kita, karakter kita dan kebiasaan kita. Semuanya ini ditentukan oleh apa
yang ada dalam pikiran kita. Maka semuanya itu harus di ganti dengan kebanaran Allah
sehingga kita memiliki pikiran dan perasaan Kristus. (makananku ialah mengerjakan
kehendak Allah dan menyelesaikannya).

Hal ini memberikan isyarat kepada kita bahwa kemungkinan untuk sempurnah pasti ada.
Pengertian sempurnah seperti Bapa adalah melakukan kehendak Allah adalah menjadi
suplemen bagi jiwa kita, hukum, kebenaran, dan kualitas hidup bukan menjadi tekanan tetapi
mejadi kesukaan. Untuk menuruti kehendak Allah sampai sempurna, Tuhan Yesus taat
kepada BAPA sampai mati di kayu Salib. Temukan apa maunya Tuhan untuk masing-masing
kita.
Memikirkan hal yang lebih tinggi. Memang merupakan kerinduan setiap orang untuk
memiliki sesuatu yang lebih tinggi. Mulai dari makan enak, baju yang bagus, sampai mobil
mewah, rumah mewah, jabatan yang tinggi dan berbagai sarana pra sarana yang lebih baik.
Namun kemampuan setiap orang berbeda-beda. Kalau apa yang kita pikirkan itu dapat kita
jangkau dengan kemampuan kita itu tidak masalah, tetapi kalau yang kita pikirkan itu tidak
terjangkau akan membuat masalah baik secara psikologis maupun sosial.

Firman Tuhan menjelaskan bahwa agar kita tidak memikirkan hal-hal yang lebih tinggi dari
pada apa yang patut kita pikirkan. Tetapi hendaklah kita berpikir begitu rupa, sehingga kita
menguasai diri menurut ukuran iman, yang dikaruniakan Allah kepada kita masing-masing.

Jika kita memikirkan hal yang lebih tinggi maka hal itu akan memaksakan diluar kemampuan
kita. Pikiran kita terganggu karena memikirkan terus menerus, sedangkan kemampuan kita
tidak sampai disitu. Kita bisa mengorbankan suatu kepentingan lain yang lebih utama untuk
mengejar hal-hal yang diluar kemampuan kita. Bahkan kita bisa pinjam uang sana-sini untuk
mengejar yang diluar kemampuan yang akhirnya membuat kita malu sendiri, karena tidak
sanggup mengembalikan pinjaman.
KATA PENGANTAR

Puji syukur tiada henti-hentinya Penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus yang

memberikan kesempatan untuk menyusun makalah juga kepada kepada Pihak GBI Alfa

Omega serta kepada seluruh pihak yang sudah membantu kami dalam penyusunan makalah

ini.

Terlepas dari segala hal, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan

baik dari segi susunan kalimat mau pun tata bahasanya, oleh karena itu dengan lapang dada

menerima segala saran dan kritikan dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang DAMPAK HIDUP YANG

DIPERSEMBAHKAN KEPADA TUHAN DAN HIDUP DI DALAM KASIH

BERDASARKAN ROMA 12: 1-8 BAGI PERTUMBUHAN ROHANI DI JEMAAT GBI

ALFA OMEGA bisa memberikan manfaat mau pun inspirasi untuk pembaca.

Nabire, 12 Juni 2023

PENYUSUN,

MICHAEL ALEXANDER HERMANUS


NIM. 2017800322

Anda mungkin juga menyukai