Anda di halaman 1dari 10

NAMA : Sasro Sintaro Simamora

NIM : 17.3255

MATA KULIAH : PWG

DOSEN PENGAMPU : Pdt. Joksan M. Simanjuntak, M.Th

Memenuhi Pelayanan Anda

I. Gaya Hidup Kristen

Kata karena itu berulang kali disebut dalam Alkitab diantaranya “karena itu saudara-
saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan
tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu
adalah ibadahmu yang sejati” ( Rm 12:1). menunjuk kepada dan melindungi hubungan
antara manusia dengan Allah. Akibatnya, kata “karena itu” tidak bisa dianggap enteng.

1. Yang pertama karena itu merupakan salah satu kata kunci alkitab, dan bisa dikatakan
kata yang sangat penting.
2. Yang kedua, kata karena itu menekankan motif untuknya layak mendapat tanggapan
yang semestinya.
3. Yang ketiga, karena itu menunjukkepada paradoks tanggapan manusia terhadap
tindakan Allah.
4. Yang kelima, kata karena itu merupakan pusat makna iman, dimana sebagai ketaatan
dalam penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah.

Tetapi jika kata karena itu tidak boleh dipandang remeh, kata ini juga tidak boleh
menghalangi pentingnya tanggapan. Bagaimana tanggapan yang layak itu? Manusia
dipanggil untuk jadi apa? Tetapi untuk menjadi seorang manusia, saudara diberi harta yang
sangat banyak untuk menjadi manusia dan untuk menolong sesamamu agar bisa menjadi
manusia; itulah pelayanan dimana saudara dipanggil dan diutus untuk menunaikannya.
Dalam Alkitab, kehidupan Kristen yang sehat digambarkan dalam bentuk menjadi manusia.
Sesungguhnya, setidaknya untuk masa kini, gereja akan mendapatkan banyak manfaat
dengan menghilangkan kata ‘kristen” dan menggantikannya dengan kata “manusia”. Karena
memang tidak ditulis, bahwa Allah menjadi suatu gagasan, prinsip, program, proposisi, atau
hukum yang secara hukum sah. Yesus Kristus tidak memanggil manusia untuk menjadi
Allah; Dia menawarkan kepada mereka kesempatan untuk menjadi anak Allah, ahli waris
Allah, kawan sekerja Allah. Tentu saja, cerita awal dalam Alkitab memperlihatkan bencana
yang timbul sebagai akibat dari upaya manusia untuk menjadi Tuhan atau mendewakan
temuan mereka sendiri. Segala sesuatu yang jahat dalam dunia ini dikaitkan dengan manusia
yang terus menerus berupaya untuk menjadi Tuhan.

Memilih “gaya hidup” sebagai gambaran pelayanan sangat direkomendasikan untuk


dilakukan. Alih-alih menunjukkan cara itu sebagai sebuah tugas, kewajiban, atau beban yang
terlalu berat untuk ditanggung. Yang kedua, “gaya hidup” adalah gambaran akurat tentang
panggilan Kristen, karena berhubungan dengan perbuatan dan ekspresi kehidupan dari pada
dengan substansinya. Allahlah yang memberikan substansi bagi kehidupan Kristen; respon
manusia kelihatan melalui bentuk yang ia berikan kepada substansi itu dengan pertolongan
Allah. Ketiga, “gaya hidup” adalah hal alkitabiah. Meskipun Alkitab tidak menyebut dengan
sangat jelas mengenai hal ini. Akhirnya, dan yang terpenting untuk tujuan masa kini “gaya
hidup” lebih menekankan pada status dari pada prestasi. Gaya seseorang lebih ditentukan
oleh siapa dia dari apa yang dia lakukan. “Gaya hidup” adalah gambaran dari siapa kita
sebenarnya di dalam Kristus. Gaya hidup itu harus menunjukkan arah yang harus diambil
gereja, atau lebih alkitabiahnya untuk menunjukkan bentuk manusia yang menjadi serupa
dengan pribadi yang seharusnya yaitu Yesus Kristus. Walaupun Allah memberi kebebasan
untuk beragam ekspresi pribadi atau kelompok yang terpanggil untuk menjadi serupa dengan
Yesus Kristus namun tidak mengubah bentuk yang telah Tuhan berikan kepada manusia
dalam Kristus. Maka seorang manusia adalah orang yang ekspresinya atau gayanya selaras
dengan yang telah ditunjukkan Allah sebagai manusia dewasa secara rohani. “sebab dari
buahnya pohon itu dikenal” (Mat 12:33).

