Anda di halaman 1dari 3

Pelaku Firman

Yakobus 1:22-25

Kitab Yakobus adalah kitab praktika. Kehidupan Kristen praktis menyangkut 3 hal yaitu: 1) masalah penderitaan, 2)
masalah intelektual, seperti: pendidikan, pekerjaan, dll, 3) masalah uang. Yakobus membahas 3 masalah ini dalam
beberapa kali putaran.

Pembahasan hari ini mengenai masalah intelektual putaran kedua. Pada putaran pertama, Yakobus telah
mengingatkan kita agar tidak perlu takut kekurangan pintar tetapi yang perlu ditakutkan adalah jika kekurangan
hikmat. Dunia gencar mengejar kepandaian. Orang Kristen seharusnya tidak mengejar kepandaian karena kepandaian
merupakan ekspresi dari humanisme. Di dunia ini, semakin pandai seseorang justru tidak membawa dia semakin dekat
kepada Tuhan; semakin pandai seseorang justru semakin berdosa. Kepandaian telah menjadi alat setan.

Kehebatan/ keunggulan dari seluruh pemikiran kita adalah ketika kita bisa menjadi orang yang bijaksana. Alkitab
mencatat bahwa permulaan pengetahuan dimulai dari takut akan Tuhan, dan itulah yang menjadi kunci bijaksana.
Bijaksana adalah kemampuan kita menggarap semua kapasitas akal budi kita, menggunakan semua kemungkinan dari
kapasitas akal budi yang Tuhan berikan kepada kita untuk mempertimbangkan segala sesuatu, lalu kita bisa mengambil
kesimpulan/ keputusan tepat seperti yang Tuhan kehendaki. Bijaksana adalah ketika kita bisa sejalan dengan Allah.
Berapa banyak dari kita yang keputusannya cocok dengan kehendak/ isi hati/ kebenaran Tuhan atau justru cocok
dengan setan?

Tidaklah sulit untuk menjadi orang pandai tetapi jauh lebih sulit untuk menjadi orang bijaksana. Untuk menjadi
bijaksana diperlukan perjuangan dimana seluruh kapasitas akal budi kita dipakai secara maksimum, dan seluruh
kerohanian kita digarap, serta seluruh keberadaan kita sebagai manusia sedang berelasi dengan Allah. Manusia yang
rusak akan menjadi lebih rendah daripada binatang. Binatang hidup secara intuitif, cari makan tetapi berhenti setelah
kenyang, sedangkan manusia yang rusak tidak segan-segan menghancurkan orang lain demi kepentingan dirinya.
Manusia bisa melakukan hal itu karena manusia pandai tetapi tidak bijaksana.

Mengapa orang Kristen bisa merusak masyarakat? Mengapa kekristenan semakin hari semakin lumpuh? Orang-
orang demikian memang menyandang nama Kristen tetapi bukan merupakan orang bijaksana; mereka tidak seperti
yang Tuhan kehendaki. Inilah problema DOSA. Untuk mengatasi hal ini diperlukan anugerah keselamatan dan
pertobatan. Ketika manusia tidak menyadari problema dosa secara esensial maka manusia akan semakin hancur.
Inilah yang dialami pada abad ke-18 sampai saat ini. 

Yakobus mencoba memberikan penyelesaian dengan 1 kalimat yang dahsyat yaitu: hendaklah kamu menjadi pelaku
Firman. Dosa memang berurusan dengan perbuatan. Menurut Reid, dosa hanyalah menyangkut relasi horizontal
manusia dan diukur dari kesepakatan bersama manusia. Alkitab menyatakan bahwa dosa terjadi ketika manusia
tidak menjadi pelaku Firman. Firman Tuhan menjadi dasar/ ukuran tindakan manusia. Kalau manusia bisa mengerti
Firman secara tepat maka manusia tersebut akan mengerti apakah perbuatannya benar atau tidak. Begitu manusia
salah menafsir Firman maka penilaian terhadap perbuatannya juga pasti salah. Jadi penilaian manusia tidaklah bisa
lepas dari theologinya. Theologi menjadi begitu penting.