II. Peneguhan

Saudara adalah pelayan Tuhan; oleh karena itu, teguhkanlah kehidupanmu; jadilah
peneguh kehidupan. Inilah tanda manusia dewasa. Manusia diciptakan untuk memiliki
hubungan dengan Allah dan manusia dituntut untuk taat. Namun gereja maupun dunia sering
mengabaikan dimana manusia tidak bisa menjalin hubungan dengan Allah dan sesamanya
kecuali dalam dan melalui ciptaan dan cara-cara yang digunakan manusia untuk menjalankan
kekuasaannya. Jadi, peneguhan hidup berarti masuk sepenuhnya kedalam ciptaan Allah dan
kedalam budaya yang dibangun manusia dengan kekuasaannya dan pertolongan Allah. Hal
ini tidak dimaksud untuk menghilangkan tujuan manusia sebenarnya, persahabatannya
dengan Allah dan dengan sesamanya, tetapi untuk menegaskan bahwa Allah bisa ditemuai
ditengah-tengah kehidupan dan bahwa Allah selalu berbicara dengan manusia dalam
kehidupan sehari-hari mereka di dunia.

Karena itu teguhkanlah kehidupan. Teguhkanlah dengan seluruh keberadaan saudara


bahwa Allah bukan hanya telah menciptakan dunia ini tetapi juga menolong manusia untuk
menciptakan banyak hal yang ada dalam budaya. Dan juga dalam pekerjaan tanggung jawab
yang diberika Allah kepada manusia adalah mengubah kondisi pekerjaan yang tidak
menyenangkan menjadi menyenangkan. Dengan begitu orang meneguhkan kehidupan dan
masuk ke dalamnya. Oleh karena itulah dari yang terbesar yang menghalangi manusia untuk
meneguhkan kehidupan adalah kesalahpahaman mengenai apakah sebenarnya kehidupan itu.

Bagian kehidupan yang dipilih orang membuat sedikit perbedaan: ketika sebagian
berubah menjadi keseluruhan, pada akhirnya orang akan menyangkali kehidupannya. Dan
yang berikut adanya ketidaktahuan bahwa manusia itu sendiri adalah suatu keutuhan, dan
bahwa peneguhan kehidupan berarti memasuki kehidupan dengan segala keberadaan kita.
Untuk bisa menempatkan segala sesuatu secara positif, manusia dikaruniai tubuh, pikiran,
dan roh supaya dia mampu masuk sepenuhnya kedalam kehidupan, supaya manusia bisa
menjadi manusia dalam arti yang sesungguhnya.

Untungnya, peneguhan tergantung pada apa yang ada, bukan pada apa yang
dilakukan; pada seperti apa sesungguhnya seseorang, bukan pada apa yang dilakukannya.
Dan mungkin inilah yang menjawab tantangan kita pada zaman sekarang ini dimana oarang
bertanya, bagaimana mungkin kita berbicara tentang peneguhan kehidupan dalam dunia yang
kondisinya seperti sekarang ini.

III. Kesadaran

Saudara adalah pelayan Tuhan, karena itu sadarlah. Pengetahuan, keadilan, kepekaan,
kearifan; semuanya tersirat dalam kesadaran, dan seorang manusia dewasa harus memiliki
semuanya itu dalam dirinya. Meskipun kata “sadar” muncul hanya lima kali dalam Injil,
dalam masing-masing contoh kata itu berlaku untuk Kristus. Sadar adalah salah satu dari
sedikit kata yang secara langsung menunjukkan sifatnya.

Sering sekali orang mati kutu karena kepiawaian Yesus menggunakan wawasan yang
kini dikenal sebagai unsur psikologi, sosiologi, ilmu politik, dan Antropologi. Bahkan Yesus
bisa segera mengetahui, mampu mendengar, peka terhadap orang dan kejadian-kejadian yang
ada. Pikirannya terbuka dan luas. Kata “sadar” mengandung makna yang lebih mendalam
seperti yang dipakai dalam Alkitab, yaitu kesadaran dan tindakan yang mengikutinya tak
dapat dipisahkan, yang satu selalu mengakibatkan yang lain.

Arti paling dalam dari “sadar” seperti digunakan oleh Matius dan Markus adalah
Yesus memandang segala sesuatunya dari perspektif tujuan Allah bagi dunia. Yesus tidak
pernah berpikir hanya sebatas hubungan dengan murid-muridNya, bangsa Israel,
perikemanusiaan, politik, atau masyarakat. Dia memandang manusia dalam hubungannya
dengan Allah dan semua kemungkinan dari hubungan itu. Kesadaran yang ditunjukkan dalam
Yesus Kristus menggabungkan sejumlah besar pengetahuan, kepekaan dan kemampuan untuk
membedakan manusia, peristiwa, dunia, dan dirinya sendiri. Kesadaran benar-benar tidak
dapat dipisahkan dari tindakan. Kesadaran menunjukkan sebuah pandangan tentang segala
sesuatu dari perspektif tujuan Allah bukan hanya sebuah keyakinan bahwa “Dia memegang
seluruh dunia dengan tangannya,” tetapi juga pemahaman agar kehendakNya terjadi.
Kesadaran adalah bagian dari menjadi serupa dengan kristus, unsur gaya hidup Kristiani, itu
karakteristik manusia dan bagian yang penting.

Kesadaran bukanlah hukum baru tidak ada “keharusan” untuk hal itu. Kesadaran
adalah bagian dari kesempatan untuk menjadi manusia. Setiap orang bebas untuk menolak
atau menyangkalnya. Setiap orang bebas untuk mengatkan bahwa manusia adalah penyangga
gelas minuman keras, kabel dari televisi, kumandang dari bangunan gereja, atau hal lain yang
menghalangi kesadaran. Kesadaran timbul dari dalam dan dari hubungan pribadi seseorang di
lingkup yang semakin luas. Karena itu, semakin beragam hubungan pribadi seseorang,
semakin baik. Orang yang membatasi pergaulannya hanya dengan orang yang sama dengan
dirinya, sebenarnya ia sedang lari dari dirinya sendiri dan dunia.

Di dunia yang kompleks, tidak ada seorang pun yang serba tahu. Kebanyakan orang
akan puas dengan pengetahuan yang mendalam tentang pekerjaan, masyarakat bangsa
mereka, dan satu atau dua bidang lain dalam kehidupan bersama yang bisa saja tentang
Afrika, pendidikan, pencegahan kejahatan, integrasi, peremajaan kota, seni, atau satu per satu
hal lainnya. Selebihnya mereka harus mengandalkan orang yang ahli dalam berbagai bidang
dan bagian penting dari kesadaran adalah belajar menilai mana orang yang layak didengarkan
dan yang tidak. Sesungguhnya kesadaran akan dunia ini sangat tergantung pada siapa yang
akan kita dengarkan atau tulisan siapa yang kita baca, seperti halnya pada kepekaan terhadap
apa yang sedang dikatakan.
Yang lebih mendalam sebagaimana terlihat dalam Yesus Kristus, kesadaran adalah
melihat segala sesuatunya dalam perspektif tujuan Allah bagi dunia, sebuah tujuan yang bisa
digambarkan sebagai panggilan Allah, penopangan, pembebasan, pengutusan, dan
pemberdayaan laki-laki dan wanita sebagai pelayan-pelayan di dunia. Kesadaran akan Allah
dan kehendakNya bagi umat manusia tidak bisa dicapai dengan memanjat menara yang
diciptakan oleh manusia. Pengetahuan dalam arti penting umu orang bisa sungguh-sungguh
memahami dunia modern apabila sudah mengenalnya dengan baik. Ada hal-hal khusus
mengenai kesadaran yang tidak bisa diabaikan semua orang yang ingin mengenal Allah dan
menjadi manusia sejati. Ini bukan berarti bahwa kesadaran bisa dikotak-kotakkan. Oleh
karena itu Allah telah menyediakan cara-cara yang khusus supaya manusia bisa mengenal
Dia. Salah satunya adalah membaca, menafsirkan Alkitab, dan diskusi.