Menjadi pelaku Firman tidaklah mudah sehingga banyak orang yang menjadi terpecah hidupnya yaitu setuju
dengan Firman tetapi tidak menjalankan-Nya. Penyebab kesulitan ini adalah terjadinya benturan antara kebenaran
yang diterima dengan esensi dosa di dalam diri. Hal ini merupakan persoalan cara pandang yaitu:

1)     Tidak yakin bahwa Firman tersebut merupakan imannya.


Banyak orang yang sudah ke gereja puluhan tahun tetapi tidak pernah beriman Kristen, karena otorisasi tertingginya
bukan Kristus, bukan Tuhan dan bukan Alkitab. Mereka mengakui otoritas Tuhan tetapi juga otoritas diri, bahkan diri
yang lebih berhak menentukan. Kalau otoritas Tuhan di tempat tertinggi maka Firman Tuhan menjadi bermakna bagi
kita.
Dalam sebuah perusahaan saja bawahan haruslah taat pada otoritas direktur; kalau tidak mau taat maka sebaiknya dia
keluar dari perusahaan tersebut. Ketika manusia tidak mau taat kepada Tuhan maka dia akan membangun semangat
demokrasi untuk mencari kesepakatan bersama.
2)     Firman tidak bisa menjadi kepercayaan untuk kebenaran yang dijalankan.
Di tengah dunia plural seperti ini, Alkitab dijadikan salah satu dari sekian banyak tawaran yang ada. Alkitab tetap
dipercaya sebagai kebenaran, tetapi bukan menjadi satu-satunya pegangan karena Alkitab dianggap kuno. Kebenaran
sejati tidaklah berubah mengikuti zaman! Siapapun maupun apapun yang berubah mengikuti sejarah menunjukkan
bahwa dia bukan kebenaran.
Pada zaman Yakobus, Alkitab juga berbentur dengan filsafat Grika Kuno dan ajaran mistik pada waktu itu. Alkitab
sebagai kebenaran ketika diajarkan pasti akan berbentur dengan segala hal di sekitarnya. Ketika benturan itu terjadi
pada diri kita, seberapa kita meyakini bahwa Alkitab itu adalah kebenaran satu-satunya karena keluar dari mulut Allah
sendiri? Sang Pencipta pasti lebih tahu tentang ciptaan-Nya tanpa perlu meneliti terlebih dahulu, dan pernyataan yang
keluar dari mulut-Nya pasti benar tanpa perlu menunjukkan bukti. Untuk mengerti tentang hidup manusia, kita harus
bertanya kepada Penciptanya, dan Penciptanya sudah memberikan “buku petunjuk”-nya yaitu Alkitab. Alangkah
konyolnya jika untuk mengoperasikan mesin mahal saja manusia rela mempelajari buku petunjuknya berulang kali dan
dengan teliti tetapi untuk hidupnya manusia tidak mau belajar kepada “buku petunjuk” yaitu Alkitab.
3)     Kita kurang mencintai Tuhan.
Ketika kita sungguh-sungguh mencintai seseorang maka kita akan berusaha menyenangkan hatinya dengan mengikuti
apa yang dia mau. Manusia abad ke-21 sangat mencintai diri luar biasa, semuanya berpusat pada diri sehingga tidak
ada lagi tempat bagi Tuhan. Makin kita mencintai Tuhan, makin kita mau menjalankan Firman Tuhan. Seberapa kita
mencintai Tuhan, seberapa kita hidup menginginkan bijaksana dengan menjalankan yang Tuhan inginkan. Iman Kristen
bukanlah iman di awang-awang melainkan iman yang menjalankan Firman Tuhan.
 