Alkitab adalah firman Tuhan, dengan membaca Alkitab kita bisa bertemu dengan
Allah yang hidup dan mendengar suaraNya. Kebenaran pernyataan ini hanya diterima oleh
orang-orang yang paham membacanya secara cermat dan teratur tentu bukan oleh orang-
orang yang menggunakannya sebagai sumber teks-teks asli atau kitab berisi hukum-hukum.
Dengan demikian, Alkitab adalah catatan tentang penyataan Allah, Allah sendiri yang
berbicara kepada manusia saat ini dan dimengerti melalui pembacaan, penafsiran dan diskusi
dengan orang lain. Cara untuk menumbuhkan kesadaran akan Allah adalah dengan
mendiskusikan dalam persekutuan tentang berbagai hal yang harus dilakukan dalam hidup
ini, selanjutnya adalah beribadah dan berdoa. Membaca Alkitab, diskusi, beribadah dan
berdoa bukan semata-mata sarana untuk mencapai tujuan. Melainkan sarana untuk membina
hubungan yang lebih intim dengan Allah dan kesadaran yang lebih mendalam akan Allah dan
manusia, semuanya itu adalah langkah untuk melihat segala sesuatunya dalam perspektif
tujuan Allah bagi sejarah. Orang yang melakukan hal-hal kecil seperti di atas akan menjadi
manusia sejati, sesuai dengan gambaran Kristus, sadar akan Allah, manusia, sejarah, siap
untuk menerima segala tanggungjawabnya.

IV. Tanggung Jawab

Dari sudut pandang Alkitab, seorang manusia bertanggung jawab kepada Allah.
Manusia diciptakan oleh Allah, mereka ditempatkan di dunia dan diberi kekuasaan atasnya.
Mereka bertanggung jawab kepada Allah atas apa yang terjadi disini. Namun, orang yang
sudah dibaptis memiliki tanggung jawab yang lebih besar. Pada waktu dibaptis, orang
menyatakan menerima panggilan Kristus. Dia bertanggung jawab kemana dia telah diutus.
Tanggung jawab merupakan tanggapan menyeluruh dari manusia yang utuh terhadap seluruh
kenyataan. Dalam hal ini, tanggung jawab merupakan unsur istimewa dari tanggapan
meneluruh manusia terhadap apa yang telah Allah lakukan dalam Yesus Kristus.

Dalam dunia modern ada kecenderungan yang semakin besar untuk membuat seluruh
kehidupan menjadi suatu hal yang pribadi dan mengabaikan kepentingan umum dalam hidup
bersama dimana manusia mempunyai tanggungjawab bersama. Orang bertanggung jawab
kepada Allah dan melalui Allah kepada sesamanya dalam semua bidang kehidupan, baik
sosial dan pribadi, umum dan pribadi.

Manusia bertanggung jawab kepada Allah, bukan hanya karena telah diberi kekuasaan
atas seluruh bumi, tetapi juga karena bertanggung jawab atas semua kejahatan, ketidakadilan
dan penindasan yang terjadi di dunia. Tindakan bertanggung jawab atas dasar yang lain
menjadi kemunafikan besar. Ketika angota-anggota gereja berbicara, orang kadang mendapat
kesan bahwa seluruh dunia tercengkeram dibawah puing-puing peradaban, sementara orang-
orang kristen tetap bebas. Sepanjang masih ada puing-puing, orang Kristen pun berada di
bawahnya seperti yang lain, bahkan mereka juga turut menyebabkan kerusakan yang
mengakibatkan adanya puing-puing tersebut.

Fakta bahwa semua peradaban masa kini bukanlah puing-puing mematahkan analogi
ini. Banyak yang berguna, beberapa sangat mulia. Allah memberi manusia tanggungjawab
untuk memelihara yang baik dan membersihkan reruntuhan dalam setiap bidang kehidupan.
Manusia dipanggil dan diutus untuk tujuan ini, juga untuk melayani sesama.

Manusia saat ini mengerti bahwa penyakit disebabkan banyak hal,diantaranya yaitu
perumahan yang tidak sehat dan hidup berdesak-desakan. Kebutaan fisik, meskipun
merupakan penderitaan yang mendalam, sering sekali menghasilkan orang-orang yang
berwawasan sangat bagus, sedangkan kebutaan secara politik, ekonomi, dan sosial selalu
jahat dan merusak segala sesuatu yang baik. Orang yang sangat kaya sekalipun bisa jatuh
miskin.

Pekerjaan adalah bidang lain dimana setiap orang sedang atau ingin melibatkan diri.
Orang yang bertanggungjawab selalu berkeinginan untuk memelihara yang baik dan
mengurangi yang jahat di tempat kerja. Pengangguran merupakan istilah depersonalisasi
untuk tragedi kemanusiaan yang sering terjadi dimana beberapa orang, yang bukan karena
kesalahan mereka sendiri, tidak memiliki pekerjaan. Mudahnya orang berbicara tentang
angka pengangguran menunjukkan sifat tidak berperasaan dimana budaya masa kini kerap
memperlakukan hal pribadi secara berbeda.

Depersonalisasi, gaji yang tidak memadai, dan tekanan eksekutif merupakan


ancaman-ancaman yang terus berlangsung di dunia kerja saat ini. Orang yang bertanggung
jawab akan mampu menemukan cara untuk memperdalam hubungan pribadi, menaikkan
upah yang tidak memadai, dan mengurangi tekanan-tekanan dari struktur masyarakat saat ini,
dan pada saat yang sama mereka akan siap untuk mengupayakan perubahan struktur
dimanapun struktur-struktur itu cenderung mengubah, menindas dan manghancurkan orang.

Dalam gaya hidup Kristen, untuk menjadi serupa dengan Yesus Kristus, dalam
tanggungjawab seseorang kepada Allah, rata-rata pukulannya tidak diketahui kecuali oleh
Allah dan Dia tidak mengatakannya. Yang menarik bagi Allah adalah niat, kesiapan,
keterbukaan, kesetiaan, kegigihan. Dengan kata lain, Allah memanggil manusia untuk
menaati Dia supaya memerangi kejahatan dan melestarikan yang baik, dan Dia telah
menyatakan kepada manusia bahwa Ia akan menggunakan apapun yang mereka berikan
kepadaNya.

V. Turut Menderita Bersama Kristus

Saudara adalah pelayan Tuhan, karena itu turutlah menderita bersama Dia. Tidak ada
bagian yang lebih sempurna dari wujud insani seperti Yesus Kristus. Kita baru bisa sungguh-
sungguh memahami penderitaan Kristus kalau kita menjadi hamba seperti Dia dan hamba
seperti yang dikehendaki-Nya. Penderitaan Kristus dihubungkan dan hanya dapat dilihat
dalam terang.

Yesus tidak mau menjadi seperti yang diharapkan orang=orang yang ada di
sekitarnya, Sebaliknya, dia adalah pelayan yang manusia, yang setia sampai mati. Dia lebih
taat kepada Allah daripada ke manusia. Sebagai seorang hamba, Kristus memikul beban
seluruh umat manusia. Sebagai seorang hamba, Kristus adalah orsng yang lemah ketika
berada di dunia. Kelemahannya bukan karena tawar hati atau kemalasan atau lemah lunglai,
namun kelemahan dari seorang manusia yang tidak mau memaksa, membujuk, memanipulasi
atau memperdaya manusia yang ia ketahui sebagai suatu kedewasaan.