Seorang anak Tuhan dapat menjadi pelaku Firman jika:

(1)tunduk dan takluk kepada prinsip kebenaran Firman Tuhan yang berfungsi sebagai hukum yang sempurna dan
memerdekakan (Yak 1:25) serta sebagai jalan hidup. Yes 57:20-21 mengungkapkan, “Tetapi orang-orang fasik adalah
seperti laut yang berombak-ombak sebab tidak dapat tetap tenang, dan arusnya menimbulkan sampah dan lumpur.
Tiada damai bagi orang-orang fasik itu,” firman Allahku.”  Artinya, manusia tidak statis atau abstain. Ia harus berpihak
kepada Tuhan atau tidak sama sekali. Tapi di luar kebenaran tidak ada damai sejahtera dan kebahagiaan melainkan
kehancuran (Yes 32:17). Rasul Paulus dalam 2 Kor 13:8 mengungkapkan suatu prinsip yang sangat indah, “Karena kami
tidak dapat berbuat apa-apa melawan kebenaran; yang dapat kami perbuat ialah untuk kebenaran.” Biarlah hati
nurani setiap orang Kristen diikat oleh kebenaran, seperti Daniel yang telah memenangkan perjalanan hidupnya
walaupun orang lain menyalahgunakan kejujuran dan ketulusannya. Dalam Mzm 119:30 dikatakan, “Aku telah memilih
jalan kebenaran, telah menempatkan hukum-hukumMu di hadapanku.” Biarlah pernyataan pemazmur ini juga
menjadi seruan dan keputusan setiap anak Tuhan.

(2)menemukan kesukaan dalam menjalankan Perintah Tuhan. Mzm 40:9 mengatakan, “Aku suka melakukan


kehendakMu, ya Allahku; TauratMu ada dalam dadaku.” Akibatnya, tidak akan ada lagi pertentangan batin. Orang
yang berbuat dosa akan menjalani hidupnya seperti seorang pelarian yang terus berusaha untuk bersembunyi agar
kesalahannya tidak terungkap. Sedangkan orang yang meninggalkan segala dosa, kejahatan dan kenajisan akan
mengecap kebahagiaan dan kesejahteraan tanpa dibayangi oleh rasa takut. Jika setiap orang Kristen dapat
menemukan keindahan dan kebahagiaan dalam Tuhan maka hal melakukan kehendak Tuhan menjadi mudah dan
penuh sukacita.

        (3)menyimpan Firman Tuhan dalam hati, merenungkannya secara mendalam setiap hari dan
menjalankannya. Mzm 1:2 mengatakan, “Tetapi yang kesukaannya ialah Taurat Tuhan, dan yang merenungkan
Taurat itu siang dan malam.”  Jika setiap orang Kristen semakin taat pada Firman Tuhan maka ia akan semakin
memahaminya.

        (4)komitmen (Keharusan mutlak) untuk melakukan Firman Tuhan. Dalam buku yang berjudul Screwtape
Letters oleh C. S. Lewis dikisahkan, Setan senior sedang memberikan nasihat kepada Setan junior, “Yang penting
adalah mencegah petobat baru Kristen untuk melakukan sesuatu. Selama ia tidak menunjukkan pertobatannya itu
dengan tindakan maka tidak menjadi soal sejauh mana ia berpikir tentang pertobatan baru ini. Biarlah ia asyik bermain
dengan pertobatannya itu. Biarkan dia jika berminat menulis sebuah buku tentang pertobatan. Seringkali hal itu
menjadi suatu cara yang sangat baik untuk mensterilkan benih-benih yang ditanam oleh Musuh [Tuhan] di dalam jiwa
seseorang. Biarkan ia melakukan sesuatu kecuali mempraktekkan kebenaran yang diketahuinya. Tidak ada kesalehan
di dalam imajinasinya dan afeksinya yang akan membahayakan kita. Jika kita dapat mencegah agar tidak menyentuh
kemauannya seperti yang pernah dikatakan seseorang. Kebiasaan-kebiasaan aktif diperkuat dengan pengulangan
tetapi kebiasaan-kebiasaan pasif justru akan diperlemah. Semakin sering ia merasakan tanpa bertindak, semakin
berkurang kemampuannya untuk bertindak dan pada jangka panjang, semakin berkurang kemampuannya untuk
merasakan.” Maka setiap anak Tuhan harus selalu waspada dan tetap memberi kesaksian hidup Kristennya di tengah
dunia. Amin. ?
 

Anda mungkin juga menyukai