Kelemahan Yesus dicontohkan oleh mereka yang memperoloknya. Kelemahannya


ditunjukkan selama Dia tergantung diatas kayu salib dan melihat seluruh hidup-Nya gagal
bahkan yang dipercaya untuk meneruskannya pun meninggalkan Dia, Yesus Kristus
menerima kegelapan, kesepian, pengasingan dari panggilan-Nya. Ketika dia kembali ke
rumahnya di Nazaret,orang-orang disitu kecewa dan menolaknya. Ketika manusia
mengikutinya, Yesus menunjukkan resiko yang dihadapi-Nya.

Sebagai seorang hamba, Kristus merupakan alat dari kasih Allah yang merupakan
kepribadian manusia yang sangat rumit yang dengan sukarela memberikan diri-Nya untuk
tujuan-tujuan Allah. Untuk memahaminya, kita harus mengetahui bahwa Dia mengasihi
semua manusia. Terlalu banyak yang dapat dikatakan mengenai penderitaan fisik. Mulai dari
diludahi, dicambuk, dimahkotai dengan duri, diolok-olok, dan dipaku di kayu salib. Yesus
Kristus mengambil rupa dari seorang hamba. Dia menanggung beban umat manusia ketika
berada di dunia Kristus berada dalam kelemahan, menerima kegelapan, kesendirian,
pengasingan.

Menjadi seorang pelayan bukanlah jalan untuk populer dan dikenali banyak orang
orang. Pelayan dipanggil untuk membantu memikul beban orang lain dan membantunya
dalam segala perkara dihidupnya. Namun sebagai seorang hamba, pelayan hidup dalam
kelemahan dunia. Sebab dunia sangat banyak berbicara tentang kepemimpinan dan
kekuasaan. Maka seorang pelayan harus harus siap menerima kesendirian, kegelapan, dan
keterpisahan akibat panggilannya.

Oleh sebab itu, ia harus mampu membedakan antara kasih mengasihi diri sendiri
sekalipun dunia menyamakannya. Sama seperti Allah yang mengasihi semuanya manusia,
baik ketika manusia kotor dan bersih, pintar dan bodoh, baik dan buruk. Tentu saja ada
perbedaan besar antar Kristus dalam rupa manusia dengan manusia lain. Namun hal ini bukan
berarti manusia terbebas dari perlunya turut menderita layaknya Yesus Kristus.

VI. Disiplin Rahasia

Disiplin adalah suatu cara dimana orang belajar, diajar, atau bahkan melatih diri
sendirinya. Dengan disiplin orang dapat melihat potensi dalam dirinya sendiri. Tanpa disiplin
peneguhan kehidupan menjadi sebuah penekanan yang kaku yang berlebihan dalam bagian
kehidupan atau pengikutsertaan yang tidak bertujuan dalam keisengan seseorang.

Disiplin Kristus itu seimbang. Doa, ibadah, puasa bukan hanya sebatas itu semua.
Yang perlu adalahunsur-unsur lain dari disiplin itu. Ketika lingkungan membutuhkan, Kristus
melakukan tindakan tegas. Penegasan kehidupan tidak bertentangan dengan tindkan-tindakan
seperti itu, tetapi justru sebaliknya.
Tidak dapat disangsikan lagi, di dalam Alkitab terdapat penyangkalan diri dan bahkan
peyangkalan dunia. Meskipun demikian, asketisme disiplin menyangkal diri dan yang
menyangkal dunia adalah bagian dari kehidupan Kristus. Hal ini sangat diperlukan untuk
mencapai penguasaa diri dan untuk mendedikasikan diri sepenuhnya. Esketisme dan bagian-
bagian lain dari kedisiplinan bisa dengan mudah diarahkan untuk tujuan baik maupun tidak.

Dalam doa dan ibadah, kita mengetahui pertanyaan tentang arah sangat penting. Doa
dan tidak begitu saja muncul pada kebayakan orang seperti halnya kecakapan bertanding atau
kemampuan belajar. Keseimbangan dan kesatuan disiplin Kristus, dalam dan arahnya
ditunjukkan dalam ketundukkannya kepada orang-orang yang mengadili. Maka jelaslah
bahwa Yesus Kristus adalah orang yang benar-benar disiplin sehingga orang mengalami
kesulitan mencari kelemahannya dan menekankan kerahasian disiplin yang lngsung
kelihatan.

Kita tidak perlu deduksi untuk menyimpulkan bahwa Kristus percaya pada disiplin
rahasia. Kristus tidak membandingkan doa, puasa, dan pemberian sedekah. Namun Yesus
mengatakan berusahalah supaya hanya Allah yang melihatmu.

Kerahasiaan sangat diperlukan bagi keberadaan kepribadian dan bagi pertumbuhan


pribadi. Manusia mengenal dan menanggapi Allah dan sesamanya dalam wilayah
kehidupannya yang paling dalam, pribadi dan tersembunyi. Disiplin tidak dapat dipahami
selama dipandang semata-mata sebagi sarana mencapai tujuan. Bagaimanapun juga disiplin
adalah sebagai sarana dan tujuan, Disiplin sebagai sarana dan tujuan dapat dilihat dalam dua
kedisiplinan yang belum disebutkan. Yang pertama mempelajari Alkitab dan yang kedua
belajar Alkitab menyediakan sarana terbaik untuk dapat belajar tentang Allah.

Ketika memikirkan displin untuk mencari keseimbanga, selalu ada potensi bahaya
disiplin akan menjadi beban dan hukum. Itulah sebabnya disiplin seorang manusia dewasa
adalah rahasia. Dalam wilayah yang paling pribadi, dalam, tersembunyi dalam kehidupan
seorang manusia, dia bisa mengetahui dengan sangat mendalam kemerdekaan yang telah
Allah berikan.1

Tanggapan

Dalam memenuhi pe;ayanan bagi orang Kristen memanglah sudah ada ketentuan yang
terdapat dalam Alkitab itu sendiri seperti yang sudah dipaparkan tadi, sangat jelas apa
1
Francis O. Ayres, Pembinaan Warga Gereja Pelayanan Kaum Awam, (Gandum Mas, Malang : 2016), hlm.59-
107
maksud dan tujuan dari pelayanan, alasan untuk apa melakukan pelayanan tersebut dan apa-
apa saja ketentuan dalam pelayanan yang berdasarkan dari Alkitab. Dengan inilah para
pelayan dapat mempersiapkan dirinya dalam pelayanannya dan untuk membekali orang-
orang yang akan dipersiapkannya dalam pelayanan.

Buku Pembanding

Memang pelayanan yang dilakukan kepada orang lain adalah tanggungjawab kepada
Allah, akan tetapi bukan berarti kita tidak memiliki tanggungjawab terhadap yang dilayani
tersebut dan juga mereka yang dilayani juga bertanggung jawab dalam pelayanan dalam
bentuk pembinaan oleh pelayan tersebut, bukan hanya tugas pelayan dalam
mempertanggungjawabkan pelayanannya tetapi juga yang dilayani.2

Diskusi

1. Realitasnya orang Kristen kebanyakan cenderung menganggap pelayanan itu adalah


suatu pekerjaan dari orang yang berprofesi sebagai pendeta, bibelvrow, diakones atau
bisa dikatakan pemimpin-pemimpin digereja atau imam-imam, sehingga mereka tidak
mengabaikan apa itu makna pelayanan, seharusnya seorang Kristen dapat membuat
makna pelayan itu menjadi identitasnya sebagai orang Kristen. Dapatkah para
pemimpin-pemimpin gereja sekarang menanamkan bekal tersebut bagi setiap orang
Kristen ?

2
J. J. Tomasoa, Membina Jemaat Kristen Di Bumi Indonesia, (TPK Gunung Mulia, Yogyakarta : 1986), hlm 83

Anda mungkin juga menyukai